Anda di halaman 1dari 23

BAB 2

PEMBAHASAN

A.DEFINISI
Definisi Metode Topdown merupakan metode pelaksanaan konstruksi pembuatan struktur
basement yang dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan galian basement, urutan
penyelesaian balok dan pelat lantainya dimulai dari atas kebawah dan selama proses
pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut king post
(yang dipasang bersamaan dengan boredpile). Sedangkan dinding basement dicor lebih dulu
dengan sistem diaphragm wall dan sekaligus diaphragm wall berfungsi sebagai cut of
dewatering.

Metode top-down cara pelaksanaan pembangunan gedung yang memulai pembangunan dari


atas ke bawah. Proses pelaksanaan metode ini diawali dengan memasang dinding diafragma,
kemudian pondasi dan king post, setelah itu pembuatan plat lantai dasar, dan ke bawah
basemen bersamaan dengan galian. Metode ini dilakukan pada kondisi dimana di sekitar
proyek terdapat bangunan yang berdekatan, sehingga dikhawatirkan akan longsor jika
menggunakan metode bottom-up.

Berbeda dengan metode bottom-up dimana pekerjaan dimulai dari galian yang merupakan


pekerjaan paling bawah, pada konstruksi top-down pelaksanaan struktur bawah dilakukan
dari konstruksi basement teratas dan dilanjutkan sampai basement terbawah. Pekerjaan
struktur dan galian apabila menggunakan metode top down dikerjakan secara bersamaan
(Prawidiawati dan Nurcahyo, 2015). Urutan penyelesaian balok dan pelat lantai dimulai dari
atas ke bawah dan selama proses pelaksanaan, struktur pelat dan balok tersebut didukung
oleh tiang baja yang disebut king post. King post adalah bagian dari tiang pondasi pada posisi
kolom basement, yang biasanya terbuat dari profil baja atau dapat juga menggunakan pipa
baja. 

King post ini berfungsi untuk mendukung pelat lantai, balok, dan kolom sementara yang
nantinya diperkuat agar berfungsi sebagai kolom permanen. Pada metode ini dibuat dinding
penahan tanah yang dikerjakan sebelum ada pekerjaan galian tanah. Dinding penahan tanah
yang biasa digunakan berupa dinding diafragma (diaphragm wall) yang berfungsi sebagai cut
off dewatering juga sebagai dinding basement. Untuk penggalian basement digunakan alat
khusus, seperti excavator ukuran kecil. Bila struktur basement telah selesai, maka tiang king
post dicor beton yang dijadikan sebagai kolom permanen. Metode konstruksi top-
down membutuhkan ketelitian dan kompetensi khusus dalam pelakasanaan diperlukan
pendetailan dalam setiap tahapan pelaksanannya.

 Metode top-down dapat mereduksi waktu pelaksaanaan hingga 20%, karena pelaksanaan


struktur basement bersamaan dengan struktur atas. Biaya pelaksanaan metode top-down lebih
mahal dibandingkan dengan metode bottom-up karena pada metode top-down terdapat
penambahan material yaitu king post, perubahan dimensi pelat dan kolom yang menyebabkan
biaya material dan upah meningkat. Metode pelaksanaan top-down ini lebih cocok diterapkan
pada proses pembangunan konstruksi gedung tinggi.

Urutan metode top-down  :

a.       Memasang dinding diafragma


b.      Memasang pondasi beserta king post
c.       Mengerjakan pelat lantai dasar
d.      Mengerjakan pengerukan dan lantai basemen dan kolom lantai atas
e.       Mengerjakan lantai basemen lebih bawah bersamaan lantai lebih atas

c.       Resiko teknis lebih kecil

Nah buat lebih jelasnnya mengenai metode konstruksi Top Down anda dapat perhatikan
penjelasannya dibawah ini :

