Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BIOTEKNOLOGI FARMASI

“PENGHANTARAN OBAT TERTARGET”

DOSEN PENGAMPU :
Apt. Indri Meirista, M.Sc

DISUSUN OLEH KELOMPOK 12 :


- Ribka Pangaribuan 204820
- Rantika Nabila 204820
- Reren Alfiaturahma Putri 204820
- Bettya Untari 2048201113
- Nikha Izana 2048201114

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita
nikmat imandan kesehatan, sehingga masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
Makalah Bioteknologi Farmasi. Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk
junjungan nabi kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk dari
Allah SWT untuk kitasemua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni
Syariat agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi
seluruh alam semesta.
Makalah yang berjudul “Pelepasan Obat Tertarget” ini disusun dengan maksud
untuk melengkapi tugas mata kuliah Bioteknologi Farmasi. Dalam melakukan penyusunan
Makalah ini tentunya banyak sekali hambatan yang dialami, oleh karena itu kami berterima
kasih kepada dosen pengampu yang telah membantu dan mengawasi kami selama proses
ini. Selain itu kami sadar bahwa pada Makalah Bioteknologi Farmasi ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya Makalah
Bioteknologi Farmasi lain yang lebih baik lagi. Akhir kata, kami berharap agar Makalah
Bioteknologi Farmasi ini dapat memberikan banyak manfaat dalam berlangsungnya
perkuliahan Bioteknologi Farmasi berikutnya.

Jambi, 02 Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem penghantaran obat (Drug Delivery System atau DDS) merupakan suatu
sistem untuk mengirimkan zat terapeutik atau obat yang telah digunakan secara klinis
dan pra-klinis dalam pengobatan suatu penyakit. Sistem penghantaran obat dapat
dilakukan melalui beberapa rute penghantaran dimana penghantaran paling konvensional
dilakukan melalui asupan oral atau injeksi ke pembuluh darah (Ananda, 2020).
Sistem Penghantaran obat telah dikembangkan untuk tujuan meningkatkan kerja
obat dengan cara antara lain, peningkatan farmakokinetika (absorbsi, distribusi,
metabolisme dan eksresi), perubahan farmakodinamika (mekanisme kerja, respon
farmakologi, mempertahankan kerja dan penargetan obat). Tujuan utama dalam sistem
penghantaran obat adalah melepaskan bahan aktif sampai ke sistem peredaran darah dan
ke tempat kerja obat sehingga menghasilkan efek farmakologi yang optimal (Noval &
Malahayati, 2021).
Sistem penghantaran obat konvensional adalah penyerapan obat melintasi
membran biologis, sedangkan sistem pelepasan target melepaskan obat dalam bentuk
sediaan (Hapsari & Puspitasari, 2018). Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, sistem penghantaran obat tertarget lebih diminati dibandingkan dengan
sistem penghantaran obat konvensional akibat 3 alasan, yaitu:
1) Segi Farmaseutik, obat konvensional memiliki kelarutan dan kestabilan yang
rendah
2) Segi Farmakokinetik, obat konvensional memiliki absorpsi yang buruk, waktu
paruh lebih rendah, dan membutuhkan volume distribusi yang besar.
3) Segi Farmakodinamik, obat konvensional memiliki spesifisitas dan indeks terapi
yang lebih rendah.
Hal tersebut merupakan tantangan bagi industri farmasi untuk mengembangkan
sistem penghantaran tertarget yang memiliki fungsi spesifik pada target aksi tertentu.
Tujuan utama pengembangan sistem penghantaran tertarget adalah untuk meningkatkan
kontrol dosis obat pada tempat spesifik seperti pada sel, jaringan, atau organ, sehingga
akan mengurangi efek samping yang tidak diinginkan pada organ non target (Winarti,
2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem penghantaran obat tertarget?
2. Apa yang membedakan antara penghantaran obat konvensional dan tertarget?
3. Apa saja jenis penghantaran obat tertarget?
4. Bagaimana urgensi dan tujuan pentargetan obat?
5. Apa yang dimaksud dengan Ligand, Homing Device dan Homing Molecule?
6. Bagaimanakah desain obat bertarget?
7. Bagaimana mekanisme pentargetan obat?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dari sistem penghantaran obat tertarget?
2. Untuk mengetahui perbedaan antara penghantaran obat konvensional dan tertarget?
3. Untuk mengetahui jenis-jenis penghantaran obat tertarget?
4. Untuk mengetahui urgensi dan tujuan pentargetan obat?
5. Untuk mengetahui pengertian dari Ligand, Homing Device dan Homing Molecule?
6. Untuk mengetahui desain obat bertarget?
7. Untuk mengetahui mekanisme pentargetan obat?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi penghantaran obat konvensional dan tertarget


