Laporan Kasus - Konjungtivitis Viral
Laporan Kasus - Konjungtivitis Viral
KONJUNGTIVITIS VIRAL
Disusun oleh:
Kevin Jones Walandow
210141010153
Masa KKM: 28 November 2022 – 25 Desember 2022
Supervisor Pembimbing:
dr. Stevanus Paliliewu, Sp.M
Residen Pembimbing:
dr. Irene Carolin Mulyadi
Oleh:
Supervisor Pembimbing,
Residen Pembimbing,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
bagian anterior bola mata dan bagian dalam palpebra. Konjungtiva dibagi tiga bagian
melapisi bagian dalam palpebra, dibagi lagi menjadi tiga bagian yaitu marginal, tarsal
dan orbital. Bagian marginal terletak di tepi palpebra hingga 2 mm ke dalam palpebra,
bagian tarsal melekat di tarsal plate, sedangkan bagian orbital terletak di antara
konjungtiva tarsal dan forniks. Di konjungtiva palpebra terdapat kelenjar henle dan sel
Konjungtiva bulbar melapisi bagian anterior bola mata dan dipisahkan dengan
sklera anterior oleh jaringan episklera. Konjungtiva yang berbatasan dengan kornea
disebut limbal conjunctiva. Di konjungtiva bulbar terdapat kelenjar manz dan sel
kelenjar krause dan wolfring yang menghasilkan komponen akuos air mata.
Konjungtiva terdiri atas tiga lapisan yang secara histologi berbeda, yaitu
lapisan epitelium, adenoid, dan fibrosa. Lapisan epitelium merupakan lapisan terluar
marginal terdiri atas lima lapis epitel gepeng berlapis dan pada konjungtiva tarsal
terdiri atas dua lapis epitel silindris dan gepeng. Konjungtiva forniks dan bulbar terdiri
atas tiga lapis epitel yaitu sel silindris, sel polihedral, dan sel kuboid, sedangkan
1
konjungtiva limbal terdiri atas berlapis-lapis sel gepeng.
konjungtiva yang ditandai dengan dilatasi vaskular, infiltrasi seluler, dan eksudasi. Di
pada tahun 2009. Dari 135.749 pasien yang berkunjungke poli mata 73% adalah kasus
suatu penyakit infeksi yang menyerang bagian mata yang menutupi bagian belakang
dari kelopak mata dan bola mata.1 Di negara maju seperti Amerika telah
diketahui insiden konjungtivitis bakteri sebesar 135 per 10.000 penderita baik pada
anak-anak maupun pada dewasa dan juga lansia.3 Insidensi konjungtivitis di Indonesia
saat ini menduduki tempat kedua (9,7%) dari 10 penyakit mata utama.1 Hasil
sebanyak 546 pasien yang terdiagnosis infeksi mata di Rumah Sakit Mata Provinsi
257 pasien infeksi mata. Berdasarkan jenis infeksi mata, diperoleh pasien yang
infeksi atau non-infeksi pada konjungtiva yang ditandai dengan dilatasi vaskular,
(terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan
2
lakrimasi, serta keluarnya sekret akibat eksudasi. Penderita konjungtivitis akan merasa
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus.
4
inferior tarsus. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di formiks
B. Definisi Konjungtivitis
Ditandai dengan mata merah, terasa nyeri, berair, gatal, keluar kotoran.9 Penyakit
ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis
mata berwarnasangat merah dan menyebar begitu cepat dan bisa menyebabkan
kerusakan.1,10
C. Etiopatofisiologi
Penyebab paling sering disebabkan oleh virus, dan sangat menular. Banyak
sebab lain konjungtivitis, antara lain klamidia, parasit (jarang terjadi, namun bila
terjadi sifatnya kronis), autoimunitas, zat kimia, idiopatik, dan sebagai penyulit dari
penyakit lain.11
5
aureus dan Moraxella lacunata. Bentuk yang jarang (akut, subakut, kronik)
menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup
dan membuka sempurna. Karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi
adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sklera yang merah, edema,
permukaan mata dari substansi luar, seperti air mata. Pada film air mata, unsur
memompa dari palpebra secara tetap akan mengalirkan air mata ke ductus air mata.
Air mata mengandung substansi anti mikroba termasuk lisozim. Adanya agen
perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel,
kematian sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel atau granuloma. Mungkin pula
terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertropi lapis limfoid
permukaan. Sel-sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan pus dari sel goblet,
6
pada saat bangun tidur.13
nyata pada formiks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini
sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas atau gatal. Sensasi ini merangsang
sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemi
D. Diagnosis
diagnosis dan memilih terapi. Konjungtivitis dan penyakit mata lain dapat
Jika pasien datang dengan keluhan mata merah dan tanpa penurunan visus,
7
Gambar 2. Pendekatan klinis suspek konjungtivitis.14
E. Klasifikasi
a. Konjungtivitis bacterial
disebabkan oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan
keluhan mata merah, sekret pada mata dan iritasi mata. Konjungtivitis bakterial
dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut,akut, subakut, dan kronik.
yang profus kental dan berwana kuning kehijauan, hiperemi konjungtiva yang
hebat dan kemosis. Jika tidak ditangani secara tepat maka konjungtivitis
8
bakteri hiperakut ini dapat menyebabkan kekeruhan kornea, perforasi kornea
dan endoftalmitis. Pada konjungtivitis bakteri kronis tanda dan gejala timbul
lebih dari 3 minggu dan sering terjadi kekambuhan. Hiperemi dan sekret yang
berlangsung kurang dari 3 minggu, dan merupakan penyakit mata yang paling
bakteri gram negative dari usus. Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering
sering terjadi pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi
ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat menyebabkan infeksi
penyebab perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap
9
adalah sistem imun yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozun dan
b. Konjungtivitis viral
fever sedangkan virus lainnya lebih sering menginfeksi kornea misalnya virus
herpes simpleks.
10
biasanya menyerang satu mata lalu ke mata lain beberapa hari kemudian
secara intermiten dapat terganggu karena sekret mata. Jenis sekret mata dan
berair merupakan ciri konjungtivitis viral dan sekret mata kental berwarna
c. Konjungtivitis alergika
11
• Konjungtivitis alergika akut
ringan, dan reaksi papilar yang difus. Pada kasus yang berat terdapat edema
0,1 %.6
• Konjungtivitis vernalis
dewasa muda, dan lebih sering pada laki-laki. Individu dengan keadaan ini
fotofobia, sensasi benda asing, rasa terbakar, sekret mukus yang tebal, dan
ptosis (palpebra jatuh dan bisa menutup pupil). Palpebra terasa berat bila
raksasa. Oleh karena itu lebih tepat disebut peudoptosis karena bukan
masalah otot. Penyakit ini bisa diikuti keratitis dan infeksi palpebra
gambaran arkus senilis. Kondisi ini dikelola dengan steroid topikal. Steroid
topikal ini tidak boleh untuk pemakaian jangka panjang, karena walaupun
efek obatnya cepat, tapi bisa menimbulkan efek samping berupa glaukoma
12
Gambar 5. Konjungtivitis vernalis
d. Konjungtivitis klamidia
dan terdapat folikel pada fornix (pada kasus yang berat folikel banyak pada
eritromisin.
• Trakoma
C. Banyak terjadi pada daerah dengan hygiene dan sanitasi yang buruk.
infiltrasi papil yang difus, sikatriks konjungtiva, trikiasis (bulu mata masuk
13
dan ini bisa merusak kornea), dan Herbert’s pits pada kornea ( adalah
superior.
bukti kerusakan dari penyakit ini. TI yaitu potensial menjadi buta dan
14
Gambar 6. Manifestasi klinis pada trakoma
biasanya ibu tertular pada trimester terakhir dari suaminya yang menderita
gonore. Bakteri infeksius pada kornea biasanya baru bisa menginfeksi kalau
korneanya tidak utuh, tapi gonokokus bisa menginfeksi kornea yang intak
karena bakteri ini punya suatu enzim yang bisa merusak kornea. Konjungtivitis
bersifat hiperakut, sekret purulen, kemosis dan dapat terjadi membran atau
15
Gambar 7. Konjungtivitis gonokokus
F. Penatalaksanaan
konjungtivitis bakterial dan konjungtivitis viral dapat sembuh sendiri dalam waktu
2-7 hari dan 2-3 minggu. Pengobatan antibiotik spesifik diberikan pada kasus-kasus
Pada pemberian Air mata buatan dapat diberikan 4 kali per hari. Pemberian
Sebaiknya gunakan air mata buatan yang tidak mengandung bahan pengawet dan
dalam kemasan single-dose agar kemasan tetes mata tidak menjadi media
penularan.9
G. Komplikasi
16
• Parut konjungtiva, hal ini dapat terjadi pada konjungtivitis pseudomembran dan
• Uveitis
atau keduanya. Otitis media dapat berkembang pada 25% anak-anak dengan
17
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Umur : 53 tahun
Alamat : Malalayang
Agama : Kristen
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD dengan keluhan kedua mata terasa perih sejak 4 jam
yang lalu saat mau tidur. Mata pasien terasa perih terutama pada saat membuka
mata dan melihat cahaya. Pasien juga mengatakan bahwa matanya terasa
bengkak. Mata pasien tampak merah. Pasien tidak merasakan gatal pada kedua
18
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Seminggu yang lalu pasien mengalami gatal-gatal dari kaki yang kemudian
Pasien mengaku memiliki alergi udang. Pasien juga memiliki riwayat penyakit
asam urat. Riwayat menggunakan kacamata baca sejak sepuluh tahun yang lalu,
riwayat mata merah sebelumnya disangkal, riwayat trauma pada daerah mata
Tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki keluhan serupa dengan
pasien.
