Jurnal Anggita
Jurnal Anggita
Abstract
The purpose of this study was to find out the increase in learning outcomes in science subject matter of
style by applying HOTS-based worksheets on the critical thinking skills of fifth grade students at SDN 01 Jatipuro.
This research was conducted at SDN 01 Jatipuro. The subjects in this study were 26 students of class V, totaling 26
students. This research is a Pre-Experimental Design. The data analysis technique used is descriptive comparative,
namely by using the One Group Pretest-Postest Design. The results of the treatment can be known more accurately
because it can compare the results of the pretest and posttest values. The data collection techniques used were
observation, tests, documentation and interviews. Based on the results of the research, it was found that there was
an influence of the Higher Order Thinking Skill (HOTS) approach on the critical thinking skills of Class V students
at SDN 01 Jatipuro in the 2022/2023 academic year. Based on these results, it can be concluded that the use of the
Higher Order Thinking Skill (HOTS) approach can influence the improvement of student achievement. Judging
from the results of the average value of the pretest score is 76.6 and the average value of the post test is 86.7
Keywords: Student Worksheets, Higher Order Thinking Skills (HOTS), Students Critical Thinking Ability
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA
materi gaya dengan menerapkan LKPD berbasis HOTS terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada
SDN 01 Jatipuro. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 01 Jatipuro. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V
yang berjumlah 26 siswa. Penelitian ini adalah PenelitianPre-Eksperimental Design. Teknik analisis data yang
digunakan adalah deskriptif komparatif yaitu dengan menggunakan One Group Pretest-Postest Design. Hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dari hasil nilai pretest dan postest. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, tes, dokumentasi dan wawancara.Berdasarkan hasil penelitian
diketahui ada pengaruh pendekatan Higher Order Thingking Skill (HOTS) terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa Kelas V SDN 01 Jatipuro Tahun Pelajaran 2022/2023. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan
penggunaan pendekatan Higher Order Thingking Skill (HOTS) dapat mempengaruhi dalam peningkatan prestasi
belajar siswa. Dilihat dari hasil nilai rata-rata dari nilai pretest adalah 76,6 dan rata-rata dari nilai post test adalah
86,7
Kata Kunci : Lembar Kerja Peserta Didik, Higher Order Thinking Skill (HOTS), Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
PENDAHULUAN
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Peran LKPD dalam kegiatan pembelajaran sangatlah
besar karena dapat membantu meningkatkan aktivitas peserta didik serta membantu guru mengarahkan
peserta didik untuk menemukan konsep dengan aktivitasnya sendiri. Melalui LKPD akan terbentuk
interaksi yang efektif antara guru dengan peserta didik sehingga dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik. Berdasarkan wawancara dan observasi di SDN 01 Jatipuro, diketahui guru
sudah menggunakan sumber belajar untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran. Sumber belajar
yang dipakai berupa bahan ajar seperti buku siswa dan LKPD terbitan percetakan. SDN 01 Jatipuro
menggunakan LKPD sebagai buku pendamping. Terkadang penggunaan LKPD mendominasi
pembelajaran. Dimana, LKPD lebih sering digunakan dibandingkan dengan buku peserta didik dengan
alasan materi pada LKPD lebih lengkap dan mendalam dibandingkan buku peserta didik yang diterbitkan
oleh pemerintah.
