TRIGONOMETRI
Penulis:
Muhammad Kharis, S.Si., M.Sc.
iv
Pendalaman Materi Matematika
Modul 3 Kalkulus dan Trigonometri
Penulis:
Muhammad Kharis, S.Si., M.Sc.
ISBN:
Editor:
Dr. Imam Sujadi, M.Si.
Dr. Sukoriyanto
Penyunting:
......................
Desain Sampul dan Tata Letak
......................
Penerbit:
Kemendikbud
Redaksi:
Jl. ...............
Distributor Tunggal:
v
KATA PENGANTAR
Penulis
vi
DAFTAR ISI
v
E. Forum Diskusi ................................................................................ 97
F. Rangkuman ..................................................................................... 97
G. Tes Formatif ................................................................................... 99
H. Daftar Pustaka ................................................................................ 102
I. Kriteria Penilaian Tes Formatif ...................................................... 102
KB 3. Turunan dan Aplikasi Turunan ................................................. 103
A. Pendahuluan ................................................................................... 105
B. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ............................................ 106
C. Pokok-pokok Materi ....................................................................... 106
D. Uraian Materi .................................................................................. 107
1. Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi ................................ 107
2. Turunan Fungsi Implisit dan Fungsi Invers ................................. 116
3. Aplikasi Turunan .......................................................................... 121
E. Forum Diskusi ................................................................................ 136
F. Rangkuman ..................................................................................... 137
G. Tes Formatif ................................................................................... 139
H. Daftar Pustaka ................................................................................ 142
I. Kriteria Penilaian Tes Formatif ...................................................... 142
KB 4. Antiturunan, Integral, dan Aplikasi Integral ........................... 143
A. Pendahuluan ................................................................................... 145
B. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ............................................ 146
C. Pokok-pokok Materi ....................................................................... 147
D. Uraian Materi .................................................................................. 148
1. Antiturunan .................................................................................. 148
2. Notasi Sigma dan Jumlah Riemann ............................................. 156
3. Integral Tertentu ........................................................................... 159
4. Aplikasi Integral ........................................................................... 166
E. Forum Diskusi ................................................................................ 176
F. Rangkuman ..................................................................................... 177
G. Tes Formatif ................................................................................... 180
H. Daftar Pustaka ................................................................................ 183
viii
TUGAS AKHIR MODUL 3 .................................................................... 184
TES SUMATIF MODUL 3 ...................................................................... 185
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF MODUL 3 ................................. 193
KRITERIA PENILAIAN TES FORMATIF ............................................ 194
KUNCI JAWABAN TES SUMATIF MODUL 3 ................................... 195
KRITERIA PENILAIAN TES SUMATIF .............................................. 196
i
PENDAHULUAN
x
Selanjutnya kami ucapkan selamat belajar, semoga saudara sukses mampu
mengimplementasikan pengetahuan yang diberikan dalam Modul 3 ini.
A. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu memahami,
mengidentifikasi, menganalisis, merekonstruksi, memodifikasi secara terstruktur
materi matematika sekolah dan advance material secara bermakna dalam
penyelesaian permasalahan dari suatu sistem (pemodelan matematika) dan
penyelesaian masalah praktis kehidupan sehari-hari melalui kerja problem solving,
koneksi dan komunikasi matematika, critical thinking, kreatifitas berpikir
matematis yang selaras dengan tuntutan masa depan.
10
No Kode: DAR 2/Profesional/180/3/2019
PENDALAMAN MATERI
MATEMATIKA
Penulis:
Muhammad Kharis, S.Si., M.Sc.
x
2
A. Pendahuluan
Mahasiswa PPG yang bersemangat.
Selamat datang pada pembelajaran modul 3 kegiatan belajar 1. Pada
kegiatan belajar 1 ini saudara mempelajari materi Fungsi Trigonometri. Sebelum
memulai pembelajaran pada kegiatan belajar ini, coba diingat pernahkah saudara
diminta untuk mengukur tinggi sebuah gedung, pohon, tiang bendera, dan tower.