Sistem penghantaran obat konvensional adalah penyerapan obat melintasi
membran biologis, sedangkan sistem pelepasan target melepaskan obat dalam bentuk
sediaan (Hapsari & Puspitasari, 2018).
Sistem penghantaran obat konvensional diketahui dapat memberikan pelepasan
obat yang cepat, meskipun demikian, untuk menjaga agar konsentrasi obat tetap berada
dalam batas konsentrasi efektif yang dibutuhkan dalam pengobatan, obat – obatan ini
harus diminum beberapa kali dalam sehari. Hal inilah yang menyebabkan level obat
dalam tubuh berubah – ubah secara signifikan (Olii & Aztriana, 2015).
DDS konvensional memiliki beberapa keuntungan seperti kemudahan dalam
pemberian obat dan dapat diterima oleh seluruh pasien. Namun DDS konvensional
seperti rute oral memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi efektivitas dari obat
akibat lingkungan pH yang rendah dan adanya enzim pencernaan pada lambung. Kondisi
yang ekstrim tersebut dapat memecah beberapa obat sehingga dosis obat yang memasuki
sirkulasi darah untuk diserap tubuh menjadi jauh berkurang. Selain itu untuk obat yang
perlu menargetkan organ tertentu, pemberian obat oral menjadi tidak ideal karena
biodistribusinya yang buruk. Hal ini dapat diperparah karena serapan obat dalam organ
detoksifikasi seperti hati atau ginjal menjadi semakin tinggi sehingga dapat
menyebabkan toksisitas pada organ tersebut (Ananda, 2020).
Sistem penghantaran obat tertarget lebih diminati dibandingkan dengan sistem
penghantaran obat konvensional akibat 3 alasan, yaitu:
1) Segi Farmaseutik, obat konvensional memiliki kelarutan dan kestabilan yang
rendah
2) Segi Farmakokinetik, obat konvensional memiliki absorpsi yang buruk, waktu
paruh lebih rendah, dan membutuhkan volume distribusi yang besar
3) Segi Farmakodinamik, obat konvensional memiliki spesifisitas dan indeks terapi
yang lebih rendah.
Dalam pengembangan sistem penghantaran obat tertarget, terdapat 3 komponen
utama yaitu agen terapeutik, targeting group, dan sistem pembawa. Obat dapat
digabungkan ke dalam sistem pembawa secara absorpsi pasif maupun secara aktif
dengan konjugasi kimia. Pemilihan molekul pembawa ini menjadi hal yang penting
karena akan mempengaruhi segi farmakokinetik dan farmakodinamik obat. Molekul
pembawa seharusnya memiliki sifat bio-degradable atau dapat langsung dieliminasi dari
tubuh (Hapsari & Puspitasari, 2018)
2.2 Jenis penghantaran tertarget
Berbagai jenis pembawa obat dalam sistem penghantaran tertarget, antara lain:
liposom, polimer misel, nanopartikel, dendrimers dan lain sebagainya. Sistem
penghantaran obat yang digunakan harus memenuhi persyaratan ideal antara lain: harus
tidak beracun, biokompatibel, non-imunogenik, biodegradabel, dan menghindari
pengenalan oleh mekanisme imun host (Winarti, 2013)
a). Liposom
Liposom atau gelembung lemak merupakan partikel koloid yang dibuat
menggunakan molekul, fosfolipid dan merupakan sistem penghantaran yang paling
umum digunakan untuk penghantaran obat tertarget. Sistem penghantaran ini
menarik banyak minat peneliti karena berperan penting dalam meningkatkan efek
terapi, keamanan, dan efikasi berbagai obat termasuk antitumor, antiviral,
antimikrobial, dan vaksin17. Liposom tidak beracun, nonhemolitik dan non-
imunogenik bahkan setelah suntikan berulang. Sifatnya biokompatibel dan
biodegradable dan dapat dirancang untuk menghindari mekanisme pembersihan
sistem retikuloendotelial (RES), ginjal atau inaktivasi secara kimiawi dan enzimatik.
Kekurangan liposom in vivo merupakan pembersihan segera oleh sistem RES dan
stabilitas yang relatif rendah in vitro (Winarti, 2013).
Untuk memperbaiki terapi dengan sistem ini perlu modifikasi permukaan
dengan ligan agar meningkatkan penghantaran menjadi lebih selektif. Hal ini
penting untuk transportasi dan penghantaran in vivo makromolekul, termasuk
antisense, aptamers oligonukleotida, dan gen, yang tidak seperti kebanyakan obat
konvensional, kurang tersirkulasi dengan baik dan sering membutuhkan serapan
seluler oleh fusi, endositosis, atau proses lainnya untuk mencapai tempat aksinya
(Winarti, 2013).

