Anda di halaman 1dari 4

Peran Penting Aspek

Pendanaan Dalam
Memaksimalkan
Pengelolaan Persampahan
Peran Penting Aspek Pendanaan Dalam Memaksimalkan Pengelolaan Persampahan Rp.
Peran Penting Aspek Pendanaan Dalam
Memaksimalkan Pengelolaan Persampahan

Pengelolaan sampah yang berhasil, tidak saja ditentukan oleh kemampuan lembaga pengelola dalam
memperoleh pendapatan yang nantinya akan digunakan untuk operasional dan pemeliharaan. Pembiayaan
juga diperlukan untuk memastikan keberlanjutan penanganan layanan, rehabilitasi sarana, termasuk dana
pendukung di hulu untuk upaya pengurangan.

Hingga saat ini, pembiayaan masih dominan berasal dari anggaran pemerintah (pusat-daerah) dan baru
sebagian dari retribusi. Padahal, tuntutan perluasan layanan persampahan dari masyarakat dengan
sendirinya memerlukan berbagai sumber pembiayaan yang lebih andal, termasuk di dalamnya kontribusi dari
pemungutan retribusi.

Menyadari kompleksnya tantangan di aspek pendanaan/pembiayaan persampahan, maka dalam platform


telah disinggung beberapa aspek yang dapat digali secara serius, antara lain adalah sebagai berikut:

Optimalisasi APBD. Kegiatan ini adalah sebuah upaya sistematis yang


menjadi domain Pemda. Karena persampahan menjadi urusan wajib daerah.
Upaya optimalisasi itu ditempuh dengan sinkronisasi anggaran lintas OPD
guna mendukung operasi dan perawatan sarana secara rutin, termasuk untuk
APBD

mendukung perluasan layanan persampahan. Selain itu, dalam optimalisasi


APBD

juga diperlukan sinergi pendanaan pemda dengan dana masyarakat, serta


APBD

terus menerus melakukan advokasi anggaran kepada para pengambil


keputusan di pemerintahan-non pemerintahan.

Pemungutan Retribusi yang Lebih Agresif. Hal ini dilakukan dengan


cara intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan. Perbaikan mekanisme
pemungutan harus dilakukan dengan serius, agar dapat memberikan Rp

kontribusi riil bagi perbaikan layanan persampahan secara keseluruhan.

Inovasi Bauran Pendanaan. Untuk ini yang perlu dilakukan adalah


memaksimalkan sumber-sumber pendanaan potensial yang meliputi, Dana
Alokasi Khusus (DAK), Bantuan Keuangan, Pembiayaan Kerjasama Pemerintah
dan Badan Usaha (KPBU), Zakat Infaq Sadaqoh Wakaf (ZIswaf), Corporate
Rp.
Social Responsibility (CSR) perusahaan, Filantropi, Crowd Funding, Green
Bonds, Green Sukuk, dan potensi dari Badan Pengelola Dana Lingkungan
Hidup (BPDLH).

Peran Penting Aspek Pendanaan Dalam Memaksimalkan Pengelolaan Persampahan


Pengembangan Model Bisnis Pengelolaan Persampahan.
Potensi non pemerintah menjadi salah satu potensi serius yang bisa
dilakukan dengan adanya kerjasama yang produktif. Terkait hal ini,
Pemda dituntut semakin siap untuk memfasilitasi partisipasi swasta
sebagai mitra investor di bidang persampahan. Skema kerjasama-
operasi bersama, swakelola Kawasan, serta KPBU dalam skala yang
lebih sesuai menjadi media yang harus dikembangkan.
Rp.

Selain 4 hal diatas, peran kapasitas kelembagaan memegang posisi strategis yang tentunya perlu disesuaikan
dengan karakteristik daerah dan masyarakatnya. Pasalnya, daerah dengan kepadatan penduduk tinggi
memerlukan pendanaan dan kapasitas kelembagaan yang khusus. Demikian juga daerah industri atau daerah
tujuan wisata yang juga memerlukan kekhususan penanganan.