Secara garis besar banyak peserta didik yang belum dapat mengerjakan soal yang
membutuhkan penalaran tingkat tinggi. Peserta didik lebih menyukai soal pilihan ganda atau
soal singkat tanpa penjelasan dibandingkan dengan soal uraian. Ketika diberikan soal cerita,
sebagian peserta didik sudah memahami, namun lebih memilih mencurahkan perhatian pada hal
yang lain dibandingkan menyelesaikan soal. Peserta didik pasif dan tidak tertantang
menyelesaikan permasalahan sampai tuntas. Akibatnya peserta didik salah memilih strategi
penyelesaian masalah karena kemampuan yang kurang dalam memahami soal. Rendahnya
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah juga terlihat dari hasil penilaian tengah
semester pada muatan pelajaran IPA terutama pada soal uraian. Menurut penuturan dari guru
kelas V dari sekolah tersebut, salah satu penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis dan
pemecahan masalah bersumber dari LKPD yang digunakan. Sekolah telah melakukan upaya
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Guru SDN 01 Jatipuro telah menggunakan
strategi dengan memberikan pertanyaan lisan yang memerlukan pemikiran tingkat tinggi dan
melakukan upaya pemberian pembelajaran yang menarik dengan dukungan soal dari LKPD
yang ada. SDN 01 Jatipuro menggunakan strategi yang menuntun peserta didiknya untuk aktif
menemukan permasalahan sendiri serta membentuk kelompok dengan panduan LKPD untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Namun upaya-upaya tersebut belum
menunjukan hasil yang optimal
LKPD berbasis HOTS merupakan bahan ajar yang dikemas dengan tujuan peserta didik
mampu belajar secara mandiri. LKPD membuat peserta didik aktif menalar, menyimpulkan, dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Indikator dalam
LKPD ini meliputi kegiatan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Kegiatan dalam LKPD
mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber belajar, bukan diberi tahu. Peserta
didik juga dilatih berpikir analitis dengan cara diajak dalam pengambilan keputusan bukan
hanya mendengar atau menghafal semata. LKPD berbasis HOTS adalah lembar kerja peserta
didik yang memuat latihan atau kegiatan belajar yang merangsang peserta didik berpikir tingkat
tinggi sehingga terbentuk kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah. Bahan ajar ini
dijadikan pendamping untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Pemilihan bahan ajar LKPD
berbasis HOTS ini memiliki beberapa keunggulan yaitu LKPD menarik bagi peserta didik
karena disusun dengan gambar, warna dan tampilan yang rapi. Selain itu, LKPD berbasis HOTS
mengarahkan peserta didik untuk menemukan konsep sendiri melalui stimulus berupa gambar
maupun tabel yang diberikan pada soal latihan. Kepercayaan diri peserta didik semakin tumbuh
dikarenakan bentuk soal uraian yang dirancang memberi kebebasan peserta didik untuk
menemukan informasi, menyimpulkan, dan mempunyai solusi ganda untuk masalah dengan
berbagai cara penyelesaian. Peserta didik menjadi mandiri karena bekerja dengan menalar,
memahami isi materi, mencari sumber belajar serta mencoba menyelesaikan masalah tanpa
bantuan guru.
Kajian Teori
Prastowo (2012: 203) LKPD merupakan bahan ajar berupa media cetak yangdidalamnya berisi
materi, ringkasan, dan petunjuk- petunjuk pelaksanaan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik
yang mengarah pada kompetensi dasar yang akan dicapai.
Trianto (2011:111). LKPD merupakan panduan yang digunakan peserta didik untuk
3
pengembangan semua aspek pembelajaran dalam kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah sesuai
indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa LKPD adalah panduan yang berisi lembaran-lembaran tugas, materi, maupun petunjuk yang
digunakan untuk melakukan kegiatan terkait pembelajaran yang memuat kegiatan penyelidikan atau
pemecahan masalah guna mencapai kompetensi yang ingin dikuasai .
Giacumo (2012) menjelaskan Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan cara berpikir
yang berdasarkan nilai-nilai berfikir kritis dan kreatif sehingga dinilai cocok mendampingi model
PBL ketika menyampaikan materi sekolah IPAS. Salah satu faktor daya dorong implementasi model
PBL adalah agar ilai seberapa dalam pengetahuan yang terserap peserta didik selama guru menjelaskan,
menilai seberapa kreatif peserta didik, menilai usaha siswa dalam memutuskan solusi dari permasalahan
yang disajikan oleh guru. Penerapan HOTS mendorong siswa agar selalu mengoptimalkan pola pikirnya
sampai taraf tingkat tinggi. Sehingga dengan kemampuan berfikir kritis, HOTS dengan model PBL
peserta didik tersebut mampu memahami pelajaran yang sudah disampaikan oleh guru.