Bisakah saudara mengukur tanpa memanjat atau mengukur langsung dengan
ukuran. Kira- kira menggunakan konsep apa untuk mengukur tinggi benda-benda
tersebut tanpa mengukur langsung.
Pengetahuan prasyarat yang diperlukan untuk mempelajari konsep
trigonometri ini antara lain: pengetahuan tentang segitiga siku-siku, lingkaran
satuan, rumus jarak dan perbandingan. Modul ini dikemas dalam tiga sub kajian
yang disusun dengan urutan sebagai berikut:
• Sub Kajian 1: Identitas fungsi trigonometri
• Sub Kajian 2: Invers fungsi trigonometri
• Sub Kajian 3: Rumus jumlah dan selisih fungsi trigonometri.
Perbandingan trigonometri dalam kehidupan sehari-hari sering
dimanfaatkan untuk mengukur jalan yang akan diperbaiki ataupun gedung
bertingkat yang sedang dibangun. Selain itu dalam arsitektur modern konsep
trigonometri dimanfaatkan dalam membangun kurva-kurva yang indah pada
permukaan baja, bebatuan, kayu, dan lain-lain dapat diwujudkan karena potensi
yang besar dari ilmu ini. Teknologi pencitraan dari komputer yang juga
menggunakan konsep geometri, dapat digunakan dalam dunia kedokteran secara
luar biasa untuk menemukan sumber beberapa penyakit ganas. Trigonometri
sangat besar manfaatnya dalam ilmu astronomi. Ukuran benda-benda langit tidak
mungkin diukur langsung menggunakan penggaris. Ukuran benda-benda langit
tersebut pasti dihitung dengan bermain skala-skala dan sudut-sudut, sehingga
dapat diestimasi ukurannya secara akurat.
Proses pembelajaran untuk materi yang sedang saudara ikuti sekarang ini,
dapat berjalan dengan lebih lancar bila saudara mengikuti langkah-langkah belajar
sebagai berikut.
3
6) Ingat kembali materi prasyarat dalam mempelajari materi pada kegiatan
belajar ini.
7) Pelajari materi pada setiap kegiatan belajar ini, selesaikan latihan pada forum
diskusi, dan selesaikan tes formatifnya secara mandiri.
8) Cocokkan jawaban tes formatif saudara dengan kunci jawaban yang diberikan.
9) Apabila tingkat penguasaan saudara 80% atau lebih, saudara dapat
melanjutkan ke kegiatan belajar berikutnya. Apabila tingkat pengusaan
saudara kurang dari 80%, saudara harus mempelajari kembali materi pada
kegiatan belajar ini.
10) Keberhasilan pembelajaran saudara dalam mempelajari materi pada kegiatan
belajar ini, sangat tergantung kepada kesungguhan saudara dalam belajar dan
mengerjakan tugas dan latihan. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau
berkelompok dengan teman sejawat.
Selanjutnya kami ucapkan selamat belajar, semoga saudara sukses mampu
mengimplementasikan pengetahuan yang diberikan dalam kegiatan belajar ini.
4
3. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah trigonometri dengan menggunakan
rumus jumlah dan selisih fungsi trigonometri.
C. Pokok-pokok Materi
Materi yang dipelajari dalam kegiatan belajar ini antara lain:
1. Identitas trigonometri.
2. Invers fungsi trigonometri.
3. Rumus jumlah dan selisih fungsi trigonometri.
D. Uraian Materi
1. Identitas Fungsi Trigonometri
a. Definisi dasar nilai fungsi trigonometri
Coba saudara ingat apa arti sudut siku-siku, sudut lancip, dan sudut
tumpul. Dengan mengamati bangun-bangun yang ada di sekitar kita,
dapatkah saudara menemukan bangun yang berbentuk segitiga siku-siku?
