Makalah Pengelolaan Pend Kel 2
Makalah Pengelolaan Pend Kel 2
Disusun oleh :
PGSD 20B1
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengelolaan
Satuan Pendidikan” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan tugas dari dosen Bapak Misbah
S.Pd., M.Pd pada mata kuliah Pengelolaan Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Pengelolaan Satuan Pendidikan bagi para pembaca dan
penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
a. Apa Definisi Pengelolaan Satuan Pendidikan?
b. Bagaimana Bentuk-bentuk Satuan Pendidikan?
c. Apa Fungsi Pengelolaan Satuan Pendidikan?
d. Bagaimana Prinsip-Prinsip Pengelolaan Satuan Pendidikan?
e. Apa Bidang-Bidang Kegiatan Pengelolaan Satuan Pendidikan?
f. Bagaiman Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Satuan Pendidikan?
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pengelolaan dalam bahasa inggris berasal dari kata management yang berarti
kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang telah ditentukan
dengan menggunakan orang-orang pelaksana. Sedangkan Pengelolaan itu sendiri memiliki
pengertian penyelenggaraan atau pengurusan agar suatu yang dikelola dapat berjalan dengan
lancar efektif dan efisien (Saifuddin.2014: 54).
Dilihat dari aspek etimologinya, manajemen berasal dari kata manage atau manus (latin)
yang berarti memimpin, menangani, mengatur atau membimbing. Dari pengertian tersebut
dapat diketahui bahwa manajemen ada ilmu aplikasi yang meliputi tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan. Pengelolaan disini
didefenisikan sebagai “bekerja dengan orang-orang secara pribadi atau kelompok untuk
meencapai tujuan organisasional lembaga”. Selain itu, pengelolaan juga mempunyai
dimensi tanggung jawab sosial (Lutfi dan Hamidi. 2010 :153).
a. Koontz dan Cyril O’Donel mendefenisikan pengelolan sebagai usaha mencapai suatu tujuan
tertentu melalui kegiatan orang lain
b. George R.Terry, pengelolaan adalah sebuah proses yang khas, yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia serta sumber-sumber lain
c. Prajudi atmosudirjo, pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan dari semua faktor
dan sumber daya yang menurut suatu perencanaan (planning), diperlukan untuk mencapai
atau menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja yang tertentu.
d. Sondang. P. Siagian, pengelolaan adalah kemampuan atau keterampilan untuk
memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang
lain.
5
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK), Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM), kelompok belajar pada Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), dan
Pondok Pesantren (Anonim.2015).
Sedangkan menurut Ditjen Sumber Daya Iptek Dikti (2016), Satuan pendidikan
adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur
formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan
1. Pendidikan Formal
Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 pendidikan formal didefinisikan
sebagai jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
penddikan menengah, dan pendidikan tinggi.
a. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah, meliputi : TK (Taman Kanak-kanak),SD (Sekolah Dasar) atauMI
(Madrasah Ibtidaiyah), SMP (Sekolah Menengah Pertama) atau MTs
(MadrasahTsanawiyah), dan bentuk lain yang sederajat.
b. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas
pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan, berbentuk SMU
(Sekolah Menengah Umum) atau MA (Madrasah Aliyah), SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan), MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan), atau bentuk lain yang
sederajat.
c. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor
yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan
dengan sistem terbuka, dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,
institut, atau universitas (Situmorang.2013)
3. Pendidikan Informal
Pendidikan menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan yang yang berbentuk kegiatan secara mandiri.nPendidikan informal
adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri. Karakteristik pendidikan informal :
a. Warga belajar tidak sengaja belajar dan pembelajar tidak sengaja untuk membantu warga
belajar.
b. Terjadi dalam keluarga, melalui media massa, acara keagamaan, pertunjukan
seni,mhiburan, kampanye, partisipasi dalam organisasi, dan lain-lain.
c. Sama sekali tidak terorganisasi secara struktural, tidak terdapat penjenjangan
kronologis, tidak mengenal adanya ijazah
d. Pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak
sadar sejak seseorang lahir, sepanjang hayat sampai meninggal.
