Resume Tamim (Jadi)
Resume Tamim (Jadi)
Resume ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan kelas XII
di Madrasah Aliyah Al-Ma’tuq
Disusun oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
KITAB TAUHID
Resume ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian Akhir
di Madrasah Aliyah Al Ma’tuq
Tahun Pelajaran 1441-1442 H/2020-2021 M
Disusun Oleh:
Guru Pembimbing:
Muhammad Rusli Agustian, S.Ip
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat
karunia serta inayah-Nya kepada kita semua. Shalawat teriring salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada
keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang teguh menjalankan syari’at
Islam hingga hari kiamat.
Allah Subhaanahu wa ta’aala menciptakan manusia tidak lain hanya untuk
beribadah kepada-Nya, dan salah satu dari bentuk ibadah kepada Allah yaitu ber-
tauhid kepada-Nya, yaitu mengesakan Allah baik dengan hati, lisan, maupun
badan. Dan Allah Subhaanahu wa ta’aala juga memerintahkan kepada seluruh
Rasul & Nabi-Nya agar Tauhid menjadi ibadah yang pertama di dakwahkan
kepada ummat manusia sebelum ibadah-ibadah lainnya karena tauhid merupakan
pilar/pondasi dalam ibadah-ibadah yang lainnya
Alhamdulillah atas limpahan rahmat Allah Subhaanahu Wa Ta’aala saya
telah dapat menyelesaikan resume dari salah satu karya oleh Dr.Shalih bin
Fauzan Abdullah al-Fauzan yang berjudul KITAB TAUHID (jilid 1).
Kemudian saya mengucapkan terimakasih kepada seluruh dewan guru yang
telah ikut berperan dalam membantu menyelesaikan tugas resume ini. Tak lupa
saran dan kritikan pun saya harapkan dari para pembaca sekalian, agar hal itu bisa
menjadi motivasi bagi saya untuk membuat karya yang lebih menarik dan lebih
baik lagi.
Semoga apa yang saya tulis ini bisa menjadi sesuatu yang bemanfaat baik
bagi saya maupun bagi para pembaca sekalian. Dan semoga hal ini dapat menjadi
amalan ibadah yang akan mejadi bekal di Akhirat kelak nanti. Aamiin.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1: PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................1
C. Sistematika penulisan........................................................................................1
BAB 2: IKHTISAR..............................................................................................3
BAB 3: PEMBAHASAN......................................................................................4
PASAL I: PENGANTAR STUDI AQIDAH.........................................................4
A. Makna Aqidah dan urgensinya sebagai landasan agama..................................4
B. Sumber-sumber Aqidah yang benar dan manhaj salaf dalam mengambil aqidah
................................................................................................................................5
C. Penyimpangan Aqidah dan cara-cara penanggulangannya...............................5
PASAL II: TAUHID RUBUBIYAH.....................................................................7
A. Tauhid rububiyah dan pengakuan orang-orang musyrik terhadapnya..............7
B. Pengertian Rabb dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah, dan dalam pandangan
umat-umat yang sesat......................................................................................8
C. Alam semesta dan fitrahnya dalam tunduk dan patuh kepada Allah.................9
D. Manhaj Al-Qur`an dalam menetapkan wujud dan keesaan Al-Khaliq.............10
E. Tauhid rububiyah mengharuskan adanya tauhid uluhiyah................................11
PASAL III: TAUHID ULUHIYAH.......................................................................12
A. Makna tauhid uluhiyah, dan bahwa ia adalah inti dakwah para Rasul..............12
B. Makna Syahadatain; rukun, syarat, konsekuensi, dan yang membatalkannya..13
C. Tasyri’................................................................................................................17
D. Ibadah; pengertian, macam dan keluasan cakupannya......................................17
E. Paham-paham yang salah tentang pembatasan ibadah......................................18
F. Pilar-pilar ubudiyah yang benar.........................................................................19
G. Syarat diterimanya ibadah.................................................................................19
iv
H. Tingkatan din.....................................................................................................20
PASAL IV: TAUHID ASMA’ WA SIFAT...........................................................21
A. Makna Tauhid asma’ wa sifat dan manhaj salaf dalam hal asma’ dan sifat
Allah................................................................................................................21
B. Al-Asma`ul husna dan sifat kesempurnaan, serta pendapat golongan sesat
berikut bantahannya.........................................................................................22
C. Buah tarbiyah tauhid asma’ wa sifat pada diri individu dan masyarakat..........25
PASAL V: AL-WALA’ WAL BARA’..................................................................27
A. Definisi Al-Wala’ wal Bara’.............................................................................27
B. Kedudukan Al-Wala’ wal Bara’ dalam islam....................................................27
BAB 4: PENUTUP...............................................................................................29
COPY JILID BUKU............................................................................................30
CURICULUM VITAE PENULIS
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tauhid merupakan pondasi/pilar dalam beragama, dan ia juga
merupakan salah satu syarat diterimanya suatu amal kebaikan, maka Allah
Subhaanahu wa ta’aala memerintahkan kepada rosul-rosulNya untuk
menyerukan tauhid terlebih dahulu sebelum menyerukan ibadah yang lainnya
kepada ummat manusia.
