Jurnal Penelitian Hukum De Jure adalah majalah hukum triwulan (Maret, Juni, September dan Desember)
diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Ham Kementerian Hukum dan HAM RI
bekerjasama dengan IKATAN PENELITI HUKUM INDONESIA (IPHI) Pengesahan Badan Hukum
Perkumpulan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Nomor: AHU-13.AHA.01.07
Tahun 2013, Tanggal 28 Januari 2013, bertujuan sebagai wadah dan media komunikasi, serta sarana untuk
mempublikasikan aneka permasalahan hukum yang aktual dan terkini bagi para peneliti hukum Indonesia
khususnya dan kalangan masyarakat pemerhati hukum pada umumnya.
Penanggung Jawab
Y. Ambeg Paramarta, S.H., M.Si
(Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia)
Pemimpin Umum
Marulak Pardede, S.H., M.H., APU
(Ketua Ikatan Peneliti Hukum Indonesia)
Pemimpin Redaksi
Akhyar Ari Gayo, S.H.,M.H., APU (Hukum Islam, BALITBANGKUMHAM)
Redaksi Pelaksana
Yatun, S.Sos
Sekretaris
M. Virsyah Jayadilaga, S.Si., M.P
Asmadi
Tata Usaha
Dra. Evi Djuniarti, M.H.
Galuh Hadiningrum, S.H.
Suwartono
Jurnal Penelitian Hukum
Mitra Bestari
Prof. DR. Rianto Adi, M.A. (Hukum Perdata, Adat, UNIKA ATMAJAYA JAKARTA)
Prof. DR. Jeane Neltje Saly, S.H., M.H. (Hukum Humaniter, UNIV. 17 Agustus 1945 Jakarta)
Prof. DR. Hibnu Nogroho, S.H. (Hukum Tata Negara, FH. UNSOED)
DR. Farhana, S.H., M.H. (Hukum Pidana, F.H. Univ. Islam Jakarta)
DR. Ridwan Nurdin, M.A. (Hukum Syariah, Fakultas Syariah Univ. Arraniri Banda Aceh)
DR. Hadi Supratikta, M.M. (Otonomi Daerah dan Hukum Pemerintahan, Balitbang Kemendagri)
Alamat Redaksi
Gedung Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia
Jl. HR. Rasuna Said Kav.4-5, Kuningan, Jakarta Selatan
Telepon, (021)2525015, Faksimili (021) 2526438
Email
jurnaldejure@yahoo.com
ejournaldejure@gmail.com
Percetakan
PT Pohon Cahaya
Jalan Gedung Baru 18 Jakarta Barat 11440
Telpon (021) 5600111, Faksimili (021) 5670340
Redaksi menerima naskah karya asli yang aktual dalam bidang hukum berupa hasil penelitian dari berbagai
kalangan, seperti: peneliti hukum, praktisi dan teoritisi, serta berbagai kalangan lainnya. Tulisan-tulisan yang
dimuat merupakan pendapat pribadi penulisnya, bukan pendapat redaksi.
Redaksi berhak menolak, menyingkat naskah tulisan sepanjang tidak mengubah isinya. Naskah tulisan dapat
dikirim ke alamat redaksi, maksimum 30 halaman A4, diketik spasi rangkap dikirim melalui Email jurnaldejure@
yahoo.com atau melalui aplikasi Open Jounal System (OJS) pada URL/website: ejournal.balitbangham.go.id.
Jurnal Penelitian Hukum
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
ADVERTORIAL
KUMPULAN ABSTRAK
ADVERTORIAL
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Jurnal Penelitian Hukum De Jure yang diterbitkan Ikatan Peneliti Hukum
Indonesia bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum
bisa kembali menerbitkan Volume 16 Nomor 3 September 2016. Tentunya melalui kerja sama penerbitan
ini dapat meningkatkan baik dari jumlah eksemplar maupun secara kualitas dikarenakan semakin aktifnya
keterlibatan Mitra Bestari dari sesuai dengan kepakaranya.
Sebagaimna diketahui bahwa dalam Ilmu Hukum, teori fiksi hukum menyatakan bahwa diundangkannya
sebuah peraturan perundang-undangan oleh instansi yang berwenang mengandaikan semua orang mengetahui
peraturan tersebut. Dengan kata lain tidak ada alasan bagi pelanggar hukum untuk menyangkal dari tuduhan
pelanggaran dengan alasan tidak mengetahui hukum atau peraturannya. Secara khusus mengenai teori fiksi
hukum ini diungkap dalam terbitan ini.
Dalam terbitan ini redaksi secara khusus mengangkat tiga tulisan berhubungan dengan tindak pidana
yaitu Pertanggungjawaban Pidana Bagi Pelaku Penggunaan Frekuensi Radio Tanpa Izin Berdasarkan Undang-
Undang Tentang Telekomunikasi, Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Ringan Menurut Undang-Undang
Dalam Perspektif Restoratif Justice dan Legalitas Penyidik Sebagai Saksi Dalam Pemeriksaan Persidangan
Tindak Pidana Narkotika.
Disamping itu juga redaksi meuat mengenai Aspek Perizinan dibidang Hukum Pertambangan Mineral dan
Batubara Pada Era Otonomi Daerah, Pemenuhan Hak Politik Warga Negara dalam Proses Pemilihan Kepala
Daerah Langsung serta Kesadaran Badan Hukum Yayasan Pendidikan di Indonesia (Persepsi dan Kesadaran
Hukum Masyarakat)
Akhirnya kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI dan Ketua Ikatan Peneliti Hukum Indonesia dalam
penerbitan buku ini. Dan juga kami ucapkan terima kasih kepada Prof. DR. Rianto Adi, M.A., Prof. DR. Jeane
Neltje Saly, S.H., M.H., Prof. DR. Hibnu Nogroho, S.H., DR. Farhana, S.H.,M.H., DR. Ridwan Nurdin, MA.,
DR. Hadi Supraptikta, selaku Mitra Bestari yang telah bersedia membantu memeriksa dan mengoreksi tulisan
dari para penulis.
