Anda di halaman 1dari 31

Fungsi utama: berjalan

Fase berjalan:
 Stance phase (menapak tanah) - dorsalfleksi - tibialis anterior kontraksi isotonik - tibialis
posterior kontraksi isometric
 Swing phase

Jalan: double support ; Lari: no double support


Perbedaan berjalan dan berlari: berlari tidak memiliki fase double support
Limb berasal dari limb bud (tunas ekstremitas) pada fase embrional (perkembangan dalam
janin). Upper limb bud pada janin berkembang pada hari ke 27 kehamilan dan memiliki
mobilitas tinggi, sedangkan lower limb bud pada hari ke 28 dan berfungsi sebagai penopang
massa tubuh. Posisi anatomis ekstremitas janin dalam kandungan berbeda dengan posisi
anatomis well-developed-human (seharusnya jempol di lateral dan kelingking di medial, tapi
pas masih janin posisinya terbalik). Seiring perkembangannya ekstremitas ini akan melakukan
pronasi (muntir bahasa jawanya) dan jadilah bentuk yang seperti sekarang.
Kelainan limb budding disebut dengan Amelia, tidak memiliki tangan dan kaki saat lahir.
Massa tubuh manusia saat berdiri ditopang oleh lower limb menjalar mulai dari vertebrae
– sacrum (pusat massa tubuh) – ilium/coxae – femur – genu – tuber calcanei dan caput
metatarsal 1 dan 5 distal (karena yang menapak tanah pd tulang pedis cuma bagian itu).
Massa tubuh manusia saat duduk ditopang oleh lower limb menjalar mulai dari vertebrae
– sacrum – ilium/coxae – tuber ischiadica.
Pada os femur terdapat sudut yang dibentuk oleh axis
corpus femur dan collum femur, yang disebut sudut inklinasi,
normalnya sebesar 125o. Mengapa membentuk sudut inklinasi?
Karena posisi acetabulum yang menghadap ke inferolateral
(beda dg cavum glenoidal yang transversal), femur harus
menyesuaikan strukturnya agar dapat bergerak dengan bebas.
Dengan adanya sudut ini, center of mass di sacrum tidak
berpindah2, dibantu oleh posisi femur yang berproksimal di
lateral terus ke medial).
Kelainan pada sudut inklinasi menyebabkan:

Regio Hip dan Coxae


Hip/Panggul: antara crista iliaca sampai trochanter major
*foramen ischiadica major: ligamentum sacrospinosum
*foramen ischiadica minor: ligamentum sacrotuberosum
M. Piriformis berada pada posisi superior dari nervus ischiadicus

Sekilas mengenai regio-regio lower limb


Region hip and coxae
Incisura ischiadica major di bawahnya ada spina ischiadica trus incisura ischiadica minor
trus di belakangnya ada sacrum. Garis lurus sacrum ke spina ischiadica yang menyebabkan
incisura ischiadica major akan berbentuk seperti foramen disebut ligamentum
sacrospinosum. Garis lurus dari sacrum ke tuber ischiadica menyebabkan hal yang sama
disebut ligamentum sacrotuberosum. Musculus piriformis (terletak diatas nervus ischiadicus).
[kata dr. Arfian, yang di-underline itu penting lo]
Regio Gluteal
Ada daerah intramuscular, tempat yang baik dan aman untuk melakukan injeksi (suntik)
yaitu di M. Gluteus medius karena dia ada di bagian superolateral. Tarik garis lurus tuber
ischiadica s.d SIAS, 1/3 lateralnya itu aman untuk menyuntik. Karena diluar itu, ada nervus
ischiadicus dan vasa darah, kalo kesobek kan bahaya. Antara gamellus superior dan inferior ada
M. obturatorius internus (keluar lewat foramen ischiadica minor).

Otot bekerja bolak-balik, dapat mengubah origo jadi insersio


dan sebaliknya dengan fiksasi otot tertentu, contoh pada kasus:
Goyang itik: Femur akan difiksasi sehingga otot gluteus maximus
dan medius yang biasa berfungsi untuk menggerakkan femur,
dapat menggerakkan pinggul.
Asma: Otot utama pernafasan adalah diafragma. Pada asma
berat, diafragma tidak dapat mencukupi, maka akan
menggunakan musculus pembantu pernafasan. Caranya adalah
dengan fiksasi ekstremitas atas, sehingga M. serratus anterior dan
M. pectoralis major (melekat di thorax) menjadi insersio sehingga
bs menggerakkan dada.

