Anda di halaman 1dari 4

Universitas Siliwangi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Pendidikan Matematika

Nadia Siti Fadilah

222151022

JURNAL REFLEKSI

LEBIH BAIK LAGI

Sudah 1 semester berlalu, semakin banyak ilmu yang saya dapat dari pembelajaran mata kuliah
Filsafat dan Sejarah Matematika ini. Begitu beragam dan pesatnya perkembangan matematika
dari masa ke masa, dari tahun ke tahun, dari zaman ke zaman. Saya pikir filsafat akan seburuk
perkataan orang-orang, ternyata tidak. Dengan bimbingan dari dosen yang ahli dibidangnya
semuanya menjadi mudah. "Berpikirlah mudah, maka semuanya akan mudah. Jangan berpikir
sulit, karena akan menjadi sulit", itulah yang membuat pola pikir saya berubah. Dari sana saya
semakin yakin bahwa segala yang kita pikirkan, itu yang kita jalankan, itu yang kita rasakan.
Berpikir mudah dan semuanya menjadi mudah.

Filsafat. Terdengar horror ditelinga orang yang tidak mempelajarinya. Terdengar menyenangkan
bagi yang sudah mengarunginya. Karena pada dasarnya "orang yang mengerti adalah orang yang
mengalami, dan orang yang mengalami adalah orang yang melakukan". Tidak mempelajari
filsafat artinya tidak melakukan pembelajaran filsafat, juga berarti bahwa dia tidak mengalami
bagaimana pembelajaran filsafat berlangsung, pada akhirnya dia tidak mengerti tentang ruang
lingkup filsafat. Setelah menyadari hal ini saya berpikir bahwa beruntungnya saya bisa
mengalami dan melakukan pembelajaran filsafat dan sejarah matematika ini.

Sejarah. Terlihat rumit jika dipikirkan dengan kejadian yang terjadi di masa lampau. Tapi tanpa
adanya sejarah kita tidak bisa hidup di dunia yang modern ini. Begitu juga dengan matematika,
sama sama terlihat rumitnya, tetapi sadar maupun tidak sadar, suka atau tidak suka, hidup kita
penuh dengan matematika dan perhitungan, seperti jual beli, menentukan pukul berapa untuk
waktu yang produktif, bahkan menentukan langkah cepat atau santai karena sudah dihitung
perkiraan terlambat atau tidaknya. Sedangkan sejarah matematika membahas tentang
perkembangan matematika dari waktu ke waktu, bagaimana matematika ditemukan pertama kali,
penemuan konsep-konsep matematika oleh para matematikawan, bahkan hubungan matematika
dengan mata pelajaran lain, dengan budaya, dsb.

Akhir-akhir ini dipenuhi oleh presentasi. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan dari pendengar
sangat beragam dan sangat kritis, membuat saya merasa bahwa jawabannya pun harus tepat dan
kritis juga, tetapi kadang kala saya merasa jawaban saya tidak sekritis itu sehingga saya harus
membuka web untuk memastikan, dan yang membuat kesalnya jika jawaban yang ingin saya
paparkan di web pun tidak ada, hal itu yang membuat banyak memakan waktu. "Jangan ingin
benar dan jangan takut salah". Kalimat yang sering diucapkan oleh bapak dosen Dedi Muhtadi
yang membuat saya berani menyampaikan apa yang ingin saya katakan dan maksudkan. Karena
yang namanya belajar, salah sudah biasa, dimana salah ini akan menjadi pembelajaran di masa
yang akan datang agar tidak melakukan kesalahan yang sama dan bisa mengantisipasinya.

Terkadang saya merasa bahwa saya harus seperti teman-teman saya yang pemikirannya sangat
kritis, tetapi saya ingat bahwa "bicara saja apa adanya, jangan untuk ingin dihormati atau takut
dibenci". Hal ini membuat saya sadar akan pentingnya mencintai diri sendiri, menerima
kekurangan diri, dan terus berproses dan menikmati proses pengembangan diri menuju lebih baik
lagi. Berusaha memperoleh informasi apapun lebih banyak karena bisa saja suatu saat nanti apa
yang saya dapat bisa bermanfaat bagi orang banyak. Memang berproses tidaklah mudah, tapi
dengan terus berusaha, berdo'a, juga beribadah Allah pasti mudahkan. Sekali lagi kalimat "anda
akan menjadi seperti apa yang dipikirkan. Oleh karena itu, berpikirlah mudah dan menyenangkan
agar dalam realitanya menjadi seperti itu" begitu berpengaruh terhadap saya.

Memang tidaklah mudah menjalani kehidupan perkuliahan ini. Ada banyak rintangan, tantangan,
dan juga hambatan yang datang silih berganti. Pernah merasa ingin menyerah, tetapi kemudian
disadarkan oleh kerasnya usaha orang tua yang tak pernah lelah bekerja demi membiayai sekolah
anak-anaknya. Disadarkan pula dengan “hidup ini adalah masalah, tetapi jangan dijadikan
masalah atau dipermasalahkan". Kehidupan memang tak selalu berjalan mulus sesuai dengan apa
yang direncanakan. Akan banyak sekali yang mengganggu, penuh dengan lika-liku. Tapi
semuanya akan terasa mudah jika kita menjalaninya dengan sepenuh hati. Masalah akan datang
silih berganti dari siapapun itu yang tidak terduga, teman, keluarga, bahkan orang asing sekali
pun, tetapi masalah yang datang itu jangan terlalu dipermasalahkan, jangan dijadikan alasan
untuk berhenti berproses, jangan hanya dipikirkan tapi jalani, lalui, dan lampaui itu.