1. Fungsi Perencanaan
Perencanaan mengutamakan kontinuitas program sebagai lanjutan bagi terciptanya
stabilitas kegiatan belajar mengajar di sekolah. Perencanaan adalah sasaran bergerak dari
keadaan masa kini ke suatu keadaan pada masa yang akan dating sebagai suatu proses yang
menggambarkan kerjasama untuk mengembangkan upaya peningkatan organisasi secara
menyeluruh. Perencanaan dibuat sebelum suatu kegiatan dilakukan. Banghart dan Trull
(1973) mengemukakan bahwa “educational planning is first of all a rational process”.
Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya,
berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapainya, berapa bayak biaya yang dibutuhkan
serta berapa personil yang diperlukan. Dalam kaitannya dengan perencanaan, sekolah harus
membuat rancana pengembangan sekolah yang diterjemahkan menjadi program tahunan dan
7
program semester, dimana didalamnya terdapat kegiatan-kegiatan yang sifatnya dinamis dan
disesuaikan dengan kebutuhan sekolah.
2. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang yang
terlibat dalam kerja sama sekolah. (Sagala,2007). Kegiatan pengorganisasian menentukan
siapa yang akan melakukan tugas sesuai dengan prinsip pengorganisasian. Pengorganisasian
yang efektif adalah membagi habis dan menstrukturkan tugas-tugas ke dalam sub-sub atau
komponen-komponen organisasi secara proporsional. Pengorganisasian sekolah adalah
tingkat kemampuan kepala sekolah bersama guru, tenaga kependidikan, dan personal lainnya
di sekolah melakukan semua kegiatan manajerial untuk mewujudkan hasil yang direncanakan
dengen menetukan sasaraan, menetukan struktur tugas, wewenang dan tanggungjawab, dan
menentukan fungsi-fungsi setiap personil secara proporsional sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya sehingga terlaksananya tugas pada berbagai unsure organisasi. Pengorganisasian
juga menentukan alat-alat yang diperlukan, pengalokasian waktu, dana, dan sumber daya
sekolah yang lebih proporsional.
3. Fungsi penggerakan
Menggerakkan menurut Keith davis (1972) adalah kemampuan membujuk orang-orang
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan penuh semangat. Menggarakkan dalam
organisasi sekolah erat kaitannya dengan peran dan fungsi kepala sekolah dalam memberikan
motivasi kepada guru dan seluruh komponen sekolah dalam melaksanakan tugas dengan
penuh antusias dan dedikasi yang baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Prinsip
utama dalam penggerakan ini adalah bahwa perilaku dapat diatur, dibentuk, atau diubah
dengan system imbalan yang positif yang dikendalikan dengan cermat. Dalam melaksanakan
fungsi penggerakan, kepala sekolah merencanakan cara untuk memungkinkan guru, tenaga
kependidikan dan personal sekolah lainnya secara teratur mempelajari seberapa baik ia telah
memenuhi tujuan sekolah yang spesifik dapat meningkatkan mutu sekolah.
4. Fungsi pengkoordinasian
Koordinasi dalam operasionalnya mengerjakan unit-unit, orang-orang, lalu lintas
informasi, dan pengawasan seefektif mungkin, semuanya harus seimbang dan selaras dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengkoordinasian mengandung makna menjaga
agar tugas-tugas yang telah dibagi, dikerjakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan,
tidak asal jadi atau sekehendak hatinya saja. Dengan koordinasi yang baik, maka dapat
menghindarkan kemungkinan duplikasi dalam pembagian tugas, perebutan hak dan
tanggungjawab, ketidakseimbangan dalam berat ringannya pekerjaan, kesimpangsiuran
dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab,dsb. Koordinasi yang baik juga dapat
menjelaskan bataw waktu kerja yang harus dipertanggungjawabkan, memastikan kejelasan
tugas pokok dan fungsi masing-masing, terhindar dari komunikasi yang buruk, semua
personal sekolah mendengar apa yang ingin didengarnya dari pimpinan sekolah dan dari
rekan sejawatnya, sehingga dapat mengarahkan semua pekerjaan sekolah menjadi lebih
efektif dan efisien dan menghasilkan kualitas sekolah yang kompetitif.
