Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN FUNGSI PENGARAHAN DALAM

PENERAPAN PRE-POST CONFERENCE DI RUANG RAWAT INAP RSUD H. HANAFIE MUARA BUNGO
TAHUN 2020

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN FUNGSI


PENGARAHAN DALAM PENERAPAN PRE-POST CONFERENCE DI RUANG RAWAT
INAP RSUD H. HANAFIE MUARA BUNGO TAHUN 2020
1 2
Ns. Zahlimar. Z,M.Kep.* ; Ns. Selamat Budiman, M.Kep.*
Akademi Keperawatan Setih Setio; Jl. R.M. Thaher No.2 Muara Bungo, 0747-7331083
*1
e-mail : zahlimar@yahoo.co.id

ABSTRAK
Kegiatan komunikasi yang kurang efektif menyebabkan menurunnya intensitas dan durasi
pemberian pelayanan kepada pasien, sehingga pemberian pelayanan menjadi monoton dan tidak
holistik. Fungsi pengarahan dalam proses manajemen akan memfasilitasi pencapaian tujuan unit atau
organisasi. Manajer, kepala unit atau kepala ruangan perawatan menggunakan elemen motivasi untuk
meningkatkan kinerja staf. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mngetahui hubungan tingkat
pengetahuan dan motivasi dengan fungsi pengarahan dalam penerapan Pre-post conference di
Ruang Rawat Inap RSUD H. Hanafie Muara Bungo. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik
dengan rancangan Cross Sectional Study yang menghubungkan tingkat pengetahuan dan motivasi
terhadap fungsi pengarahan dalam Penerapan Pre-Post Conference. Berdasarkan dari hasil
penelitian terdapat hubungan tingkat pengetahuan terhadap fungsi pengarahan dalam penerapan Pre-
Post Conference (P-Value 0,003), dan motivasi terhadap fungsi pengarahan dalam penerapan Pre-
Post Conference (P-Value 0,000). Diharapkan kepada pihak RSUD H. Hanafie Muara Bungo
agardapat lebih dipertahankan atau lebih ditingkatkan fungsi pengarahan yang dilakukan oleh kepala
ruangan dalam penerapan pre-post conference saat bekerja untuk mencapai kinerja dan tujuan yang
telah ditetapkan.

Kata Kunci : Pengetahuan, Motivasi, Pengarahan

ABSTRACT
Ineffective communication activities cause a decrease in the intensity and duration of service
provision to patients, so that service provision becomes monotonous and not holistic. The function of
direction in the management process will facilitate the achievement of the objectives of the unit or
organization. The manager, unit head or head of the treatment room uses an element of motivation to
improve staff performance. The purpose of this study was to determine the relationship between the
level of knowledge and motivation with the directive function in the application of pre-post conference
in the inpatient room of H. Hanafie Muara Bungo Hospital. This research is a type of analytical
research with a Cross Sectional Study design that links the level of knowledge and motivation to the
direction function in the application of the pre-post conference. Based on the research results, there is
a relationship between the level of knowledge and the directive function in the application of the Pre-
Post Conference (P-Value 0.003), and motivation to the direction function in the application of the Pre-
Post Conference (P-Value 0.000). It is hoped that the H. Hanafie Muara Bungo Hospital can be further
maintained or further enhanced by the directing function carried out by the head of the room in the
application of pre-post conference while working to achieve the performance and goals that have been
set.

Keywords : Knowledge, Motivation, Direction

PENDAHULUAN manajemen keperawatan. Manajemen


Manajemen merupakan rangkaian keperawatan adalah proses bekerja melalui
kegiatan sistematik untuk menggerakkan tenaga staf perawatan untuk memberikan
berbagai Sumber Daya Manusia (SDM) layanan perawatan, pengobatan dan untuk
melalui perencanaan, pengorganisasian, meningkatkaan kenyamanan pasien
koordinasi, pengarahan dan pengendalian (Gillies, 1994). Proses manajemen sangat
untuk mencapai tujuan spesifik organisasi. penting dalam implementasi sistem
Menurut Keliat dkk, (2009) layanan pelayanan keperawatan untuk mencapai
keperawatan perlu menerapkan hasil akhir keperawatan yang ditetapkan
69
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 1 MEI 2021
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN FUNGSI PENGARAHAN DALAM
PENERAPAN PRE-POST CONFERENCE DI RUANG RAWAT INAP RSUD H. HANAFIE MUARA BUNGO
TAHUN 2020

