Anda di halaman 1dari 10

©Pemilik Gambar Swipe

Di internet banyak sekali artikel bertebaran


tentang pemanfaatan limbah hasil ekstraksi
nikel dari smelter atau yang dikenal dengan
limbah slag sebagai bahan perkerasan jalan.

Hal ini menuai banyak pro dan


kontra mengingat limbah slag ini
masuk dalam kategori limbah B3.

Sebelum terlalu jauh, yuk kita pahami dulu


apa itu Limbah Slag.

©Pemilik Gambar Swipe


Limbah
Nikel (slag)
merupakan material buangan dari proses
peleburan bijih nikel di smelter yang awalnya
berwujud cair namun akan akan mengeras
setelah mendingin akibat kontak dengan
air/udara.

©Pemilik Gambar Swipe


Slag cair ini dikeluarkan melalui slag runner
dalam keadaaan suhu tinggi (±1550°C).

Pendinginan slag ini dibagi


atas 2 metode:
1. Pendinginan mendadak: disemprot
dengan air bertekanan tinggi untuk
memecah ukuran slag sehingga
berbentuk granule (butiran).
2. Pendinginan natural dengan udara:
ukuran butir slag nikel dapat diatur
dengan pemecah batu (stone crusher).

©Pemilik Gambar Swipe


Nah, menanggapi pro kontra pemanfaatan
slag untuk dijadikan bahan perkerasan jalan,
maka slag dari kedua metode ini dianalisis
untuk mengetahui kelayakannya, hasilnya:

Slag dari metode


pendinginan mendadak
• Sifat fisiknya yang bulat (rounded) membuat
kemampuan interlocking antar agregatnya lemah
• Bidang pecah/angularitas rendah.
• Nilai kekuatan daya dukung lapisannya rendah. Diuji
melalui tes California Bearing Ratio (CBR) hasilnya di
angka 34%, tidak memenuhi syarat untuk dijadikan
lapisan fondasi melainkan hanya cukup digunakan
untuk bahan timbunan.

©Pemilik Gambar Swipe


Slag dari pendinginan
alami/menggunakan udara
• Kelebihan slag yang mendingin alami
dengan udara adalah saat sudah mengeras,
angularitas dan ukuran butirnya bisa diatur
melalui stone crusher.

• Nilai CBR nya juga lebih besar (115%) di atas


90% yang mana menandakan slag jenis ini
bisa digunakan untuk lapis base fondasi
jalan.

©Pemilik Gambar Foto: Republika Swipe


Untuk mengetahui
komposisi zat
berbahayanya,
maka dilakukan uji zat
berbahaya dalam limbah
atau Toxicity Characteristic
Leaching Procedure (TCLP)
yang ternyata kandungan
limbah berbahaya pada slag
nikel di bawah acuan TCLP-B
sehingga aman untuk
dimanfaatkan sebagai bahan
jalan secara langsung.

©Pemilik Gambar Swipe


Memang saat ini di
beberapa daerah
masyarakat sudah
memanfaatkan slag
nikel ini sebagai paving
block dan batako,
namun penyerapannya masih
sangat minim di angka 1%
mengingat ada lebih dari 13 juta
ton slag yang dihasilkan di
Indonesia setiap tahunnya.

©Pemilik Gambar Swipe


Kementerian PUPR
merencanakan akan membangun jalan
baru hingga 2030 yang terdiri dari 3000
km jalan utama, 2000 km jalan tol,
dan70 km fly over.

©Pemilik Gambar Swipe


Aktifkan Notifikasi

Menurut kalian,
apakah slag nikel
bisa dilibatkan
di dalamnya?

Bagikan ke Simpan buat


temanmu besok 10

Anda mungkin juga menyukai