8
5. Fungsi pengarahan
Pengarahan dilakukan agar kegiatan yang dilakukan secara bersama tetap melalui jalur
yang telah disepakati bersama, tidak menyimpang yang pada akhirnya dapat menimbulkan
terjadinya pemborosan. Menurut Rifai (1972) secara operasional pengarahan dapat dipahami
sebagai pemberian petunjuk bagaimana tugas-tugas harus dilaksanakan, memberikan
bimbingan selanjutnya dalam rangka perbaikan cara-cara bekerja, mengadakan pengawasan
terhadap pelaksanaan instruksi yang diberikan agar tidak menyimpang dari arah yang
ditetapkan, menghindarkan kesalahan-kesalahan yang diperkirakan dapat timbul dalam
pekerjaan, dan sebagainya. Jadi pengarahan harus dilakukan oleh pengarah yang mempunyai
kemampuan kepemimpinan agar orang yang diarahkan dapat melaksanakan tugasnya dengan
sebaik-baiknya.
6. Fungsi pengawasan
Menurut Oteng Sutisna (1983), mengawasi adalah proses dengan mana administrasi
melihat apakah apa yang terjadi itu sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi, jika tidak
maka penyesuaian yang perlu dibuatnya. Sedangkan Johnson (1973) menyatakan bahwa
pengawasan adalah fungsi system yang melakukan penyesuaian terhadap recana,
mengusahakan agar penyimpangan-penyimpangan tujuan system hanya dalam batas-batas
yang dapat ditoleransi. Pengawasan diartikan sebagai salah satu kegiatan mengetahui
realisasi perilaku personal sekolah dan apakah tingkat pencapaian tujuan pendidikan sesuai
dengan tujuan yang dikehendaki, kemudian hasil pengawasan dipergunakan untuk perbaikan
kinerja sekolah (Sagala,2007). Pengawasan dan pengendalian sekolah harus dilakukan oleh
kepala sekolah , pengawasan layanan belajar harus dilakukan oleh supervisor, dan
pengawasan layanan teknis kependidikan dilakukan oleh tenaga kependidikan yang diberi
kewenangan untuk itu. Melalui pengawasan yang efektif, roda organisasi, implementasi
rencana, kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat dilaksnakan dengan lebih baik.
Dalam pengelolaan atau manajemen pendidikan terdapat prinsip- prinsip yang menjadi
pedoman dalam pelaksanaan aktivitas manajerial, prinsip- prinsip tersebut dikemukakan oleh
Saefullah (2012: 10) dengan mengutip pandangan dari Henry Fayol, yaitu:
1. Division of Work (Asas pembagian kerja)
Pembagian kerja diantara semua orang bekerja menjadi sangat penting karena dapat
memperoleh hasil kerja yang baik sesuai dengan keahlian masing- masing. Misalnya kepala
sekola memiliki tugas sendiri begitupun guru dan pegawai memiliki tugas dan tanggungjawab
masing- masing.
2. Authority and Responsibility (Asas wewenang dan tanggungjawab)
Semua komponen yang sudah diberikan tugas memiliki wewenang untuk membantu
memperlancar tugas masing-masing akan tetapi juga memiliki tanggungjawab terhadap atasan
9
atau terhadap tujuan yang hendak dicapai. Kepala sekolah, guru, pegawai dan siswa memiliki
wewenang dan tanggungjawab masing- masing dalam mencapai tujuan pendidikan.