Redaksi
Jurnal Penelitian Hukum
Moch. Ridwan
Peneliti Pusjianbang Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan HAM RI
Jl. H.R. Rasuna Said Kav 4 - 5, Kuningan, Jakarta Selatan
Email: www.rmariz@ymail.com
Tuisan diterima: 14-7-2016, revisi: 05-09-2016 , disetujui diterbitkan: 26-9-2016
ABSTRACT
This writing highlights implementation of personality development in the correctional institutions. Since
the 1990s, Directorate General of Correctional (the Ministry of Law And Human Rights)has still faced the
complexity of problems in its implementation. This has opened another way to integrate system, pattern and
implementation program of personality development to convicts with new discourse in criminalization more
qualified. The population of this research is the technical units of correctional. Collecting data by survey
method and it is an analysis descriptive, whereas its sample is judgment sampling. Right now, stagnancy of
development caused by its model has not revised and designed accordance with a certain of crime that become
a concern, nationally and internationally.
Recommendation of this research is important to issue government regulation to promote development of
convicts in technical units of correctional with standard that consists of contents standard, process standard,
standard of coach and Probation Officer, standard of infrastructure, management standards, financing
standards, and assessment standards
Keywords: development, personality, convict
ABSTRAK
Karya tulis ini menyoroti masalah implementasi pembinaan kepribadian Narapidana pada Lembaga
Pemasyarakatan. Sejak tahun 1990-an, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia R.I.) masih menghadapi kompleksitas hambatan dalam implementasi Pemasyarakatan. Hal ini
membuka cara lain dalam usaha memadukan sistem, pola dan program pelaksanaan pembinaan kepribadian
terhadap Narapidana dengan wacana baru dalam pemidanaan yang lebih berkualitas. Populasi penelitian ini
adalah Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan, menggunakan metode survey dengan deskriptif, sedangkan
pengambilan sampelnya dengan sample enumeration (judgement sample). Stagnansi pembinaan yang terjadi
diantaranya diakibatkan karena model pembinaan saat ini belum direvisi dan dirancang sesuai dengan
kekhususan kejahatan yang menjadi perhatian nasional dan internasional. Rekomendasi penelitian ini adalah
perlunya diterbitkan Peraturan Pemerintah, untuk mengembangkan pembinaan di Unit Pelaksana Teknis
Pemasyarakatan dengan standar pembinaan pemasyarakatan yang dapat memuat: standar isi, standar proses,
standar Pembina dan Pembimbing Pemasyarakatan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan; dan standar penilaian.
Kata kunci: Pembinaan, Kepribadian, Narapidana
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 16 No. 3, September 2016 : 323 - 336 323
Jurnal Penelitian Hukum
De Jure No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
waktu yang tidak terlalu lama agar dapat dipastikan untuk memperoleh program-program pembinaan
bahwa analisa selalu berdasarkan data, yakni yang telah dilaksanakan beserta anggaran yang
antara bulan Mei s.d Agustus 2015. Masalah yang disediakan oleh Pemerintah.
ditemui pada saat berada di lokasi tempat data dan Pengumpulan data lainnya melalui
informasi dikumpulkan merupakan suatu pedoman dokumentasi Pemasyarakatan, jurnal, hasil
langsung terhadap apa yang akan dikumpulkan penelitian dan situs internet. Pelaksanaannya
pada lokasi lain berikutnya, dimana data dan adalah mengumpulkan beberapa informasi
informasi tersebut diperoleh. Pengumpulan yang berhubungan dengan fokus penelitian dan
data dan informasi adalah dengan melakukan peraturan perundang-undangan dan kebijakan.
wawancara/pertanyaan tertulis kepada responden,
Data dan informasi yang dihimpun dalam
terutama Kepala Lembaga Pemasyarakatan,
penelitian ini, antara lain:
Tabel 1.
Instrumen Penelitian
Indikator Teori/Konsep Data dan informasi di UPT Pemasyarakatan
Pendukung
Peraturan/Kebijakan Pembinaan Pembinaan kesadaran beragama, Pembinaan kesadaran berbangsa dan
Pembinaan Narapidana kepribadian bernegara, Pembinaan kemampuan intelektual (kecerdasan), Pembinaan
kesadaran hukum, Pembinaan mengintegrasikan diri dgn masyarakat.
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 16 No. 3, September 2016 : 323 - 336 325
Jurnal Penelitian Hukum
De Jure No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
ubahan orientasi tersebut dan menjabarkannya pelaku tindak pidana yang telah menerima vonis
dalam kegiatan pembinaan. Pembangunan dan hakim dan menjalani pidananya di Lembaga
penegakkan hukum, terutama hukum pidana telah Pemasyarakatan. Pemikiran tersebut diatas
dimulai dengan berlakunya Undang-Undang No. telah dicetuskan oleh Sahardjo (1963), Menteri
8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Kehakiman (Sekarang: Kementerian Hukum dan
Hukum Acara Pidana (KUHAP). Undang- HAM), dengan konsep Pemasyarakatan.
Undang tersebut telah menimbulkan perubahan Pada tahun itulah Re-educatie dan Re-
fundamental baik konsepsional maupun socialitatie diubah menjadi Pemasyarakatan
implementasional terhadap tata cara penyelesaian sebagai tujuan dari pidana “penjara”. Kemudian
perkara pidana di Indonesia. Undang-Undang tahun 1964 tujuan pidana penjara diubah menjadi
ini sebagai pengganti Het Herziene Inlandsch suatu sistem pembinaan yang merupakan hasil
Reglement (HIR) Staatsblad tahun 1941 nomor konferensi dinas Pemayarakatan di Lembang
44 yang tidak sesuai lagi dengan cita-cita hukum Bandung pada tanggal 27 April 1964. Pada
nasional. Tahun 1971 diadakan Workshop mengenai
KUHAP, merupakan landasan terselenggara pemasyarakatan di Bandung dimana istilah
nya proses peradilan pidana oleh institusi suatu sistem pembinaan ditingkatkan menjadi
pemerintah yang memberikan perlindungan Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan sampai saat
hukum terhadap harkat dan martabat tersangka ini, walaupun publik masih memahaminya sebagai
atau terdakwa sebagai manusia, dengan suatu perlakuan “penjara”.