Regio Femoris
 Terdapat 3 ligamen (pembatas gerakan) pada art. Coxae
1. Ligamentum iliofemoralis: mencegah femur tidak bergerak terlalu jauh dari coxae ketika
abduksi
2. Ligamentum pubofemoris
3. Ligamentum ischiofemoralis
 M. Iliopsoas: fleksor utama art. Coxae
 Trigonum femoris dibentuk oleh m. Sartorius, lig. Inguinalis (di bawahnya terdapat kanal
yang disebut spatium retro inguinal), dan M. Adductor longus. Pada trigonum femoris
terdapat arteri femoralis, vena femoralis, dan nervus femoralis.
 Terdapat 3 kompartemen pada regio femoris
1. Kompartemen anterior: sebagai ekstensor terhadap
Retinaculum patella medial dan retinaculum patella lateral
berfungsi melingkupi dan fiksasi art. Genu Ligamentum
patella
2. Kompartemen posterior: sebagai ekstensor art. Coxae
dan fleksor art. Genu
 Otot-otot Hamstring yaitu m. Semimembranosus, m.
Semitendinosus, dan m. Biceps femoris
 Ligamentum cruciatum posterior: mencegah fiperfleksi
 Ligamentum cruciatum anterior: mencegah hiperekstensi
3. Kompartemen lateral
 M. Tensor fascia lata: bersama-sama dengan m. Gluteus
maximus membentuk tractus iliotibialis
 Patella: salah satu os sesamoid
 Pada bagian posterior art. Genu terdapat fossa poplitea
yg dibentuk oleh m. Semimembranosus, m.
Semitendinosus, m. Gracilis, dan m. Sartorius. Di dalam
fossa poplitea terdapat vena dan arteri poplitea yang
merupakan lanjutan dari vena dan arteri femoralis.
 Pes anserinus (kaki angsa): insersio m. Semitendinosus,
m. Gracilis, dan m. Sartorius

Regio Cruris
 Terdapat 3 kompartemen yang masing-masing dibatasi septum intermuscular, yaitu:
1. Kompartemen anterior: menghasilkan gerakan berupa dorsofleksi
2. Kompartemen lateral: menghasilkan gerak eversi
3. Kompartemen lateral
 Tendo calcanei/Achilles tendon
 Retinaculum ekstensorum: mengikat tendo
A. OTOT PERMUKAAN VENTRAL PANGKAL FEMUR
Nama Origo Insertio Fungsi
M. iliacus Fossa illiaca, SIAI, trochanter minor fleksi dan
bag. Anterior art. dan batas Labium endorotasi Art.
Coxae mediale dari Coxae, fleksi ke sisi
Linea aspera columna vertebralis
lumbalis
M. psoas major bag. lateral corpus trochanter minor eksorotasi saat Mm.
m. iliopsoas

vertebrae thoracica glutei kontraksi


12 dan lumbales 1-
5, Proc. costales
vertebrae lumbales
1-5
M. psoas minor bag. lateral trochanter minor
vertebrae thoracica (tendo yang lebih
12 dan lumbales 1 panjang dan lebih
datar)
M. sartorius SIAS sisi medial membantu fleksi,
tuberositas tibiae abduksi dan
eksorotasi femur,
menekuk crus,
memutar crus ke
dalam pada art.
Genus
B. OTOT PERMUKAAN VENTRAL FEMUR
Nama Origo Insertio Fungsi
M. rectus femoris SIAI (caput rectum) fascia bagian menopang flexi art.
dan sisi kranial proksimal dan Coxae dan
m. quadriceps femoris

