Anda di halaman 1dari 8

JURNAL INFORMATIKA, Vol.6 No.1 April 2019, pp.

143~150
ISSN: 2355-6579
E-ISSN:2528-2247 143

Pengambilan Keputusan Memilih Sekolah Dengan


Metode AHP
Narti1, Sriyadi2, Nur Rahmayani3, Mahmud Syarif4
1
STMIK Nusa Mandiri
e-mail: narti.nrx@nusamandiri.ac.id
2
Universitas Bina Sarana Informatika
e-mail: sriyadi.sry@bsi.ac.id
3
STMIK Nusa Mandiri
e-mail: nrahmayani18@gmail.com
3
Universitas Bina Sarana Informatika
e-mail: mahmud.may@bsi.ac.id

Abstrak
Setiap orang tua pasti ingin anaknya mendaftar pada sekolah yang tepat. Orang tua tidak ingin
salah pilih dalam memilihkan sekolah untuk anak-anaknya. Dalam memilih sekolah yang baik
dan tepat tentunya bukanlah suatu hal yang mudah, hal tersebut disebabkan karena banyaknya
pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan untuk mendapat suatu pilihan sekolah yang tepat,
serta banyaknya pilihan sekolah yang membingungkan masyarakat baik siswa maupun orang
tuanya. Adanya pendukung keputusan ini dapat menjadi solusi untuk memberikan
pertimbangan dalam membantu masyarakat pada proses pemilihan sekolah. Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) merupakan metode yang memiliki struktur yang berhirarki serta
memberikan kemudahan dalam menyederhanakan suatu permasalahan dari kriteria yang
kompleks dengan berbagai pilihan alternatif yang ada, sehingga dapat mempercepat proses
pengambilan keputusan dalam pemilihan sekolah. Metode AHP ini mampu menghasilkan hasil
yang lebih konsisten serta yang dihasilkan adalah berdasarkan urutan ranking dari setiap
alternatif yang ada. Hasil perhitungan metode AHP ini terdapat empat kriteria yang menjadi
tolak ukur dalam melakukan pemilihan sekolah yaitu, biaya, kualitas sekolah, tujuan akhir
lulusan, serta bakat dan minat. Hasil akhir dari pengolahan data dan pengujian metode AHP
didapatkan bahwa Sekolah Menengah Atas (SMA) lebih unggul 0,373 atau 37,3% sedangkan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 0,370 atau 37,0%, Madrasah Aliyah (MA) 0,257 atau
25,7%.

Kata Kunci: AHP, Sekolah, Memilih, Keputusan

Abstract
Every parent would want to move to the right school. Parents do not want to choose in choosing
schools for children. In choosing a good and right school to answer an easy matter, it relates to
the judgments made to get an appropriate school choice, as well as adding school choices that
allow the community both parents and parents. The existence of supporters of this decision can
be a solution to provide assistance to the community in the school selection process. The
Analytical Hierarchy Process (AHP) method is a method that has a hierarchical structure and
makes it easy to simplify a problem from complex criteria to various alternative choices that
exist, so that it can accelerate the decision making process in school selection. This AHP
method produces better results as well as those produced based on the ranking order of each
alternative. The results of the calculation of the AHP method are related to four criteria which
are the benchmarks in conducting school selection, namely, costs, quality of the school, the
ultimate goal of the competition, and talents and interests. The final results of data processing
and testing methods obtained by Senior High School (SMA) are superior to 0.373 or 37.3%
while Vocational High School (SMK) is 0.370 or 37.0%, Madrasah Aliyah (MA) is 0.257 or
25.7%.