Namun, sangat miris sekali banyak ummat manusia khususnya ummat
islam yang melenceng daripada tauhid yang benar dan lurus, padahal tauhid
merupakan hal yang paling penting dalam agama islam, sehingga pada
zaman sekarang banyak terjadi kesyrikan, kemaksiatan, serta rusaknya moral
ummat manusia.
Oleh karena itu, saya memilih buku dengan judul “KITAB TAUHID”
karya syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan sebagai buku yang
saya akan resume.
B. Tujuan
Tujuan saya dalam memilih buku ini untuk diresume yaitu agar para
pembaca sekalian dapat memahami apa itu tauhid? Maksud yang terkandung
didalamnya? Kenapa tauhid itu dianggap penting di dalam islam? Dan juga
agar para pembaca sekalian memahami maksud dari syirik, bahayanya
terhadap masyarakat, dan juga cara-cara agar kita dapat terhindar dari
kesyirikan.
C. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan, yang memuat latar belakang (alasan penyusun
memilih buku), tujuan (tujuan penyusun dalam meresume buku tersebut) ,
serta sistematika penulisan (struktur yang dibuat penyusun dalam meresume
buku ini).
Bab II : Tinjauan isi buku, yang memuat gamabaran isi buku yang telah
diringkas agar tersampaikan pesan penulis dalam karyanya kepada para
2
BAB 2
TINJAUAN ISI BUKU
Bila kita hendak menanam jagung, maka kita harus membersihkan terlebih
dahulu rumput-rumput, ilalang dan bebatuan di lahan yang akan kita tanami,
itulah penafian (peniadaan). Lalu kita tanam bibit jagung, itulah itsbat
(penetapan). maka in syaa allah dengan demikian akan menghasilkan panen yang
baik .
Itulah contoh kehidupan untuk memudahkan pemahaman kita tentang
perlunya memberantas segala kemusyrikan, khurafat, bid’ah, dan sejenisnya lalu
menetapkan tauhid yang murni. In syaa allah dengan demikian akan membentuk
mukmin yang teguh imannya.
Buku yang ada di hadapan pembaca ini adalah diantara buku terbaik dalam
pembahasan tauhid menurut paham ahlus sunnah wal jama’ah untuk kalangan
masyarakat umum. Buku ini sarat dengan pembahasan tauhid yang sangat perlu
diketahui oleh umat islam. Pembahasannya padat, sistematis dan menyeluruh .
Buku ini adalah jilid pertama dari tiga jilid buku yang disusun. In syaa allah
dengan memahami buku ini wawasan tauhid kita akan menjadi baik dan luas.
Namun, yang namanya buatan manusia itu pasti ada kelebihan dan
kekurangan, tidak mungkin sempurna. Nah, buku yang saya resume ini dalam
penjelasannya atau pembahasan masalah banyak memakai kata asing (yang
bukan dari bahasa indonesia) sehingga agak menyulitkan pembaca dalam
memahami penjelasan atau pembahsan secara keseluruhan.
4
BAB 3
PEMBAHASAN
“Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), ‘sembahlah (saja), dan jauhi lah thagut itu’,….” (an-Nahl: 36)
Jadi, jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat manapun yang
menyangkalnya, karena hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuinya
melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lainNya. Bahkan orang yang paling
dikenal pengingkarannya adalah firaun, namun demikian di hatinya masih
tetap meyakiniNya.
ُ ُستَ ْيقَنَ ْت َها َأ ْنف
س ُه ْم ظُ ْل ًما َّو ُعلُ ّوًا ْ َو َج َحدُوا بِ َها َو ا
“Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan
(mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya.” (An-Naml: 14)
Begitu pula orang-orang yang mengingkarinya pada zaman sekarang,
seperti komunis. Mereka hanya menampakkan pengingkaran karena
kesombongannya. Akan tetap pada hakikatnya, secara diam-diam batin
mereka meyakini bahwa tidak ada satu makhluk pun yang ada tanpa pencipta.