mekanisme peradilan pidana sebagai suatu Undang-Undang Pemasyarakatan menegas
proses atau criminal justice process, dimulai kan dalam pasal 2:
dari penangkapan, penggeledahan, penahanan,
Bahwa Sistem pemasyarakatan diselenggara
penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan
kan dalam rangka membentuk Warga Binaan
diakhiri dengan pelaksanaan pidana di institusi
pemasyarakatan. Pemasyarakatan (WBP), agar menjadi ma
nusia seutuhnya, menyadari kesalahan,
Penegakan hukum yang sesuai dengan proses
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi
diatas sekaligus juga harus menggunakan sistem
tindak pidana sehingga dapat diterima
yaitu criminal justice system yang mempunyai
hubungan dua arah antara perkembangan kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat
kejahatan yang bersifat multi dimensi dengan aktif berperan dalam pembangunan, dan
kebijakan kriminal yang telah dilaksanakan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang
oleh aparat penegak hukum pada masing-masing baik dan bertanggung jawab.
institusi pemerintah. Sistem yang diselenggarakan Keputusan Presiden R.I. No. 145/Tahun
masing-masing institusi pemerintah tersebut 1965 tentang Nama dan Rumusan induk sistem
harus juga seimbang dan saling melengkapi, Pendidikan Nasional antara lain dirumuskan
berkoordinasi satu dengan yang lainnya, sehingga mengenai pembinaan manusia Indonesia sebagai
harus terkondisikan di dalam suatu sistem yang berikut (Tilaar, 1995:252):
disebut Integrated Criminal Justice System 1. Manusia Indonesia baru yang berjiwa
(Sistem Peradilan Pidana Terpadu). Pada sistem Pancasila Manipol/Usdek dan sanggup
ini, ada empat komponen aparat penegak hukum,
berjuang untuk mencapai cita-cita tersebut; 2.
yaitu Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan
Manpower yang cukup untuk melaksanakan
Pemasyarakatan. Hubungan yang sangat erat
pembangunan; 3. Kepribadian kebudayaan
satu sama lain dan saling menentukan dari empat
institusi tersebut merupakan kesatuan tindakan nasional yang luhur; 4. Ilmu dan teknologi
para aparatur dalam penegakkan hukum secara yang tinggi; 5. Pergerakan massa aksinya
menyeluruh. seluruh kekuatan rakyat dalam pembangunan
dan revolusi. Singkatnya, saat itu
Setelah Proklamasi Kemerdekaan tahun
1945, mulai berkembang pemikiran-pemikiran pendidikan menjadi alat revolusi dalam
baru mengenai fungsi dan tujuan pemidanaan upaya menciptakan warga negara sosialis
tidak lagi sekedar penjeraan tetapi juga merupakan Indonesia yang susila, bertanggungjawab
suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial atas atas terselenggaranya masyarakat sosialis
Indonesia, adil dan makmur baik spiritual Remisi, Asimilasi, dan Pembebasan Bersyarat
maupun materil dan yang berjiwa Pancasila. terhadap Narapidana yang sedang menjalani
Kurikulum ini lazim disebut Rencana hukuman karena melakukan tindak pidana
Pelajaran 1960. (Hidayat. 2011:220) tersebut.)
Dengan penjelasan diatas, maka tonggak b. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
pembinaan manusia Indonesia, dikuatkan 2006 (28/2006) Tentang Perubahan Atas
dan dirumuskan dengan Keputusan Presiden Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
sehingga secara langsung dan tidak langsung, tanggal 28 Juli 2006 Tentang Syarat dan
sistem pendidikan dan sistem pemasyarakatan Tata Cara PelaksanaanHak Warga Binaan
memperoleh sumber yang sama untuk membangun Pemasyarakatan
dan mengembangkan peradaban bangsanya.
Namun dalam sistem pemasyarakatan, dalam c. Peraturan Pemerintan Nomor 31 Tahun 1999
melaksanakan prosesnya tidak diiringi dengan tanggal 7 Mei 1999 Tentang Pembinaan
penguatan standar pendidikan secara menyeluruh dan pembimbingan Warga Binaan Pe
terutama dalam segi pembiayaannya, sehingga masyarakatan
sangat berpengaruh besar dalam pelaksanaan d. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
proses pembinaannya. Kegagalan pelaksanaan 1999tanggal 19 Mei 1999 Tentang Syarat
proses berbanding lurus dengan kegagalan dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
pemberian pembiayaan oleh negara dalam Binaan Pemasyarakatan
pelaksanaan pembinaan warganya, terutama yang
e. Peraturan Pemerintan Nomor 57 Tahun
bermasalah dengan hukum.
1999 tanggal 22 Juni 1999 Tentang
Sebagaimana diketahui bahwa Sistem
Kerjasama Penyelenggaraan Pembinaan
Pemasyarakatan yang berlaku dewasa ini, secara
dan Pembimbingan Warga Binaan Pe
konseptual dan historis sangatlah berbeda dengan
masyarakatan.
apa yang berlaku dalam sistem Kepenjaraan. Asas
yang dianut sistem Pemasyarakatan dewasa ini Adanya peraturan mengenai kerjasama
menempatkan tahanan, narapidana, anak negara dalam penyelenggaraan pembinaan dan pem
dan klien pemasyarakatan sebagai subyek dan bimbingan di UPT Pemasyarakatan, mempunyai
dipandang sebagai pribadi dan warganegara permasalahan sendiri dalam pelaksanaannya.
biasa serta dihadapi bukan dengan latar belakang Kepala UPT harus meminta bantuan ke
pembalasan tetapi dengan pembinaan dan pada instansi terkait sehubungan dengan
bimbingan. Perbedaan kedua sistem tersebut, penganggaran, penyediaan guru atau instruktur
memberi implikasi pada perbedaan dalam cara- dan lain sebagainya menyangkut pelaksanaan
cara pembinaan dan bimbingan yang dilakukan, pembinaan dan pembimbingan. Sehingga kualitas
disebabkan perbedaan tujuan yang ingin dicapai. pembinaan dan pembimbingan tidak terlaksana
dengan maksimal, sedangkan anggaran yang
Ada lima peraturan pemerintah (PP) yang
disediakan internal tidak memenuhi syarat
membahas mengenai pembinaan, yakni:
standar untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
a. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun rutin pembinaan dan pembimbingan. Tentu saja
2012 tanggal 12 November 2012 Tentang penganggaran untuk kegiatan tersebut tidak akan
Perubahan Kedua Atas Peraturan Peme menjadi prioritas utama dalam pelaksanaannya
rintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang karena menyangkut pelaksanaan fungsi
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak tambahan yang dapat dijalankan organisasinya.