acetabulum (caput tuberositas tibiae peregangan crus


reflexum)
M. vastus medialis labium mediale
(linea asera)
M. vastus lateralis labium laterale -
trochanter major
M. vastus ventral femur
intermedius
C. ADUKTOR FEMUR
Nama Origo Insertio Fungsi
M. pectineus pecten ossis pubis linea pectinea adduksi femur, fleksi
dan eksorotasi pada
art. Coxae
M. adductor longus ramus superior dan 1/3 bag. Tengah adduksi femur, fleksi
inferior ossis pubis linea aspera, pada art. Coxae
labium mediale
M. adductor brevis ramus inferior ossis linea aspera, adduksi dan
pubis labium mediale ekstensi femur,
eksorotasi art.
Coxae
M. adductor magnus ramus ossis ischii epicondylus aduksi femur,
dan sisi kaudal medialis femoris. eksorotasi
tuber ischiadica Tuberculum
adductorium
M. adductor minimus ramus inferior ossis linea aspera, aduduksi paha,
pubis labium mediale fleksi dan eksorotasi
M. gracilis ramus inferior ossis tuberositas tibiae adduksi femur, fleksi
pubis pada art. Genus,
memutar crus ke
dalam
M. obturator externus membrana fossa eksorotasi femur,
obturatoria trochanterica fleksi pada art.
Coxae
D. OTOT COXAE DORSAL (antara crista iliaca s.d trochanter mayor – di sebelah lateral)
Nama Origo Insertio Fungsi
M. gluteus maximus bag. Dorsal os ilium, tuberositas
fascia glutealis, tractus
thoracolumbalis, os iliotibialis
sacrum
M. gluteus medius ala ossis ilii, fascia bag. Lateral
glutealis trochanter major
M. gluteus minimus ala ossis ilii, fascia ujung trochanter
glutealis major
M. tensor fasciae latae SIAS tractus iliotibialis
M. piriformis os sacrum, facies bujung
pelvica trochanter major
M. obturator internus membrana fossa
obturatoria trochanterica
M. gamellus superior spina ischiadica tendo m.
obturator
internus, fossa
trochanterica
M. gamellus inferior tuber ischiadicum tendo m.
obturator
internus, fossa
trochanterica
M. quadratus femoris sisi lateral tuber crista
ischiadicum intertrochanterica
E. OTOT ISCHIOCRURALE FEMUR
Nama Origo Insertio Fungsi
M. biceps femoris tuber ischiadicum caput fibulae fleksi cruris pada art.
Genus, eksorotasi,
ekstensi pada art.
Coxae
M. semitendinosus sisi medial fleksi cruris pada art.
tuberositas tibiale Genus, endorotasi,
ekstensi pada art.
Coxae
M. semimembranosus condylus medialis fleksi cruris pada art.
tibiae Genus, endorotasi,
ekstensi pada art.
Coxae
F. OTOT VENTRAL CRURIS
Nama Origo Insertio Fungsi
M. tibialis anterior tibia, epicondylus basis metatarsalis fleksi dorsal,
lateralis dan facies 1 dan os supinasi kaki, inversi
lateralis cuneiforme
mediale
M. extensor hallucis fibula, facies phalange distal 1 ekstensi jari kaki
longus medialis
M. extensor digitorum tibia, condylus aponeurosa
longus lateralis dorsal tarsal ke 4
M. fibularis tertius permukaan pronasi
dorsal kelima
tonjolan tulang
tengah kaki
G. OTOT LATERAL CRURIS
Nama Origo Insertio Fungsi
M. fibularis longus caput fibulae, fascia tuberositas ossis pronasi sisi lateral
cruris, facies metatarsalis 1 kaki dan menopang
lateralis, margo fleksi plantar kaki
posterior fibula
M. fibularis brevis facies lateralis dan tuberositas ossis
margo anterior metatarsalis 5
fibula
H. OTOT SUPERFICIAL CRURIS DORSAL
Nama Origo Insertio Fungsi
M. triceps surae
a. M. gastrocnemius
> caput mediale epicondylus tuber calcanei plantarfleksi pada
medialis femur dan tendo art. Talus atas,
> caput laterale epicondylus calcaneus supinasi pada art.
lateralis femur Talus bawah
b. M. soleus caput, facies
posterior dan maro
posterior fibula,
faces posterior tibia
M. plantaris epicondylus fascia cruris
lateralis femur profundal dan
tendo calcaneus
M. popliteus epicondylus facies posterior fleksi cruris dan
lateralis femur, tibia endorotasi pada art.
menuscus lateralis, Genus
caput fibulae
I. OTOT PROFUNDA CRURIS LATERAL
Nama Origo Insertio Fungsi
M. tibialis posterior tibia, facies tuberositas ossis plantar fleksi dan
posterior, navicularis, basis supinasi kaki
membrana metatarsalis 2-4
interosseus cruris
M. flexor digitorum tibia, facies jari ke 2-5 fleksi jari 2-5, fleksi
longus posterior, margo dan supinasi kaki ke
interosseus plantar
M. flexor hallucis longus fibula, facies jari ke 1 dan 5 fleksi ibujari kaki,
posterior dan fleksi supinasi kaki
margo posterior, ke plantar
membrana
interossea cruris
J. OTOT IBU JARI KAKI
Nama Origo Insertio Fungsi
M. abductor hallucis proc. Medialis phalanx proximal abduksi, fleksi ibu
tuberis calcanei dan ibujari kaki jari
aponeurosis
plantaris
M. flexor hallucis brevis permukaan plantar dua kapus tulang
ossa cuneiformia sesam dan
mediale phalanx proximal
ibu jari kaki
M. adductor hallucis
a. Caput obliquum permukaan plantar dua kaput tulang abduksi, fleksi ibu
ossa cuneiformia sesam dan phalax jari
laterale proximal ibujari
kaki
b. Caput transversum caput articulatio bag. Lateral
sendi dasar jari 3-5 tulang sesam dan
phalax proximal
ibujari kaki
K. OTOT KELINGKING KAKI
Nama Origo Insertio Fungsi
M. abductor digiti proc. Lateralis sisi lateral abduksi, fleksi,
minimi tuberis calcanei phalanx oposisi kelingking
proksimal
kelingking
M. flexor digiti minimi bassis ossis phalanx
brevis metatarsalis 5 proksimal
kelingking
L. OTOT PLANTAR PEDIS
Nama Origo Insertio Fungsi
M. flexor digitorum proc. Medialis phalanx tengah fleksi bag. Tengah
brevis tuberis calcanei jari kaki 2-4 dan dasar jari kaki 2-
4
M. quadratus plantar dua caput sisi lateral tendo menopang m. flexor
permukaan plantar m. flexor digitorum longus
calcaneus digitorum longus

Exercise adalah melakukan suatu kegiatan fisik terjadwal, rutin, terstruktur dengan
suatu tujuan tertentu (menaikkan berat badan, menurunkan berat badan). Exercise berbeda
dengan sport. Sport merupakan olahraga untuk meraih prestasi, bersifat sementara.

