Anda di halaman 1dari 6

Menurut PERMENKES RI Nomor 411/MENKES/PER/III/2010 menyebutkan bahwa

Laboratorium patologi anatomik merupakan laboratorium yang melaksanakan pembuatan

preparat histopatologi, pulasan khusus sederhana, pembuatan preparat sitologik, dan

pembuatan preparat dengan teknik potong beku.

Dengan tingginya kecelakaan kerja di laboratorium patologi anatomi maka perlu yang
namanya tindakan pencegahan yang dirangkung dalam kegiatan Keselamatan dan kesehatan
Kerja (K3) atau Laboratory safety

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu tindakan perlindungan terhadap
tenaga kerja dari segala aspek yang berpotensi membahayakan.

Studi prospektif pada kecelakaan yang terjadi di Laboratorium patologi rumah sakit

• Laboratorium histologi 40 %

• Laboratorium sitologi 7%

Kecelakaan yang terjadi antara lain:

 benda tajam sebesar 47%

 Cairan(darah/bahan kimia ) sebesar 27%

Siapa saja yang berpotensi terkena:

 Teknisi laboratorium kesehatan 67 %

 Petugas laboratorium 20%

 Petugas kesehatan lain dan teknisi laboratorium junior


Ada beberapa hal yang menjadi perhatian di laboratorium patologi anatomi, yaitu:

 Bahaya bahan kimia (contoh: Alkohol, formaldehid, xylol)

 Efek paparan bahan kimia

 Evaluasi kesehatan

 Pengawasan kesehatan bagi yang sudah terpapar

Keselamatan dan kesehatan kerja (k3) di laboratorium patologi anatomi:

1. Pengetahuan tentang K3 dari masing-masing personil laboratorium

2. Kondisi laboratorium yang kondusif dan sesuai dengan standar minimum untuk bekerja

aman di laboratorium

3. Penataan bahan kimia yang menjadi sumber bahaya yang sering muncul

4. Tersedianya alat perlindungan diri (APD) yang lengkap serta jaminan keselamatan dan

kesehatan kerja di laboratorium


Manajemen Resiko

A. TAHAPAN MANAJEMEN RESIKO


1. Identifikasi Dan Evaluasi Bahaya
Langkah pertama dalam manajemen risiko adalah mengidentifikasi sumber bahaya
dari tempat kerja.
2. Perencanaan Meminimalkan Risiko
Ketika sumber bahaya telah terdaftar dan dievaluasi, putuskan bagaimana mengurangi
risiko. Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk mengurangi risiko pada tingkat
yang dapat diterima.
3. Terapkan Rencananya
Memiliki rencana tidak akan ada gunanya jika tidak diimplementasikan. Prioritaskan
perubahan yang dijelaskan dan terukur dalam rencana. Lakukan perubahan yang
mudah ditangani dengan segera, jangan menunda resiko yang membawa dampak
negatif bagi kesehatan atau lingkungan.

KOMPONEN INVENTARISASI BAHAN BERBAHAYA


1. Indeks paparan biologis
2. Jenis bahaya
a. Agen Biologis
Bahaya biologis bisa berasal dari spesimen itu sendiri atau komponen
penyertanya
(larutan, media dan lain-lain). Apa pun yang memungkinkan spesimen dapat
menyebabkan penyakit pada manusia, terlepas dari sumbernya ataupun
penyebarannya makasemua spesimen itu dianggap sebagai agen biologis yang
berbahaya, bahkan jika penyakit bearasal dari hewan (pada hewan uji lain atau
hewan lainnya).
b. Agen Iritan
Iritan adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan efek peradangan reversibel
pada
daerah yang terjadi kontak langsung dengan jaringan hidup. Kontak langsung
bahan iritan yang paling sering adalah bagian mata, kulit dan saluran
pernafasan.
c. Agen Korosif
Bahan kimia korosif dapat menyebabkan bahaya secara fisik maupun
kesehatan tubuh. Bila agen korosif terkena jaringan hidup maka akan terjadi
kerusakan langsung atau terjadi perubahan ireversibel.
d. Agen Karsinogen
Karsinogen merupakan suatu materi yang dapat memicu terjadinya
pembentukan sel
kanker. Agen karsinogen yang diakui antara lain kloroform, asam kromat,
dioksan, formaldehida, nikel klorida, dan kalium dikromat.