Warga Binaan Pemasyarakatan (Tindak Disamping masalah penganggaran, kualitas
pidana terorisme, narkotika dan prekursor penyelenggaraan pembinaan dan pembimbingan
narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan juga memperhatikan banyak aspek, selain situasi
terhadap keamanan negara, kejahatan hak kesehatan warga binaan, program, isi kurikulum
asasi manusia yang berat, serta kejahatan pembelajaran, Pembina atau pembimbing,
transnasional terorganisasi lainnya merupa sarana standar pendidikan, evaluasi rutin dan
kan kejahatan luar biasa, oleh karena itu perlu sebagainya.
memperbaiki syarat dan tata cara pemberian
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 16 No. 3, September 2016 : 323 - 336 327
Jurnal Penelitian Hukum
De Jure No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
Peter M. Carlson, DPA dan Judith Simon organisasi berbasis agama, lembaga swadaya
Garrett, JD. (Prison and Jail Administration- masyarakat), lembaga pendidikan non
Practice and Theory). 1999. Aspen Publishers, formal (kursus-kursus), segala hal, barang,
Inc., Permissions Departement, 200 Orchard alam yang memengaruhi perkembangan
Ridge Drive, Suite 200, Gaithersburg, Maryland seseorang. (Tafsir. 2012: 235)
20878..Mengutip hasil penelitian T.A. Ryan and B.
Dengan demikian peran Lembaga Pe
Mauldin; Correctional Education and Recidivism:
masyarakatan dalam memberikan pendidikan
An Historical Analysis (1994) dan M. Harer;
selama berada di dalam mempunyai pengaruh
Recidivism among Federal Prisoners Released
besar terhadap individu narapidana itu sendiri
in 1987,”Journal of Correctional Education 46
setelah bebas nantinya, karena mempunyai bekal
(1995);98-128, bahwa:
pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan
A review of 97 studies on the relationship kebutuhannya. Hal ini berpengaruh kepada
between correctional education and sikap dan tindakan yang tidak mengulangi lagi
recidivism determined that 85 percent of perbuatannya.
the studies reported a positive relationship The religious programs in correctional
between correctional education participation institutions should be tailored to the mission
and recidivism. Similiarly, results from a and resources of the institution. Small
large-seal study of Federal Bureau of Prisons prisons and those with limited staff and
releases determined that inmates with training resources may be able to provide only the
and/or work experience while imprisoned basic elements, but larger facilities may have
had better institutional adjustments, were less the ability to provide well-rounded programs
likely to relapse into crime, and were more that can affect large numbers of prisoners.
likely to obtain employment upon release. Regardless of the extent of religious
(Peter M. Carlson, DPA dan Judith Simon programming, such programs should
Garrett, JD. 1999 : 87) be administered in a fair and consistent
Dalam bukunya tersebut Peter M. Carlson, manner and provide inmates and adequate
DPA Dan Judith Simon Garrett, JD. Mengutip opportunity to prepare themselves for return
hasil temuan Penelitian TA Ryan dan B. Mauldin, to the community. The chaplain should look
bahwa Sebuah tinjauan dari 97 penelitian tentang to the community for the contract chaplains,
hubungan antara pendidikan pemasyarakatan dan volunteers, consultation, and support of
residivisme ditemukan bahwa 85 persen dari studi
the inmates’ individual faith development.
tersebut melaporkan hubungan positif antara peran
The responsibilities of institution chaplain
pendidikan pemasyarakatan dan residivisme. Hal
have grown over the years, and correctional
serupa diungkapkan dari sebuah studi dari Federal
Bureau of Prisons merilis bahwa narapidana elergy today are significant members of
dengan pembekalan berupa pelatihan dan/atau the management and program team of
pengalaman kerja dipenjara mampu menyesuaikan prisons and jails. The work is important, the
diri lebih baik di masyarakat, kemungkinan untuk opportunities are many, and the challenges
kambuh dalam kejahatan lebih kecil, dan lebih are immense. (Peter M. Carlson, DPA dan
terbuka untuk mendapatkan pekerjaan setelah Judith Simon Garrett, JD. 1999: 123)
bebas. Program agama di lembaga-lembaga
Pendidikan dapat terjadi dimana-mana. pemasyarakatan harus disesuaikan dengan misi
Dapat terjadi di rumah, di kantor, di pasar, di dan sumber daya lembaga. Penjara kecil dan
sekolah. Tempat pendidikan tersebut oleh para ahli orang-orang dengan staf dan sumber daya yang
dibagi menjadi di rumah tangga, di masyarakat, di terbatas mungkin dapat memberikan hanya
sekolah. unsur-unsur dasar, tapi fasilitas yang lebih
Pendidikan di masyarakat itu ialah pusat- besar mungkin memiliki kemampuan untuk
menyediakan program yang lebih baik, sehingga
pusat pelayanan seperti kepolisian, penjara,
dapat mempengaruhi sejumlah besar tahanan.
rumah sakit, rumah ibadah, pengadilan, partai
Terlepas dari sejauh mana program keagamaan,
politik, organisasi kemasyarakatan (seperti
program tersebut harus diberikan dengan cara pemasyarakatan mencoba untuk meningkatkan
yang adil dan konsisten dan memberikan tahanan ‘ketrampilan sosial, pendidikan dan industri serta
kesempatan yang memadai untuk mempersiapkan memenuhi fasilitas mereka’ narapidana dengan
diri kembali ke masyarakat. Pendeta harus melihat misi kustodial.
ke masyarakat untuk melakukan kontrak dengan Kenyataan di lapangan menunjukkan
relawan, dukungan konsultasi dan pengembangan bahwa kebingungan itu terbukti dari praktek-
keimanan individu narapidana’. Tanggung jawab praktek pemidanaan selama ini, satu sisi harus
pendeta terhadap lembaga telah tumbuh selama dengan pendekatan keamanan dan sisi lainnya
bertahun-tahun, dan mantan narapidana saat ini harus melakukan pembinaan (pendidikan)
adalah anggota penting dari manajemen dan dengan koridor hak asasi manusia. Harus ada
Program tim untuk penjara. Penelitian ini penting, keseimbangan antara kedua hal tersebut, sehingga
peluang banyak, dan tantangan yang besar. tujuan pemidanaan di Indonesia yang telah dirintis
Mengenai pentingnya program keagamaan, pendahulu kita mempunyai tujuan yang lebih
disebutkan, bahwa: terukur dan pasti.