Gambarlah bangun segitiga siku-siku di kertas dan sebut ketiga titik
sudutnya dengan huruf 𝐴, 𝐵 dan 𝐶 dan sudut siku-siku berada di 𝐶. Masih
ingatkah saudara pengertian sinus, cosinus, tangen, cotangen, secan dan
cosecan suatu sudut lancip dalam segitiga siku-siku ABC (misalnya
sin ∠𝐵𝐴𝐶, cos ∠𝐵𝐶𝐴)? Perhatikan Gambar 1.1.
A depan 𝑏
miring (𝑐) sin θ = ⇔ sin 𝐵 =
depan (𝑏) miring 𝑐
samping 𝑎
cos θ = ⇔ cos 𝐵 =
miring 𝑐
B samping (𝑎)
C
depan 𝑏
tan θ = ⇔ tan 𝐵 =
samping 𝑎
Gambar 1.1. Pendefinisian nilai sin, cos, dan tan suatu sudut dalam
sebuah segitiga
Dari Gambar 1.1. diperoleh juga nilai-nilai trigonometri untuk sudut 𝐴 yaitu
sin 𝐴 = 𝑎 = 𝑏
, cos 𝐴 𝑐 dan tan 𝐴 =
5
𝑐
𝑎
𝑏.
6
Dapat dituliskan dengan 𝑎 = 𝑐. sin 𝐴 = 𝑐. cos 𝐵 = 𝑏. tan 𝐴 dan
𝑏 = 𝑐. sin 𝐵 = 𝑐. cos 𝐴 = 𝑎. tan 𝐵.
Definisi untuk nilai-nilai fungsi trigonometri lainnya diberikan pada
Definisi 1.1.
Definisi 1.1
sin 𝜃 1
tan 𝜃 = sec 𝜃 =
cos 𝜃 cos 𝜃
1 cos 𝜃 1
cot 𝜃 = = csc 𝜃 =
tan 𝜃 sin 𝜃 sin 𝜃
𝑎 2 2 𝑎2 + 𝑏2
(sin 𝐴)2 + (cos 𝐴)2 𝑏
+ = =1
= 𝑐2 𝑐2 𝑐2
Untuk selanjutnya (sin 𝐴)2 dituliskan dengan sin2 𝐴. Fungsi
trigonometri lainnya juga menyesuaikan. Untuk 0° < 𝐴 < 90° berlaku
sin2 𝐴 + cos2 𝐴 = 1 (1.1)
Persamaan (1.1) apabila kedua ruas dibagi dengan cos2 𝐴 maka diperoleh
tan2 𝐴 + 1 = sec2 𝐴 atau sec2 𝐴 − tan2 𝐴 = 1 (1.2)
Persamaan (1.1) apabila kedua ruas dibagi dengan sin2 𝐴 maka diperoleh
1 + cot2 𝐴 = csc2 𝐴 atau csc2 𝐴 − cot2 𝐴 = 1 (1.3)
7
Perhatikan Gambar 1.2.
Y
𝑃(𝑥, 𝑦)
𝜃
X
(1,0)
istimewa.
1
D 𝐶
𝐵′ 𝐵
𝐴′ 𝐴
-1 (1,0)
-1
8
𝜋
Untuk 𝜃 = 30° = :
6
Dari Gambar 1.3 diperoleh titik yang berkenaan dengan sudut ini
adalah titik 𝐴(𝑥𝐴, 𝑦𝐴).
1
Jelas 𝑦𝐴 = .
2
2 2 2 1
Jadi
𝑥𝐴 + 𝑦𝐴 = 1 ⟺ 𝑥𝐴 + = 1
3 4
- 𝑥 − =0
2
− 1 √3) (𝑥 + 1 √3) = 0
⟺ (
𝐴 𝐴 𝐴
4 1 1 2 2
- 𝑥 = √3 ∨ 𝑥 = − √3.
𝐴 2 𝐴 2𝜋
Karena untuk 𝜃 = 30° = , titik 𝐴(𝑥 , ) berada pada lingkaran di
𝑦
6 𝐴 𝐴
Dari Gambar 1.3 diperoleh titik yang berkenaan dengan sudut ini
adalah titik 𝐵(𝑥𝐵, 𝑦𝐵).