Gambar 1. Ligan pentarget melekat.


b). Polimer misel
Misel adalah partikel koloid dengan ukuran dalam kisaran 5-100 nm. Misel
terdiri dari amfifil atau bahan aktif permukaan (surfaktan), dimana sebagian besar
kepala merupakan kelompok-hidrofilik dan ekor hidrofobik. Pembentukan misel
dipicu oleh penataan ekor hidrofobik yang mengarah ke keadaan yang
menguntungkan entropi. Fungsionalisasi misel sebagai penghantar obat dapat
ditingkatkan dengan cara menempelkan ligan pentarget yang secara khusus
mengenali dan mengikat reseptor yang diekspresikan pada sel tumor (Winarti,
2013).
Misel juga sangat menarik digunakan dalam pemberian obat yang ditargetkan
pada sel-sel kanker karena:
1. Akumulasi misel polimer pada tumor dapat meningkat karena efek EPR
sehingga pendekatan pentargetan pasif dapat berlaku di sini.
2. Polimer misel dapat dibuat sensitif terhadap perubahan suhu atau pH, yang
berpotensi berguna untuk penghantaran obat yang ditargetkan pada kanker,
karena banyak proses patologis dalam jaringan kanker yang disertai dengan
peningkatan suhu atau keasaman
3. Ligan yang berinteraksi dengan reseptor spesifik untuk sel-sel kanker juga
dapat melekat pada unit hidrofilik dari misel. Pendekatan ini dikenal sebagai
penargetan aktif.