melalui proses perencanaan, Pre conference yaitu komunikasi


pengorganisasian, koordinasi, pengarahan ketua tim dan perawat pelaksana setelah
dan pengendalian (Sugiharto, Keliat, Sri, selesai operan mengenai rencana kegiatan
2012). pada shift tersebut yang dipimpin oleh
Manajemen keperawatan memahami kepala ruangan. Post conference
dan memfasilitasi pekerjaan perawat merupakan kegiatan diskusi yang
pelaksana serta mengelola kegiatan dilakukan oleh ketua tim dan perawat
keperawatan. Suyanto (2009) menyatakan pelaksana mengenai kegiatan selama shift
bahwa lingkup manajemen keperawatan sebelum dilakukan operan shift berikutnya.
adalah manajemen pelayanan kesehatan Kegiatan pre-post conference sangat
dan manajemen asuhan keperawatan. diperlukan dalam pemberian pelayanan
Manajemen pelayanan keperawatan keperawatan karena ketua tim dan
adalah pelayanan di rumah sakit yang anggotanya harus mampu mendiskusikan
dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga pengalaman klinik yang baru dilakukan,
tingkatan manajerial yaitu manajemen menganalisis, mengklarifikasi keterkaitan
puncak (kepala bidang keperawatan), antara masalah dengan situasi yang ada,
manajemen menegah (kepala unit mengidentifikasi masalah, menyampaikan
pelayanan atau supervisor), dan dan membangun sistem pendukung antar
manajemen bawah (kepala ruang perawat, dalam bentuk diskusi formal dan
perawatan). profesional (Sugiharto, Keliat, Sri, 2012).
Kontribusi utama meningkatkan kerja Proses diskusi pada pre-post
dalam bangsal model praktik keperawatan conference dapat menghasilkan strategi
profesional adalah kemampuan yang efektif dan mengasah kemampuan
pengarahan kepala ruangan dan ketua tim. berfikir kritis untuk merencanakan kegiatan
Menurut Marquist dan Huston (2000), pada pelayanan keperawatan selanjutnya
kegiatan pengarahan menuntut tanggung agar dapat berkesinambungan. Penerapan
jawab kepala ruangan atau ketua tim agar pre-post conference yang baik akan
dapat memberikan motivasi, menerapkan menunjang pelayanan keperawatan yang
manajemen konflik, pendelegasian tugas, optimal karena sebagai monitoring dan
melakukan komunikasi, dan memfasilitasi upaya kontrol asuhan keperawatan yang
kolaborasi kepada perawat pelaksana sudah diberikan kepada pasien maupun
dalam menjalankan rencana yang sudah hal-hal yang belum dilaksanakan serta
ditetapkan (Sugiharto, Keliat, Sri, 2012). faktor kendala. Penerapan pre-post
Fungsi pengarahan oleh Kepala conference yang buruk dapat menurunkan
ruangan atau Ketua tim kepada perawat kualitas pelayanan keperawatan kepada
pelaksanan diruang model praktik pasien, dimana pelayanan yang harus
keperawatan profesional diterapkan dalam segera diberikan kepada pasien menjadi
bentuk komunikasi efektif (operan, antar tertunda atau tidak dikerjakan sama sekali
shift, pre conference tim, post conference sehingga pasien komplain (Maryanti,
tim), menciptakan iklim motivasi, 2015).
melakukan supervisi dan delegasi. Dalam Menurut penelitian Amalia E (2015),
memberikan pelayanan keperawatan yang pre dan post conference berpengaruh
optimal dibutuhkan komunikasi yang efektif terhadap pelaksanaan asuhan
(Keliat, 2009). keperawatan, karena pre dan post
Kegiatan komunikasi yang kurang conference yang belum optimal
efektif menyebabkan menurunnya mempengaruhi kelancaran pemberian
intensitas dan durasi pemberian pelayanan asuhan keperawatan karena kurang
kepada pasien, sehingga pemberian terorganisirnya pembagian dan
pelayanan menjadi monoton dan tidak perencanaan asuhan keperawatan.
holistik. Kemampuan berkomunikasi dapat Sehingga pemberian asuhan keperawatan
dilihat dari kualitas pre conference, post tidak tersusun secara sistematis. Begitu
conference dan operan setiap pergantian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh
shift (Sugiharto, Keliat, Sri, 2012). Seniwati (2015), yang mengatakan bahwa
pre dan post conference berpengaruh

70
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 1 MEI 2021
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN FUNGSI PENGARAHAN DALAM
PENERAPAN PRE-POST CONFERENCE DI RUANG RAWAT INAP RSUD H. HANAFIE MUARA BUNGO
TAHUN 2020