Jelas titik 𝐵 terletak pada garis 𝑦 = 𝑥 sehingga 𝑥 = 𝑦.
Jadi 𝑥2 + 𝑦2 = 1 ⟺ 2𝑥2 = 1
𝐵 𝐵 𝐵
1
- 𝑥 − =0
2
1 1
− ) (𝑥 + ) = 0
⟺ ( 𝐵 𝐵
𝐵
21 √2 √2
1 1
-
1 𝑥 = ∨ 𝑥 = − - 𝑥 = √2 ∨ = − √2.
𝑥
𝐵 𝐵 𝐵 2 𝐵 2
√2
√2 𝜋
Karena untuk 𝜃 = 45° = , titik 𝐵(𝑥 , ) berada pada lingkaran
𝑦
4 𝐵 𝐵
Dari Gambar 1.3 diperoleh titik yang berkenaan dengan sudut ini
adalah titik 𝐶(𝑥𝐶, 𝑦𝐶).
1
Jelas titik 𝐶 adalah hasil pencerminan titik 𝐴 oleh garis 𝑦 = 𝑥.
Jadi 𝑥𝐶 = 𝑦𝐴 dan 𝑦𝐶 = 𝑥𝐴
1 1
Jadi 𝐶 ( , √3).
2 2
𝜋 1 𝜋 1
Jadi diperoleh cos = dan sin = √3.
3 2 3 2
1
Untuk 0 ≤ 𝜃 ≤ 𝜋 berlaku
2
cos(𝜋 − 𝜃) = − cos 𝜃
sin(𝜋 − 𝜃) = sin 𝜃
1
Grafik fungsi sinus diberikan pada Gambar 1.4.
Y
1
2𝜋
X
O
–2𝜋 f
–1
1 g
2𝜋
X
–2𝜋 O
–1
1 2𝜋
X
𝜋 O
–2− –1
1
4. sin(−𝜃) = − sin 𝜃 dan cos(−𝜃) = cos 𝜃.
5. sin (
2�− 𝜃) = cos 𝜃 dan co 𝜋
2
− 𝜃) = sin 𝜃.
6. sin ( �
2 + 𝜃) = cos 𝜃 dan co 𝜋
2
+ 𝜃) = − sin 𝜃.
7. sin(𝜋 − 𝜃) = sin 𝜃 dan cos(𝜋 − 𝜃) = − cos 𝜃.
8. sin(𝜋 + 𝜃) = − sin 𝜃 dan cos(𝜋 + 𝜃) = − cos 𝜃.
9. 3𝜋
sin ( − 𝜃) = − cos 𝜃 dan co 3𝜋
− 𝜃) = − sin 𝜃.
2 2
10 3𝜋
. sin ( + 𝜃) = − cos 𝜃 dan co 3𝜋
+ 𝜃) = sin 𝜃.
2 2
cos 𝑥 − 5 cos (𝑥 𝜋
) + 2 sin( 𝜋 − ) adalah ....
+ 2
𝑥
Penyelesaian:
1 4 2
Karena cos2 𝑥 = 1 − sin2 𝑥 = 1 − = ⇔ cos 𝑥 = √5,
5 5 5
𝜋
cos (𝑥 + ) = − sin 𝑥 dan sin(𝜋 − 𝑥) = sin 𝑥
2
maka diperoleh
1
𝑎𝑏 sin 𝑏𝑐 sin 𝑐𝑎 sin 𝐵
[𝐴𝐵𝐶] = 𝐴 = .
𝐶2 = 2
2
Apabila dikalikan dengan 2
𝑎𝑏𝑐 maka diperoleh aturan sinus seperti pada
Teorema 1.2.
Teorema 1.2 (Aturan Sinus)
Pada suatu segitiga 𝐴𝐵𝐶 berlaku
sin 𝐴 sin 𝐵 sin 𝐶 𝑎 𝑏 𝑐
= = atau = =
𝑎 𝑏 𝑐 sin 𝐴 sin 𝐵 sin 𝐶
dengan 𝑎 panjang sisi di depan sudut 𝐴, 𝑏 panjang sisi di depan sudut 𝐵,
dan 𝑐 panjang sisi di depan sudut 𝐶.