Filsafat adalah ilmu berpikir. Tapi jika masa depan hanya dipikirkan akan menjadi angan saja
jika tanpa pergerakan yang nyata. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh pak Dedi
Muhtadi, bahwa "Jangan hanya berpikir ingin menjadi tetapi menjadilah". Pelajaran yang saya
dapat adalah bahwa jangan hanya memikirkan apa yang ingin kita lakukan, tapi lakukan apa
yang ingin kita capai. Ingin pintar, maka belajar. Ingin kaya, maka menabung atau dapatkan lah
penghasilan, berjualan atau apapun itu asalkan halal. Ingin sukses, maka bekerja keraslah.
Karena jika kita tidak melakukan langkah nyata, semuanya hanya ilusi semata, hanya angan saja.
Melangkah tahap demi tahap, jangan terburu-buru, karena perkembangan seiring berjalannya
waktu akan terasa lebih memuaskan dari pada tergesa-gesa dengan jalur kecurangan.

Pintar tidak lahir begitu saja, cerdas tidak datang begitu saja, semuanya ada prosesnya, bertahap.
"Tidak ada yang pintar atau bodoh, yang ada hanya perbedaan pembiasaan". Pembiasaan yang
baik akan menghasilkan waktu terbaik. Belajar tidak harus di sekolah saja, tidak hanya di
instansi saja, lingkungan, pengalaman adalah guru yang berharga. Dari kecil kita selalu ingin
tahu apa yang belum kita ketahui, bagaimana cara kerja suatu alat, apa yang ada didalam ayam,
dan terkadang hal-hal yang ingin kita ketahui itu semakin banyak dan terus bertambah.
Begitupun saya dengan Filsafat dan Sejarah Matematika, begitu banyak yang ingin saya ketahui
pada awalnya, dan begitu saya masuk kedalamnya satu persatu rasa penasaran, rasa ingin tahu
saya terjawab semua. Betul apa yang pak Dedi ucapkan "Ketahuilah apa yang engkau ketahui
dan apa yang tidak engkau ketahui". Kenapa kita harus mengetahui apa yang kita ketahui?
Karena manusia tempatnya lupa, sehingga tidak ada salahnya untuk mereview ulang apa yang
sudah diketahui. Apalagi yang belum kita ketahui, agar tidak dibodohi maka dari itu kita harus
belajar hal yang belum diketahui itu.

Dalam berbicara mengenai filsafat tidak bisa asal ucap, tidak bisa semaunya, karena kebenaran
Tuhan adalah mutlak dan kebenaran manusia adalah relatif. Kita tidak bisa memaksakan
pendapat kita masuk ke semua orang karena relatif artinya tidak semua setuju dan tidak semua
menentang. Jika belum mengetahui sesuatu lebih dalam sebaiknya jangan so tahu karena akan
memberikan kesan bodoh dari kita apalagi kalau ternyata yang diajak berbicara adalah orang
yang sudah tahu, paham ataupun yang bahkan bekerja didalamnya. Bapak Dedi pernah bilang
bahwa " lebih baik kita tidak tahu sesuatu dan ingin mengetahuinya dari pada pura-pura tahu
padahal tidak tahu apapun". Karena jika kita tidak tahu maka kita akan memiliki keinginan untuk
belajar dan mengetahui sesuatu dibandingkan dengan berbicara seolah-olah adalah pakarnya
padahal tidak jauh dari pemula.

"Berfilsafat artinya upaya berpikir dan bertindak benar untuk mengetahui secara murni berbagai
realitas yang ada dan yang mungkin ada didunia ini dan nilai-nilai dalam hidup dan kehidupan
manusia". Maka dari itu filsafat sangan berperan penting dikehidupan kita. Semua keraguan yang
kita rasakan, semua pertanyaan yang kita pikirkan semuanya hanya ada 2 jawaban, benar atau
salah, dan jika benar jiga hanya ada 2 kemungkinan, apakah termasuk relatif atau mutlak dari
Tuhan. Hal ini membuktikan bahwa filsafat tidak seburuk apa yang dikatakan oleh orang-orang.
Masuki dulu dunianya maka kau akan merasakan yang sebenarnya, kalau dari awal sudah tidak
mau mempelajarinya maka jangan harap akan tahu semuanya.

Padahal di zaman ini kita sudah bisa mengakses segala sesuatu dengan mudah, tapi masih tetap
saja tidak mau membuka pikiran untuk filsafat entah apa alasannya. Segala sesuatu sudah mudah
di era ini. Google, youtube, dan aplikasi lainnya sudah tersedia hanya modal kuota saja
semuanya sudah bisa dipelajari, diakses, mendapatkan informasi penting. Jika tidak ada kuota
pun sekarang wifi ada di mana-mana. Jadi sebenarnya apalagi alasan yang membuat orang lain
tidak mau mempelajari filsafat ini? Karena filsafat mempunyai kesan menyesatkan? Tidak, saya
beberapa kali menuliskan bahwa masuki dulu dunianya, alami dulu pembelajarannya maka kau
akan mengetahui bahwa filsafat tidak seperti itu.

Terakhir sebagai penutup, saya harap semoga saya menjadi pendidik yang baik bagi anak didik
saya kelak sehingga saya bisa merubah pola pikir orang-orang yang mengatakan bahwa
matematika itu monster, guru matematika itu galak, dsb. Saya ingin mengucapkan terimakasih
yang sebanyak-banyaknya kepada Bapak Dedi Muhtadi yang telah membimbing saya dan rekan-
rekan dengan tulus ikhlas dan sepenuh hati. Terimakasih atas segala pelajaran yang telah
diberikan, semuanya sangat berdampak baik bagi perkembangan kehidupan saya dalam upaya
pendewasaan diri saya. Semoga saya bisa menerapkan semua yang telah saya dapat dari
perkuliahan Filsafat dan Sejarah Matematika ini dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai