Anda di halaman 1dari 5

Psikometri Kelompok 3

Anggota Kelompok :

1) Dary Alvian Farras (1807016053)


2) Tinnezia Istiqomah (1807016056)
3) Aulia Izdihar Lisa Zanzabida (1807016060)
4) Astrid Melliani Pratiwi (1807016071)
5) Aziz Bachtiar (1807016077)

SOAL DAN JAWABAN PSIKOMETRI

1. Jelaskan kurva karakteristik pada ppt materi IRT!


Jawaban:
Gambar tersebut menunjukkan karakteristik kurva dan distribusi kemampuan dari dua
kelompok, yaitu kelompok berkemampuan rendah dan kemampuan tinggi. Dari
gambar terlihat bahwa kelompok dengan kemapuan tinggi memiliki probabilitas yang
lebih besar untuk menjawab butir soal dengan benar dibandingkan dengan
kemampuan rendah. Dengan demikian, karakteristik butir tidak bergantung pada
kelompok.

2. Jelaskan apa yang dimaksud paramater butir model logistik 1,2 dan !
Jawaban:
 Model logistik satu parameter atau yang terkenal dengan nama model Rasch,
merupakan model IRT yang paling sering digunakan. Model ini mengasumsikan
bahwa semua item mendiskriminasi secara sama serta tidak dapat dijawab dengan
benar berdasarkan tebakan. Jika menggunakan logistik 1 parameter, item-item
yang akan digunakan hanya diuji taraf kesukaran soalnya saja.
Contoh saya membuat 50 item soal, setelah saya uji cobakan kepada
N=100. Langkah selanjutnya saya hanya harus menyeleksi mana item-item yang
memiliki taraf kesukaran sedang (item yang sedang ialah item yang bisa dijawab
oleh 60% subjek). Langkah terakhir item-item yang diketahui taraf kesukarannya
sedang langsung bisa digunakan untuk tes.
 Model logistik dua parameter merupakan generalisasi dari model satu parameter
yang memungkinkan adanya perbedaan pada daya diskriminasi item. Model ini
dapat dikenakan pada tes dengan item yang direspon secara bebas. Selain itu,
model logistik dua parameter juga dapat dikenakan pada tes pilihan ganda, dalam
kondisi tes tersebut tidak terlalu sukar bagi individu.
Jika menggunakan logistik 2 parameter, item-item yang akan digunakan
harus diuji taraf kesukaran soalnya dan juga daya beda soalnya. Jelasnya item-
item yang tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah serta bisa membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah, itu
yang bisa dipakai sebagai item soal tes.

 Model logistik tiga parameter cocok dikenakan pada tes yang memandang tebakan
sebagai faktor yang berkontribusi penting dalam performansi tes. Kondisi seperti
ini dapat terjadi pada tes pilihan ganda. Parameter tebakan semu pada umumnya
terdeteksi pada tes dengan item-item yang memiliki taraf kesukaran yang tinggi.
Item-iitem yang sukar untuk dijawab memungkinkan individu untuk memilih
jawaban dengan cara menebak.
Jika menggunakan logistik 3 parameter, item-item yang akan digunakan
harus diuji taraf kesukaran soalnya, diuji daya beda soalnya, dan diuji
kemungkinan kebetulan menjawab benar

3. Jelaskan ketiga asumsi dari teori tes modern!


Jawaban:
 Asumsi Unidimensi, artinya setiap butir tes hanya mengukur satu kemampuan.
Pada praktiknya, asumsi unidimensi tidak dapat dipenuhi secara ketat karena
adanya faktor-faktor kognitif, kepribadian dan faktor-faktor pelaksanaan tes,
seperti kecemasan, motivasi, dan tendensi untuk menebak. Oleh karena itu, asumsi
unidimensi dapat ditunjukkan hanya jika tes mengandung satu saja komponen
dominan yang mengukur prestasi subjek.

 Asumsi independensi lokal ini akan terpenuhi apabila jawaban peserta terhadap
suatu butir soal tidak mempengaruhi jawaban peserta terhadap terhadap butir soal
yang lain. Tes untuk memenuhi asumsi independensi lokal dapat dilakukan
dengan membuktikan bahwa peluang dari pola jawaban setiap peserta tes sama
dengan hasil kali peluang jawaban peserta tes pada setiap butir soal. Dengan kata
lain, korelasi antara pasangan butir terjadi hanya jika kemampuan utama yang
diukur dengan sekumpulan butir tidak dipengaruhi oleh suatu kemampuan yang
tidak dimodelkan atau kemampuan yang mempengaruhi oleh kedua kumpulan
butir tersebut.