terhadap kinerja perawat, karena menyalurkan dan mempertahankan guna


pelaksanaan pre dan post conference memenuhi tugas yang dibebankan
mempunyai dampak terhadap kinerja kegiatan organisasi. Selain motivasi,
perawat pelaksana. Jika pelaksanaan pre pengetahuan seseorang berpengaruh
dan post conference baik maka kinerja terhadap kinerja dalam memberikan
perawat pelaksana akan baik, pula begitu pelayanan keperawatan, dimana bila
sebaliknya. seseorang mempunyai pengetahuann yang
Sedangkan menurut penelitian baik maka pelayanan yang akan diberikan
Rezkiki, Febrina dan Anggraini (2019), berkualitas atau maksimal.
menyatakan bahwa dengan adanya kondisi Dari hasil survey peneliti terhadap 5
perencanaan yang bagus juga diikuti orang perawat pelaksana, 3 (60%)
dengan tindakan yang bagus, semua mengatakan pre-post conference tidak
tindakan perawat sudah mengacu pada optimal, dan 2 (40%) perawat mengatakan
rencana perawatan, perawat sudah mampu mempunyai motivasi yang baik dalam
mengobservasi respon pasien terhadap melaksanakan pre-post conference.
tindakan keperawatan, dilakukan revisi Tujuan penelitian ini adalah untuk
tindakan berdasarkan hasil evaluasi, serta mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
semua tindakan yang telah dilaksanakan dan motivasi dengan fungsi pengarahan
dicatat secara ringkas dan jelas. Keadaan dalam penerapan Pre-post conference di
ini adalah gambaran peningkatan Ruang Rawat Inap RSUD H. Hanafie
kelengkapan status dari sebelum dilakukan Muara Bungo tahun 2020.
tindakan pre dan post conference dengan
setelah dilakukan pre dan post conference. METODE PENELITIAN
Fungsi pengarahan dalam proses Jenis penelitian ini adalah Analitik
manajemen akan memfasilitasi pencapaian dengan desain penelitian Cross Sectional
tujuan unit atau organisasi. Manajer, Study yaitu mengamati variabel
kepala unit atau kepala ruangan perawatan independen dan variabel dependen dalam
menggunakan elemen motivasi untuk waktu bersamaan. Variabel independen
meningkatkan kinerja staf. Bagi staf, yaitu tingkat pengetahuan dan motivasi,
motivasi diperlukan untuk memicu dalam dengan variabel dependen yaitu fungsi
melakukan tugasnya berdasarkan pengarahan dalam penerapan pre-post
kemampuan terbaiknya dan untuk conference.
meningkatkan kemampuan dan karirnya. Populasi dalam penelitian ini adalah
Perawat yang memiliki motivasi baik semua perawat pelaksana dan ketua tim
adalah karyawan yang memiliki energi yang bertugas diruang rawat inap di RSUD
untuk melakukan sesuatu guna mencapai H. Hanafie Muara Bungo. Teknik
tujuan yang diharapkan setiap tantangan pengambilan sampel yang dilakukan
dan keterbatasan yang dihadapi dalam dengan cara total sampling yaitu semua
melaksanakan pekerjaannya. Pada responden dijadikan sampel penelitian.
umumnya, karyawan yang dengan motivasi Dengan kriteria Perawat pelaksana dan
tinggi cenderung mencari tantangan baru, ketua tim diruang rawat inap RSUD H.
inovatif, dan berani mengambil resiko untuk Hanafie Muara Bungo, bersedia menjadi
mewujudkan tujuan unit layanan responden dan berada ditempat saat
keperawatan atau rumah sakit. penelitian dilakukan.
Menurut Suyanto (2009) motivasi Teknik pengumpulan data pada
adalah bagian fundamental dari kegiatan penelitian ini adalah menggunakan angket
manajemen sehingga semua kegiatan yang disebarkan kepada responden tenaga
organisasi tidak akan berfaedah jika perawat, Sebelum angket diberikan kepada
anggota yang ada di dalam organisasi responden, terlebih dahulu dijelaskan
tersebut tidak termotivasi menyumbangkan tentang inform concent angket yang sudah
usaha guna memenuhi tugas yang diisi oleh responden langsung dikumpulkan
dibebankan kepadanya. Perawat ruang pada hari yang sama.
rawat inap atau bangsal yang memiliki Pada penelitian ini menggunakan
motivasi yang kuat akan mampu analisa univariat yang digunakan untuk

71
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 1 MEI 2021
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN FUNGSI PENGARAHAN DALAM
PENERAPAN PRE-POST CONFERENCE DI RUANG RAWAT INAP RSUD H. HANAFIE MUARA BUNGO
TAHUN 2020