1. Anda perlu menghasilkan Diaphragm wall mengelilingi rencana bangunan yg akan


dikerjakan metode Konstruksi Top-Down
2. Sesudah diaphragm wall terselesaikan dirancang. langkah selanjutnya ada proses
pengeboran Borepile yang nantinya  akan disisipkan sebuah baja profil king
post. Pengeboran dilakukan hingga mencapai kedalaman yg sudah direncanakan.
3. Sesudah pengecoran borepiled sertadannbsp;diaphragm wall mencapai umur
betonnya maka plat lantai pada lantai 1 dapat dikerjakan. yg mana pada termin ini
plat lantai tersebut dihubungkan secara monolit menggunakan king post yang telah
dibuat sebelumnya serta ingat buatlah
4. Sehabis plat lantai mencapai umur betonya, maka dilakukan penggalian buat lantai
basement berikutnya. Pengalian ini dilakukan dengan menggunakan excavator
berukuran mungil/sedang. pembuangan tanah hasil kerukan bisa dibuang melalui
sebuah ramp yang bersifat temporer.
5. Pada termin ini pulang lagi seperti termin ke-tiga. Urutan ini akan berulang sinkron
menggunakan jumlah lantai yg direncanakan.Metode Konstruksi Top-Down
6. Aktivitas pembangunan di bagian atas dapat dimulai tetapi permanen
diperhitungkan jumlah lantai yg dapat dibuat menyesuaikan kekuatan yang bisa
ditopang sementara. sedangkan pada lantai basement berikutnya dilanjutkan proses
pengalian.
7.  di lantai akhir basement dapat dilakukan pengecoran raft foundation serta
dilanjutkan dengan pengecoran kolom king post mejadi kolom beton komposit
dengan menghubungkan starter bar yg sudah dirancang sebelumnya.
B.METODE TOPDOWN PADA BASEMENT
Struktur basement gedung bertingkat (tidak termasuk fondasi tiang), secara garis besar, terdiri
dari diantaranya raft foundation, kolom, dinding basement, balok dan pelat lantai. Struktur-
struktur tersebut, yang dikerjakan adalah struktur beton bertulang dengan sistem dicor
ditempat (cast in place). Adanya basement tentunya akan ada penggalian tanah. Bagian ini
yang biasa terjadi dan merupakan langkah awal berdirinya sebuah gedung tinggi. Kendala
yang dihadapi pada pekerjaan galian basement adalah faktor runtuhnya dinding tanah vertikal
dan munculnya air tanah ke permukaan pada galian. Sehingga dalam pelaksanaan konstruksi
basement, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yakni metode konstruksi, retaining
wall dan dewatering. Pada metode konstruksi Top Down, stuktur basement dilaksanakan
bersamaan dengan pekerjaan galian basement, urutan penyelesaian balok dan plat lantainya
dimulai dari atas ke bawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut
didukung oleh tiang baja yang disebut King Post (yang dipasang bersamaan dengan bored
pile). Sedang dinding basement dicor lebih dulu dengan sistem diaphragm wall, dan sekaligus
diaphragm wall tersebut. Biasanya untuk penggalian basement digunakan alat khusus, seperti
excavator ukuran kecil. Bila jumlah lantai basement banyak, misal lima lantai, maka untuk
kelancaran pekerjaan, galian dilakukan langsung untuk dua lantai sekaligus, sehingga space
cukup tinggi untuk kebebasan proses penggalian. Lantai yang dilalui, nantinya dilaksanakan
dengan cara biasa, menggunakan scaffolding (seperti pada sistem bottom up biasa). Bila
struktur basement telah selesai, maka tiang king post dicor beton dan bila diperlukan dapat
ditambah penulangannya. Lubang lubang lantai basement yang dipergunakan untuk
pegankutan tanah galian, ditutup kembali. Pengecoran struktur atas, dilaksanakan seperti
biasa, yaitu dari bawah ke atas (lantai satu, dua, dan seterusnya). Untuk pelaksanaan lantai
yang dilalui agar space galian cukup longgar. Maka lantai yang bersangkutan dicor dengan
sistemscaffolding biasa. Bila struktur king post cukup kuat. Maka pada saat menyelesaikan
basement, dapat dibarengi dengan struktur atas (sering disebut dengan sistem up and down).
Pada prinsipnya metode Top down dapat disebut sebagai cara membangun terbalik, yaitu
membangun dari atas ke bawah . secara teknis, metode ini sudah bukan menjadi masalah lagi
di Indonesia, tetapi mengingat bahwa metode baru pada akhir-akhir ini dicoba, maka
permasalahan yang timbul adalah kapan digunakan metode ini serta bagaimana teknik
manajemennya agar tercapai tujuan utama proyek tsb.
C. METODE PERSIAPAN dan PELAKSANAAN TOP DOWN

1. PEKERJAAN PERSIAPAN

Sebelum proses penggalian dilaksanakan, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :


a. Kedalaman Galian

 Cek stabilitas lereng, apakah dapat digali secara open cut dengan membentuk slope
(cek tinggi kritis dan kemiringan slope).
 Untuk lahan yang sempit, apakah diperlukan dinding penahan tanah yang sementara –
Temporary (sheet pile, sheet pile + anchor, dll) atau yang permanent (soldier pile,
diagfragma wall, dll)

b. Pengaturan arah manuver alat berat dan dump truck yang baik yang dilakukan dengan
memperhatikan site instalation yang ada.