5. Riwayat Sosial
komputer.
C. Pemeriksaan Fisik
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
19
Suhu Badan : 36,5°C
BB : 65 kg
OD OS
VH 3-4 VH 3-4
20
Coklat, kripta + Iris Coklat, kripta +
E. Pemeriksaan Penunjang
Gambar 10. Foto hasil pemeriksaan slit lamp mata kiri pasien
21
Gambar 11. Foto hasil pemeriksaan fluorescein test mata kanan pasien
Gambar 12. Foto hasil pemeriksaan fluorescein test mata kiri pasien
F. Resume
Pasien datang ke IGD dengan keluhan kedua mata terasa perih sejak 4 jam
yang lalu saat mau tidur. Mata pasien terasa perih terutama pada saat membuka
mata dan melihat cahaya. Pasien juga mengatakan bahwa matanya terasa bengkak.
Mata pasien tampak merah. Pasien tidak merasakan gatal pada kedua mata. Pasien
mengaku sebelumnya mata pasien terkena debu. Seminggu yang lalu pasien
mengalami gatal-gatal dari kaki yang kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Pasien
22
udang dan riwayat penyakit asam urat. Riwayat menggunakan kacamata baca
sejak sepuluh tahun yang lalu, riwayat mata merah sebelumnya disangkal, riwayat
trauma pada daerah mata disangkal, riwayat operasi mata sebelumnya disangkal.
Riwayat hipertensi, DM, kolesterol, dan penyakit jantung disangkal oleh pasien.
pasien, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 20x/menit, dan
suhu tubuh 36.5°C. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus mata kiri 6/90
dan visus mata kanan 690, dengan TIOD 14.4 mmHg dan TIOS 8.9 mmHg, pada
segmen anterior ditemukan mix injeksi konjungtiva, kornea keruh, lensa kanan
G. Diagnosis
H. Rencana Terapi
I. Prognosis
• Ad vitam : Bonam
• Ad functionam : Bonam
• Ad sanationam : Bonam
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang ke IGD dengan keluhan kedua mata terasa perih sejak 4 jam
yang lalu saat mau tidur. Mata pasien terasa perih terutama pada saat membuka mata
dan melihat cahaya. Pasien juga mengatakan bahwa matanya terasa bengkak. Mata
pasien tampak merah. Pasien tidak merasakan gatal pada kedua mata. Pasien mengaku
sebelumnya mata pasien terkena debu. Seminggu yang lalu pasien mengalami gatal-
gatal dari kaki yang kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Pasien kemudian pergi
bethamethasone. Pasien mengaku memiliki alergi udang dan riwayat penyakit asam
urat. Riwayat menggunakan kacamata baca sejak sepuluh tahun yang lalu, riwayat
mata merah sebelumnya disangkal, riwayat trauma pada daerah mata disangkal,
riwayat operasi mata sebelumnya disangkal. Riwayat hipertensi, DM, kolesterol, dan
menggunakan komputer. Tanda-tanda vital pasien, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi
80x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu tubuh 36.5°C. Pada pemeriksaan oftalmologi
didapatkan visus mata kiri 6/90 dan visus mata kanan 690, dengan TIOD 14.4 mmHg
dan TIOS 8.9 mmHg, pada segmen anterior ditemukan mix injeksi konjungtiva,
kornea keruh, lensa kanan dan kiri NO2NC2. Hasil fluorescein test menunjukkan
staining (-)
oleh mikroorganisme (virus, bakteri), iritasi atau reaksi alergi.8 Ditandai dengan mata
24
merah, terasa nyeri, berair, gatal, keluar kotoran.9 Penyakit ini bervariasi mulai dari
hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret
purulen kental. Konjungtivitis dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan
menyerang satu mata lalu ke mata lain beberapa hari kemudian disertai pembesaran
kelenjar limfe dan edema palpebra. Tajam penglihatan secara intermiten dapat
terganggu karena sekret mata. Jenis sekret mata dan gejala okular dapat memberi
viral dan sekret mata kental berwarna kuning kehijauan biasanya disebabkan oleh
bakteri. Konjungtivitis viral jarang disertai fotofobia, sedangkan rasa gatal pada mata
konjungtivitis bakterial dan konjungtivitis viral dapat sembuh sendiri dalam waktu 2-
7 hari dan 2-3 minggu. Pengobatan antibiotik spesifik diberikan pada kasus-kasus
25
BAB V
KESIMPULAN
pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering
disebut mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat
bersifat infeksius seperti bakteri, klamidia, virus, jamur, parasite, (oleh bahan iritatif
yaitu kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi (pada reaksi alergi). Gejala subjektif
meliputi rasa gatal, kasar ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda asing. Penyebab
keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi papilaris, dan folikel
yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. (Ilyas S, Yulianti SR, eds.). Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.