menggambarkan distribusi frekuensi dari pre-post conference perawat di Ruang


Fungsi Pengarahan
Rawat Inap RSUD H. Hanafie Muara
Total P
Tidak Jumlah Persentase
Variabel Independen Optimal Valu No Variabel Kategori
Optimal (n = 39) (%)
e
F % F % F % 1 Tingkat Rendah 9 23,1
Tingkat Renda Pengetahuan Tinggi 30 76,9
7 77,8 2 22,2 9 100
Pengetahua h 0,00 2 Motivasi Rendah 12 30,8
6 20,0 24 80,0 30 100
n Tinggi 3 Tinggi 27 69,2
Total 13 33,3 26 66,7 39 100 3 Fungsi Tidak 13 33,3
Motivasi Renda Pengarahan Optimal 26 66,7
9 75,0 3 25,0 12 100
h 0,00 Optimal
4 14,8 23 85,2 27 100
Tinggi 0
Total 13 33,3 26 66,7 39 100
Bungo.
masing-masing variabel dependen dan
independen. Sedangkan analisa bivariat Tabel 2. Distribusi Frekuensi
digunakan untuk mengetahui ada atau Responden Menurut Tingkat
tidaknya hubungan variabel independen Pengetahuan, Motivasi dan Fungsi
dengan variabel dependen. Analisa ini Pengarahan Dalam Penerapan
menggunakan uji Chi-Square. Pre-Post Conference Perawat Di
Ruang Rawat Inap RSUD H.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hanafie Muara Bungo Tahun 2020
Hasil
1. Distribusi frekuensi responden menurut Berdasarkan tabel 4.2 hasil
umur, tingkat pendidikan dan masa kerja analisis didapatkan bahwa tingkat
perawat di Ruang Rawat Inap RSUD H. pengetahuan responden terbanyak
Hanafie Muara Bungo. adalah pengetahuan yang tinggi yaitu
sebanyak 30 orang (76,9%), motivasi
Tabel 1. Distribusi Frekuensi responden terbanyak adalah motivasi
Responden Menurut Umur, tinggi yaitu sebanyak 27 orang (69,2%),
Tingkat Pendidikan dan Masa dan fungsi pengarahan dalam
Kerja Perawat di Ruang Rawat penerapan pre-post conference perawat
Inap RSUD H. Hanafie Muara terbanyak adalah fungsi pengarahan
Bungo Tahun 2020. yang optimal yaitu sebanyak 26 orang
(66,7%).
Jumlah Persentase
No Variabel Kategori
(n = 39) (%) 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan
1 Umur < 30 Tahun 6 15,4
30 – 40 Tahun 30 76,9 Motivasi dengan Fungsi Pengarahan
> 40 Tahun 3 7,7 dalam Penerapan Pre-Post Confrence di
2 Tingkat D3 Keperawatan 35 89,7
Pendidika S1 Keperawatan 1 2,6 Ruang Rawat Inap RSUD H. Hanafie
n Ners Keperawatan 3 7,7 Muara Bungo
3 Masa < 5 Tahun 2 5,1
Kerja 5 – 10 Tahun 18 46,2
> 10 Tahun 19 48,7
Tabel 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan
dan Motivasi dengan Fungsi
Berdasarkan tabel 1 hasil analisis Pengarahan dalam Penerapan Pre-
didapatkan umur responden terbanyak Post Confrence di Ruang Rawat Inap
adalah kelompok umur 30 – 40 tahun RSUD H. Hanafie Muara Bungo
yaitu sebanyak 30 orang (76,9%), Tahun 2020.
tingkat pendidikan responden terbanyak
adalah D3 Keperawatan yaitu sebanyak Berdasarkan Tabel 3, hasil analisa
35 orang (89,7%) dan masa kerja hubungan antara variabel tingkat
responden terbanyak adalah > 10 tahun pengetahuan dengan fungsi pengarahan
yaitu sebanyak 19 orang (48,7%). diperoleh bahwa terdapat sebanyak 30
orang perawat yang memiliki tingkat
2. Distribusi frekuensi responden menurut pengetahuan yang tinggi, 24 (80%)
tingkat pengetahuan, motivasi dan perawat memiliki fungsi pengarahan yang
fungsi pengarahan dalam penerapan optimal dan 6 (20%) perawat memiliki
72
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 1 MEI 2021
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN FUNGSI PENGARAHAN DALAM
PENERAPAN PRE-POST CONFERENCE DI RUANG RAWAT INAP RSUD H. HANAFIE MUARA BUNGO
TAHUN 2020

fungsi pengarahan yang tidak optimal. sesuai bagi karir individu tersebut. Usia 30-
Sedangkan dari 9 perawat yang memiliki 40 tahun merupakan tahap pemantapan
tingkat pengetahuan yang rendah sebagian pilihan karir untuk mencapai tujuan
besar sebanyak 7 (77,8%) perawat sedangkan puncak karir terjadi pada usia
memiliki fungsi pengarahan yang tidak 40 tahun.
optimal. Hasil uji statistik diperoleh nilai P Tingkat pendidikan terbanyak yang
value yaitu sebesar 0,003 < nilai alpha dimiliki oleh perawat pelaksana di ruang
(0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada inap RSUD H. Hanafie Muara Bungo
hubungan antara tingkat pengetahuan adalah D3 Keperawatan. Pendidikan D3
dengan fungsi pengarahan dalam Keperawatan merupakan jenjang
penerapan pre-post confrence di Ruang pendidikan untuk perawat yang dapat
Rawat Inap RSUD H. Hanafie Muara diambil dalam jangka waktu cepat dengan
Bungo tahun 2020. kemampuan skill yang cukup dalam
Hasil analisa hubungan antara bekerja. Asumsi peneliti ini didukung oleh
variabel motivasi dengan fungsi teori yang menyatakan bahwa pendidikan
pengarahan diperoleh bahwa terdapat vokasi/kejuruan sebagai bagian dari sistem
sebanyak 27 orang perawat yang memiliki pendidikan nasional memainkan peran
motivasi yang tinggi, 23 (85,2%) perawat yang sangat strategis bagi terwujudnya
memiliki fungsi pengarahan yang optimal tenaga kerja yang terampil. Menurut teori
dan 4 (14,8%) perawat memiliki fungsi Maliki (2010), pendidikan memiliki peran
pengarahan yang tidak optimal. Sedangkan yang besar dalam penyediaan sumber
dari 12 perawat yang memiliki motivasi daya manusia yang berkualitas dan harus
yang rendah sebagian besar sebanyak 9 bisa menjawab tuntutan masyarakat,
(75%) perawat memiliki fungsi pengarahan terutama masyarakat modern. Lamanya
yang tidak optimal. Hasil uji statistik mengenyam pendidikan dinilai memiliki
diperoleh nilai P value yaitu sebesar 0,000 banyak memberikan pengaruh terhadap
< nilai alpha (0,05), maka dapat pembentukan daya saing seseorang.
disimpulkan bahwa ada hubungan antara Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin
motivasi dengan fungsi pengarahan dalam tinggi peluang seseorang untuk
penerapan pre-post confrence di Ruang meningkatkan kualitas daya saing mereka,
Rawat Inap RSUD H. Hanafie Muara dan semakin rendah tingkat pendidikan
Bungo tahun 2020. akan semakin sulit menumbuhkan
kemampuan dan daya saing seseorang.
Pembahasan Berdasarkan tabel 4.1 diatas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa sebagian besar
rata-rata umur perawat pelaksana di ruang perawat di ruang rawat inap RSUD H.
rawat inap RSUD H. Hanafie Muara Bungo Hanafie Muara Bungo memiliki masa kerja
merupakan umur produktif yang > 10 tahun. Masa kerja merupakan berapa
memerlukan bimbingan dalam bekerja dan lama jangka perawat pelaksana dalam
masih berusaha memantapkan karirnya menjalankan tugas di Rumah Sakit
sebagai perawat. Asumsi peneliti ini tersebut dan memiliki kenyamanan saat
didukung oleh pendapat Siagian (2012), menjalankan tugas. Menurut teori
yang menyatakan bahwa usia dibawah 30 Koesindratmono (2011), yang menyatakan
tahun merupakan umur yang belum bahwa masa kerja merupakan jangka
memiliki loyalitas pada organisasi, waktu atau lamanya seseorang bekerja
cenderung hidup santai, sedangkan umur pada suatu instansi, kantor, dan
30-40 tahun merupakan umur yang loyal sebagainya. Masa kerja dapat diartikan
pada diri sendiri, masih cenderung kuat sebagai sepenggalan waktu yang agak
untuk memantapkan keberadaannya, kalau lama dimana seseorang tenaga kerja
perlu berpindah kerja atau profesi. masuk dalam satu wilayah tempat usaha
Menurut teori Dessler (2013), usia sampai batas tertentu (Suma’mur, 2009
produktif adalah 25-30 tahun dimana pada dalam Nisak, 2014).
tahap ini merupakan penentu seseorang Berdasarkan hasil penelitian tersebut
untuk memilih bidang pekerjaan yang didapatkan bahwa rata-rata tingkat