c. Pemilihan, jumlah dan komposisi alat gali yang digunakan berdasarkan waktu pelaksanaan
dan lokasi proyek.
d. Jalan kerja yang memenuhi syarat.

e. Pemeliharaan lingkungan sekitar proyek (debu, lumpur bekas material galian, dll)

2. PEKERJAAN GALIAN

a. Galian tahap 1, penggalian dilakukan backhoe dan material langsung di dumping ke dump
truck (posisi dump truck yang optimal dimana sudut swing bucket backhoe  45 – 90 derajat),
tinggi galian sesuai perhitungan tinggi kritis.

b. Galian tahap 2, lereng hasil penggalian tahap 1 harus diproteksi dari gerusan air hujan
dengan menggunakan terpal plastik (plastic sheet) dan galian tahap kedua dapat dilaksanakan
dengan metode yang sama pada tahap 1.

c. Penggalian dilanjutkan sampai elevasi rencana, untuk penggalian dibawah permukaan air
tanah dilakukan pekerjaan dewatering.
d. Hasil galian tanah dibuang ke lokasi disposal area, diusahakan agar jarak disposal adalah
jarak

terdekat dan yang perlu diperhatikan usahakan tanah galian tidak berjatuhan dengan cara
menutup bak dump truck dengan terpal
3. TAHAP PELAKSANAAN METODE TOPDOWN

Dalam pelaksanaannya, metode Topdown memiliki tahap-tahap yang harus dilakukan. Secara
garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Pengecoran borepile dan pemasangan
kingpost 2. Pengecoran diphragma wall 3. Lantai basemen 1, dicor diatas tanah dengan lantai
kerja. 4. Galian basement 1, dilaksanakan setelah lantai basement 1 cukup strenghtnya
menggunakan excavator kecil. Disediakan lubang lantai dan ramp sementara untuk
pembuangan tanah galian. 5. Lantai basement 2, dicor diatas tanah dengan lantai kerja.
(apabila ada) 6. Galian basement 2, dilaksanakan seperti galian basement 1, begitu
seterusnya. (Apabila ada) 7. Terakhir mengecor raft foundation. 8. Kingpost dicor, sebagai
kolom struktur. 9. Bila diperlukan, pelaksanaan basement, dapat dimulai struktur atas, sesuai
dengan kemampuan dari king post yang ada (Sistem Up and Down) Untuk lebih detailnya,
tahapan pelaksanaan metode Topdown dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Pada penulisan
tesis ini penulis akan membahas mengenai metode pelaksanaan konstruksi pada proyek
Indonesia satu, gedung ini akan memiliki sertifikat Greenmark Platinum Grade A untuk kelas
bangunan komersial berskala internasional. Dua tower kembar terdiri tower bagian selatan
yang merupakan bangunan perkantoran dengan luas 1.685-1.830 meterpersegi mulai lantai 4
hingga 46. Tower bagian Selatan ini dilengkapi restoran dari lantai 49 hingga lantai 55
dengan pemandangan “low angle” seluruh Kota Jakarta. Lantai 1-4 untuk area service
restaurant. Fasilitas tujuh lantai parkir ada di basement.
1. Pengeboran Secant Pile dan Bored pile

2. Pengeboran Kingpost Pile


3. Pengecoran lantai Ground Floor (GF)

4. Pengecoran Lantai Ground Floor dan Instal Tower Crane


5. Penggalian lantai Lower Ground

6. Pengecoran lantai Lower ground


7. Penggalian dan pengecoran Basement.

8. Pelaksanaan Upper structure dan Finishing.


D.BIAYA PELAKSANAAN

BIAYA PEKERJAAN PONDASI DAN D-WALL

Pekerjaan upper structure 1. Pekerjaan persiapan 2. pekerjaan CAPPING BEAM pada area
sepanjang D-WALL 3. Pemasangan TOWER CRANE 2 unit 4. Pemasangan dewatering 5.
Pekerjaan basement( methode top-down )
TAHAP PEKERJAAN BASEMENT – 1

1. Luas area galian = 14100 m²

2. Untuk galian sampai elevasi -4.300 volume = ± 70.923 m³

3. Waktu yang dibutuhkan = ±7.5 hari Setelah galian mencapai elevasi -4.300 permukaan
tanah dipadatkan

1. pasang form work untuk pekerjaan slab basement – 1

2. Instal pembesian

3. Cor slab

Untuk pekerjaan struktur pengecoran basement – 1 dibagi beberapa zone (tahap pekerjaan)