2. Holtz Kelly K. , Townsend Kalie R. , Joseph W. Furst, Jane F. Myers, Matthew J.
Binnicker, Stephanie M. Quigg, Julie A. Maxson, Mark J. Espy. An Assessment of
the AdenoPlus Point-of-Care Test for Diagnosing Adenoviral Conjunctivitis and
Its Effect on Antibiotic Stewardship. Published online 2019 DOI:
10.1016/j.mayocpiqo.2019.06.001
3. A. Azari Amir, Arabi Amir. Conjunctivitis: A Systematic Review. Journal of
Ophthalmic and Vision Research (JOVR). 2020, Volume 15, Issue 3 Pages 372–
395 Available from : https://doi.org/10.18502/jovr.v15i3.7456
4. Marsekal KP, Wenny PS, Imelda HMN. Conjunctivitis due to COVID-19. e-
CliniC. 2022;10(1):114-125 DOI: https://doi.org/10.35790/ecl.v10i1.37443
5. Tsai, J.C. et al. Oxford American Handbook of Ophthalmology. New York: Oxford
University Press. 2021
6. Sitompul R. Konjungtivitis viral: diagnosis dan terapi di pelayanan kesehatan
primer. eJournal Kedokteran Indonesia. 2017;5(1):64- 71.
7. I Made Gede Dwipayana Putra, Putu Budhiastra, Ni Ketut Niti Susila. Tingkat
pengetahuan mahasiswa semester VI, Pogram Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran, Universitas Udayana terhadap konjungtivitis bakteri tahun 2017.
Denpasar: Intisari Sains Medis. 2019, Volume 10, Number 1: 70- 76
8. Nugraha WC. Konjungtivitis Alergi. Buku Monograf. UPT Penerbitan Universitas
Jember. 2021.6-55.
9. Cantor L, Rapuano C, Cioffi G. External Disease and Cornea. Am Acad
Ophthalmol. Published online 2017.
10. David Turbert. Et. Al. Conjunctivitis: What Is Pink Eye. American Academy of
Ophthalmology. 2021.
11. Sjamsu Budiono, Trisnowati Taib Saleh, Moestidjab, Eddyanto. Buku Ajar Ilmu
27
Kesehatan Mata. Surabaya: Airlangga University Press. 2019
12. Silverman M. Acute Conjunctivitis (Pink Eye). Medscape. Published online 2021.
13. Bielory L, et al. ICON: Diagnosis and management of allergic conjunctivitis.
Sciencedirect. 2019. available from: https://doi.org/10.1016/j.anai.2019.11.014
14. Elizabeth Yeu & Scott Hauswirth. A Review of the Differential Diagnosis of Acute
Infectious Conjunctivitis: Implications for Treatment and Management, Clinical
Ophthalmology. 2020 pages 805-813, DOI: 10.2147/OPTH.S236571
15. Vatinee Y. Bunya, Martha Cecilia López Montero, Grace Prakalapakorn.
Conjunctivitis. American Academy of Ophthalmology. 2021
16. Albiani D, Asbury T, Augsberg J, Biswell R CR. Vaughan & Asbury’s General
Opthalmology. 19th ed. (Riordan-Eva P, Augsburger JJ, eds.). McGrawHill-
Education; 2018.
17. AAO. Conjunctivitis- Asia Pacific. American Academy of ophthalmology. 2019.
Available from: https://www.aao.org/topic-detail/conjunctivitis-asia- pacific
28