Gambar 2. Misel terkonjugasi dengan Ligand

c). Nanopartikel
Nanopartikel adalah sistem koloid dengan ukuran submikron (< 1 M) terbuat
dari berbagai macam bahan dalam berbagai komposisi. Vektor nanopartikel
meliputi: liposom, misel, dendrimers, nanopartikel lipid padat, nanopartikel logam,
semikonduktor nanopartikel dan polimer nanopartikel. Nanopartikel sangat baik
untuk penargetan tumor karena sifat unik yang mampu melekat pada tumor padat.
Pertumbuhan tumor padat yang cepat menyebabkan drainase Ligan/homing device
limfatik pembuluh darah yang jelek serta peningkatan efek permeabilitas dan retensi
(EPR) yang memungkinkan nanopartikel terakumulasi di lokasi tumor (Winarti,
2013).
Penelitian menunjukkan bahwa sistem penghantaran nanopartikel
memungkinkan konsentrasi obat pada tumor mencapai 10 - 100 kali lipat lebih tinggi
dibandingkan ketika pemberian obat bebas. Selain pentargetan tumor secara pasif
melalui efek EPR, lokalisasi intratumoral nanopartikel dapat lebih ditingkatkan
dengan pentargetan aktif melalui konjugasi partikel dengan molekul kecil pengenal
tumor spesifik seperti asam folat, tiamin, dan antibodi atau lektin (Winarti, 2013).
d). Dendrimers
Dendrimer merupakan makromolekul dengan struktur bercabang dan terdiri
atas inti, cabang dan gugus ujung. Dendrimer yang didekorasi dengan bioaktif ligan
yang terbuat dari peptide dan sakarida pada gugus perifer, membentuk nanomaterial
yang memiliki sifat mampu berikatan dengan reseptor spesifik. Pada level selular
konjugat bioaktif dendrimer dapat berinteraksi dengan sel berdasar afinitas dan
selektifitas sehingga menarik banyak minat karena potensi pentargetan untuk desain
sistem penghantaran obat. Selain itu konjugat dendrimer juga banyak dipelajari
karena dapat menaikkan stabilitas, solubilitas, dan absorbsi berbagai jenis tipe bahan
aktif terapetik (Winarti, 2013).
2.3 Urgensi dan tujuan pentargetan obat
Pentingnya pentargetan dalam penghantaran obat digunakan pada penyakit-
penyakit yang membahayakan jiwa seperti kanker dan infeksi virus sangat dibutuhkan
saat ini. Selektifitas dalam pengobatan sangat dibutuhkan, sebagai contoh pengobatan
kanker. Hal tersebut merupakan tantangan bagi industri farmasi untuk mengembangkan
sistem penghantaran tertarget yang memiliki fungsi spesifik pada target aksi tertentu
(Winarti, 2013).
Tujuan utama pengembangan sistem penghantaran tertarget adalah untuk
meningkatkan kontrol dosis obat pada tempat spesifik seperti pada sel, jaringan, atau
organ, sehingga akan mengurangi efek samping yang tidak diinginkan pada organ non
target. Suatu molekul obat sangat sulit mencapai tempat aksinya karena jaringan seluler
yang komplek pada suatu organisme, sehingga sistem penghantaran ini berfungsi untuk
mengarahkan molekul obat mencapai sasaran yang diinginkan (Winarti, 2013).
2.4 Ligand, Homing Device dan Homing Molecule
2.5 Desain obat bertarget
2.6 Mekanisme pentargetan obat
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu kepada sumber yang busa dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai
pembahasan makalah di atas.
3.3
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, M. B. (2020). Mesoporous Silica Nanoparticles Sebagai Drug Carrier pada Aplikasi
Controlled Drug Delivery System. Jurnal Permadi: Perancangan, Manufaktur,
Material Dan Energi, 2(3), 102–109. https://doi.org/10.52005/permadi.v2i3.39

Hapsari, T. D., & Puspitasari, I. M. (2018). Potensi Kitosan Dalam Sistem Penghantaran Obat
Tertarget Pada Organ Paru Hati Ginjal Dan Kolon. Farmaka, 16(2), 54–63.

Noval, & Malahayati, S. (2021). Teknologi Penghantaran Obat Terkendali. In Pena Persada
(Issue April). CV. PENA PERSADA.

Olii, A. T., & Aztriana, A. (2015). OPTIMASI BAHAN POLIMER PEMBENTUK


MATRIKS TABLET SUSTAINED RELEASE Na. DIKLOFENAK. Jurnal Ilmiah As-
Syifaa, 7(1), 52–59. https://doi.org/10.33096/jifa.v7i1.20

Winarti, L. (2013). Sistem Penghantaran Obat Tertarget, Macam, Jenis-Jenis Sistem


Penghantaran, Dan Aplikasinya. Stomatognatic (J. K. G Unej), 10(2), 75–81.

Anda mungkin juga menyukai