Keywords: AHP, School, Choosing, Decision

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ji/article/view/5552
144

suatu permasalahan dari kriteria yang


1. Pendahuluan kompleks dengan berbagai pilihan alternatif
Pendidikan formal merupakan yang ada, sehingga dapat mempercepat
salah satu kebutuhan dalam memperoleh proses pengambilan keputusan dalam
ilmu untuk mewujudkan cita-cita dan pemilihan sekolah. Metode Analytical
keinginan melalui suatu pengajaran. Hierarchy Process (AHP) ini mampu
Pendidikan menjadi hal terpenting bagi menghasilkan hasil yang lebih konsisten
masyarakat khususnya Indonesia, karena serta yang dihasilkan adalah berdasarkan
dengan adanya pendidikan, dapat urutan ranking dari setiap alternatif yang
menentukan kemajuan dan ada.
berkembangnya suatu negara. Pendidikan (Suryadi & Ramdhani, 2017)Pada
di Indonesia dimulai dari Sekolah Dasar dasarnya pengambilan keputusan adalah
(SD), Sekolah Menengah Pertama suatu pendekatan sistematis pada hakekat
(SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta,
Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah penentuan yang matang dari alternatif yang
Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah dihadapi, dan pengambilan tindakan yang
Aliyah (MA) hingga Perguruan Tinggi. menurut perhitungan merupakan tindakan
Dalam menempuh pendidikan dapat yang paling tepat. Pembuat keputusan
mempengaruhi masyarakat dalam kerap kali dihadapkan dengan kerumitan
mengambil keputusan dari berbagai pilihan dalam lingkup pengambilan keputusan
alternatif yang ada, seperti dalam pemilihan dengan data yang banyak. Untuk suatu
sekolah baik dari sekolah tingkat dasar kepentingan sebagian besar pembuat
hingga perguruan tinggi yang mana keputusan dengan mempertimbangkan
pemilihan sekolah ini akan membantu manfaat yang dihadapkan pada suatu
dalam pembentukan kepribadian juga sikap keharusan untuk mengandalkan
serta akan mempengaruhi masa depan seperangkat sistem yang mampu
bagi anaknya. memecahkan masalah efisien dan efektif.
Dalam memilih sekolah yang baik (Akmaludin, 2015) Penggunaan
dan tepat tentunya bukanlah suatu hal yang metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
mudah, hal tersebut disebabkan karena banyak dari berbagai kalangan akademisi
banyaknya pertimbangan-pertimbangan yang menggunakan metode ini, hingga
atau kriteria yang harus diperhatikan dalam menerapkannya sampai pada implementasi
memilih sekolah khususnya dalam sekolah dalam kehidupan sehari-hari, yang sangat
lanjutan tingkat atas, serta banyaknya diperhatikan begitu banyaknya pendekatan
pilihan sekolah yang membingungkan yang digunakan oleh para pengguna
masyarakat baik siswa maupun orang metode AHP, khususnya dalam hal seleksi
tuanya. Kemudian masyarakat cenderung terhadap sesuatu fenomena.
memilih sekolah karena mengikuti teman-
teman anaknya. 2. Metode Penelitian
Kelurahan Kutabaru merupakan Dalam penelitian ini metode yang
salah satu pembagian wilayah dari digunakan adalah AHP (Analytical
Kecamatan Pasarkemis, Kabupaten Hierarchy Process).
Tangerang yang memiliki 12 RW, yang (Hadianti & Mubarok, 2017) “AHP
mana setiap RW memiliki beberapa RT dan (Analytical Hierarchy Process) adalah suatu
terdapat 8.573 kepala keluarga di wilayah teori umum tentang pengukuran yang
Kelurahan kutabaru. digunakan untuk menemukan skala rasio,
Dalam memilih keputusan, adanya baik dari perbandingan berpasangan yang
pendukung keputusan ini dapat menjadi diskrit maupun kontinyu”.
solusi untuk memberikan pertimbangan Menurut Tominanto dalam (Narti,
alternatif dalam membantu masyarakat 2017) menyimpulkan bahwa:
pada proses penentuan atau pemilihan AHP adalah sebuah metode
sekolah. Dari berbagai metode yang ada, memecah permasalahan yang komplek
penulis memilih menggunakan metode atau rumit dalam situasi yang tidak
Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam terstruktur menjadi bagian-bagian
pengambilan keputusan pemilihan sekolah. komponen. Mengatur bagian atau variabel
Metode ini dipilih karena memiliki struktur ini menjadi suatu bentuk susunan hierarki,
yang berhirarki serta memberikan kemudianmemberikan nilai numerik untuk
kemudahan dalam menyederhanakan penilaian subjektif terhadap kepentingan