73
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 1 MEI 2021
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN FUNGSI PENGARAHAN DALAM
PENERAPAN PRE-POST CONFERENCE DI RUANG RAWAT INAP RSUD H. HANAFIE MUARA BUNGO
TAHUN 2020

pengetahuan perawat pelaksana di ruang telah dilaksanakan secara optimal. Fungsi


rawat inap RSUD H. Hanafie Muara Bungo pengarahan telah dilakukan oleh manajer
tentang fungsi pengarahan dalam atau kepala ruangan sebagai langkah
penerapan pre-post conference perawat untuk meningkatkan dukungan perawat
adalah tinggi. Pengetahuan tersebut untuk mencapai tujuan manajemen
didapatkan oleh perawat pelaksana di keperawatan dan tujuan asuhan
ruang rawat inap RSUD H. Hanafie Muara keperawatan. Menurut teori Marquis dan
Bungo dari tambahan ilmu dan Huston (2010), pengarahan merupakan
pengetahuan baik dari diskusi di ruangan fase kerja manajemen, dimana manajer
yang disampaikan oleh kepala ruangan, berusaha memotivasi, membina
diklat dari pihat Rumah sakit maupun komunikasi, menangani konflik, kerja
didapatkan secara individu untuk sama, dan negosiasi. Pengarahan yang
memenuhi kebutuhan mereka sebagai efektif akan meningkatkan dukungan
perawat pelaksana yang didukung oleh perawat untuk mencapai tujuan
pengalaman yang mereka miliki. Asumsi ini manajemen keperawatan dan tujuan
didukung oleh teori Prasetyo, (2007) yang asuhan keperawatan. Pengarahan
menyatakan bahwa pengetahuan dilakukan oleh para pimpinan bisa secara
merupakan segala sesuatu yang ada individu maupun secara kelompok yang
dikepala kita, kita dapat mengetahui memiliki fungsi berkaitan erat dengan
sesuatu berdasarkan pengalaman yang perencanaan kegiatan keperawatan di
kita miliki. Selain pengalaman, kita juga ruang rawat inap dalam rangka
menjadi tahu karena kita diberitahu oleh menugaskan perawat untuk melaksanakan
orang lain. Pengetahuan seseorang mencapai tujuan yang telah ditentukan.
biasanya diperoleh dari pengalaman yang Berdasarkan hasil penelitian
berasal dari berbagai macam sumber menunjukkan bahwa perawat di ruang
seperti, media poster, kerabat dekat, media rawat inap RSUD H. Hanafie Muara Bungo
massa, media elektronik, buku petunjuk, sebagian besar memiliki pengetahuan yang
petugas kesehatan, dan sebagainya. baik. Hal ini ditunjukkan atas
Pengetahuan dapat membentuk keyakinan kecenderungan dari hasil tingkat
tertentu, sehingga seseorang berperilaku pengetahuan yang diperoleh berada pada
sesuai dengan keyakinannya tersebut kategori tinggi. Penelitian ini sejalan
(Istiari, 2000). dengan hasil penelitian oleh Novitasari
Sebagian besar perawat pelaksana di (2014), dengan judul hubungan tingkat
ruang rawat inap RSUD H. Hanafie Muara pengetahuan pre & post conference
Bungo memiliki motivasi tinggi. Perawat perawat pelaksana dan penerapannya
tersebut selalu mendapatkan dorongan dengan kinerja perawat di RSI Sultan
motivasi, baik dari diri sendiri, kepala Agung Semarang Ada hubungan tingkat
ruangan maupun rekan kerja untuk pengetahuan perawat pelaksana dan
menjalankan tugas sesuai dengan SOP penerapan pre & post conference dengan
yang berlaku di Rumah Sakit. Menurut teori p-value = 0,000 (r=0,740).
Mustikasari (2010), motivasi merupakan Menurut teori Mc.Namara (1999),
segala sesuatu yang mendorong Marquist dan Huston (2000), pengarahan
seseorang untuk melakukan sesuatu. merupakan koordinasi untuk memotivasi
Sedangkan menurut Sbortell & Kaluzny atau memimpin sekelompok orang untuk
(dikutip dalam Mustikasari, 2010), motivasi mengerjakan tugas yang telah ditentukan.
adalah perasaan atau pikiran yang Fungsi pengarahan atau mengarahkan
mendorong seseorang melakukan adalah cara menumbuhkan semangat
pekerjaan atau menjalankan kekuasaan tinggi atau keinginan yang kuat
terutama dalam berperilaku. (enthusiasme) melalui upaya komunikasi
Berdasarkan hasil penelitian tersebut bersama karyawan, memotivasi mereka
didapatkan sebagian besar fungsi untuk bekerja keras, dan menjaga
pengarahan perawat pelaksana di ruang hubungan interpersonal agar dapat
rawat inap RSUD H. Hanafie Muara Bungo mempertahankan serta meningkatkan
dalam penerapan pre-post conference kinerja dan kepuasan kerja mereka