𝐵 𝐶
𝑀
1
𝐴
𝛽 𝛾
𝛼
𝐵𝐶
𝑀
Dari Gambar 1.8, terlihat bahwa segitiga 𝐴𝑂𝐵 dan segitiga 𝐴𝑂𝐶 juga
merupakan segitiga sama kaki. Jadi ∠𝑂𝐴𝐵 = ∠𝑂𝐵𝐴 dan ∠𝑂𝐴𝐶 = ∠𝑂𝐶𝐴.
Sebut ∠𝑂𝐵𝐶 = 𝛼, ∠𝑂𝐵𝐴 = 𝛽, dan ∠𝑂𝐶𝐴 = 𝛾.
Jelas ∠𝐵𝑂𝐶 = 180° − 2𝛼 dan ∠𝐵𝐴𝐶 = 𝛽 + 𝛾.
Jelas ∠𝐵𝐴𝐶 = 180° − [(𝛼 + 𝛽) + (𝛼 + 𝛾)]
- 𝛽 + 𝛾 = 180° − 2𝛼 − 𝛽 − 𝛾
- 2(𝛽 + 𝛾) = 180 − 2𝛼
- 2∠𝐵𝐴𝐶 = ∠𝐵𝑂𝐶.
Titik 𝑀 merupakan titik tengah pada garis 𝐵𝐶 dan 𝑂𝑀 ⊥ 𝐵𝐶. Karena
segitiga 𝑂𝐵𝐶 merupakan segitiga semi kaki maka |𝑂𝐵| = |𝑂𝐶| = 𝑅 dan
diperoleh juga bahwa ∠𝐵𝑂𝑀 = ∠𝐶𝑂𝑀 = ∠𝐶𝐴𝐵 sehingga pada segitiga
siku-siku 𝐵𝑀𝑂 berlaku |𝐵𝑀| = |𝑂𝐵| sin 𝐴.
Diperoleh |𝐵𝐶| 2|𝐵𝑀| 2|𝑂𝐵| sin 𝐴
𝑎
= = = = 2|𝑂𝐵| = 2𝑅.
sin 𝐴 sin 𝐴 sin 𝐴 sin 𝐴
Berdasarkan Teorema 1.2 dapat diperoleh perluasan dari aturan sinus yang
diberikan pada Teorema 1.3.
1
Teorema 1.3 (Perluasan Aturan Sinus)
Pada suatu segitiga 𝐴𝐵𝐶 berlaku
𝑎 𝑏 𝑐
= = = 2𝑅
sin 𝐴 sin 𝐵 sin 𝐶
dengan 𝑅 merupakan jari-jari lingkaran luar segitiga.
Contoh 1.2.
Pada suatu segitiga 𝐴𝐵𝐶, sudut 𝐶 tiga kali besar sudut 𝐴 dan sudut 𝐵 dua
kali besar sudut 𝐴. Tentukan perbandingan (rasio) antara panjang 𝐴𝐵
dengan 𝐵𝐶.
Penyelesaian:
Dipunyai ∠𝐶 = 3∠𝐴 dan ∠𝐵 = 2∠𝐴.
Karena ∠𝐴 + ∠𝐵 + ∠𝐶 = 180° maka diperoleh ∠𝐴 = 30°, ∠𝐵 = 60°,
dan ∠𝐶 = 90°.
Jelas 𝐴𝐵
𝐵𝐶 𝐴𝐵 sin ∠C sin 90° 2
sin ∠C = sin - 𝐵𝐶 = sin ∠A = sin 30° = 1 .
∠A
Jadi 𝐴𝐵: 𝐵𝐶 = 2: 1.
Contoh 1.3
Segitiga 𝐴𝐵𝐶 adalah segitiga samasisi dengan panjang sisi 1 satuan. Melalui
𝐵 dibuat garis yang tegak lurus 𝐵𝐶. Garis tersebut berpotongan dengan
perpanjangan garis 𝐴𝐶 di titik 𝐷. panjang 𝐵𝐷 adalah … satuan.
