Anda di halaman 1dari 4

Ruang Kolaborasi Topik 1 Kasus Butet

Nama Kelompok:
Ruch Hanif Firdaus (22221299060)
Kartika Annisa Zhafira (22221299041)

A. Kasus 1

Hari ini adalah pertama Butet masuk ke dalam kelas. Ia merasa sangat bersemangat
namun juga merasa khawatir. Saat orientasi guru baru, Butet diberi pengarahan bahwa Butet
akan menjadi wali kelas dari kelas yang sangat sulit dikelola. Sebagian besar anak-anak di kelas
tersebut adalah anak-anak yang sangat aktif dan seringkali tidak mau mengikuti aturan yang
diberikan dari guru-guru sebelumnya. Mendengar hal itu, Butet pun sudah mempersiapkan
beberapa rencana dalam memperkenalkan dirinya di depan kelas nantinya. Ketika mendekati
masuk ke kelas, Butet merasa khawatir namun cukup percaya diri bahwa dirinya akan mampu
menghadapi mereka. Waktu menunjukkan pukul 07.00 WIB tepat, Butet memasuki ruangan
kelas dan tiba-tiba se-ember air jatuh di atas kepala Butet. Seluruh kelas pun tertawa terbahak-
bahak. Seketika itu juga Butet terbelalak hingga wajahnya memerah. Butet rasanya ingin
berteriak namun tidak mampu. Butet hanya berjalan menuju meja guru dan langsung duduk
sembari mengeringkan dirinya yang basah kuyup.

1. Apakah masalah yang dihadapi Butet? Uraikan dengan padat dan jelas.

Butet memiliki permasalahan dalam lingkup self-awareness. Self-awareness merupakan


kemampuan untuk memahami emosi, pikiran, dan nilai-nilai yang mempengaruhi. Alphanya
self-awareness dalam diri Butet terlihat dari kegagalan butet memahami nilal-nilai yang
seharusnya mempengaruhi tindakannya. Peserta didik yang mempermalukan gurunya dengan
tindakan prank dijatuhi ember berisi air merupakan hal yang bertolak belakang dengan nilai
yang berlaku, dimana seorang peserta didik harus menghormati gurunya. Dengan begitu,
seharusnya dari awala Butet mendapat perlakuan tersebut, seharusnya Butet segera
mengatasinya dengan mencitakan kesan tegas, berwibawa dan pendisiplinan supaya murid-
muridnya paham Batasan perilaku anatar murid terhadap gurunya serta memahami bahwa
murid harus hormat terhadap guru.
Permasalahan selanjutnya yang dimiliki Butet adalah pada lingkup self-management.
Self-management merupakan kemampuan untuk mengendalikan emosi, pemikiran, perilaku
pada beragam situasi. Kegagalan Butet dalam self-management ini ditunjukkan dengan
tindakan yang diambilnya pasca terkena prank dari peserta didik. Hal tersebut juga diawali
dengan gagalnya Butet mengidentifikasi nilai yang seharusnya berlaku seperti penjelasan
sebelumnya. Alih-alih menegur, Butet malah hanya duduk tak berdaya sambil mengeringkan
bajunya. Pilihan tersebut dalam persepsi penulis akan menurunkan rasa hormat peserta didik
pada Butet.
Seharusnya Butet lebih meningkatkan komponen Responsible decision making dengan
cara memberi teguran keras dan pendisiplinan terhadap keseluruhan siswa yang melakukan
Prank yang mana berkolaborasi dengan BK, dan Wali murid untuk megatasi Tindakan tersebut
tidak terulang kembali. Misalnya dengan pemberian Nasehat dan Sanki serta ancaman sebagai
bentuk pengendalian tegas kedepannya dari BK berupa satu kelas membantu pak Bon
membersihkan WC, dsb. ataupun pengarahan dari orang tua.