JURNAL INFORMATIKA Vol. 6 No. 1, April 2019


145

relatif dari setiap variabel dan mensintesis 2. Penilaian Kriteria dan Alternatif
penilaian untuk variabel mana yang Kriteria dan aternatif dinilai melalui
memiliki prioritas tertinggi yang akan perbandingan berpasangan. Untuk
mempengaruhi penyelesaian dari situasi persoalan yang ada skala 1 sampai
tersebut. skala 9 adalah skala terbaik dalam
AHP bertujuan untuk menyusun mengekspresikan pendapat.
prioritas dari berbagai alternatif pilihan yang Perbandingan dilakukan berdasarkan
ada. Terdapat 4 aksioma-aksioma menurut kebijakan pembuat keputusan dengan
(Pratiwi, 2016), diantaranya yaitu: cara menilai tingkat kepentingan antara
1. Reciprocal Comparison artinya elemen yang satu dengan elemen yang
pengambilan keputusan harus memuat lainnya.
perbandingan dan menyatakan Tabel 1. Skala Penilaian Perbandingan
preferensinya. Berpasangan
2. Homogenityartinya harus dapat Intensitas
Keterangan Penjelasan
Kepentingan
dinyatakan dalam skala terbatas atau
elemen-elemenya dapat dibandingkan Kedua elemen sama
Dua elemen mempunyai
1 pengaruh yang sama besar
satu sama lain. pentingnya
terhadap tujuan
3. Independenceartinya mengasumsikan
bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh Pengalaman dan penilaian
Elemen yang satu sedikit
alternatif-alternatif yang ada melainkan 3 lebih penting daripada
sedikit
elemen
menyokong satu
dibandingkan
elemen yang lainnya
oleh objek keseluruhan. elemen lainnya

4. Expectationartinya struktur hirarki


diasumsikan lengkap.Menjelaskan Pengalaman dan penilaian
Elemen yang satu lebih
kronologis penelitian, termasuk desain 5 penting daripada elemen
sangat kuat menyokong satu
elemen dibandingkan
yang lainnya
penelitian, prosedur penelitian (dalam elemen lainnya
bentuk algoritma, Pseudocode atau
lainnya), bagaimana untuk menguji dan
akuisisi data. Deskripsi dari program 7
Elemen yang satu jelas
lebih mutlakpenting
Satu elemen yang kuat
disokong dan dominan
penelitian harus didukung referensi, daripada yang lainnya terlihat dalam praktek
sehingga penjelasan tersebut dapat
diterima secara ilmiah.
Secara teknis dan pada dasarnya Bukti yang mendukung
dalam metode AHP terdiri dari prinsip- 9
Satu elemen mutlak
penting daripada elemen
elemen yang satu terhadap
elemen lain memiliki tingkat
prinsip dasar dalam memahami AHP. lainnya penegasan tertinggi yang
mungkin menguatkan
Adapun prinsip dasar tersebut menurut
(Basuki & Andharini, 2016) yaitu:
1. Menyusun Hirarki Nilai-nilai antara dua nilai
Nilai ini diberikan bila ada
Persoalan yang akan diselesaikan, 2, 4, 6, 8
pertimbangan-
pertimbangan yang
dua kompromi di antara dua
pilihan
diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu berdekatan
kriteria dan alternatif, kemudian disusun
menjadi struktur hirarki. Jika aktifitas 𝑖 mendapat satu angka dibandingkan dengan
Kebalikan aktifitas 𝑗, maka 𝑗 memiliki kebalikannya dibandingkan
dengan 𝑖

Goal Level Tujuan Sumber : (Suryadi & Ramdhani 2016)

3. Penentuan Prioritas
Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria n Level Kriteria Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu
dilakukan perbandingan berpasangan.
Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian
Sub-kriteria1 Sub-kriteria 2 Sub-kriteria n Level Sub-kriteria diolah untuk menentukan peringkat
alternatif dari seluruh alternatif. Baik
kriteria kualitatif maupun kuantitatif
dapat dibandingkan sesuai dengan
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif n Level Alternatif
penilaian yang teah ditentukan untuk
menghasilkan suatu bobot dan prioritas.
Gambar 1. Struktur Hirarki AHP Bobot atau prioritas ini dihitung dengan
Sumber : ( Basuki & Andharini, 2016) manipulasi matriks atau dengan
penyelesaian matematik.