Penyelesaian:
Jelas ∠𝐶𝐵𝐴 = ∠𝐴𝐶𝐵 = 60° sehingga ∠𝐴𝐵𝐷 = 30°,
∠𝐵𝐴𝐷 = 2.60° = 120°, dan
∠𝐴𝐷𝐵 = 90° − ∠𝐴𝐶𝐵 = 30°.
Jadi sin 𝐵𝐷 𝐴𝐵
∠𝐵𝐴𝐷 = sin ∠𝐴𝐷𝐵
1
sin 120° √3
- 𝐵𝐷 = sin ∠𝐵𝐴𝐷 = 2 = √3.
sin ∠𝐴𝐷𝐵 = sin 30° 1
2
1
Teorema 1.4 (Aturan Cosinus)
Pada suatu segitiga 𝐴𝐵𝐶 berlaku
𝑎2 = 𝑏2 + 𝑐2 − 2𝑏𝑐 cos 𝐴
𝑏2 = 𝑎2 + 𝑐2 − 2𝑎𝑐 cos 𝐵
𝑐2 = 𝑎2 + 𝑏2 − 2𝑎𝑏 cos 𝐶
Contoh 1.4
Sebuah perahu berlayar ke arah timur sejauh 100 km, kemudian memutar
pada arah 30° sejauh 120 km hingga berhenti. Jarak perahu dari tempat
mula mula berlayar ke tempat pemberhentian adalah ....
Penyelesaian:
Perhatikan Gambar 1.9.
C
U U
A 100 km B
1
1
= 10.000 + 14.400 − 2 ⋅ 100 ⋅ 120 ⋅ (− )
2
= 24.400 + 12.000
Jadi 𝐴𝐶 = √100 × 4 × 91
= 10 × 2 × √91 = 20√91
20√91 km.
Contoh 1.5
Diberikan segitiga 𝐴𝐵𝐶 dengan 𝑎 = 8 cm, 𝑏 = 5 cm, dan 𝑐 = 12 cm.
Tentukan besar sudut 𝐵.
Penyelesaian:
Dengan mengunakan aturan cosinus diperoleh
𝑏2 = 𝑎2 + 𝑐2 − 2𝑎𝑐 cos 𝐵
𝑎2 + 𝑐2 − 𝑏2 82 + 122 − 52
- cos 𝐵 - cos 𝐵
= 2𝑎𝑐 2.8.12
=
183
- cos 𝐵 = ⇔ cos 𝐵 = 0,953 ⇔ 𝐵 = cos−1 0,953 = 17,6°.
192
Dari sini, dapat disimpulkan bahwa −2𝜋, 2𝜋, 4𝜋, dan 12𝜋 merupakan
bilangan-bilangan yang sin(𝑥 + 𝑝) = sin 𝑥. Dari nilai-nilai tersebut, dapat
kita peroleh nilai 𝑝 positif terkecil yang memenuhi sin(𝑥 + 𝑝) = sin 𝑥
yaitu 2𝜋. Dari sini dapat dikatakan bahwa fungsi sinus mempunyai periode
2𝜋.
1
Fungsi dengan nilai sin(𝑎𝑡) mempunyai periode 2𝜋 karena
𝑎
2𝜋
sin [𝑎 (𝑥 +)] = sin(𝑎𝑥 + 2𝜋) = sin(𝑎𝑥)
𝑎
Jelas bahwa periode fungsi cos(𝑎𝑥) juga sama yaitu 2𝜋.
𝑎
Contoh 1.6
Tentukan periode dari fungsi-fungsi dengan nilai berikut.
2𝜋𝑡
(𝑎) cos(2𝜋𝑡) (𝑏) cos(4𝑡) (𝑐) sin ( )
12
Penyelesaian:
(a) Dari cos(2𝜋𝑡) = cos 𝑎𝑡, diperoleh 𝑎 = 2𝜋.