C. Alam semesta dan fitrahnya dalam tunduk dan patuh kepada Allah
Ta’ala.
10
hingga oleh anak-anak. Jika seorang anak dipukul oleh seseorang ketika
ia tengah lalai dan tidak melihatnya, ia pasti akan berkata, “siapa yang
telah memukulku?” kalau dikatakan kepadanya, “tidak ada yang
memukulmu” maka akalnya tidak dapat menerimanya. Karena itu Allah
ta’aala berfirman:
25 ََأ ْم ُخلِقُوا ِمنْ َغ ْي ِر ش َْي ٍء َأ ْم ُه ُم الَ َخالِقُون
“ Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri)” (Ath-Thur: 35).
2) Teraturnya semua alam, juga kerapiannya adalah bukti paling kuat yang
menunjukkan bahwa pengatur alam ini hanyalah tuhan yang satu, yang
tidak bersekutu ataupun berseturu. Allah ta’aala berfirman:
ٍ ض ُه ْم َعلَى بَ ْع
ض ُ ق َولَ َعاَل بَ ْع َ َما ات َّّخ َذ هللاُ ِمنْ َولَ ٍد َو َما َكانَ َم َعهُ ِمنْ ِإلَ ِه ِإ ًذا لَّ َذه
َ ََب ُك ُّل ِإلَ ٍه بِ َما َخل
“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan
(yang lain) besertaNya, kalau ada tuhan besertaNya, masing-masing
tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian
dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain.” (Al-
Mu’minun: 91).
3) Tunduknya makhluk-makhluk untuk melaksanakan tugasnya sendiri-
sendiri serta mematuhi peran yang diberikanNya. Tidak ada satupun
makhluk yang membangkang dari melaksanakan tugas dan fungsinya di
alam semesta ini. Allah ta’aala berfirman:
َ الَّ ِذي َأ ْح
ُسنَ ُك َّل ش َْي ٍء َخلَقَه
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya….”
(As-Sajdah: 7)
A. Makna tauhid uluhiyyah, dan bahwa ia adalah inti dakwah para rasul
Tauhid uluhiyyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para
hamba berdasarkan niat Taqarrub yang disyariatkan seperti do’a, nadzar,
kurban, raja’(pengharapan), takut, tawakkal, raghbah (senang), rahbah
(takut), dan innabah (kembali/taubat). Dan jenis tauhid ini adalah inti
dakwah para rasul, mulai rasul yang pertama hingga yang terakhir. Allah
ta’aala berfirman:
ۡ اعبُدُوا هّٰللا َ َو
َاجتَنِبُوا الطَّا ُغ ۡوت ۡ َولَـقَ ۡد بَ َع ۡثنَا فِ ۡى ُكلِّ اُ َّم ٍة َّرس ُۡواًل اَ ِن
13
“Dan sesungguhnya kmi telah mengutus para rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan), `sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thagut itu`.” (An-
Nahl: 36).
Syaikhul Islam Ibnu Taiyimah mengatakan “ketahuilah, kebutuhan
seorang hamba untuk menyembah Allah tanpa menyekutukanNya dengan
sesuatu pun, tidak memiliki bandingan yang dapat dikiaskan, tetapi dari
sebagian segi mirip dengan kebutuhan jasad kepada makanan da minuman.
Akan tetapi di antara keduanya terdapat perbedaan mendasar. Karena hakikat
seorang hamba adalah hati dan ruhnya, ia tidak bisa baik kecuali dengan
Allah yang tiada tuhan selainNya. Ia tidak bisa tenang kcuali dengn
mengingatNya. Seandainya hamba memperoleh kenikmatan dan kesenagan
tanpa Allah, maka hal itu tidak akan berlangsung lama, tetapi akan
berpindah-berpindah dari satu macam ke macam yang lain, dari satu orang ke
orang yang lain. Adapun tuhannya maka dia butuhkan setiap saat dan setiap
waktu, di manapun ia berada maka Dia selalu bersamanya.”