JURNAL INFORMATIKA Vol. 6 No. 1, April 2019


146

4. Konsistensi Logis menjawab dari suatu rumasan masalah dan


Konsistensi logis menurut (Kusrini, hipotesis menggunakan metode yang telah
2016) memiliki dua makna. Pertama, ditentukan dalam pengambilan keputusan
objek-objek yag serupa bisa kemudian disajikan dan diberikan
dikelompokkan sesuai dengan pembahasan secara detail.
keseragaman dan relevansi. Kedua, Di tahapan ketiga merupakan
menyangkut hubungan antar objek yang tahapan akhir yang mana setelah
didasarkan pada kriteria tertentu. pembahasan dijelaskan, penulis menarik
(Handayani, 2015) “Nilai rasio sebuah kesimpulan dari keseluruhan
konsistensi harus 10% atau kurang. penelitian dan kemudian dilakukan
Pada referensi yang lain menyebutkan penulisan laporan dari hasil penelitian itu
bahwa hasil perhitungan nilai sendiri.
inkonsistensi antara 0 hingga 1. Jika Dikarenakan populasi yang akan
lebih dari 10%, pertimbangan yang telah diteliti sangatlah luas dan memakan biaya
dibuat mungkin agak acak dan mugkin yang cukup besar serta waktu penelitian ini
perlu untuk diperbaiki”.(Malik & Haryanti, sangatlah terbatas maka penulis
2018) “Inkonsistensi ini dapat menggunakan sampel penelitian. Sampel
disebabkan oleh kesalahan merupakan bagian atau mewakili dari
memasukkan penilaian, kurangnya sebuah populasi. Dalam penelitian ini untuk
informasi, kurangnya konsentrasi, dunia mendapatkan data digunakan teknik
nyata yang tidak selalu konsisten, atau sampling dalam pengambilan sampel,
model struktur hirarki yang kurang penulis menggunakan probability sampling.
sesuai”. Menurut Sugiyono (2016:82)
Ada beberapa tahapan dalam mengemukakan bahwa “Probability
menyusun penelitian ini. Dalam tahap samping adalah teknik pengambilan sampel
kesatu penulis memilih tema pengambilan yang yang memberikan peluang yang sama
keputusan dalam pemilihan sekolah, bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
kemudian dilanjutkan dengan dipilih menjadi anggota sampel”. Teknik
mengidentifikasi permasalahan yang terjadi yang digunakan dalam probability sampling
di masyarakat dalam proses pemilihan adalah teknik cluster sampling, karena
sekolah yang nantinya akan dibuatkan sumber data yang akan diteliti sangat luas.
rumusan masalah. Kemudian penulis Pada lingkungan kelurahan kutabaru
melakukan studi pendahuluan untuk terdapat 12 RW, maka sampel yang akan
mengumpulkan beberapa informasi yang digunakan adalah 3 RW. Dari 3 RW ini
berkaitan dengan masalah yang akan akan dilakukan pemilihan lagi yaitu diambil
diteliti serta menentukan metode untuk setiap RW hanya dipilih sebanyak 2 RT.
penyelesaiannya dan nantinya dari hasil Selanjutnya penulis juga menggunakan
tersebut dapat digunakan dalam teknik pengambilan sampel stratified
penyusunan kerangka teori untuk random sampling dengan cara pendataan
menjawab permasalahan tersebut dengan masing-masing RT berdasarkan latar
merumuskan hipotesis. Permasalahan yang belakang pekerjaan orang tua.
sedang diteliti akan dibuktikan
kebenarannya melalui dugaan atau 3. Hasil dan Pembahasan
jawaban sementara yang disebut hipotesis. Untuk memperoleh hasil data yang
Selanjutnya menentukan sample penelitian dibutuhkan dalam penelitiaan ini, peneliti
serta berakhir pada penyusunan penelitian. melakukan penyebaran kuesioner kepada
Dalam tahapan kedua penulis masyarakat yang mana dari hasil kuesioner
mengumpulkan data berdasarkan populasi tersebut akan diolah sehingga dapat
yang telah ditentukan. Namun populasi dijadikan sebagai pemecah suatu masalah
dalam penelitian ini sangatlah luas dalam hal pemilihan sekolah. Penyebaran
sehingga penulis menggunakan sampel kuesioner ini disebar sebanyak 35
dari populasi tersebut. Kemudian kuesioner, namun hanya 30 kuesioner yang
ditentukan instrumen penelitian untuk dapat diolah.
mengukur variabel yang sedang diteliti. Dalam pengolahan hasil penelitian
Instrumen yang digunakan berupa maka penulis menetapkan langkah-langkah
penyebaran kuesioner, observasi, serta penyelesaian dengan metode AHP
wawancara. Setelah data sudah terkumpul diantaranya yaitu membuat hirarki,
dilakukan tahap analisis data untuk penilaian kriteria dan alternatif yaitu dengan