Anderson & Krathwohl (2010: 6) menyatakan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir yang
berkaitan dengan kegiatan aktif karena melibatkan prosedur tanya jawab sehingga tergolong kemampuan
berpikir tingkat tinggi yang meliputi level perkembangan
METODE
Metode penelitian yang digunakan kali ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Peneliti
membagikan instrument berupa soal Pre-test dan Post-Test. Suharsimi Arikunto (2013) mengartikan
tes ialah alat/prosedur dengan indikator tertentu dan proses-proses tertentu yang disesuaikan
kebutuhan.
Menurut Sugiyono, (2015:117) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan
subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang dapat ditetapkan oleh peneliti yang
berguna untuk dipelajari serta dapat ditarik kesimpulan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
peserta didik kelas V pada SDN 01 Jatipuro dengan jumlah 26 peserta didik.
Sampel adalah sebagian dari populasi itu. Sampel menurut Sugiyono (2015:118) adalah bagian
dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh karakteristik tersebut, untuk itu sampel yang diambil dari
populasi tersebut harus betul betul representatif (mewakili) . Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah peserta didik kelas V pada SDN 01 Jatipuro Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar
dengan jumlah 26 peserta didik.
Pada saat penelitian, instrumen akan diuji validitas dan reliabilitas soal tersebut. Kemudian,
dilakukan analisis butir soal berdasarkan taraf kesukaran serta daya pembedanya. Instrumen akan diuji
sejumlah 20 soal berbentuk pre-test dan post-test. Peneliti akan menganalisis kondisi awal peserta
didik sebelum diberikan treatment model LKPD berbasis HOTS dan kondisi akhir setelah
diberikan
treatment pada IPAS materi system pencernaan. Terkait data, peneliti menentukan teknik analisis
dengan uji prasyarat berupa uji normalitas dan uji homogenitas serta uji Paired Sample T-Test.
Dari hasil pretest sebelum penggunaan model berbasis Higher Order Thingking Skill
(HOTS) pada peserta didik kelas V SD N 01 Jatipuro Tahun Pelajaran 2022-20 23 diperoleh table
distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 2
Distribusi Frekuensi kemampuan berpikir kritis sebelum treatment
Kelas Interval Frekuensi
1 62-68 5
2 72-78 15
3 82-90 6
Jumlah 26
Data hasil penelitian kemampuan berpikir kritis sebelum treatment penggunaan model
Higher Order Thingking Skill (HOTS) pada peserta didik kelas V SD N 01 Jatipuro Tahun
5
Pelajaran 2022-2023 digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Gambar 1
Grafik Histogram kemampuan berpikir kritis sebelum treatment penggunaan model Higher Order
Thingking Skill (HOTS) pada peserta didik kelas V SD N 01 Jatipuro Tahun Pelajaran 2022-2023
Dari hasil tryout setelah penggunaan model berbasis Higher Order Thingking Skill (HOTS)
pada peserta didik kelas V SD N 01 Jatipuro Tahun Pelajaran 2022-2023 diperoleh table distribusi
frekuensi sebagai berikut :
Tabel 4
Distribusi Frekuensi kemampuan berpikir kritis setelah treatment
Kelas Interval Frekuensi
1 70-80 4
2 82-90 16
3 92-100 4
Jumlah 26
Data hasil penelitian kemampuan berpikir kritis sesudah treatment penggunaan model Higher
Order Thingking Skill (HOTS) pada peserta didik kelas V SD N 01 Jatipuro Tahun Pelajaran 2022-
2023 digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Gambar 2.
Grafik Histogram kemampuan berpikir kritis sesudah treatment penggunaan model Higher Order
Thingking Skill (HOTS) pada peserta didik kelas V SD N 01 Jatipuro Tahun Pelajaran 2022-2023
Pengujian Hipotesis
Penelitian ini mempunyai tujuan mengetahui adanya pengaruh penggunaan lembar kerja
peserta didik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN 01 Jatipuro pada mata pelajaran
IPA . Terlebih dahulu penelitian ini mengkaji mengenai kemampuan awal siswa untuk membuktikan
bahwa kedua kelas memiliki kemampuan yang sama dalam segi berpikir kritis.