74
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 1 MEI 2021
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN FUNGSI PENGARAHAN DALAM
PENERAPAN PRE-POST CONFERENCE DI RUANG RAWAT INAP RSUD H. HANAFIE MUARA BUNGO
TAHUN 2020

(Sugiharto, 2012). Selain itu fungsi akan menentukan sikap seseorang,


pengarahan bertujuan untuk membangun semakin banyak aspek positif dan objek
efektivitas kelompok perawat pelaksana yang diketahui, maka akan menimbulkan
agar dapat bekerja dengan baik (Rowland sikap makin positif terhadap objek tertentu
& Rowland, 1997). Fungsi pengarahan (A. Wawan, 2010).
atau koordinasi dilaksanakan dengan lebih Berdasarkan hasil penelitian
detail oleh kepala ruangan dan ketua tim menunjukkan bahwa perawat di ruang
yang berperan sebagai manajer level satu rawat inap RSUD H. Hanafie Muara Bungo
untuk membangun efektivitas kerja perawat memiliki motivasi yang baik. Hal ini
pelaksana. Menurut Marquist dan Huston ditunjukkan atas kecenderungan dari hasil
(2010), kegiatan pengarahan menuntut motivasi yang diperoleh berada pada
tanggung jawab kepala ruangan atau ketua kategori tinggi. Adanya peran dari kepala
tim agar dapat memberikan motivasi, ruang yang selalu mengingatkan perawatr
menerapkan manajemen konflik, pelaksana untuk melakukan evaluasi
mendelegasikan tugas, melakukan sebelum operan, diduga turut mempunyai
komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi. andil keberhasilan penerapan pre dan post
Menurut Keliat (2009), bentuk fungsi conference perawat. Menurut Hasibuan
pengarahan antara lain adalah operan pre- (2011), yang menyatakan bahwa motivasi
post conference, iklim motivasi, supervisi merupakan pemberian daya untuk
dan pendelegasian. Dalam melaksanakan menggerakan dan menciptakan kegairahan
fungsi pengarahan dengan menerapkan kerja seseorang, agar mau bekerjasama,
pre-post conference dipengaruhi banyak efektif, dan terintegrasi dengan segala
faktor, salah satunya adalah faktor upaya untuk dapat menciptakan kepuasan.
pengetahuan dari individu. Hal ini didukung Motivasi merupakan suatu energi yang
oleh teori Shermon (2005), yang mendorong satu individu dalam
menyatakan bahwa kompetensi yang menjalankan tugas dan tanggung jawab
mencakup pengetahuan merupakan salah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
satu faktor yang dapat mempengaruhi Penting bagi perawat untuk dapat
fungsi pengarahan. Kompetensi sendiri mempertahankan motivasi dalam
merupakan karakteristik individu yang organisasi Rumah Sakit. Motivasi berkaitan
terlihat dalam bentuk prilaku dan mampu erat dengan dorongan yang kuat untuk
menampilkan kinerja dalam suatu melakukan setiap pekerjaan dengan hasil
pekerjaan, peran, atau situasi tertentu. yang optimal.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu Penelitian ini sesuai dengan hasil
yang didapat melalui proses penginderaan penelitian oleh Apriyanti (2008) bahwa ada
terhadap suatu objek. Pengetahuan hubungan yang signifikan antara
diperoleh dari penglihatan dan pengetahuan, motivasi, dan supervisi
pendengaran. Pengetahuan merupakan dalam penerapan konferensi, ronde
domain yang sangat penting dalam keperawatan dan presentasi kasus dengan
membentuk suatu tindakan seseorang p-value 0,0001. Hal ini tidak sesuai dengan
(overt behaviour) (Notoatmodjo, 2012). penelitian yang sudah dilakukan oleh
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh Maryanti (2015), dengan judul hubungan
faktor pendidikan formal. Pengetahuan motivasi dengan penerapan
sangat erat kaitannya dengan pendidikan, postconference perawat Di Ruang
dimana diharapkan bahwa dengan Cendana Irna I RSUP dr. Sardjito
pendidikan yang tinggi maka orang Yogyakarta. Dari hasil penelitian tersebut
tersebut akan semakin luas pula didapatkan bahwa tidak ada hubungan
pengetahuannya. Akan tetapi perlu antara motivasi dan penerapan
ditekankan, bukan berarti seseorang yang postconference perawat dengan hasil uji
berpendidikan rendah mutlak statistik P-Value 0,791. Motivasi sendiri
berpengetahuan rendah pula. merupakan salah satu faktor yang
Pengetahuan seseorang terhadap suatu menyebabkan untuk dapat
objek mengandung dua yaitu aspek positif mempertahankan, menyalurkan, dan
dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang memelihara perilaku manusia. Motivasi