2. Sesuai dengan yang sudah dipelajari pada bagian sebelumnya, bagaimana penerapan
kompetensi Sosial-Emosional (KSE) pada masalah tersebut?
Kompetensi sosial emosional yang harus diterapkan oleh Butet dalam Kasus 1 adalah
self-awareness dan self-management. Self-awareness perlu diterapkan oleh Butet dengan
memahami nilai yang berlaku yaitu seorang peserta didik haruslah menghormati gurunya. Self-
management perlu diterapkan oleh Butet dengan mengambil tindakan berupa menegur untuk
menyadarkan peserta didik, apabila belum juga tersadar maka Butet perlu memberikan
hukuman untuk memberikan efek jera, hingga tindakan lain sesuai dengan tingkat moral
peserta didik.

B. Kasus 2

Dua bulan telah berlalu sejak peristiwa di hari pertama yang lalu. Butet mulai terbiasa
dengan ritme pekerjaan yang dimilikinya. Meskipun demikian, Butet merasa lelah dan
kehilangan semangat memasuki bulan ketiga. Pada bulan ketiga ini merupakan jadwal
penilaian masa percobaan Butet sebagai guru baru. Butet merasa kesulitan mendekatkan diri
dengan siswa siswi di kelasnya. Ada lima siswa yang selalu tidak mengumpulkan tugas mandiri
dan seringkali mengabaikan peringatan yang diberikan oleh Butet saat proses belajar mengajar
berlangsung. Butet kemudian menjadi khawatir hasil evaluasi tiga bulanan ini akan terpengaruh
karena hal itu, sehingga Butet mencoba untuk mendekati kelima siswa tersebut. Kelima siswa
tersebut sama sekali tidak mengindahkan panggilan dari Butet. Butet bingung dan merasa tidak
berdaya.

1. Apakah masalah yang dihadapi Butet? Uraikan dengan padat dan jelas.

Permasalahan yang dimiliki Butet dalam Kasus 2 adalah pada lingkup self-
management. Self-management merupakan kemampuan untuk mengendalikan emosi,
pemikiran, perilaku pada beragam situasi. Apabila dikerucutkan lebih dalam lagi, masalah pada
kasus diatas bersumber pada gagalnya pengendalian perilaku akibat akumulasi emosi Butet.
Emosi yang mempengaruhi perilaku Butet diantaranya adalah kegagalan pengendalian emosi
dari sejak masalah dihari pertama kerja yang membuat Butet mempunyai kesan pertama yang
negatif terhadap dunia kerjanya yang juga mempengaruhi motivasi kerjanya kedepannya,
selanjutnya kelelahan Butet dalam bekerja, hilangnya semangat, dan rasa khawatir terhadap
penilaian kinerja.
Kegagalan Butet dalam self-management ini ditunjukkan dengan perilaku Butet ketika
mengendalikan siswa yang tidak efektif. Tidak efektifnya perilaku Butet ditunjukkan dengan
enggannya peserta didik menyerahkan tagihan tugas yang diberikan Butet meski sudah Butet
peringatkan dan bahkan dekati. Apabila Butet tetap menyikapi ketidak-disiplinan peserta didik
dengan cara yang sama, maka peserta didik yang bersangkutan hanya akan memberikan respon
yang sama. Seharusnya Butet mencoba cara-cara lain untuk mengatasi sikap ketidak disiplinan
siswa dengan mempertimbangkan segala faktor kemungkinan yang ada pada muridnya
mempetimbangkan social-emosional murid.

2. Sesuai dengan yang sudah dipelajari pada bagian sebelumnya, bagaimana


penerapan Kompetensi Sosial-Emosional (KSE) pada masalah tersebut?

Butet perlu menerapkan kompetensi sosial emosional yaitu self-management dalam


Kasus 2. Butet perlu menyingkirkan emosinya yaitu rasa khawatir sehingga dapat memilih
perilaku yang efektif terhadap ketidak-disiplinan peserta didik. Rasa khawatir akan penilaian
kinerja ditambah lelah dan hilangnya semangat butet disinyalir menjadi pengganggu kejernihan
pikiran Butet dalam berperilaku. Butet seharusnya mencari motivasinya kembali serta
menumbuhkan rasa percaya dirinya supaya perilakunya dapat lebih jernih dan terarah kepada
tujuan yang substantif.