Dari sisi kapasitas pendanaan yang terdapat didaerah, salah satu hal yang diperhatikan dan biasa digunakan
untuk penyesuaian Lembaga pengelola adalah melihat keseimbangan antara pendapatan dengan biaya.
Apabila pendapatan sekurang-kurangnya sama besar dengan total biaya, maka lembaga yang diusulkan ialah
UPTD dengan penerapan PPK-BLUD. Kemudian, jika pendapatan lebih besar dari total biaya, maka bentuk
yang disarankan adalah BUMD. Tetapi, Jika kedua kondisi belum tercapai, maka Dinas-UPTD adalah pilihan
realistis untuk saat ini.

Menyoal keseimbangan antara pendapatan dengan total biaya, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
kondisi ideal tersebut belum sepenuhnya terjadi. Bahkan, pendapatan retribusi tidak kunjung mampu
dikumpulkan secara keseluruhan. Akibatnya banyak daerah yang melakukan subsidi untuk kegiatan
pengelolaan, bahkan untuk operasional dan pemeliharaan.

Fakta riil yang terjadi saat ini ialah lebih dari 80 persen pendanaan berasal dari pemerintah dan selebihnya
berasal dari non-pemerintah. Kondisi ini tentunya semakin menguatkan kenyataaan bahwa hingga saat
ini pendanaan persampahan di banyak daerah belum berjalan dengan optimal, karena pendanaan masih
bertumpu dari anggaran pemerintah yang cukup terbatas.

Terkait hal itu, untuk mencapai pengelolaan sampah yang optimal dan berkelanjutan disarankan bahwa
setidaknya terdapat gabungan pendanaan dengan sebaiknya dominasi anggaran pemerintah mulai digeser
menjadi 60 persen dari pemerintah dan 40 persen dari non-pemerintah (di dalamnya 20 persen kontribusi
retribusi, 20 kontribusi dari kerjasama non pemerintah).

Pemerintah Non Pemerintah

60% 20% 20%


Kontribusi Kontribusi
Retribusi dari Kerjasama
Non Pemerintah

Peran Penting Aspek Pendanaan Dalam Memaksimalkan Pengelolaan Persampahan


Dominasi dana pemerintah dalam jangka menengah masih cukup tinggi, tetapi dengan trend yang makin
menurun dan digantikan dengan peningkatan porsi pembiayaan yang berasal dari sumber retribusi dan
sumber non pemerintah, maka dengan sendirinya bauran pendanaan persampahan menjadi makin andal dan
berimbang.

Secara umum, seiring tuntutan kualitas dan pengelolaan persampahan sesuai standar dalam jangka pendek
dan menengah ini, beberapa hal dapat diusulkan kepada pemerintah pusat dan daerah agar terus bersama
sama melakukan sinergitas pendanaan persampahan, dimana penekanannya antara lain sebagai berikut:

Penambahan jumlah infrastruktur fisik dengan


memperkenalkan skema hibah, sebagai upaya pengurangan
Upaya Tingkat Pusat: sampah di sumber dan untuk pengelolaan sampah di TPST.

Pengalokasian DAK fisik yang disesuaikan dengan capaian


daerah

Peluncuran skema pembiayaan persampahan yang lebih


sederhana yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan daerah

Peningkatan fasilitasi pusat dalam mekanisme KPBU dan


sumber daya daerah.

Optimalisasi pendapatan layanan, dengan intensifikasi dan


ekstensifikasi pemungutan sesuai klasifikasi wajib retribusi

Pengawalan sumber bauran pendanaan yang telah ada,


Upaya Tingkat Daerah:
kemudian dilanjutkan pada intensifikasi kerjasama antar
daerah dan swasta

Intensifikasi pemanfaatan skema KPBU, termasuk untuk TPST

Perluasan pembiayaan melalui pemanfaatan skema hutang.


Untuk ini bisa mencontoh yang telah dilakukan Pemda Jabar

Inisiasi pembiayaan melalui pinjaman asset atas obligasi/surat


utang berjangka daerah.

Peran Penting Aspek Pendanaan Dalam Memaksimalkan Pengelolaan Persampahan

Anda mungkin juga menyukai