 Asumsi Invariansi parameter artinya karakteristik butir soal tidak tergantung pada
distribusi parameter kemampuan peserta tes dan parameter yang menjadi ciri
peserta tes tidak bergantung dari ciri butir soal. Kemampuan seseorang tidak akan
berubah hanya karena mengerjakan tes yang berbeda tingkat kesulitannya dan
parameter butir tes tidak akan berubah hanya karena diujikan pada kelompok
peserta tes yang berbeda tingkat kemampuannya.

4. Berikan contoh pengukuran menggunakan CTT!


Jawaban:
 ANALISIS SOAL INTERNATIONAL COMPETITIONS
AND ASSESSMENTS FOR SCHOOLS (ICAS) DENGAN
MENGGUNAKAN METODE ITEM RESPONSE
THEORY (IRT) DAN CLASSICAL TEST THEORY (CTT)
Bisa di cek melalui http://lib.unnes.ac.id/23622/1/4401408104.pdf

5. Jelaskan asumsi-asumsi, tes pararrel dan tes ekuivalen pada CTT!


Jawaban:
*Asumsi-asumsi CTT:
1) Asumsi 1: X = T + E
Asumsi ini didasarkan pada model Spearman yang menyatakan bahwa
setiap skor tes menggambarkan gabungan dari dua komponen yaitu skor murni
dan komponen eror. X merupakan jumlah T dan E, sehingga besar X akan
tergantung oleh besarnya E pengukuran, sedangkan
besarnya T individu pada setiap pengukuran yang sama diasumsikan selalu tetap.
Jadi dapat disimpulkan bahwa skor yang diperoleh dari suatu pengukuran
umumnya tidak menunjukkan keadaan sebenarnya.
2) Asumsi 2: ε(X) = T
Asumsi ini menyatakan bahwa T sama dengan nilai harapan dari X-nya
yang dilambangkan dengan ε(X). Jadi, T merupakan harga rata-rata dari distribusi
teoretik X apabila orang yang sama dikenai tes yang sama berulangkali dengan
asumsi pengulangan tes itu dilakukan tidak terbatas banyaknya dan setiap
pengulangan tes adalah independen satu sama lain.
3) Asumsi 3: = 0
Asumsi ini menyatakan bahwa bagi populasi subjek yang dikenai tes,
distribusi E pengukuran dan distribusi T tidak berkorelasi satu sama lain.
Implikasinya, skor murni yang tinggi tidak selalu berarti mengandung eror yang
selalu positif ataupun selalu negative atau mempunyai E lebih tinggi dibanding
subjek yang T-nya rendah.
4) Asumsi 4: = 0
Asumsi ini menyatakan bahwa dalam eror pada dua tes ( yang dimaksud
untuk mengukur hal yang sama) tidak saling berkorelasi. Artinya besarnya E pada
suatu tes tidak tergantung pada E tes lainnya. Asumsi ini akan tidak terpenuhi
sekiranya skor tampak dipengaruhi kondisi testing, seperti misalnya kelelahan,
practice effect, suasana hati, atau factor-faktor dari lingkungan.
5) Asumsi 5 = 0
Asumsi ini menyatakan bahwa E pada suatu tes tidak berkorelasi dengan T
pada tes lain. E yang dimaksud dalam CTT adalah penyimpangan X dari skor
harapan teoritik yang terjadi secara random atau tidak terjadi secara sistematik.
Jika penyimpangan terjadi secara sistematik maka itu tidaklah dianggap sebagai
sumber eror.
6) Asumsi 6
Jika ada dua tes yang dimaksudkan untuk mengukur atribut yang sama
mempunyai skor tampak X dan X’ yang memenuhi asumsi 1 sampai 5, dan jika
untuk setiap populasi subjek T = T’ serta varians eror kedua tes tersebut sama,
kedua tes tersebut disebut sebagai tes yang paralel.
7) Asumsi 7
Jika ada dua tes yang dimaksudkan untuk mengukur atribut yang sama
mempunyai skor tampak X dan X’ yang memenuhi asumsi 1 sampai 5, dan
apabila untuk setiap populasi subjek T1 = T2 + C. Dengan C sebagai suatu
bilangan konstan, maka kedua tes tersebut dapat disebut sebagai tes yang setara
(equivalent test).

*Tes Pararel atau Tes Ekuivalen dalam CTT

Tes paralel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan
tujuan, tingkat kesukaran dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam
menggunakan metode tes paralel ini, pengetesan harus menyiapkan dua buah tes, dan
masing-masing dicobakan pada kelompok yang sama. Oleh karena itu, ada orang
yang menyebutkan sebagai doubletest-double-trial-method.

Anda mungkin juga menyukai