3. Discipline (Asas disiplin)
Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerja dengan cara melakukan apa yang
sudah disetujui bersama antara pimpinan dan anggota lainnya yang terdapat dalam peraturan
yang dibuat baik dalam bentuk tertulis maupun lisan. Disiplin dilakukan oleh semua anggota
sekolah agar tercapainya tujuan yang diinginkan dengan menaati semua peraturan yang sudah
dibuat dan disepakati bersama sebelumnya.
4. Unity of Command (Asas kesatuan perintah)
Perintah berada ditingkat pimpinan tertinggi kepada anggotanya. Dalam penelitian ini adalah
kepala sekolah.
5. Unity of Direction (Asas kesatuan jurusan atau arah)
Meskipun dalam sebuah organisasi terdiri dari beberapa bidang, namun wewenang dan
tanggungjawab dari seluruh pelaksanaan kegiatan diarahkan pada satu tujuan organisasi. Dalam
hal ini kepala sekolah dan wakil kepala sekolah terbagi dalam berbagai bidang dan tugas yang
berbeda namun memiliki satu tujuan yang sama.
6. Subordination of Individual Interest into general Interest (Asas kepentingan umum diatas
kepentingan pribadi)
Kepentingan organisasi yang harus didahulukan atau lebih penting daripada kepentingan
pribadi. Sama halnya kepala sekolah dan guru harus mendahulukan kepentingan yang
berhubungan dengan kemajuan dan kesuksesan sekolah daripada kepentingan pribadi masing-
masing.
7. Renumeration of Personnel (Asas pembagian gaji yang wajar)
Prinsip ini didasarkan pada upah harus sesuai dengan tingkat kesulitan pekerjaannya. Jabatan
dan tanggungjawab diukur yang besar didukung dengan upah yang seimbang. Misalnya gaji guru
dan kepala sekolah diberikan berbeda disesuaikan dengan beratnya beban kerja.
8. Centralization (Asas pemusatan wewenang)
Prinsip ini berpandangan bahwa setiap organisasi senantiasa memiliki pusat kekuasaan dan
wewenang. Pimpinna utama memiliki wewenang tertinggi yang didelegasikan kepada manajer
fungsional dibawahnya. Misalnya kepala dinas pendidikan yang memberikan wewenang dan
tanggungjawab kepada kepala sekolah demikian pula kepala sekolah memberikan wewenang dan
tanggungjawab kepada wakil kepala sekolah bagian kesiswaan untuk mengurus siswa dan bagian
kurikulum untuk mengurus kurikulum.
9. Scalar of Chain (Asas hierarki atau asas rantai berkala)
Pemberian perintah atau tanggungjawab bersifat hierarkis atau sesuai dengan kapasitas dan
wewenangnya. Jadi kepala sekolah memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan
wewenang yang diberikan kepadanya.
10. Order (Asas keteraturan)
10
Menempatkan setiap anggotanya sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Misalnya guru
biologi ditempatkan menjadi guru biologi karena sesuai dengan kemmapuan keahlian yang
dimilikinya.
11. Equity (Asas keadilan)
Setiap anggota dalam organisasi memiliki pangkat dan jabatan yang berbeda sehingga
memiliki wewenang dan tanggungjawab yang berbeda demikian juga jika terjadi pelanggaran
terhadap aturan organisasi maka sanksi pun tidak akan sama karena bergantung pada tingkat
pelanggaran yang dilakukan. Dalam pengelolaan pendidikan disekolah maka jika kepala sekolah
melakukan kesalahan akan diberikan sanksi sesuai dengan jabatan dan beratnya kesalahan yang
dilakukan, demikian halnya dengan guru.
12. Iniative (Asas inisiatif)
Inisiatif dalam organisasi tidak bebas sekehandak para anggotanya tetapi pimpinan harus
memberikan dorongan kepada para bawahannya untuk berinisiatif sendiri mengembangkan
kinerjanya tetapi tetap harus searah dengan visi dan misi organisasi. Dalam kasus sekolah, kepala
sekolah harus memberikan dorongan kepada guru dan pegawainya untuk meningkatkan
kinerjanya.