JURNAL INFORMATIKA Vol. 6 No. 1, April 2019


147

cara membuat matriks perbandingan Kriteria SMA SMK MA


berpasangan, menentukan prioritas dan
bobot, serta menguji konsistensi logis, SMA 1,000 0,775 1,524
kemudian ditentukan hasil akhir dari SMK 1,290 1,000 1,484
perhitungan
MA 0,656 0,674 1,000
Pemilihan Sekolah Level 0

Tabel 5. Matriks Perbandingan Kriteria


Kualitas Sekolah
Kriteria SMA SMK MA
Biaya Kualitas Sekolah Tujuan Akhir Lulusan Bakat dan Minat Siswa Level 1
SMA 1,000 1,111 1,101

SMK 0,900 1,000 1,093

MA 0,908 0,915 1,000

SMA SMK MA Level 2 Tabel 6.Matriks Perbandingan Kriteria


. Tujuan Akhir Lulusan
Gambar 2. Struktur Hirarki Pemilihan
Kriteria SMA SMK MA
Sekolah
SMA 1,000 1,055 1,895
Tabel 2. Kriteria Utama
SMK 0,948 1,000 2,007
Kriteria Penjelasan
MA 0,528 0,498 1,000
Biaya yang menjadi pilihan
Biaya adalah biaya sekolah yang Tabel 7. Matriks Perbandingan Kriteria
terjangkau atau mahal.
Kualitas yang dimaksud
Bakat dan Minat
adalah fasilitas sekolah, Kriteria SMA SMK MA
lingkungan belajar, pengajaran
Kualitas Sekolah SMA 1,000 1,157 1,801
agama, penanaman nilai nilai
yang baik serta penerapan
kedisiplinan. SMK 0,864 1,000 1,780
Tujuan akhir lulusan yang
dimaksud adalah lulusan yang MA 0,555 0,562 1,000
Tujuan Akhir dipersiapkan untuk memasuki
Lulusan perguruan tinggi atau
dipersiapkan untuk memasuki Tabel 8. Selisih Nilai Eigen Vector Kriteria
dunia kerja. Utama Iterasi Ke-1 & Iterasi Ke-2
Bakat dan minat yang Nilai Eigen
dimaksud adalah memilih Selisih
Bakat dan Minat sekolah sesuai dengan bakat Iterasi ke-1 Iterasi ke-2
yang dimiliki oleh anak 0,23871 0,23874 -0,00003
tersebut. 0,33830 0,33821 0,00009
0,25117 0,25117 -0,00001
Tabel 3. Matriks Perbandingan 0,17182 0,17188 -0,00005
Berpasangan Kriteria Utama
Kualitas
Tujuan Bakat Tabel 9. Selisih Nilai Eigen Vector Kriteria
Kriteria Biaya Akhir dan Utama Iterasi Ke-2 & Iterasi Ke-3
Sekolah
Lulusan Minat
Nilai Eigen
Biaya 1,000 0,670 0,964 1,445 Selisih
Iterasi ke-2 Iterasi ke-3
Kualitas 0,23874 0,23874 0,00000
1,493 1,000 1,249 2,012 0,33821 0,33821 0,00000
Sekolah
Tujuan 0,25117 0,25117 0,00000
Akhir 1,037 0,801 1,000 1,373 0,17188 0,17188 0,00000
Lulusan
Bakat Tabel 10. Selisih Nilai Eigen Vector Kriteria
dan 0,692 0,497 0,728 1,000
Minat
Biaya Iterasi Ke-1 & Iterasi Ke-2
Nilai Eigen
Selisih
Tabel 4.Matriks Perbandingan Kriteria Iterasi ke-1 Iterasi ke-2
Biaya 0,34538 0,34537 -0,00002
0,40594 0,40572 0,00022

JURNAL INFORMATIKA Vol. 6 No. 1, April 2019


148

0,24868 0,24891 -0,00023 0,41071 0,41071 0,00000


0,37121 0,37121 0,00000
Tabel 11.Selisih Nilai Eigen Vector Kriteria 0,21808 0,21808 0,00000
Biaya Iterasi Ke-2 & Iterasi Ke-3
Nilai Eigen consistency ratio Kriteria Utama
Selisih
Iterasi ke-2 Iterasi ke-3 𝐶𝐼 0,001
0,34537 0,34537 0,00000 𝐶𝑅 = = = 0,001
𝐼𝑅 0,90
0,40572 0,40572 0,00000 Hasil dari 𝐶𝑅 ≤ 0,1, maka hasil perhitungan
0,24891 0,24891 0,00000 dapat dinyatakan konsisten atau hasil dapat
diterima.
Tabel 12. Selisih Nilai Eigen Vector Kualitas
Sekolah Iterasi Ke-1 & Iterasi Ke-2
consistency ratio Kriteria Biaya
Nilai Eigen 𝐶𝐼 0,004
Selisih
Iterasi ke-1 Iterasi ke-2 𝐶𝑅 = = = 0,008
𝐼𝑅 0,58
0,35600 0,35599 0,00001
Hasil dari 𝐶𝑅 ≤ 0,1, maka hasil perhitungan
0,33106 0,33106 0,00000
dapat dinyatakan konsisten atau hasil dapat
0,31294 0,31295 -0,00001
diterima.
Tabel 13. Selisih Nilai Eigen Vector Kualitas
Sekolah Iterasi Ke-2 & Iterasi Ke-3 consistency ratio Kriteria Kualitas Sekolah
𝐶𝐼 0,001
Nilai Eigen 𝐶𝑅 = = = 0,001
Selisih 𝐼𝑅 0,58
Iterasi ke-2 Iterasi ke-3
0,35599 0,35599 0,00000
Hasil dari 𝐶𝑅 ≤ 0,1, maka hasil perhitungan
0,33106 0,33106 0,00000 dapat dinyatakan konsisten atau hasil dapat
0,31295 0,31295 0,00000 diterima.

Tabel 14. Selisih Nilai Eigen Vector Kriteria consistency ratio Kriteria Akhir Lulusan
Tujuan Akhir Lulusan Iterasi Ke-1 & Iterasi 𝐶𝐼 0,001
𝐶𝑅 = = = 0,001
Ke-2 𝐼𝑅 0,58
Nilai Eigen Hasil dari 𝐶𝑅 ≤ 0,1, maka hasil perhitungan
Selisih dapat dinyatakan konsisten atau hasil dapat
Iterasi ke-1 Iterasi ke-2
0,40129 0,40126 0,00003 diterima.
0,39470 0,39468 0,00002
0,20401 0,20406 -0,00005 consistency ratio Kriteria Bakat dan Minat
𝐶𝐼 0,001
Tabel 15. Selisih Nilai Eigen Vector Kriteria 𝐶𝑅 = = = 0,001
𝐼𝑅 0,58
Tujuan Akhir Lulusaan Iterasi Ke-2 & Iterasi Hasil dari 𝐶𝑅 ≤ 0,1, maka hasil perhitungan
Ke-3 dapat dinyatakan konsisten atau hasil dapat
Nilai Eigen diterima.
Selisih
Iterasi ke-2 Iterasi ke-3
0,40126 0,40126 0,00000 Berikut struktur hirarki penilaian bobot dari
0,39468 0,39468 0,00000 masing-masing kriteria dan masing-masing
0,20406 0,20406 0,00000 alternatif:

Tabel 16. Selisih Nilai Eigen Vector Kriteria


Bakat & Minat (Iterasi Ke-1 & Iterasi Ke-2)
Nilai Eigen
Selisih
Iterasi ke-1 Iterasi ke-2
0,41076 0,41071 0,00005
0,37123 0,37121 0,00002
0,21801 0,21808 -0,00007

