IBU : Iya... AYAH : Buku apa yang kamu baca ? IBU : Ini buku baru yang judulnya “ Cara Melawan Teror “ AYAH : Saya baru saja mulai,saya belum tahu,dan saya tidak akan tahu lebih banyak jika kamu terus-terus mengganggu saya seperti ini,akan tetapi ! IBU : oke,tapi apa isi dari ringkasannya?
2. AYAH : Mengapa kamu bisa membaca buku ini ?
IBU : Bagaimana ? luar biasa ! AYAH : Lalu bagaimana isinya ? IBU : Bagaimana ? ini baru setahun lamanya,dan kamu sudah melupakannya. AYAH : Ya apa ? IBU : Kamu membuat saya jadi takjub ! AYAH : Ha,apa hubungannya dengan buku ini ? IBU : Tapi semuanya ! jelas ! AYAH : Bagaimana melawan teror.hmmmm,mari lihat ,apa yang saya lupakan di buku ini ? IBU : Pikirkan baik-baik hal tentang itu. AYAH : Tapi aku mengingat sesuatu yang lain . IBU : Apa ? AYAH : Buku ini menuliskan seolah-olah negara kita tidak lebih dari ladang reruntuhan atau Ladang datangnya kehancuran. IBU : Tentu saja itu adalah sebuah keruntuhan ! AYAH : Sampai di titik ini, heh ? IBU : Ah ! itu ! itu! Saya tidak akan melakukan semacam analisis situasi politik seperti itu. Terserah kamu bagaimana mengakatannya. 3. Telepon berbunyi,ayah menerimanya AYAH : Halo ! iya ? ini salah orang ! anda salah nomor ! disini,adalah Cikini,bukan Jurang Mangu.Tapi tidak apa-apa,selamat malam ! IBU : Ada teror lagi yah, ? AYAH : Bukan,ini ada salah nomor. IBU : Satria sering menerima teror melalui telepon. AYAH : Iya,saya tahu. Ayah juga,bahkan mereka sampai mengancam saya,membawa saya ke Satria.
4. IBU : Hei , berhenti membicarakannya.
AYAH : Baiklah,terus bagaimana ? IBU : Oh ! itu! Itu ! AYAH : Hei ! Setiap manusia itu memiliki kemampuan untuk melupakan bukan? Kecuali saya pribadi,siapa yang akan melupakannya ? IBU : Ya,manusia itu pelupa, dia dengan cepatnya melupakan ,tentang siapa saja yang melakukan kesalahan. AYAH : Ini benar ,benar sekali. Dan saya,apa yang saya lewatkan hari ini? IBU : Tuhanku ! itu memang benar,untuk waktu ini kami belum membicarakannya. Namun dia,kita tidak boleh dan tidak berhak untuk melupakannya.