Preparing inmates for a successful return
B. Pembinaan di UPT Pemasyarakatan
to the free community - rehabilitation –
Sistem pemasyarakatan adalah bersatunya
is one of the primary goals of prisons and
kembali Warga Binaan Pemasyarakatan dengan
jails. Institutional programs, ranging from
masyarakat, sebagai warga Negara yang baik dan
daily work assignments to drug treatment, bertanggung jawab, sehingga keberadaan mantan
are critical to any organized effort to offer Warga Binaan di masyarakat nantinya diharapkan
offenders an opportunity to modify their mau dan mampu untuk ikut membangun
behavior. Rehabilitation, while not a new masyarakat dan bukan sebaliknya justru menjadi
initiative, was greatly emphasized in the penghambat dalam pembangunan.
United States beginning in the 1950s. Undang-Undang Pemasyarakatan pasal 14,
the post – World War II era was a time of disebutkan:
regeneration. Prosperous and up beat, people
(1) Narapidana berhak: a. melakukan ibadah
– oncluding Presidents John Kennedy and
sesuai dengan agama atau kepercayaannya; b.
Lyndon Johnson – sought ways to improve
mendapat perawatan, baik perawatan rohani
the lives of those less fortunate. This attitude
maupun jasmani; c. mendapatkan pendidikan
filtered into our penal facilities, where many
dan pengajaran; d. mendapatkan pelayanan
correctional leaders tried to enhance inmates’
kesehatan dan makanan yang layak; e.
social, educational and industrial skills as
menyampaikan keluhan; f. mendapatkan
well as meet their facilities’ custodial mission.
bahan bacaan dan mengikuti siaran media
(Peter M. Carlson, DPA dan Judith Simon
massalainnya yang tidak dilarang; g.
Garrett, JD. 1999 : 293)
mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan
Mempersiapkan narapidana untuk kembali yang dilakukan; h. menerima kunjungan
sukses kepada masyarakat bebas - rehabilitasi - keluarga, penasihat hukum, atau orang
merupakan salahsatu tujuan utama dari penjara.
tertentu lainnya; i. mendapatkan pengurangan
Program kelembagaan, mulai dari tugas pekerjaan
masa pidana (remisi); j. mendapatkan
sehari-hari untuk pengobatan, sangat penting dalam
kesempatan berasimilasi termasuk cuti
upaya terorganisir untuk menawarkan kesempatan
memodifikasi perilaku pelanggaran mereka. mengunjungi keluarga; k. mendapatkan
Rehabilitasi, sementara bukan suatu inisiatif baru, pembebasan bersyarat; l. mendapatkan cuti
namun sangat ditekankan di Amerika Serikat menjelang bebas; dan m. mendapatkan hak-
dimulai pada tahun 1950-an. Pasca - era Perang hak lain sesuai dengan peraturan perundang-
Dunia II merupakan masa regenerasi. Presiden undangan yang berlaku.
John Kennedy dan Lyndon Johnson - mencari Dengan adanya ketentuan diatas, dimana hak-
cara untuk meningkatkan kehidupan mereka hak terpidana telah dicantumkan secara tegas
yang kurang beruntung. Sikap ini diwujudkan didalam Undang-Undang, mengisyaratkan
dalam fasilitas pidana, dimana banyak pemimpin adanya suatu kepastian hukum bahwa
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 16 No. 3, September 2016 : 323 - 336 329
Jurnal Penelitian Hukum
De Jure No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
setiap petugas pemasyarakatan “wajib” umum dan membuka kesempatan yang seluas-
memberikan pelayanan seoptimal mungkin luasnya untuk memperoleh informasi dari luar,
agar salah satu tujuan dari penegakkan misainya membaca koran/majalah, menonton TV,
hukum yakni dalam rangka “memanusiakan mendengar radio dan sebagainya. Untuk mengejar
manusia” dapat tercapai. Namun yang ketinggalan di bidang pendidikan baik formal
masih menjadi kendala yang dihadapi oleh maupun non formal agar diupayakan cara belajar
pemasyarakatan untuk melayani hak-hak melalui Program Kejar Paket A dan Kejar Usaha.
warga binaan pemasyarkatan adalah yang Pembinaan kesadaran hukum warga binaan
menyangkut sarana dan prasarana, termasuk pemasyarakatan dilaksanakan dengan memberikan
biaya, yang masih sangat terbatas sehingga penyuluhan hukum yang bertujuan untuk mencapai
upaya tersebut masih dirasakan kurang kadar kesadaran hukum yang tinggi sehingga
sebagai anggota masyarakat, mereka menyadari
efektif. (Sudirman. 2007:18)
hak dan kewajibannya dalam rangka turut
Dalam Keputusan Menteri Kehakiman menegakkan hukum dan keadilan, perlindungan
Republik Indonesia Nomor M. 02-PK.04.10 terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban,
Tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan Narapidana/ ketentraman, kepastian hukum dan terbentuknya
Tahanan. Ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 10 perilaku setiap warga negara Indonesia yang taat
April 1990, menyebutkan, bahwa ; Pada dasarnya kepada hukum. Pembinaan mengintegrasikan
ruang lingkup pembinaan dapat dibagi ke dalam diri dengan masyarakat. Pembinaan di bidang
dua bidang yakni: ini dapat dikatakan juga pembinaan kehidupan
a. Pembinaan Kepribadian sosial kemasyarakatan, yang bertujuan pokok
Pembinaan kesadaran beragama merpakan agar bekas narapidana mudah diterima kembali
usaha ini diperlukan agar dapat diteguhkan oleh masyarakat lingkungannya. untuk mencapai
imannya terutama memberi pengertian agar warga ini, kepada mereka selama dalam Lembaga
binaan pemasyarakatan dapat menyadari akibat- Pemasyarakatan dibina terus untuk patuh beribadah
akibat dari perbuatan-perbuatan yang benar dan dan dapat melakukan usaha-usaha sosial secara
perbuatan-perbuatan yang salah. Pembinaan gotong royong, sehingga pada waktu mereka
kesadaran berbangsa dan bernegara, merupakan kembali ke masyarakat mereka telah memiliki
usaha yang dilaksanakan melalui P.4, termasuk sifat-sifat positif untuk dapat berpartisipasi dalam
menyadarkan mereka agar dapat menjadi warga pembangunan masyarakat lingkungannya.