Tabel 17. Selisih Nilai Eigen Vector Kriteria


Gambar 3. Struktur Hirarki Hasil
Bakat & Minat (Iterasi Ke-2 & Iterasi Ke-3)
Perhitungan
Nilai Eigen Setelah dilakukan perhitungan data dari
Selisih
Iterasi ke-2 Iterasi ke-3 kriteria utama dan alternatif, selanjutnya

JURNAL INFORMATIKA Vol. 6 No. 1, April 2019


149

dilakukan perhitungan perkalian gabungan


antara kriteria dengan masing-masing c. Perhitungan CRH:
alternatif berdasarkan kriteria, perhitungan M
CRH =
tersebut dilakukan dengan cara mengalikan M′
0,003
gabungan nilai vektor eigen masing-masing =
1,48
alternatif utama berdasarkan kriteria
= 0,002
dengan nilai vektor eigen kriteria utama dan
Dari perhitungan diatas didapatkan bahwa
hasil dari perkalian tersebut disebut dengan
nilai CRH kurang dari 0,1 atau kurang dari
nilai vektor eigen keputusan. Berikut adalah
10%, maka dapat dinyatakan bahwa hirarki
cara perhitungan untuk menentukan nilai
secara keseluruhan bersifat konsisten atau
vektor eigen keputusan:
0,239 dapat diterima, sehingga keputusan
0,345 0,356 0,401 0,411 ditetapkan dapat diandalkan dan hasil yang
0,338
[0,406 0,331 0,395 0,371] × [ ] telah diperoleh sesuai dengan hasil
0,251
0,249 0,313 0,204 0,218 hipotesis.
0,172
0,374
= [0,372] 4. Kesimpulan
0,254 Berdasarkan hasil analisa dan
Tabel 18. Hasil Akhir Perhitungan pengolahan data yang telah dilakukan oleh
SMA 0,374 penulis selama penelitian, maka dapat
SMK 0,372 diambil kesimpulan sebagai berikut:
MA 0,254 1. Pertimbangan-pertimbangan atau
kriteria yang telah ditentukan dalam
Dari nilai vektor eigen keputusan terlihat penelitian ini didapatkan dari hasil
bahwa: wawancara dan terdapat empat kriteria
1. SMA (Sekolah Menengah Atas) diantaranya yaitu, Kriteria Biaya, Kriteria
memiliki prioritas tertinggi dengan Kualitas Sekolah, Kriteria Tujuan Akhir
bobot 0,374 atau 37,4%. Lulusan, dan Kriteria Bakat dan Minat
2. SMK(Sekolah Menengah Kejuruan) yang menjadi tolak ukur dalam
memiliki prioritas kedua dengan melakukan pemilihan sekolah.
bobot 0,372 atau 37,2%. 2. Hasil dari pengolahan data dan
3. MA (Madrasah Aliyah) memiliki pengujian berdasarkan perhitungan
prioritas terendah dengan bobot metode Analytical Hierarchy Process
0,254 atau 25,4%. didapatkan bahwa kriteria Kualitas
Selanjutnya dilakukan perhitungan akhir Sekolah menjadi kriteria tertinggi pada
yaitu menghitung Rasio Konsistensi Hirarki pemilihan sekolah. Kemudian Sekolah
(CRH) dengan cara sebagai berikut: Menengah Atas (SMA) lebih unggul
M 0,373 atau 37,3% sedangkan Sekolah
CRH = Menengah Kejuruan (SMK) 0,370 atau
M′
a. M = CI kriteria + (vektor eigen 37,0%, Madrasah Aliyah (MA) 0,257
kriteria) x (CI alternatif) atau 25,7%.
= 0,001 +
0,004 Referensi
0,001 Akmaludin. (2015). Multi Criteria Analysis
[0,239 0,338 0,251 0,172] × [ ] Menentukan Point Weight
0,001
0,001 Comparation Dalam Penetapan
= 0,001 + 0,001 Decision Priority. Jurnal Pilar Nusa
= 0,003 Mandiri, XI No.1(Maret 2015, ISSN:
1978-1946), 11–19.
b. M′ = RI kriteria + (vektor eigen Akmaludin. (2015). Teknik Penyeleksian
kriteria) x (RI alternatif) Keputusan Menggunakan Analytic
= 0,90 + Hierarchy Process Pada Proyek
0,58 Portofolio. Jurnal Pilar Nusa
0,58 Mandiri, XI No. 2(September 2015,
[0,239 0,338 0,251 0,172] × [ ] ISSN: 1978-1946), 102–111.
0,58
0,58 Basuki, Ari dan Andharini Dwi Cahyani.
= 0,90 + 0,58 (2016). Sistem Pendukung
= 1,48