Pengujian akan dilakukan menggunakan uji-t. Akan tetapi sebelum pengujian, dilakukan uji
prasyarat an alisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas didasarkan pada
hipotesis sebagai berikut.
Ho : data berasal dari populasi berdistribusi normal
Ha : data tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
Pengujian homogenitas didasarkan pada hipotesis berikut ini.
Ho : varian data pada tiap kelompok sama (homogen)
Ha : varian data pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogen)
Normalitas dan homogenitas terpenuhi jika hasil uji signifikan untuk suatu taraf signifikansi
(α) tertentu yaitu α = 0,05. Jika hasil pada uji normalitas dan homogenitas signifikan maka
normalitas dan homogenitas tidak terpenuhi. Berikut ini uji analisis uji-t pada kemampuan berpikir
kritis dan pemecahan masalah siswa kelas V SDN 01 Jatipuro.
7
1. Uji Normalitas
Perrhitungan uji normalitas data kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan program
SPSS dengan uji one sample Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas secara lengkap dapat dilihat
pada lampiran. Sedangkan secara ringkas pada tabel berikut.
Tabel 5
Hasil Uji Normalitas Data
Data Kolmogorov- Sig. (p) Kondisi Ket
Smirnov Statistic
Pretest 0,095 0,200 P>0,05 normal
Post test 0,124 0,200 P>0,05 normal
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa taraf signifikansi (p) dari data kemampuan
berpikir kritis lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Dengan demikian data pretest dan post test
kelas kontrol dan kelas eksperimen tersebut berdistribusi normal. Data Pretest diperoleh nilai Sig
0,200 > 0,05 dan Postest 0,200 > 0,05, sehingga Ho diterima. Jadi hasil dari data Pretest dan
Postest dapat disimpulkan bahwa data Pretest dan Postest berdistribusi normal.
2. Uji T
Setelah dilakukan uji normalitas dan data berdistibusi normal maka langkah selanjutnya akan
dilakukan perhitungan dengan uji Paired Sample t-test dengan bantun SPSS 23. Uji ini dilakukan
untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pendekatan higher order thingking skill (hots)
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa Kelas V SDN 01 Jatipuro. Uji ini dapat dilihat pada
table sebagai berikut :
Tabel 6
Hasil Uji T
Paired Sample Statistic
Pair 1 Mean N
Pretest 75,6 26
Postest 86,7 26
Dari table tersebut diatas dapat diketahui hasil mean dari nilai Pretest adalah 76,6 dari 26
responden dan mean dari nilai Postest adalah 86,7 dari 26 responden. Hal ini menunjukkan bahwa
setelah diberlakukan treatment lembar kerja peserta didik berbasis HOTS pada kelas V SDN 01
Jatipuro terdapat peningkatan dan perbedaan hasil dari nilai Pretest dan Postest.
Tabel 7
Hasil Uji Korelasi Uji T
Paired Sample Correlation
Pair 1 Korelasi Sig
Pretest & Posttest 0,338 0,002
Berdasarkan hasil uji korelasi diatas diketahui nilai sig 0,002 ,karena nilai sig <0,05 maka
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pretest & posttest.
Tabel 8
Signifikasi Uji T
Paired Sample Test
Dari hasil analisis data statistik diatas dengan rumus Paired Sample t-test tentang pengaruh
pendekatan higher order thingking skill (hots) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa Kelas V
SDN 01 Jatipuro, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti nilai signifikansi 0,00
<0,005 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan table diatas nilai t hitung sebesar 6,735, nilai
ini dapat dibandingkan dengan nilai ttabel dengan dk =(N-1) jadi 25 dalam taraf signifikansi 5%
yaitu 2,060. Jadi dapat disimpulkan bahwa t hitung> ttabel atau 6,735 > 2,060 yang berarti Ha diterima
dan Ho ditolak. Kriteria Ha diterima aabila nilai signifikansi t hitung> ttabel
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa sebelum
dan sesudah menggunakan LKPD berbasis HOTS.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis kritis siswa sebelum
dan sesudah menggunakan LKPD berbasis HOTS
REFERENSI