negara yang baik yang dapat berbakti bagi bangsa b. Pembinaan Kemandirian
dan negaranya. Perlu disadarkan bahwa berbakti Pembinaan Kemandirian diberikan melalui
untuk bangsa dan negara adalah sebahagian program-program: Ketrampilan untuk mendukung
dari iman (taqwa). Pembinaan kemampuan usaha-usaha mandiri, misalnya kerajinan tangan,
intelektual (kecerdasan) merupakan usaha yang industri, rumah tangga, reparasi mesin dan alat-
diperlukan agar pengetahuan serta kemampuan alat elektronika dan sebagainya. Ketrampilan
berfikir warga binaan pemasyarakatan semakin untuk mendukung usaha-usaha industri kecil,
meningkat sehingga dapat menuniang kegiatan- misalnya pengelolaan bahan mentah dari sektor
kegiatan positif yang diperlukan selama masa pertanian dan bahan alam menjadi bahan setengah
pembinaan. Pembinaan intelektual (kecerdasan) jadi dan jadi (contoh mengolah rotan menjadi
dapat dilakukan baik melalui pendidikan perabotan rumah tangga, pengolahan makanan
formal maupun melalui pendidikan non-formal. ringan berikut pengawetannya dan pembuatan
Pendidikan formal, diselenggarakan sesuai batu bata, genteng, batako). Ketrampilan yang
dengan ketentuan-ketentuan yang telah ada yang dikembangkan sesuai dengan bakatnya masing-
ditetapkan oleh pemerintah agar dapat ditingkatkan masing. Dalam hal ini bagi mereka yang memiliki
semua warga binaan pemasyarakatan. Pendidikan bakat tertentu diusahakan pengembangan
non-formal, diselenggarakan sesuai dengan bakatnya itu. Misalnya memiliki kemampuan di
kebutuhan dan kemampuan melalui kursus-kursus, bidang seni, maka diusahakan untuk disalurkan
latihan ketrampilan dan sebagainya. Bentuk ke perkumpulan-perkumpulan seniman untuk
pendidikan non-formal yang paling mudah dan dapat mengembangkan bakatnya sekaligus
paling murah ialah kegiatan-kegiatan ceramah mendapatkan nafkah. Ketrampilan untuk men
dukung usaha-usaha industri atau kegiatan belajar iqra (al-Qur’an), pada hari Senin-Minggu,
pertanian (perkebunan) dengan menggunakan yang diikuti oleh 250 Narapidana, dengan
teknologi madya atau teknologi tinggi, misalnya bekerjasama dengan Kementerian Agama,
industri kulit, industri pembuatan sepatu kualitas KODI, Al Azhar dan Masjid Istiqlal. Untuk
ekspor, pabrik tekstil, industri minyak atsiri dan agama Kristen dilaksanakan pada hari Senin-
usaha tambak udang. Jum’at Kristen, diikuti oleh 110 orang, kerjasama
Dalam Peraturan Menteri Hukum dan dengan Sherafin, YATA, KKT. Untuk agama
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Hindu, Budha: Vihara Chehang. Anggaran untuk
NomorM.HH-OT.02.02 Tahun 2009, tentang pelaksanaan pembinaan kesadaran agama ini
Cetak Biru Pembaharuan Pelaksanaan Sistem adalah Rp. 80.000.000,-/tahun.
Pemasyarakatan. Ditetapkan di Jakarta pada Pembinaan kesadaran berbangsa dan
tanggal 13 Januari 2009, menjelaskan bahwa bernegara, berupa pelaksanaan upacara hari
dengan konsep yang baru maka secara umum besar nasional termasuk hari kemerdekaan, hari
perpaduan antara struktur organisasi dan klasifikasi Pemasyarakatan, hari Dharmakaryadika, yang
Lapas yang ada di Indonesia memperhatikan diikuti oleh 100 Narapidana. Pembinaan ini
karakteristik/Jenis penghuni Anak, Wanita, juga dilaksanakan dengan cara mengaktifkan
Pemuda/Dewasa: Kapasitas Penghuni (Padat, kegiatan Kepramukaan, dengan anggaran Rp. 27
Sedang atau Sedikit); Kedudukan Lapas Di juta/tahun. Pembinaan kemampuan intelektual
Suatu Wilayah Propinsi, Kota/Kabupaten; Model (kecerdasan), berupa kegiatan Kejar Paket B,
Pembinaan berdasarkan jenis penghuni dan tindak yang dilaksanakan setiap hari Senin-Jum’at,
pidana yang dilakukan; Model Kegiatan Kerja diikuti oleh22 Narapidana, pada hari Kamis,
berdasarkan jenis penghuni; Model Pengamanan diikuti oleh 50 Narapidana. Kejar Paket B
berdasarkan jenis penghuni. dan C mempunyai anggaran Rp. 32.500.000,-/
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya tahun. Pembinaan kesadaran hukum, berupa
tanpa mengesampingkan terjadinya kerjasama penyelenggaraan penyuluhan hukum dengan
antar instansi terkait, hal penting lain adalah anggaran Rp.2.800.000,-/tahun. Pembinaan
penyusunan kurikulum pembelajaran dan modul mengintegrasikan diri dengan masyarakat, berupa
instruksional dengan penganggaran mandiri dari pelaksanaan programPB (Pembebasan Bersyarat),
internal institusi supaya pelaksanaannya dapat CB (Cuti Bersyarat), CMB (Cuti Menjelang
lebih efektif dan efisien, dapat langsung dikontrol Bebas) serta Asimilasi.
dan dievaluasi secara internal pula.