2𝜋 2𝜋
Jadi periode dari fungsi tersebut adalag 𝑝 = = = 1.
𝑎 2𝜋
Contoh 1.7
Tentukan amplitudo dari fungsi-fungsi dengan nilai berikut.
2𝜋𝑡
(𝑎) cos ( 2𝜋𝑡
12 ) (𝑏) 40 + 21 sin + 3)
12
(
Penyelesaian:
(a) Jelas min cos (
2𝜋𝑡
) = −1 max cos (
2𝜋𝑡
)=1
−2𝜋≤𝑡≤2𝜋 12 d −2𝜋≤𝑡≤2𝜋 12 .
Jadi 1 1 .
( )
𝐴 = 2 (1 − −1 ) = 2 . 2 = 1
(b) Jelas min 2𝜋𝑡 2𝜋𝑡
sin ( + 3) = −1 max sin ( + 3) = 1
−2𝜋≤𝑡≤2𝜋 12 d −2𝜋≤𝑡≤2𝜋 12
2
2𝜋𝑡 2𝜋𝑡
- min 21. sin ( + 3) = −21 max sin ( + 3) = 21
−2𝜋≤𝑡≤2𝜋 12 d −2𝜋≤𝑡≤2𝜋 12
2𝜋𝑡
- min + 3)] = 19 dan
−2𝜋≤𝑡≤2𝜋 [40
( + 21. sin 12
2𝜋𝑡
max [40 + 21. sin ( + 3)] = 61.
−2𝜋≤𝑡≤2𝜋 1
2
1 1
Jadi 𝐴 = ( = . 42 = 21.
2 61 − 2
19)
Fungsi dengan nilai 𝐶 + 𝐴 sin(𝑎(𝑡 + 𝑏)) dan 𝐶 + 𝐴 cos(𝑎(𝑡 + 𝑏))
mempunyai periode 2𝜋 dan Amplitudo 𝐴.
𝑎
2. Invers Fungsi Trigonometri
Saudara masih ingat bahwa syarat cukup suatu fungsi mempunyai invers
adalah fungsi tersebut injektif (satu-satu). Dalam penggambaran geometri,
berarti setiap garis horisontal yang dibentuk pada range fungsi tersebut
akan memotong grafik tepat di satu titik. Dalam aplikasinya, setiap fungsi
yang monoton naik atau turun dengan sangat jelas memenuhi kriteria
fungsi injektif ini. Lebih lengkapnya diberikan pada Teorema 1.5.
Teorema 1.5
Jika 𝑓 merupakan fungsi yang benar-benar monoton naik atau turun pada
domainnya maka 𝑓 mempunyai invers.
a. Invers fungsi sinus
𝜋 𝜋
Grafik fungsi 𝑓: [− , ] → [−1,1] dengan 𝑓(𝑥) = sin 𝑥 dan 𝑓−1 diberikan
2 2
Gambar 1.10 Grafik 𝑓 dan 𝑓−1 dengan 𝑓(𝑥) = sin 𝑥 dan 𝑓−1(𝑥) =
sin−1 𝑥.
2
Dapat ditunjukkan bahwa 𝑓 fungsi injektif (Silahkan saudara tunjukkan).
O 𝜋𝜋 X
2
f
Gambar 1.11 Grafik 𝑓 dan 𝑓−1 dengan 𝑓(𝑥) = cos 𝑥 dan 𝑓−1(𝑥) =
cos−1 𝑥.
c. Invers fungsi tan
Dipunyai
𝑓: (− 𝜋) → ℝ, (𝑥) = tan 𝑥.
𝜋 ,2
𝑓
2
2
Y
f
𝜋
2
f –1
X
𝜋 𝜋
− 2
2
𝜋
−
2
Gambar 1.12 Grafik 𝑓 dan 𝑓−1 dengan 𝑓(𝑥) = tan 𝑥 dan 𝑓−1(𝑥) =
tan−1 𝑥.