1. Luas area slab basement – 1 = 8273 m²

2. Luas per zone = 1034 m²

3. Volume beton = 1,685.5 m ³ pengecoran lantai

4. Volume beton per zone = 210.69 m³

5. Waktu pekerjaan form work = 4 hari / zone

6. Waktu pekerjaan pembesian = 4 hari / zone

7. Waktu pekerjaan cor lantai = 8 hari ( 1 hari per zone )


Total waktu pekerjaan lantai basement - 1 = 50 hari

1. Galian = 8 hari

2. Form work = 32 hari

3. Pembesian = 32 hari

4. Pengecoran = 8 hari

TAHAP PEKERJAAN BASEMENT – 2

1. Untuk galian sampai elevasi -7.600 volume = ± 46,530.0 ³m

2. Waktu yang dibutuhkan = ± 5 hari

3. Setelah galian mencapai elevasi -7.600 permukaan tanah dipadatkan

4. pasang form work untuk pekerjaan slab basement – 2

5. Instal pembesian

6. Cor slab
Untuk pekerjaan struktur pengecoran basement – 2 dibagi beberapa zone (tahap pekerjaan)
Seperti gambar dibawah ini.
1. Luas area slab basement – 2 = 8273 m²
2. Luas per zone = 1034 m²
3. Volume beton = 1,138.8 m ³ pengecoran lantai
4. Volume beton per zone = 142.36 m³
5. Waktu pekerjaan form work = 4 hari / zone
6. Waktu pekerjaan pembesian = 4 hari / zone
7. Waktu pekerjaan cor lantai = 8 hari ( 1 hari per zone )

Total waktu pekerjaan lantai basement - 2 = 48 hari


1. Galian = 8 hari
2. Form work = 32 hari
3. Pembesian = 32 hari
4. Engecoran = 8 hari

TAHAP PEKERJAAN BASEMENT – 3, 4, 5 & 6 Untuk pekerjaan tahap selanjutnya


basement - 3 sampai dengan basement – 6 sama dengan basement – 2
TAHAP PEKERJAAN BASEMENT – 7

Untuk pekerjaan basement – 7 dibagi 2 bagian

1. Area slab dengan tebal lantai 1.50 m

2. Area RAFT FOUNDATION dengan tebal slab 3.00 m

V.5.5.1.Area slab dengan tebal lantai 1.50 m

1).Untuk galian sampai elevasi -25.42 volume = ± 38,352.0 ³m

2).Waktu yang dibutuhkan = ± 10 hari

3).Setelah galian mencapai elevasi -25.42 permukaan tanah dipadatkan

4).Cor lantai kerja setebal 15 cm

5).Instal pembesian

6).Cor slab Untuk pekerjaan struktur pengecoran basement – 2 dibagi beberapa zone (tahap
pekerjaan)

Seperti gambar dibawah ini.

1. Luas area slab basement – 7 = 8273 m²

2. Luas per zone = 1034 m²

3. Volume beton = 12,409.5 m ³

4. Volume beton per zone = 1551.19 m³

5. Waktu pekerjaan lantai kerja = 2 hari / zone

6. Waktu pekerjaan pembesian = 4 hari / zone

7. Waktu pekerjaan cor lantai = 2 hari (1 hari per zone)


Total waktu pekerjaan lantai basement - 7 = 74 hari

1. Galian = 10 har

2. Form work = 16 hari

3. Pembesian = 32 hari

4. Pengecoran = 16 hari

RAFT FOUNDATION dengan tebal slab 3.00 m :

1. Untuk galian sampai elevasi -26.92volume = ± 38,352.0 ³m

2. Waktu yang dibutuhkan = ± 15 hari

3. Setelah galian mencapai elevasi -26.92 permukaan tanah dipadatkan

4. Cor lantai kerja setebal 15 cm

5. Instal pembesian

6. Cor slab

Untuk pekerjaan struktur raft foundation pekerjaan

1. Luas area slab basement – 7 = 5833 m²

2. Luas per zone = 2916.5 m²

3. Volume beton = 17,499.0 m ³

4. Volume beton per zone = 8,749.50 m³

5. Waktu pekerjaan lantai kerja = 3 hari / zone

6. Waktu pekerjaan pembesian = 10 hari / zone

7. Waktu pekerjaan cor lantai = 4 hari per zone


Total waktu pekerjaan lantai basement - 7 = 49 hari

1. Galian = 15 hari

2. Lantai kerja = 6 hari

3. Pembesian = 20 hari

4. Pengecoran = 8 hari

PEKERJAAN CORE WALL DAN LANTAI AREA TOWER Setelah B7 selesai di


cor,dilanjutkan dengan pekerjaan core wall dan lantai area tower Pekerjaan core wall :

1. Pabrikasi besi core wall 4 hari/lantai

2. Ereksion besi core wall 1 hari/lantai

3. Pasang form work 1 hari/lantai

4. Pengecoran 1 hari/lantai

5. Total waktu untuk pekerjaan core wall dari B7 s/d B1= 49 hari Pekerjaan lantai area tower

Setelah core wall selesai dikerjakan perlantai dilanjutkan dengan pekerjaan lantai, mulai dari
lantai basement - 6 smpai basement – 1 untuk area tower.