13. Esprit de Corps (Asas kesatuan)
Prinsip ini berasas pada kesatuan visi dan misi yang telah dicananglkan oleh organisasi
sehingga para anggotanya harus bersatu menjadi tim kerja yang bersama memperjuangkan tujuan
organisasi. Dalam hal disekolah, guru, kepala sekolah, pegawai, komite dan siswa serta seluruh
komponen skeolah harus bekerjasama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah.
14. Stability of Turn-Over Personnel (Asas kestabilan masa jabatan)
Prinsip ini menekankan pada situasi yang membuat para anggota merasa nyaman dalam
bekerja. Dalam hal ini siatuasi yang tercipta antara kepala sekolah, guru dan siswa harus
menciptakan suasana dan situasi yang nyaman agar masing-masing dapat melakukan tugas dan
tanggungjawabnya dengan baik dan nyaman.
Dari beberapa hal yang telah dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prinsip-
prinsip dalam pengelolaan pendidikan adalah keseluruhan komponen dalam organisasi yang
dimaksimalkan potensinya untuk mencapai tujuan organisasi. Setiap prinsip yang dianut dalam
pengelolaan jika dilakukan secara baik dan benar sesuai dengan perencanaan dan aturan yang
berlaku akan menghasilkan pencapaian yang maksimal.
Prinsip pengelolaan sekolah adalah nilai-nilai dan standar yang harus dipatuhi dan diterapkan
dalam proses pengelolaan sekolah. Beberapa prinsip pengelolaan sekolah secara umum antara
lain:
1. Efisiensi dan efektivitas: Menjamin bahwa sumber daya dan aktivitas sekolah digunakan
dengan efektif dan efisien, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
11
2. Transparansi dan akuntabilitas: Mengembangkan sistem transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan sekolah, sehingga pengelolaan sumber daya dan aktivitas dapat dievaluasi dan
dikendalikan dengan baik.
3. Partisipasi: Mendorong partisipasi dari semua pihak yang terkait dengan sekolah, seperti guru,
peserta didik, orang tua, dan masyarakat, untuk memastikan bahwa sekolah berfungsi dengan
baik.
4. Pendidikan berkualitas: Memastikan bahwa pendidikan yang diterima oleh peserta didik
berkualitas dan sesuai dengan standar, sehingga mereka dapat mencapai potensi dan tujuan hidup
mereka.
5. Kemitraan: Mendorong kemitraan antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan pihak lain untuk
memastikan bahwa pendidikan yang diterima oleh peserta didik berkualitas dan memenuhi
kebutuhan masyarakat. Dengan mematuhi prinsip pengelolaan sekolah, diharapkan bahwa
sekolah dapat berfungsi dengan baik dan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Oleh karena itu,
pengelolaan sekolah harus memastikan bahwa prinsip pengelolaan sekolah diterapkan dan
dilakukan dengan baik.
12
Karena masalah keuangan adalah hal yang peka, maka perlu dilakukan pembukuan uang
yang digunakan untuk kepentingan sekolah seperti peralatan, perlengkapan dan
gedung sekolah.
5. Pengelolaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Keberadaan sekolah adalah didorong oleh kebutuhan masyarakat, karena
tanggung jawab pendidikan disekolah merupakan tanggung jawab
masyarakat, keluarga dan pemerintah. Berdasarkan itu, seharusnya ada
hubungan yang selalu meningkat antara keduanya.