2. Upaya Pembinaan Kepribadian di Lapas
C. Fasilitas, Pembina dan Anggaran Narkotika Jakarta
Pembinaan Penghuni yang berada di Lembaga Pe
Data dan Informasi yang dipaparkan masyarakatan Narkotika, yakni Jumlah tahanan:
dibawah ini bersumber dari Kepala UPT (Unit 50 Orang, Jumlah Narapidana: 2602 Orang (Juni
Pelaksana Teknis) yang berhasil dikunjungi dan 2015) Pembinaan kesadaran beragama, berupa
memberikan data informasi yang menjelaskan pengajian, yasinan setiap hari, pengajian rutin
mengenai upaya-upaya pendidikan pada masing- diikuti 300 Narapidana bekerjasama dengan
masing UPT dalam pembinaan kepribadian pada Pesantren. Anggaran keagamaan adalah Rp.
tahun 2015. 36.000.000,-/tahun bekerjasama dengan Yayasan
dan Kementerian Agama dengan pembimbing
1. Upaya Pembinaan Kepribadian di 10 orang. Pembinaan kesadaran berbangsa dan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I bernegara, berupa pelaksanaan Upacara bendera,
Cipinang, Jakarta Timur hari besar nasional, hari Pemasyarakatan, hari
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang Dharmakaryadhika, Pelatihan Peraturan Baris
berada di wilayah Jakarta Timur, pada saat Berbaris dan kegiatan kepramukaan dengan
pengambilan data bulan Juni 2015, yakni jumlah anggaran Rp. 6.000.000,-/tahun.
Tahanan: 58 Orang, jumlah Narapidana: 2716 Pembinaan kemampuan intelektual (ke
Orang. Pembinaan kesadaran beragama, berupa cerdasan), berupa PKBM diikuti oleh 87
pelaksanaan untuk agama Islam, yakni tausiyah, Narapidana, kursus komputer oleh 12 orang.
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 16 No. 3, September 2016 : 323 - 336 331
Jurnal Penelitian Hukum
De Jure No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
Anggaran yang disediakan adalah Rp. 15.000.000,-/ rohani Islam dan kebaktian Kristen adalah Rp.
tahun.Kejar Paket/Sekolah, berupa Kejar Paket A, 20.000.000,-diikuti oleh seluruh narapidana.
bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Nasional Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara,
diikuti oleh 24 Narapidana dan Kejar Paket B berupa upacara bendera, hari besar nasional, hari
oleh 25 Narapidana serta Kejar Paket C oleh Pemasyarakatan, hari Dharmakaryadhika. Pada hari
36 Narapidana. Pembinaan kesadaran hukum, Jum’at, dilaksanakan kegiatan kepramukaan yang
berupa kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan diikuti oleh 25 Narapidana, dengan anggaran Rp.
(Mapenaling) dan penyuluhan hukum, dengan 6.730.000,-/tahun. Kegiatan tersebut bekerjasama
anggaran Rp. 1.200.000,-/tahun. Pembinaan dengan perorangan (mahasiswa UPN Jakarta).
mengintegrasikan diri dengan masyarakat, berupa Pembinaan kemampuan intelektual (kecerdasan),
PB, CMB dan CB Asimilasi, Pelatihan PBB berupa PKBM tidak terlaksana (vacuum).
dengan anggaran Rp. 19.000.000,-/tahun serta Pembinaan kesadaran hukum, berupa Penyuluhan
olah raga Rp. 6.000.000,-/tahun. yang dilaksanakan oleh Instansi pemerintah dan
swasta. Pembinaan mengintegrasikan diri dengan
3. Upaya Pembinaan Kepribadian di Lapas masyarakat, berupa program CB, PB.Ketrampilan
Anak Pria Tangerang untuk mendukung usaha-usaha mandiri, berupa
Penghuni yang berada di Lapas Anak Pria kerajinan mote, tutup gelas, ketrampilan menjahit,
Tangerang, yakni Jumlah Tahanan: 10 Orang, menyulam.
Jumlah Narapidana: 177 Orang (Juni 2015).
Pembinaan kesadaran beragama, berupa kegiatan 5. Upaya Pembinaan Kepribadian di Lapas
pesantren, majelis taklim, pelayanan kebaktian Wanita Tangerang
serta memperingati hari besar keagamaan, dengan Penghuni yang berada di Lapas Wanita
anggaran Rp. 70.000,-. Pembinaan kesadaran Tangerang, yakni jumlah Tahanan: 102 Orang,
berbangsa dan bernegara, berupapelaksanaan jumlah Narapidana: 316 Orang (Juni 2015).
upacara bendera, hari besar nasional, hari Pembinaan kesadaran beragama, berupa pe
Pemasyarakatan dan hari Dharmakaryadhika. santren kilat, sholat bersama, ibadah rohani
Pembinaan kemampuan intelektual (ke Pukul 09.00-12.00 dan ceramah diikuti oleh 40
cerdasan), berupa penyelenggaraan sekolah Narapidana. Anggaran kegiatatan keagamaan ini
formal (SD,SMP, SMK), melalui Kejar Paket B adalah Rp. 60 Juta/tahun. Pembinaan kesadaran
dan C Sekolah formal/ informal, dengan anggaran berbangsa dan bernegara, berupa upacarabendera,
Rp.30.000,- Diknas Provinsi (100) Akademisi hari besar nasional, hari Pemasyarakatan, hari
(180) Asimilasi, PB, CB dan CMB.Kejar Paket/ Dharmakaryadhika, penyuluhan Pancasila/
Sekolah, berupa Kejar Paket A: PKBM Kejar Bhineka Tunggal Ika, dilaksanakan pada pukul
Paket B: PKBM Kejar Paket C: PKBM diikuti 15 10.00-11.00, 09.00-10.00, 11.00-12.00. Sedangkan
Narapidana. Pembinaan kesadaran hukum, berupa acara penyuluhan diikuti oleh 80 Narapidana
Penyuluhan hukum bekerjasama dengan Lembaga dengan anggaran penyuluhan adalah Rp. 3
Bantuan Hukum (LBH), dengan anggaran Rp. juta/tahun. Pembinaan kemampuan intelektual
5000,- Pembinaan mengintegrasikan diri dengan (kecerdasan), berupa pemberian pengetahuan
masyarakat, berupa kunjungan kegiatan sosial agama secara garis besar yang dilaksanakan pada
masyarakat, PB, CB, CMB, CMK PB, LB, CMB pukul 15.30-17.30 dan kegiatan olah raga diikuti
Rp. 12.000,- oleh 20 Narapidana dengan anggaran Pendidikan
Rp. 1 juta/tahun. Pembinaan kesadaran hukum,
4. Upaya Pembinaan Kepribadian di Lapas berupa penyuluhan hukum, pembinaan mental &
Anak Wanita Tangerang kepribadian, dengan anggaran Rp. 6.500.000,-/
Penghuni yang berada di Lapas Anak tahun. Pembinaan mengintegrasikan diri dengan
Wanita Tangerang, yakni Jumlah Tahanan: 11 masyarakat, berupa kegiatan pramuka, kerja
Orang, Jumlah Narapidana: 62 Orang (Juni asimilasi, pertandingan olah raga dengan klub
2015) Pembinaan kesadaran beragama, berupa luar Rutan. Kesenian, olah raga dengan anggaran
pengajian, baca tulis Al-Qur’an dan Kebaktian Rp. 10 Juta/tahun.