75
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 1 MEI 2021
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN FUNGSI PENGARAHAN DALAM
PENERAPAN PRE-POST CONFERENCE DI RUANG RAWAT INAP RSUD H. HANAFIE MUARA BUNGO
TAHUN 2020

berawal dari kebutuhan yang tidak Diharapkan kepada pihak Ruang


terpuaskan dan mendorong perilaku Rawat Inap RSUD H. Hanafie Muara
menuju ke arah pemuasan. Motivasi dapat Bungo agar dapat lebih dipertahankan atau
membuat seseorang memulai, lebih ditingkatkan fungsi pengarahan yang
melaksanakan, dan mempertahankan dilakukan oleh kepala ruangan dalam
kegiatan tertentu. Menurut Nursalam penerapan pre-post conference saat
(2015), motivasi merupakan karakteristik bekerja untuk mencapai kinerja dan tujuan
psikologis manusia yang memberikan yang telah ditetapkan yang didukung oleh
kontribusi pada tingkat komitmen pengetahuan dan motivasi yang lebih baik.
seseorang.
Jika di lihat berdasarkan beberapa UCAPAN TERIMA KASIH
teori motivasi, motivasi merupakan sesuatu Penulis mengucapkan terima kasih
yang dapat menimbulkan semangat atau kepada Akademi Keperawatan Setih Setio
dorongan dalam bekerja untuk mencapai yang telah memberi dukungan financial
tujuan (Suyanto, 2009). Semakin kuat terhadap penelitian ini serta semua pihak
motivasi seseorang, maka makin kuat pula yang terlibat dalam penelitian ini yang tidak
usahanya untuk mencapai tujuan. Banyak bisa disebutkan satu persatu.
perawat merasakan beban dalam
menerapkan postconference perawat, DAFTAR PUSTAKA
padahal sebagai sebuah usaha evaluasi Arikunto, Suharsimi. (2006), Prosedur
kinerja dapat digunakan sebagai umpan Penelitian: Suatu Pendekatan
balik yang memberikan informasi mengenai Praktek. Jakarta, Rineka Cipta.
prestasi perawat dan pelaksanaan suatu Asmawati. (2012). Analisa Faktor-Faktor
rencana asuhan keperawatan yang Yang Berhubungan Dengan Fungsi
maksimal (Simamora, 2012). Pengarahan Yang Dipersepsikan
Oleh Perawat Pelaksana Di Ruang
KESIMPULAN Rawat Inap RS Jiwa HB Sa’anin
1. Dari 39 responden didapat sebagian Padang. TESIS
besar 30 orang (76,9%) memiliki tingkat Azwar, S. (2015). Sikap Manusia Teori dan
pengetahuan yang tinggi Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
2. Dari 39 responden didapat sebagian Belajar
besar 27 orang (69,2%) memiliki Billings, D.M., & Judith, A.H. (1999).
motivasi yang tinggi Teaching in nursing: A guide for
3. Dari 39 responden didapat sebagian faculty. Philadelpia: WB saunders
besar 26 orang (66,7%) memiliki fungsi Company.
pengarahan yang optimal Deseco. (2005). the definition and selection
4. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P of key competencies executive
value yaitu sebesar 0,003 < nilai alpha summary. key DeSeCo
(0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Publications.
ada hubungan antara tingkat Gillies, D’A. (2000). Manajemen
pengetahuan dengan fungsi Keperawatan: Suatu pendekatan
pengarahan dalam penerapan pre-post sistem. Edisi kedua. Philadelphia:
confrence di Ruang Rawat Inap RSUD WB. Saunders.
H. Hanafie Muara Bungo tahun 2020. Huber, D. (2000). Leadership and Nursing
5. Hasil uji statistik diperoleh nilai P value Care Management. Second edition.
yaitu sebesar 0,000 < nilai alpha (0,05), Philadelphin: W. B. Saunders
maka dapat disimpulkan bahwa ada Company.
hubungan antara motivasi dengan Hasibuan, Malayu, S.P. (2010). Organisasi
fungsi pengarahan dalam penerapan Dan Motivasi: Dasar Peningkatan
pre-post confrence di Ruang Rawat Produktivitas. Jakarta: PT Bumi
Inap RSUD H. Hanafie Muara Bungo Aksara.
tahun 2020. Hardianto, Anthon. (2012). Hubungan
Penerapan Metode Tim (MPKP)
SARAN dengan Kinerja Perawat Pelaksana
76
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 1 MEI 2021
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN FUNGSI PENGARAHAN DALAM
PENERAPAN PRE-POST CONFERENCE DI RUANG RAWAT INAP RSUD H. HANAFIE MUARA BUNGO
TAHUN 2020

di Ruang Rawat Inap di RUSD Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi


Kabupaten Mejene. (25 Februari, Penelitian Kesehatan, Ed. Rev
2016). Jakarta: Rineka Cipta.
Kuntoro, Agus. (2010). Buku Ajar , (2012). Metodologi
Manajemen Keperawatan. Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Yogyakarta: ISBN Rineka Cipta.
Keliat, Dkk. (2006). Modul Model Praktek , (2012). Promosi Kesehatan
Keperawatan Profesional Jiwa. dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Jakarta: Fakultas keperawatan Rineka Cipta.
Universitas Indonesia dan World Rilly, E., & Obermann, MH. (1999). clinical
Health Organization Indonesia. teaching in nursing education. (2nd
Keliat, Budi A. (2009). Model Praktik Ed). Boston: Jones & Barlet
Keperawatan Professional Jiwa. Publishers, Inc.
Jakarta: EGC. Rowland, H.S., & Rowland, B.L., (1997).
Kelly & Heidental. (2004). Essential of Nursing administration hand book.
Nursing Leadership and (4thEd). Maryland: Aspen
management. New York: Thoomson publisher, Inc.
Delmar Learning. Shermon, G. (2005). competency based
Kozier, B. (2007). Professional Nursing HRM: A strategic resource for
Practice: Concepts and competency mapping, assessment
Perspectives, 4thed, Pearson and development centres. delhi:
Education Inc, New Jersey Tata McGraw-Hill.
Mangkunegara. A.P. (2009). Manajemen Siagian, S.P. (1999). Teori dan praktik
Sumber Daya Manusia kepemimpinan. Jakatra: Rineka
Perusahaan. Bandung: Remaja Cipta
Rosdakarya. Simamora, R.H. (2012). Buku Ajar
Manajemen Keperawatan, EGC,
Marquis, B.L. & Huston, C.J. (2010). Jakarta
Kepemimpinan dan Manajemen Sitepu, E.C. (2012). Hubungan Motivasi
Keperawatan: Teori dan Aplikasi. dengan Penerapan Komunikasi
Edisi keempat. Jakarta: EGC Terapeutik oleh Perawat pada
Maryanti. (2015). Hubungan Motivasi Pasien di Ruang Rawat Inap
Dengan Penerapan Post Rumah Sakit Jiwa Heerdjan,
Conference Di Ruang Cendana Irna Tesis. Jakarta: Universitas
I RSUP dr. Sardjito Yogyakarta Indonesia
Mazly, Astuty. (2011). Hubungan Suarli, S & Yahyah Bahtiar. (2009).
Pelaksanaan Fungsi Pengarahan Manajemen Keperawatan: dengan
Kepala Ruangan dengan Kepuasan pendekatan praktis. Jakarta.
Kerja Perawat Pelaksana Di Rumah Erlangga.
Sakit Haji Jakarta. FIK-UI. TESIS. Sudarma, Momon. (2008). sosiologi untuk
Mulianto, sindu. (2006). supervise kesehatan. Jakarta : salemba
diperkaya perspektif syariah. medika.
Jakarta : pt alex media komputindo. Sugiharto, dkk. (2012). Manajemen
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Keperawsatan: Aplikasi MPKP di
Ilmu Keperawatan: Pendekatan Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Praktis, Edisi 3. Jakarta: Salemba Sutrisno, E. (2009). Manajemen Sumber
Medika. Daya Manusia. Jakarta: Kencana.
Nursalam. (2015). Manajemen Sutopo. (2000). Metode Penelitian
Keperawatan: Aplikasi Dalam Kualitatif. Surakerta: Sebelas Maret
Praktik Keperawatan University Press.
Professional, Edisi 5: Jakarta: Suyanto. (2009). Mengenal Kepemimpinan
Salemba Medika. Dan Manajemen Keperawatan
Dirumah Sakit. Jogjakarta: Mitra
Cendikia Press.

77
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 1 MEI 2021
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN FUNGSI PENGARAHAN DALAM
PENERAPAN PRE-POST CONFERENCE DI RUANG RAWAT INAP RSUD H. HANAFIE MUARA BUNGO
TAHUN 2020

Schermerhorn J.R., Hunt, J.G., & Osborn,


R.N. (2002). Organizational
behaviour. (7 th edition). USA: Jhon
Wiley & Sons, Inc.
Swanburg, R.C. (2000). Pengantar
Kepemimpinan dan Management
Keperawatan: Untuk Perawat Klinis.
Jakarta: EGC
Verma, S. Broers, T. Peterson, M.,
Schroder, C. (2009). Core
Competencies: The next generation
comparison of a common
framework for multiple professions .
Journal of alliedhealth 38 (1), 47-53
Wawan, A dan Dewi M. (2010).
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta
: Nuha Medika.

78
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 1 MEI 2021

Anda mungkin juga menyukai