C. Kasus 3

Satu semester akhirnya berhasil dilalui oleh Butet dengan segala tantangan dan
peristiwa yang beragam. Butet merasa senang walaupun masih sering khawatir dirinya belum
mampu menjadi contoh yang baik untuk anak-anak. Beberapa kali di kelas, Butet sering
berteriak saat ingin diperhatikan. Butet merasa bersalah karena harus berteriak-teriak seperti
itu, namun Butet pun bingung harus bagaimana mencari perhatian siswa-siswanya itu.
Akhirnya Butet pun memutuskan untuk memberikan tugas di beberapa mata pelajaran. Hal ini
dilakukan Butet dengan harapan ada siswa yang bingung dan bertanya kepada Butet terkait
tugas tersebut. Setelah tugas diberikan, Butet menanti siswa-siswinya akan bertanya, namun
kenyataannya tidak ada yang bertanya. Butet kemudian merasa diabaikan dan merasa dirinya
semakin tidak berdaya.

1. Apakah masalah yang dihadapi Butet? Uraikan dengan padat dan jelas.

Permasalahan yang dialami butet adalah keputusan yang diambilnya tidak bertanggung
jawab. Seorang guru harus menyelesaikan permasalahannya dengan bersungguh-sungguh dan
melibatkan diri untuk menyelesaikan permasalahan hingga menanggung resiko yang akan
timbul. Keputusan yang diambil butet adalah memberikan tugas kepada peserta didik sembari
berharap ada yang bertanya. Hal tersebut menunjukkan Butet tidak memiliki kesungguhan
dalam keputusan yang diambilnya. Butet alih-alih menggunakan metode pembelajaran yang
lebih meningkatkan partisipasi peserta didik malah memberikan permasalahan kepada peserta
didik dengan tanpa ikut berperan. Hal ini dipengaruhi oleh emosi Butet yang merasa khawatir
belum mampu menjadi teladan yang baik bagi peserta didik sehingga menimbulkan distraksi
terhadap pengambilan keputusan Butet.

2. Sesuai dengan yang sudah dipelajari pada bagian sebelumnya, bagaimana penerapan
kompetensi Sosial-Emosional (KSE) pada masalah tersebut?

Butet perlu menerapkan kompetensi sosial emosional terutama Responsible Decision


Making. Respobsible decision making merupakan kemampuan untuk mengambil keputusan
yang bertanggung jawab. Emosi kekhawatiran terhadap peserta didik yang tidak
menjadikannya contoh perlu disingkirkan Butet agar dapat berpikir jernih. Berpikir secara
jernih akan memberi manfaat berupa objektifnya keputusan yang diambil Butet. Secara lebih
dalam, keputusan yang diambil Butet haruslah bertanggung jawab dalam artian Butet
bersungguh-sungguh, terlibat secara nyata, dan dapat menanggung resiko dari keputusannya.
Hal tersebut dapat diatasi Butet misalnya dengan menggunakan metode pembelajaran yang
lebih meningkatkan partisipasi peserta didik daripada dengan memberikan tugas.

Pada Kasus ini Butet membuat keputusan yang salah. Dari sini sangat terlihat bahwa
dalam mengajar pun, Butet tidak siap secara perencanaan maupun penyusunan perangkat dan
strategi pembelajaran. Seharusnya jika Butet ingin membangun keaktifan peserta didik, sudah
seharusnya sedari awal Butet menentukan perencanaan ata metode pembelajaran yang akan
diaplikasikan di kelas tersebtu yang mana metode yang dipilih itu sesuai dengan karakteristik
dan juga perkiraan kondisi emosional peserta didik akan sikapnya dikelas. Seperti penerapan
metode pembelajaran Problem based learning, kegiatan Focuss Grup Discussion, atau bisa juga
dengan pembelajaran berbasik Projek yang mana dapat melibatkan keaktifan pertisipasi siswa.

Anda mungkin juga menyukai