C. Tasyri’
Tasyri’ adalah hak Allah ta`aala. Yang dimaksud dengan tasyri’ adalah
apa yang diturunkan Allah untuk hambaNya berupa manhaj (jalan) yang haru
s mereka lalui dalam bidang akidah, muamalat dan sebagainya. Termasuk di
dalamnya masalah penghalalan dan pengharaman. Tidak seorang pun berwen
ang menghalalkan kecuali apa yang sudah dihalalkan Allah, juga tidak boleh
megharamkan kecuali apa ynag telah diharamkan Allah. Allah berfirman:
َ ب ٰه َذا َح ٰل ٌل َّو ٰه َذا َح َرا ٌم لِّتَ ْفتَرُوْ ا َعلَى هّٰللا ِ ْال َك ِذ
َؕب َ َصفُ اَ ْل ِسنَتُ ُك ُم ْال َك ِذ
ِ َو اَل تَقُوْ لُوْ ا ِل َما ت
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lid
ahmu secara dusta, `ini halal dan ini haram` untuk mengada-adakan keboho
ngan terhadap Allah.” (An-Nahl: 116).
Allah telah melarang penghalalan dan pengharaman tanpa dalil dri Al-Ki
tab dan As-Sunnah, dan dia menyatakan bahwa hal itu adalah dusta atas nam
a Allah. Sebagaimana dia telah memberitahukan bahwa siapa yang mewajibk
an atau mengharamkan sesuatu tanpa dalil maka ia telah menjadikan dirinya s
ebagai sekutu Allah dalam hal tasyri’.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka men
yembahku.” (Adz-Dzariyat: 56)
Allah memberitahukan hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar
mereka melaksanakan ibadah Allah semata. Dan Allah Mahakaya, tidak mem
butuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkannya.
18
Syaikhul Islam mengatakan: “Inti agama ada dua pokok yaitu kita tidak
menyembah kecuali kepada Allah, dan kita tidak menyembah kecuali dengan apa
yang dia syari`atkan, tidak dengan bid`ah.”
H. TINGKATAN DIN
1) Definisi tingkatan din
Din adalah ketaatan. Dalam bahasa arab دان له يدين ديناmaksudnya أطاعه
menaatinya. Din juga disebut millah, dilihat dari segi ketaatan dan kepatuhan
kepada syariat. Allah ta`aala berfirman:
اِنَّ الد ِّۡينَ ِع ۡن َد هّٰللا ِ ااۡل ِ ۡساَل ُم
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Ali
Imran: 19).
Sedangakan Tingkatan din itu adalah:
1. Islam: menurut bahasa, Islam berarti masuk dalam kedamaian.
Sedangkan menurut syara’, Islam berarti pasrah kepada Allah, taat dan
membebaskan diri dari syirik dan para pengikutnya.
2. Iman: menurut bahasa, iman berarti membenarkan disertai percaya dan
amanah. Sedangkan menurut syara’, berarti pernyataan dengan lisan,,
keyakinan dalam hati dan perbuaandengan anggota badan.
3. Ihsan: menurut bahasa, ihsan berarti berbuat kebaikan, yakni segala
sesuatu yang menyenangkan dan terpuji. Sedangkan menurut syara’
adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh baginda Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam:
َأنْ تَ ْعبُ َد هللاَ َكَأنَّكَ تَ َراهُ فَِإنْ لَّ ْم تَ ُكنْ تَ َراهُ فَِإنَّهُ يَ َرا َك
“Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau meilhatNya. Jika engkau
tidak bisa meihatNya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Al-
Bukhari dan Muslim dari hadits Umar).
dirinya sendiri dan lebih khusus dari segi orang-orangnya daripada iman.
Iman itu lebih umum dari sisi dirinya sendiri dan lebih khusus dari segi
orang-orangnya daripada islam. Ihsan mencakup iman, dan iman mencakup
islam. Para muhsinin lebih khusus daripada mukminin, dan para mukminin
lebih khusus dari para muslimin.”
2) Manhaj Salaf (para sahabat, tabi`in, dan ulama pada kurun waktu yang
ditentukan) dalam hal asma’ dan sifat Allah
Yaitu mengimani dan menetapkannya sebagaimana ia datang tanpa tahrif
(mengubah), ta’thil (menafikan), takyif (menanyakan bagaimana), dan tamtsil
(menyerupakan), dan hal itu termasuk pengertian beriman kepada Allah.
Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Allah tidak boleh disifati kecuali
dengan apa yang disifati olehNya untuk diriNya atau apa yang disifatkan oleh
RasulNya, serta tidak boleh melampaui Al-Qur`an dan Al-Hadits. Madzhab
salaf menyifati Allah dengan apa yang Dia sifatkan untuk diriNya dan
dengan apa yang disifatkan oleh RasulNya, tanpa tahrif dan ta’thil, takyif dan
tamtsil.”
Madzhab salaf adalah antara ta’thil dan tamtsil. Mereka tidak
menyamakan atau menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat
makhlukNya. Sebagaimana mereka tidak menyerupakan DzatNya dengan
dzat pada makhlukNya. Mereka tidak menafikan apa yang Allah sifatkan
untuk diriNya, atau apa yang disifatkan oleh RasulNya. Seandainya mereka
menafikan berarti mereka telah menghilangkan al-asma`ul husna dan sifat-
sifatNya yang `ulya (luhur), dan berarti mengubah kalam dari tempat yang
sebenarnya, dan berarti pula mengingkari asma’ Allah dan ayat-ayatNya.
mereka dalam hal ini adalah mereka mengira bahwa penetapan dalam sifat-
sifat ini menimbulkan adanya tasybih (penyerupaan Allah dengan yang
lainnya). Oleh karena sifat ini juga terdapat pada makhluk maka penetapan
untuk Allah pun menimbulkan penyerupaanNya dengan makhluk karena itu
harus dinafikan -menurut mereka- atau harus ditakwilkan dari zhohirnya, atau
tafwidh (menyerahkan) makna-maknanya kepada Allah. Demikianlah
madzhab mereka dalam sifat-sifat Allah, dan inilah syubhat dan sikap mereka
terhadap nash-nash yang ada.
Bantahan terhadap mereka:
1) Sifat-sifat ini datang dan ditetapkan oleh nash-nash Al-Qur`an dan As-
Sunnah yang mutawatir. Sedangkan kita diperintahkan untuk mengikuti
Al-Qur`an dan As-Sunnah. Allah berfirman:
نز َل ِإلَ ْي ُكم ِّمن َّربِّ ُك ْمُأ
ِ اتَّ ِبعُوا َما
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu…” (Al-A’raf: 3)
Maka barangsiapa yang menafikannya berarti dia telah menafikan apa
yang ditetapkan oleh Allah dan RasulNya, dan berarti pula dia telah
menentang Allah dan RasulNya.
2) Sesungguhnya kaum salaf dari sahabat, tabi`in, dan ulama pada masa-
masa yang dimuliakan, semuanya menetapkan sifat-sifat ini dan mereka
tidak berselisih sedikitpun di dalamnya.
3) Seandainya zhahir nash-nash tentang sifat-sifat itu bukan yang dimaksud,
dan dia wajib ditakwilkan (penyerahan makna kepada Allah), tentu Allah
dan RasulNya telah berbicara kepada kita dengan khithab dan ucapan
yang kita tidak paham maknanya. Dan tentu nash ini bersifat teka-teki
atau kode-kode (sandi) yang tidak bisa kita pahami. Ini adalah mustahil
bagi Allah, Allah Mahasuci dari yang demikian. Karena kalam Allah dan
kalam RasulNya adalah ucapan yang sangat jelas, gamblang dan berisi
petunjuk.
4) Menafikan sifat berarti menafikan wujud Allah, karena tidak ada dzat
tanpa sifat, dan setiap yang wujud (ada) pasti mempunyai sifat.
25
C. Buah tarbiyah tauhid asma’ wa sifat pada diri individu dan masyarakat
Sesungguhnya iman dengan asma’ dan sifat Allah sangatlah berpengaruh
baik bagi perilaku individu maupun jamaah dalam muamalahnya dengan
Allah dan dengan makhluk.
1) Pengaruhnya dalam bermuamalah dengan Allah
1) Jika seseorang mengetahui asma’ dan sifatNya, juga mengetahui madlul
(arti dan maksdunya) secara benar, maka yang demikian itu akan
meperkenalkannya dengan Rabbnya beserta keagunganNya. Sehingga ia
tunduk dan khusyu’ kepadaNya, takut dan mengharapkanNya, serta
bertawassul kepadaNya dengan nama-nama dan sifat-sifatNya.
Sebagaimana Allah ta`aala berfirman:
َوهَّلِل ِ اَأْل ْس َما ُء ْال ُح ْسن َٰى فَا ْدعُوهُ ِبهَا
“Hanya milik Allah asma’ul husna, maka bermohonlah kepadaNya
dengan menyebut asma’ul husna itu…” (Al-A’raf: 180).
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tauhid dari segi bahasa ‘mentauhidkan sesuatu’ berarti ‘menjadikan
sesuatu itu esa’. Dari segi syari’ tauhid ialah ‘mengesakan Allah didalam
29
CURICULUM VITAE
31
32