Exercise memberikan efek khusus untuk sistem musculoskeletal yang berbeda dengan
efek saat tidak melakukan suatu kegiatan.Rest/istirahat yang dimaksud disini bukan berarti
tidur, atau pun terbaring namun pada saat kita tidak melakukan aktifitas fisik yang
menggunakan banyak energi. Apabila kita melakukan exercise pasti kebutuhan tubuh untuk
mengatasi beban yang kita berikan akan berbeda kalau kita santai-santai tidak melakukan
banyak aktifitas fisik. Nah perubahan dalam sistem musculoskeletal ini sangat bergantung
pada beberapa hal:

 Intensitas: beban yang diberikan, berat tidaknya latihan, seberapa sering dilakukan.
Olahraga tidak boleh dilakukan setiap hari. Olahraga harus dilakukan secara berselang,
tidak beruntun.
 Durasi: waktu, lama waktu melakukan latihan (latihan inti yang baik selama 30-45 menit).
 Jenis otot yang kita gunakan: banyaknya variasi exercise dan jumlah otot yang terlibat.
 Kondisi lingkungan eksternal dan internal: eksternal (lingkungan tempat tinggal, gaya
hidup); internal (keadaan fisik dan psikologis).
Ada 2 efek exercise pada sistem tubuh:

1. Respons
Jika kita memberi beban atau melakukan suatu kerja, tubuh akan merespon saat itu
juga (jangka pendek). Otot yang tidak dipakai kecil, apabila aktif dipakai akan menjadi
besar. Orang yang tidak aktif perutnya besar, yang aktif bisa sixpack. Respon apa yang
muncul pada sistem musculoskeletal saat kita gunakan untuk melakukan suatu latihan?
 Ada peningkatan aliran darah, karena melakukan metabolisme yang lebih banyak dari
sebelumnya maka butuh aliran darah yang banyak.
 Otot-otot jantung (syaraf memompa lebih cepat).
 Kapiler darah mengalami dilatasi.
 Menimbulkan kerusakan kecil (micro) pada otot, kerusakan ini memicu perbaikan
membuat jadi lebih kuat dan lebih lentur.
 Peningkatan kemampuan elastisitas otot, bisa diregangkan dan mampu kembali
dengan baik, cepat, dan tanpa cidera.
 Peningkatan rentang gerakan, karena tendo dan sendi sudah menyiapkan diri sebagai
respon latihan, gerakan lebih baik, cairan sendi siap digunakan.
 Tendon bisa melekat dengan baik, dan lebih kuat.
 Meningkatkan kepadatan tulang, karena osteoblast berkerja lebih baik  mengurangi
resiko osteoporosis.
 Kartilago hyaline lebih tebal.
2. Adaptasi
Adaptasi merupakan perubahan yang menetap, adaptasi ini akan terjadi bila suatu
exercise ini kita lakukan dalam jangka panjang (lebih dari 6 minggu) dan secara terus
menerus. Exercise diawali dengan pemanasan untuk memunculkan respon dan dilakukan
sesuai dengan tipe latihan yang diinginkan hasil akhirnya. Exercise yang dilakukan harus
memperhatikan aspek FITT (frequency, intensity, type, time).
 Frequency: exercise baik dilakukan dengan frekuensi 3-5 kali seminggu (tidak boleh
berurutan, berselang hari → 48 jam).
 Intensity: beban yang digunakan berdasarkan denyut jantung maksimal.
(((Denyut jantung maksimal = 220 – usia)))
 Type: jenis latihan yang digunakan, disesuaikan dengan kondisi dan tujuan.
o Endurance (latihan ketahanan/aerobic exercise): menggunakan otot-otot besar
secara berirama dan teratur, lebih banyak menggunakan energi dari proses
metabolisme aerob. Latihan menggunakan energi yang besar dan dalam jangka
waktu yang panjang (45 menit). Hasil latihan ini meningkatkan kapasitas oksidatif
dari serabut otot  mampu membentuk energi lebih banyak, lebih cepat,
sehingga otot tidak mudah lelah. Mitokondria pada sel otot membesar, jumlahnya
semakin banyak dan aliran darah yang mengalir ke otot juga lebih banyak. Latihan
ini menambah kemampuan untuk menghasilkan energi, tetapi tidak bisa
menambah massa otot sehingga baik untuk sistem kardio respirasi.
Contoh: jogging, renang, bersepeda, senam aerobik.
o Resistance (high intensity): kedayatahanan latihan dengan menggunakan beban
untuk pembesaran otot. Latihan ini menggunakan energi yang berasal dari
peningkatan enzim dalam proses glikolisis. Latihan resistance menggunakan motor
unit dan myofibril yang banyak  otot jadi lebih besar.
Contoh: angkat beban (dumbbell), push up, sit up.
Catatan: Agar mendapatkan hasil yang baik dan seimbang, kedua jenis latihan di atas
biasanya digabungkan.
o Latihan strengthening: muscular fitness dan menggerakan anggota badan
melawan gravitasi, otot mempunyai kekuatan untuk mengangkat beban berat
o Latihan flexibility: latihan untuk mencegah strain dan sprain, serta keleluasaan
gerak anggota tubuh.
 Time: waktu, durasi. Latihan inti sebaiknya selama 30-45 menit (tidak termasuk
pemanasan dan pendinginan). Tidak boleh melebihi 45 menit karena akan
menimbulkan kerusakan, gangguan metabolisme, kekurangan oksigen, kekurangan
ATP yang tidak bisa diproduksi secara singkat.
Jadi, pada 6 minggu pertama hanya akan terjadi respon, minggu ke 6-8 baru akan
mulai terjadi adaptasi,pada minggu ke-12 akan mencapai titik stabil (tidak terjadi banyak
perubahan).

Apa keuntungan jangka panjang yang diperoleh dari olahraga secara rutin?

1. Hipertrofi otot: peningkatan sintesis protein kontraktil (aktin & myosin) dan peningkatan
jumlah myofibril pada serabut otot. Myofilamen baru bertambah pada bagian luar
myofibril sehingga diameter otot membesar.
Hyperplasia: kondisi pada binaragawan yang memiliki lebih banyak motor unit dibanding
orang kebanyakan.
2. Peningkatan muscle strength: hipertrofi otot → muscle strength (kekuatan otot)
meningkat. Otot mampu mengangkat beban berat & mengeluarkan kekuatan yang besar.
3. Peningkatan muscle endurance: karena dikondisikan dengan kondisi overload yang
terus-menerus, otot akan mampu bertahan lebih lama. Otot bisa kontraksi berulang-
ulang, tetapi tidak mudah lelah dan cidera.
4. Muscular fitness: keseluruhan kemampuan ketahanan, kekuatan, dan kemampuan
menghasilkan energi untuk memenuhi kebutuhan energi
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot:

 Jenis kelamin: wanita tidak memiliki testosteron sebanyak pria sehingga massa otot
wanita tidak setebal massa otot pria.
 Jenis otot
 Usia
 Anatomi
 Obat-obatan
o Growth hormone
obat-obatan ini berbahaya & berkonsekuensi tinggi jika digunakan
o Anabolic steroid

Soal & Pembahasan

1. Berapa durasi latihan inti yang apabila lebih dari itu otot akan
direkomendasikan? mengalami kerusakan.
a. 1-2 jam
2. Kondisi dimana seseorang memiliki
b. 15-30 menit
motor unit lebih banyak dibanding
c. 30-45 menit
orang kebanyakan adalah…
d. 45-90 menit
a. Hipertrofi
e. 45-60 menit
b. Hyperplasia
Jawaban C. Durasi latihan inti yang
c. Atrofi
direkomendasikan adalah 30-45 menit.
d. Miestenia gravis
Jika kurang dari itu otot tidak akan
e. Tetanus
memberi respon yang diinginkan dan
Jawaban B. Hipertrofi adalah karena kontraksi terus-menerus.
membesarnya diameter otot. Atrofi Miestenia gravis adalah kelumpuhan
adalah mengecil dan melemahnya otot otot. Hyperplasia biasa terjadi pada
karena jarang digunakan. Tetanus binaragawan.
(kejang otot) adalah otot tegang

 Kinesiology merupakan cabang dari biomekanik yang mempelajari tentang anatomi,


fisiologi, dan mekanik dari pergerakan muskuloskeletal. Yang bertujuan untuk keselamatan
optimal pada tubuh serta keefektifan dan efisiensi dari suatu gerakan.
 Mencakup gerak dan proses mekanika, termasuk teori fisika mengenai sirkulasi darah,
respirasi, serta pendengaran.
 Analisis dari kinesiologi :
 describing motor skills performance
 anatomical analysis
 mechanical analysis
 prescription for improvement
 Terminology:
- Kinematic adalah geometri dari pergerakan seperti perpindahan, kecepatan,
percepatan tanpa mempersoalkan gaya penyebab gerakan
- Osteokinematic adalah Pergerakan tulang pada sendi seperti fleksi/ekstensi,
abduksi/adduksi, endorotasi/eksorotasi. Gerakan terjadi pada sumbu sendi (Sumbu
sendi tidak bergerak)
- Arthrokinematic adalah sedikit gerakan tulang pada permukaan sendi seperti glide, roll,
spin
Gerakan permukaan sendi
- Kinetic adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara gaya dan perubahan pada
pergerakan tubuh
 Prisnip mekanika terapan
M=F x L