1. Pasang form work 2 hari/lantai

2. Install pembesian 2 hari/lantai

3. Cor lantai 1 hari/lantai

4. Total waktu pekerjaan lantai area tower 4 hari x 6 = 24 hari

Jadi untuk pekerjaan core wall dan lantai are tower dikerjakan selama 73 hari / tower
Untuk biaya pekerjaan kostruksi basement pada proyek Indonesia satu, biaya metode top
down Dimana ground anchor sebagai perkuatan diaphragm wall.

Biaya konstruksi basement top down = Rp 440,411,426,647,-

Secara keseluruhan biaya pekerjaan basement dengan metode top down Biaya pekerjaan
basement dengan top down = Rp 810,071,668,687,-
Jadi pada pekerjaan king post dibutuhkan tambahan waktu waktu 2 jam atau 3 jam per tiang.

Untuk pekerjaan konstruksi basement dengan metode top down dibutuhkan waktu 652 hari
kerja start tanggal 22 april 2016 finish 20 april 2017

E. PERTIMBANGAN dan KAJIAN PEMAKAIAN METODE TOPDOWN


Pemakaian metode top down dalam suatu pelaksanaan konstruksi gedung didasarkan kepada
beberapa pertimbangan antara lain:

1. Lokasi/lahan untuk bangunan tersebut sangat terbatas dan di sekitarnya terdapat gedung-
gedung, pemukiman penduduk atau properti untuk kepentingan umum seperti jalan raya,
jaringan utilitas atau taman kota.

2. Jenis karateristik tanah yang kurang baik sangat lunak dan cenderung longsor, untuk
menentukannya harus dilakukan penyelidikan tanah (Boring Log) terlebih dahulu.

3. Penggunaan metode konvensional Open cut pada kedua pertimbangan tersebut diatas
kemungkinan dapat menyebabkan gedung-gedung atau tanah disekitar lokasi/lahan bangunan
akan runtuh pada saat penggalian tanah untuk ruang Basement. Penggunaan metode
Topdown dalam suatu pelaksanaan konstruksi tidak terlepas dari keputusan perencanaan
melalui kajian yang matang dan mendalam.

Adapun Kajian-kajian tersebut yakni :

1. Kajian Penggunaan struktur dinding penahan tanah dan air tanah seperti secant pile, steel
sheet pile, concrete sheet pile, diapraghma wall dan sebagainya yang nantinya berfungsi juga
sebagai dinding basement.

2. Kajian penggunaan struting penahan pada saat pekerjaan galian tanah basement, seperti:
struting plat lantai atau struting profil-profil baja (struting plat lantai nantinya berfungsi juga
sebagai lantai bangunan)

3. Kajian tiang-tiang pendukung/kolom penahan beban lantai atas pada saat pekerjaan galian
basement, seperti: tiang pendukung dari profil baja H-beam (King-Post) atau pipa-pipa baja
yang nantinya juga berfungsi sebagai kolom bangunan
F. KELEBIHAN dan KEKURANGAN METODE TOPDOWN

Dalam aplikasinya metode Topdown juga memiliki Kelebihan dan kekurangan.

Adapun kelebihan metode Topdown diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Relatif tidak mengganggu lingkungan.

2. Jadwal pelaksanaan dapat dipercepat.

3. Memungkinan pekerjaan simultan.

4. Area lahan proyek lebih luas.

5. Resiko teknis lebih kecil

6. Mutu dinding Penahan Tanah dapat lebih dikontrol.

Sedangkan kekurangan metode konstruksi Topdown ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Diperlukan peralatan berat yang khusus.

2. Diperlukan ketelitian dan ketepatan lebih.

3. Sumber daya manusia terbatas.

4. Diperlukan pengetahuan spesifik untuk mengendalian proyek.

5. Biaya dinding penahan tanah yang digunakan lebih mahal dibanding dengan sheet pile
yang umum digunakan untuk metode Bottom Up

Anda mungkin juga menyukai