Dari berbagai bahan kimia dan pemicu kecelakaan di laboratorium patologi


anatomi maka ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan. Hal-hal yang
harus diperhatikan di dalam laboratorium patologi anatomi tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Sebagian besar peralatan dalam laboratorium ini berfungsi 24x7 atau
setidaknya 6x24 jam. Sambungan listrik harus diperiksa ketika datang dan
meninggalkan laboratorium setiap hari.
2. Banyak bahan kimia yang mudah terbakar, maka perawatan harus terus
dilakukan untuk menghindari bahaya kebakaran.
3. Alat pemadam kebakaran harus selalu tersedia dan pastikan sumber api yang
mungkin terjadi sehingga kecocokan antara pemadam dan sumber api tidak
tertukar.
4. Zat yang mudah terbakar seminimal mungkin digunakan di laboratorium.
Zat seperti lilin, alkohol, xylene, aseton harus disimpan di tempat yang terpisah
dan hanya diambil ketika diperlukan.
5. Beberapa bahan kimia bersifat karsinogenik atau berbahaya bagi kulit. Oleh
karena itu setiap kegiatan baik pematangan dan pewarnaan harus menggunakan
alat pelindung

PERATURAN-PERATURAN UMUM LABORATORIUM PATOLOGI


ANATOMI
Adapun peraturan-peraturan keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium
patologi
anatomi adalah sebagai berikut.
1. Tempat laboratorium
a. Tempat umum harus rapi dan bebas dari penghalang.
b. Bangunan harus bersih.
c. Ada tidak boleh ada cacat struktural di lantai, tangga, dinding dan atap.
d. Lantai dan tangga harus seragam dan tahan slip.
e. Seharusnya tidak ada pegangan tangan pada sisi tangga
2. Fasilitas penyimpanan
a. Fasilitas penyimpanan, rak, dan lain-lain harus diatur sehingga aman
terhadap
pergeseran dan jatuh.
b. Fasilitas penyimpanan harus dijaga dari penumpukan sampah, bahan yang
tidak
diinginkan dan benda yang dapat menimbulkan bahaya dan hama seperti tikus
bahkan semut sekalipun.
3. Pemanasan dan ventilasi
a. Ruangan harus menghasilkan suhu ruang yang nyaman.
b. Harus memiliki tirai jendela agar tidak terkena sinar matahari langsung.
c. Ventilasi harus cukup minimal terjadi perubahan udara sebanyak 6 kali per
jam,
terutama di ruang yang memiliki ventilasi mekanis.
4. Sanitasi dan staf fasilitas
a. Ruangan harus dipertahankan dalam kondisi bersih, tertib dan sanitasi yang
baik.
b. Terdapat air minum.
c. Ruangan untuk membersihkan diri dan toilet (WC) serta fasilitas cuci harus
disediakan untuk laki-laki dan perempuan secara terpisah.
d. Air panas dan dingin, sabun dan handuk harus tersedia.
e. Ruang ganti untuk laki-laki dan perempuan harus terpisah.
f. Harus ada akomodasi (misalnya loker) yang digunakan secara individual
untuk
pakaian bebas.
5. Penerangan
a. Penerangan umum harus memadai (kurang lebih 300-400 lux).
b. Pencahayaan lokal harus tersedia di meja kerja (embedding dan lain-lain)
yang
dianggap perlu.
c. Warna lampu harus seimbang dari setiap titik penerangan.
6. Penyimpanan bahan mudah terbakar
a. Fasilitas penyimpanan untuk bahan kimia yang mudah terbakar harus
dipisahkan
dari bangunan utama.
b. Bahan kimia harus diberi label yang jelas sebagai sumber bahaya.
c. Saklar untuk penerangan harus ditutup atau ditempatkan di luar gedung.
d. Dudukan lampu harus disegel untuk melindungi terhadap uap yang dapat
menyebabkan kebakaran.
e. Bahan kimia yang mudah terbakar harus disimpan dalam wadah yang tepat,
berventilasi dan terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar.

7. Bahaya listrik
a. Semua instalasi listrik yang baru atau perbaikan harus dipelihara sesuai
dengan
kode pengaman listrik.
b. Kabel interior harus disambungkan dengan Ground (pembumian).
c. Saklar harus dipasang untuk semua sirkuit laboratorium.
d. Semua peralatan listrik harus memiliki pengujian.
8. Pencegahan kebakaran.
a. Harus ada sistem alarm kebakaran.
b. Semua pintu keluar tidak boleh terhalang dan atau terkunci ketika sedang
dalam
kondisi bekerja.
c. Sistem deteksi kebakaran harus dalam keadaan baik dan dilakukan pengujian
secara teratur.
d. Pintu-pintu darurat harus dalam keadaan baik.
e. Semua pintu keluar harus mengarah ke ruang terbuka.
f. Semua pintu keluar harus ditandai dengan penanda khusus dan dapat
berpedar
ketika gelap.
9. Alat pelindung diri
a. Pakaian pelindung harus desain sesuai dengan ukuran masing-masing
pekerja
misalnya jas lab, baju, celemek, sarung tangan dan lain-lain
b. Kacamata keselamatan, goggles dan masker pelindung harus disediakan.
c. Harus tersedia tempat pencuci mata.
d. Harus ada kamar mandi darurat.
e. Respirator harus tersedia, rutin dibersihkan, didesinfeksi, diperiksa dan
disimpan
dalam kondisi bersih dan sanitasi yang terjaga.
10. Peralatan laboratorium.
a. Semua peralatan harus disertifikasi dan aman untuk digunakan.
b. Prosedur harus tersedia untuk dekontaminasi peralatan sebelum digunakan
dan
dilakukan perawatan.
c. Biosafety cabinet dan fumehood harus secara teratur diuji dan layak.

Anda mungkin juga menyukai