JURNAL INFORMATIKA Vol. 6 No. 1, April 2019


150

Keputusan. Yogyakarta: Menggunakan Metode AHP Dan


Deepublish. Topsis. Jurnal Informatika, 4 No.
Frieyadie. (2017). Penerapan Metode Ahp 2(September 2017, ISSN: 2355-
Sebagai Pendukung Keputusan 6579 & E-ISSN: 2528-2247), 198–
Penetapan Beasiswa. Jurnal Pilar 205.
Nusa Mandiri, 13 No. 1(Maret 2017, Nurmalasari, & Pratama, A. A. (2018).
ISSN: 1978-1946 & E-ISSN: 2527- Sistem Pendukung Keputusan
6514), 49–58. Pemilihan Supplier Menggunakan
Hadianti, S., & Mubarok, A. (2017). Sistem Metode AHP Pada PT Transcoal
Pendukung Keputusan Pemilihan Pacific Jakarta. Jurnal Teknik
Mata Pelajaran Unggulan Pada LPI Komputer, IV No. 2(Agustus 2018,
Al-Muhajirin Cibeurih. Jurnal ISSN: 2442-2436 & E-ISSN: 2550-
Informatika, 4 No. 1(April 2017, 0120), 48–55.
ISSN: 2355-6579 & E-ISSN: 2528- Pratiwi, Heny. (2016). Buku Ajar Sistem
2247), 103–107. Pendukung Keputusan.
Handayani, R. I. (2015). Pemanfaatan Yogyakarta: Deepublish.
Aplikasi Expert Choice Sebagai Rusman, A. (2016). Logika fuzzy Tahani
Alat Bantu Dalam Pengambilan Sistem Penunjang Keputusan
Keputusan (Studi Kasus: PT . BIT Penentuan Lulusan Terbaik. Jurnal
Teknologi Nusantara). Jurnal Pilar Informatika, III No. 1(April 2016,
Nusa Mandiri, XI No.1(Maret 2015, ISSN: 2355-6579), 31–40.
ISSN 1978-1946), 53–59. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Kusrini. (2016). Konsep dan Aplikasi Sistem Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Pendukung Keputusan. Bandung: CV. Alfabeta.
Yogyakarta: Andi. Suryadi, Kadarsah, dan Muhammad Ali
Malik, A. Y., & Haryanti, T. (2018). Ramdhani. (2017). Sistem
Penerapan Metode Analytical Pendukung Keputusan Suatu
Hierarchy Process (AHP) Untuk Wacana Struktural Idealisasi dan
Sistem Pendukung Keputusan Implementasi Konsep Pengambilan
Pemilihan Program Keahlian Pada Keputusan. Bandung: PT. Remaja
SMK Daarul Ulum Jakarta. Jurnal Rosdakarya Offset.
Pilar Nusa Mandiri, 14 No. 1(Maret Warjiyono. (2015). Analisis Faktor
2018, ISSN: 1978-1946 & E-ISSN: Pemilihan Perguruan Tinggi Di
2527-6514), 123–130. Tegal Berdasarkan Jenjang
Marimin. (2015). Teknik dan Aplikasi Pendidikan Menggunakan Metode
Pengambilan Keputusan Kriteria Analytical Hierarchy Process
Majemuk. Jakarta: Grasindo. (AHP). Jurnal Evolusi, 3 No.
Narti. (2017). Pengambilan Keputusan 2(ISSN: 2338-8161), 33–38.
Pemilihan Siswa Berprestasi

JURNAL INFORMATIKA Vol. 6 No. 1, April 2019

Anda mungkin juga menyukai