Senin s.d. Jum’at, dengan bekerjasama dengan
7 institusi untuk Islam dan Kristen:, 9 Institusi.
Anggaran untuk kegiatan pengajian, bimbingan
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 16 No. 3, September 2016 : 323 - 336 333
Jurnal Penelitian Hukum
De Jure No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
narapidana tindak pidana pelanggaran hak asasi anggaran, kurangnya sumber daya manusia
manusia berat ini. pengajar yang profesional dan kurikulum yang
Kelima, pembinaan perlakuan terhadap nara belum jelas serta sarana dan prasarana yang belum
pidana tindak pidana politik dan penodaan agama terstandarisasi sesuai dengan standar pembinaan,
perlu disusun secara khusus. Perkara-perkara tindak pendidikan. Pembinaan saat ini belum dirancang
pidana politik dan penodaan agama di Indonesia khusus sesuai dengan kekhususan kejahatan yang
memiliki sejarah panjang, demikian pula dengan menjadi perhatian dunia internasional. Sedangkan
model perlakuan dan pembinaannya dalam Lapas. pelaksanaan program kerjasama dengan instansi
Dalam suasana negara yang menjunjung nilai terkait juga belum terealisasi dengan maksimal.
demokrasi maka diperlukan pengetahuan petugas Dampak negatif berdasarkan uraian tersebut,
dalam menghadapi narapidana kasus tersebut, maka tidak optimalnya pembinaan yang harus
bagaimana harus tetap memenuhi kebutuhan dilaksanakan oleh Lapas, tidak adanya pedoman
narapidana sekaligus menghormati perbedaan dan standar pembinaan, pendidikan sesuai
pandangan yang mungkin terjadi. kebutuhan dan perkembangan zaman, hanya
Kebijakan kerjasama dengan instansi pe sebagian kecil narapidana yang dapat mengikuti
merintah lainnya dengan melibatkan Menteri program pembinaan yang seharusnya diikuti oleh
belum terealisasi secara maksimal baik dari segi semua narapidana secara merata.
penganggaran maupun personil yang diberikan
SARAN-SARAN
tugas-tugas khusus dari masing-masing instansi
yang terlibat dalam kerjasama antar instansi Untuk mengatasi stagnansi implementasi
tersebut, contoh bentuk kerjasama yang telah pembinaan terhadap Narapidana, perlu diterbitkan
dilaksanakan antara lain: Keputusan Bersama Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Menteri
Menteri Kehakiman dan Menteri Kesehatan (Permen)untuk mengembangkan pembinaan di
Nomor M.01-UM.01.06 Tahun 1987 dan Nomor Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan berupa
65/MENKES/SKB/II/1987 Tentang Pembinaan kurikulum pemasyarakatan yang berlaku secara
Upaya Kesehatan Masyarakat di Rumah Tahanan khusus dalam bidang pemasyarakatan narapidana
Negara dan Lembaga Pemasyarakatan; Keputusan sipil dan militer. Standar pemasyarakatan dapat
Bersama Menteri Kehakiman, Menteri Tenaga memuat: standar isi, standar proses, standar lain
Kerja dan Menteri Sosial Nomor M.01-PK.03.01 yang dianggap penting (di UPT Pemasyarakatan)
Tahun 1984, Nomor KEP.354/MEN/184 dan sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan
Nomor 63/Huk/IX/1984 Tentang Kerjasama untuk pemenuhan hak Narapidana), standar
Dalam Penyelenggaraan Program Latihan Ker Pembina dan Pembimbing Pemasyarakatan,
ja Bagi Narapidana serta Rehabilitasi Sosial standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
dan Resosialisasi Bekas Narapidana dan Anak standar pembiayaan; dan standar penilaian (untuk
Negara; Keputusan Bersama Menteri Kehakiman pemenuhan hak Narapidana dan pertimbangan
dan Menteri Perindustrian Nomor M.01-PK.03.01 surat keterangan berkelakuan baik).
Tahun 1985 dan Nomor 425/M/SK/11/1985
Tentang Kerjsama dalam Penyelenggaran Program
Latihan Tenaga Kerja Industrial dan Pemasaran
Hasil Produksi Narapidana.
KESIMPULAN
Implementasi pembinaan Narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan masih berdasarkan
Keputusan Menteri Kehakiman Nomor: M.02-
PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan
Narapidana/Tahanan. Selama lebih dari 25
tahun, belum adanya revisi peraturan pembinaan/
pendidikan yang harus dilaksanakan di UPT
Pemasyarakatan (stagnansi) dengan tanpa
disediakannya modul pembelajaran, kurangnya
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 16 No. 3, September 2016 : 323 - 336 335
Jurnal Penelitian Hukum
De Jure No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
C. Sumber Lain
www.ditjenpas.go.id/diakses