M= moment (kecenderungan gaya untuk memutar tulang pada sendi)


F = gaya, berupa gangguan mekanik atau beban
L = lengan momentum

 Penerapan kinesiologi dalam kedokteran


1. Hukum 1 Newton
Isi: Setiap benda akan mempertahankan keadaan diam atau bergerak lurus beraturan,
kecuali ada gaya yang bekerja untuk mengubahnya.
Penerapan: Tubuh akan cenderung untuk bertahan pada keadaan awalnya ketika
istirahat atau bergerak tetapi dengan diberikannya gaya pengganggu dari luar.
2. Hukum 2 Newton
Isi: total gaya pada sebuah partikel sama dengan banyaknya perubahan momentum
linier terhadap waktu. F= m x a
Penerapan: percepatan tubuh berbanding lurus dengan total gaya dari tubuh dan
berbanding terbalik dengan massa tubuh.
3. Hukum 3 Newton
Isi: Untuk setiap aksi selalu ada reaksi yang sama besar dan berlawanan arah, atau gaya
dari dua benda pada satu sama lain selalu sama besar dan berlawanan arah
Penerapan: Pada setiap perlakuan, selalu ada reaksi yang sama dan berlawanan.
 Massa dan Pusat Massa
- Massa adalah ciri-ciri dari materi dimana sebuah materi memiliki massa yang
diperngaruhi oleh gaya gravitasi.
F=mxa W= m x g
- Center of Mass (COM) / Pusat massa adalah Titik dimana seluruh berat di tubuh
terkonsentrasikan.
 Concavity dan Convexity (Cembung-Cekung)
Setiap sendi memiliki permukaan yang cekung dan permukaan yang cembung
- Jika permukaan cekung diam, permukaan cembung bergerak, permukaan cembung
meluncur dengan arah berlawanan
- Jika permukaan cembung diam, permukaan cekung bergerak, permukaan cekung
meluncur searah
 Lever (Pengungkit)
 Bagia bagian lever
- Tulang sebagai bar
- Kontaksi otot sebagai force (gaya)
- Sendi sebagai Axis (titik rotasi)
 Macam-macam Pengungkit
- Pengungkit kelas 1 : axis berlokasi di antara gaya dan beban
ex. Lengan bawah pada posisi fleksi bergerak ekstensi pada siku dengan kontraksi m.
triceps brachii
- Pengungkit kelas 2: beban di antara gaya dan axis
ex. Membuka mulut, plantarfleksi kaki

- Pengungkit kelas 3: Gaya di antara axis dan Beban


ex. Flexi siku dengan kontraksi m. Biceps brachii

 Penerapan
 = Pengaruh dari sistem musculoskeletal terhadap sistem lain
 = Pengaruh sistem organ lain terhadap sistem musculoskeletal

Interaksi antara SISTEM RANGKA dan sistem organ lain:


Sistem Integumen (Kulit)
 Memberikan dukungan struktural, tulang memberi bentuk pada tubuh sehingga kulit
terlihat mengikuti bentuk tubuh
 Sintesis vitamin D, yang mana penting untuk penyerapan Ca & P (pada saat deposisi
tulang, pemeliharaan & pertumbuhan)
Sistem Muscular
 Tulang menjadi tempat melekatnya otot; penyedia kalsium yang dibutuhkan untuk
kontraksi otot
 Otot yang terus dilatih bergerak (seperti berolahraga) akan mempengaruhi pola osifikasi
dan remodelling tulang.
Sistem Saraf
 Tulang cranium dan vertebrae melindungi otak dan sumsum tulang belakang,
menyediakan kalsium yang dibutuhkan untuk fungsi saraf
 Reseptor sensorik dapat mempengaruhi rasa sakit pada tulang. (contohnya : ketika tulang
tibia terkena ujung dinding, maka tulang akan terasa nyeri)
Sistem endokrin
 Tulang melindungi organ endokrin di kepala, dada, dan panggul
 Hormon yang dihasilan dapat mengatur deposisi mineral dan resorpsi, pertumbuhan
tulang, dan massa tulang serta kepadatannya
Sistem Peredaran Darah
 Melindungi bentuk jaringan sel darah, matriks tulang adalah sumber kalsium yang
dibutuhkan untuk aktivitas otot jantung
 Memberikan O2, nutrisi, dan hormon untuk jaringan tulang
Limfatik / Sistem Imun
 Sebagian jenis sel darah yang dihasilkan dalam jaringan myeloid merupakan bagian dari
sistem kekebalan tubuh
 Menjaga keseimbangan cairan di tulang, Limfosit membantu dalam mempertahankan dan
perbaikan tulang
Sistem Pernapasan
 Bones membentuk saluran pernapasan melalui rongga hidung; melindungi paru-paru
 Menyediakan O2
Sistem Urin
 Tulang menyokong serta melindungi organ-organ sistem urine
 Ginjal mengaktifkan vitamin D dan mengatur eksresi fosfat dan kalsium
Sistem Pencernaan
 Tulang memberikan perlindungan terhadap organ pencernaan
 Menyediakan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang
Sistem Reproduksi
 Tulang melindungi beberapa organ reproduksi
 Kelenjar gonad menghasilkan hormon yang mempengaruhi pertumbuhan tulang

Interaksi Antara SISTEM OTOT dan sistem organ lain


Sistem Integumen (kulit)
 Otot wajah menarik kulit untuk memberikan pada ekspresi wajah
 Kulit melindungi otot-otot, menginisiasi sintesis calcitriol, sebagai perantara berapa
penyerapan kalsium diperlukan untuk kontraksi otot; membuang panas yang dihasilkan oleh
otot
Sistem Rangka
 Otot bergerak dan menstabilkan sendi dan menggerakkan rangka
 tempat perlekatan otot; menyimpan kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi otot
Sistem Saraf
 Otot memberikan ekspresi dan perintah motorik yang muncul dari sistem saraf pusat
 Merangsang kontraksi otot, mengatur ketegangan otot.
Sistem Endokrin
 Otot dapat merangsang sekresi hormon; otot rangka juga melindungi beberapa organ
endokrin
 Hormon merangsang pertumbuhan dan perkembangan otot dan mengatur kadar glukosa
dan elektrolit yang penting untuk kontraksi otot
Sistem Peredaran Darah
 Kontraksi otot membantu peredaran darah melalui pembuluh darah; ketika otot bekerja
teratur seperti saat olahraga, dapat menstimulasi pertumbuhan pembuluh darah baru;
melindungi pembuluh darah yang dekat dengan permukaan tubuh
 Memberikan O2 dan nutrisi; efisiensi kardiovaskular, dan kepadatan kapiler darah di otot
sangat mempengaruhi daya tahan otot
Limfatik / Sistem Imun
 Kontraksi otot meningkatkan aliran getah bening, olahraga dapat meningkatkan tingkat
sel kekebalan sel dan antibodi
 Mengalirkan cairan dari otot; sistem kekebalan melindungi otot dari patogen dan
meginisiasi perbaikan jaringan
Sistem Pernapasan
 Otot sangat berpengaruh pada saat pernafasan ; otot-otot laring dan faring mengatur
aliran udara
 Menyediakan O2 , efisiensi pada saat pernapasan sangat mempengaruhi daya tahan otot
Sistem urin
 Otot mengontrol sekresi urin; otot-otot di sekitar panggul menyokong posisi kandung
kemih
 Mengatur tingkat elektrolit penting untuk kontraksi otot
Sistem Pencernaan
 Karena otot kita dapat mengunyah dan menelan; mengontrol buang air besar;
otot juga melindungi organ pencernaan
 Menyerap nutrisi yang dibutuhkan oleh otot; mengatur kadar glukosa darah dan
metabolisme asam laktat
Sistem Reproduksi
Otot berkontribusi untuk ereksi dan ejakulasi; otot-otot perut dan panggul membantu
pada saat persalinan
 Hormon yang dihasilkan kelenjar gonad sangat mempengaruhi pertumbuhan otot dan
perkembangannya

 Pemeriksaan Rontgen Tulang memberi informasi:


1. Lesi tulang & jaringan Lunak sekitarnya
2. Adanya fraktur/ancaman fraktur patologis
3. Asal/Sifat suatu lesi (jinak/ganas)
4. Sebagai guide untuk biopsy
5. Follow Up perjalanan penyakit

 Tulang terdiri dari bahan-bahan


o 25% air
o 30% organik
o 45% anorganik ( densitas tulang radiopak ) :
 Ca phosphat 85%
 Ca carbonat 15%
 Tulang mendapat suplai darah dari 3 sumber :
o Arteri nutrisi (lekukan a.nutricia pd foto tulang
o Arteri metafise & epifise (yg mensuplai langsung pd metafise & epifise
o Art. Periost berhubungan langsung dgn pembuluh darah merupakan
percabangan a. nutricia yg menyelusuri sistim Havers & Volkman pd tulang2
 Skeletal Radioanatomi (bentuk & struktur tulang hasil radiologi)
 Ciri:
- 2 dimensi
- Tidak sekaligus seluruh tubuh
- Dipengaruhi magnifikasi (tidak di ukuran sebenarnya)
 Bagian yang dapat dilihat:
- Soft tissue
- Cutis
- Subcutis-fat
- Muscle
- Bone: Periosteum, Cortex, Endosteum, Spongiosum.
 Yang membuat warna foto rontgen hitam adalah udara dan lemak
 Posisi pengambilan (positioning):
- Routine: PA / AP , Lateral
- Additional: Oblique (RAO/LAO) , Tangential  untuk memperlihatkan yang sulit
diilhat
- Khusus:
Skull:
- Waters & Caldwel: Paranasalis Sinus
- Schuller & Stenver: Mastoid
- Eisler : Mandible
- Rheese : Opticum Foramen
- Towne : Canalis Acusticus Interna
- Basis Cranii: Fossa Cranii
Patella: Sunrise (Mountain View)

 Bagian tulang  Lokus tulang

Epiphyseal line

Epiphysis
Medula
Korteks Subarticular
Articular cartilage

Metaphysis

Diaphysis
Trauma
 Trauma pada sendi sering terjadi, namun lebih sering pada anak-anak
 Anamnesa riwayat trauma dan pemeriksaan klinis sangat membantu diagnosis
 Pemeriksaan radiology:
1. menentukan ada tidaknya fraktur
2. tipe dislokasi
3. arah garis frakur
4. posisi fregmen tulang

Foto Lateral dan AP pada sendi siku normal.


 Fraktur
a. Fraktur dari humerus : sering terjadi
pada bagian columnnya, dan sering
terjadi pada orang lanjut usia
terutama yang mengalami
osteoporosis
Fraktur dari humerus :
1. Transverse fractures : fraktur
pada batang/ tengah tulang
2. Supracondylar fractures : fraktur
di bagian distal humerus
b. Fraktur ulna dan radius c. Fraktur tangan /daerah palmar

 Bahu
 Sendi bahu terdiri dari tulang humerus, scapula dan clavicula, yang membentuk sendi
glenohumeral dan sendi acromioclavicular.
 Collum anatomicum dari humerus dan tepi dari fossa glenoid merupakan tempat
melekatnya kapsul sendi.
 Pemeriksaan radiografi dari sendi bahu terutama terdiri dari foto AP (Anteroposterior:
Pada AP, sumber X-ray diposisikan sehingga X-ray masuk melalui anterior dan keluar
dari posterior dimana X-ray tersebut terdeteksi).dengan humerus dalam posisi rotasi
internal dan external.

kiri ke kanan : eksternal &internal rotation


 Pergelangan tangan

Fraktura dari metacarpals dan phalanges terjadi 20 kali lebih sering daripada fraktura
dan dislokasi dari tulang-tulang karpal.
Proyeksi foto tangan standard :
1. PA
2. Lateral
3. Obliq Pronasi
4. Oblig Supinasi
 Tangan
 Vertebra  AP, Lateral, Oblique
1. Cervicales
a) Lateral

Proc.
Transversus
Lordosis
Cervical

b) Anterior Posterior

Proc.
Spinosus
c) Oblique

Foramen
Interverte
bral

2. Thoracic
a) Lateral

Pedicle
Kiphosis
Thorax

Body

Discus
interver
tebralis
 Foto lateral dibuat dengan penderita menahan nafas untuk tidak di kaburkan
oleh bayangan pembuluh darah paru.
 Pada columna vertebralis yang normal, korteks sebelah depan harus licin.
 Juga pada foto lateral, corpus vertebra dan discus intravertebralis akan makin
membesar kearah caudal.
b) AP

 Pada foto AP, garis jaringan lunak paravertebral biasanya dapat terlihat. Adanya
displacement dari garis ini akan menandakan tanda adanya pembengkakan
dan membantu dalam diagnosis adanya trauma.
 Penting untuk dilacak outline dari tiap corpus vertebral, pedicle, processus
transversus dan processus spinous untuk menemukan adanya tanda fraktur.
 Jarak antara pedicle harus pula di cek.
3. Lumbal
Petunjuk umum dari vertebra lumbal:
- Perlu diidentifikasi pedicle-2, processus spinosus dan secara cermat memeriksa os
sacrum.
- Jangan lupa mengamati fraktura iga.
- Perlu diingat bahwa 2/3 dari trauma pada tulang belakang terjadi di daerah T12 -
L2.
- Seat belt injuries dapat menyebabkan fraktura transversal dari corpus vertebra dan
juga posterior element tulang belakang. Shearing injury tipe ini sering terjadi pada
level L1-3 dan disebut Chance fracture.
a) Lateral

Ukuran corpus vertebra lumbalis makin membesar kearah caudal, begitu pula
dengan ukuran disc spaces sampai setinggi L5-S1, yang biasanya lebih kecil dari
L4-L5.

b) AP
Corpus vertebra lumbalis harus mempunyai alignment yang licin dan tepi
yang sedikit sclerotic.
 Calvaria
a. Os Occipital  Towne

b. Basis Cranii externa  Caldwell

c. Os Petrosum (seluruhnya)  Stenvers

d. Os Petrosum (orbita)  Rhese


 Facial Cranium
a. Os Mandibula  Eisler

b. Os Zigomatikum  Waters / Basis Cranii

c. Os Mastoid  Schuller
Semangat buat CBT pertamanya,
PD UGM 2014!

Hadapi CBT dengan senyuman! :3


*editor dengan sangat terpaksa harus menyertakan foto editor sendiri, mohon maaf sebelumnya*

Anda mungkin juga menyukai