Menurut Elsbree terdapat prinsip pengelolaan hubungan sekolah dengan
masyarakat, yaitu :
a. Ketahuilah apa yang anda yakini
b. Laksanakanlah program pendidikan anda dan bersahabatlah dengan masyarakat
c. Ketahuilah/kenalilah masyarakat anda
d. Adakanlah survei tentang masyarakat didaerah
e. Pelajarilah masyarakat dan daerah anda melalui dokumen-dokumen
f. Jadilah anggota organisasi dalam masyarakat
g. Adakanlah kunjungan kerumah orang tua murid
h. Layanilah masyarakat itu untuk membantu program sekolah anda
13
Berikut tabel 1 Perbedaan Monitoring dan Evaluasi
Standar Pengelolaan
b. evaluasi diri
14
c. evaluasi dan pengembangan
e. akreditasi sekolah
Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman yang harus selalu dimonitoring yang
mengatur tentang :
b. Kalender pendidikan/akademik
f. Peraturan akademik
Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang merupakan
penajabara rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang meliputi masa 4
tahun, yaitu :
b. Jadwal penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk tahun ajaran berikutnya
c. mata pelajaran atau mata kuliah pada semester gasal, genap dan semester pendek bila ada
d. penugasan pendidik pada mata pelajaran atau mata kuliah dan kegiatan lainnya
i. jadwal rapat dewan pendidik, rapat konsultasi satuan pendidikan dengan orang tua/wali peserta
didik, dan rapat satuan pendidikan dengan komite sekolah/madrasah untuk jenjang pendidikan
dasar dan menengah
j. jadwal rapat dewan dosen dan rapat senat akademik untuk jenjang pendidikan tinggi
k. rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun
l. jadwal penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja satuan pendidikan untuk satu tahun
terkahir
i. mengelola budaya
j. mengelola lingkungan
m. komponen plus
16
a. Melaksanakan tugas sesuai jadwal pelaksanaan tugas dengan jadwal yang disepakati
bersama dengan sekolah
- mengelola data kinerja yang diintegrasikan pada sistem pada sistem informasi sekolah
17
Tujuan Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Satuan Pendidikan dan Tuntutan Evaluator
- untuk kepentingan pengambilan keputusa, misalnya tentang akan digunakan atau tidaknya
suatu sistem, metode atau strategi
- penelitian evaluasi, merupakan kegiatan pengumpulan data secara sistematis guna membantu
para pengambil keputusan
Agar dapat melakukan tugasnya, maka seorang evaluator atau pengawas dituntut untuk
mampu mengenali komponen-komponen program. Program yang dianggap sebagai perwujudan
kinerja dan pengembangan sumber daya pengurus dalam menajalankan tugasnya
(Ismaya.2005:69-70
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Organisasi sekolah merupakan sistem terbuka yang merupakan sebuah kesatuan yang
utuh. Secara struktural sekolah diorganisasikan dengan struktur tertentu sehingga komunitas
sekolah ada yang menduduki posisi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kordinator
bimbingan konseling, kepala sub bagian tata usaha, staf tata usaha, wali kelas, guru,
organisasi siwa, dan lain-lain. Tahap-tahap dalam mengorganisasikan sekolah yaitu
persiapan, perencanaan, pelatihan, pelaksanaan, dan pengawasan. Dengan begitu,
pengelolaan satuan pendidikan dapat dikelola dengan baik oleh setiap satuan dalam
pendidikan.
B. Saran
19
Tugas seorang pendidik tidak hanya melakukan tugasnya untuk menyampaikan
pendidikan yang baik terhadap siswa, namun juga perlu mematuhi peraturan yang mengatur
tentang standar pengelolaan satuan pendidikan. Tujuannya adalah untuk dapat membentuk
sekolah yang didalamnya terdapat kepala sekolah dan pengajar yang inovatif bagi kemajuan
peserta didik.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ismaya, B. 2005. Pengelolaan Pendidikan. Bandung : PT. Refika Aditama Lutfi, M dan
Hamidi, J. 2010. Civic education: antara realitas politik dan implementasi hukumnya. Jakarta:
Gramedia.
Hoy, Wayne K. & Miskel, Cecil G. 2008. Educational Administration and practice. US.
Sallis, Edwar. 2010. Total Quality Managemen in Education (dialih bahasa oleh Ahmad
Ali
https://www.studocu.com/id/document/universitas-jambi/pengelolaan-
pendidikan/pengelolaan-satuan-pendidikan/46504956
http://srihendrawati.blogspot.com/2012/02/fungsi-manajemen-sekolah.html
21