Sebagai latihan, silahkan saudara menggambarkan grafik fungsi cotan,
secan, dan cosecan beserta inversnya, kemudian tentukan domain
fungsi yang menyebabkan fungsi tersebut mempunyai invers.
Tentukan juga domain fungsi inversnya.
1
𝑥
𝜃 = sin−1 𝑥
√1 − 𝑥2
Gambar 1.13 Segitiga dengan sin 𝜃 = 𝑥
cos(sin−1 𝑥) = √1 − 𝑥2 , −1 ≤ 𝑥 ≤ 1.
2
𝑥
tan(sin−1 𝑥) =
, −1 < 𝑥 < 1.
√1 − 𝑥2
1
csc(sin−1 𝑥) = , 𝑥 ≠ 0.
𝑥
1
sec(sin−1 𝑥) =
, −1 < 𝑥 < 1.
√1 − 𝑥2
√1 − 𝑥2
cot(sin−1 𝑥) = , −1 ≤ 𝑥 ≤ 1 dan 𝑥 ≠ 0.
𝑥
2) Diberikan cos 𝜃 = 𝑥.
Jelas 𝜃 = cos−1 𝑥.
Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 1.14.
1
√1 − 𝑥2
𝜃 = cos−1 𝑥
𝑥
Gambar 1.14 Segitiga dengan cos 𝜃 = 𝑥
sin(cos−1 𝑥) = √1 − 𝑥2 , −1 ≤ 𝑥 ≤ 1.
cos(cos−1 𝑥) = 𝑥.
tan(cos−1 √1 − 𝑥2
𝑥) = , −1 ≤ 𝑥 ≤ 1 dan 𝑥 ≠ 0.
𝑥
1
csc(cos−1 𝑥) = , −1 < 𝑥 < 1.
√1 − 𝑥2
1
sec(cos−1 𝑥) = , 𝑥 ≠ 0.
𝑥
𝑥
cot(cos−1 𝑥) = , −1 < 𝑥 < 1.
√1 − 𝑥2
3) Diberikan tan 𝜃 =
𝑥. Jelas 𝜃 = tan−1 𝑥.
2
Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 1.15.
√1 + 𝑥2
𝑥
𝜃 = tan−1 𝑥
1
Gambar 1.15 Segitiga dengan tan 𝜃 = 𝑥
csc(tan−1 √1 + 𝑥2
𝑥) = , 𝑥 ≠ 0.
𝑥
sec(tan−1 𝑥) = √1 + 𝑥2.
1
cot(tan−1 𝑥) = , 𝑥 ≠ 0.
𝑥
4) Diberikan sec 𝜃 = 𝑥.
Ingat bahwa sec−1 𝑦 = cos−1 (1).
𝑦
Jelas 𝜃 = sec−1 𝑥.
Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 1.16.
1 1
ට1−
𝑥2
𝜃 = sec−1 𝑥
1
𝑥
2
1 𝑥2 − 1 √𝑥 2 − 1 √𝑥 2 − 1
√ = .
Jelas √1 − = √𝑥2 |𝑥|
𝑥2 𝑥2
=
sin(sec−1 √𝑥2 − 1
𝑥) = , |𝑥| ≥ 1.
|𝑥 |
1
cos(sec−1 𝑥) = , 𝑥 ≠ 0 .
𝑥
( −1 ) 𝑥 √ 2
−√𝑥2 − 1, 𝑥 ≤ 1
tan sec 𝑥 = 𝑥 −1={
|𝑥 | √𝑥2 − 1, 𝑥 ≥ 1
|𝑥|
csc(sec−1 𝑥) =
, |𝑥| > 1.
√𝑥2 − 1
sec(sec−1 𝑥) = 𝑥.
1
ﻟ− ,𝑥 < 1
cot(sec−1 𝑥) = √𝑥 2 − 1
❪ 1
,𝑥 > 1
𝗅 √𝑥2 −
1
Contoh 1.8
Tentukan nilai
dari:
4
(𝑎) sin (tan−1 )
3
4
(𝑏) cot (tan−1 )
3
4
(𝑐) sec (tan−1 )
3
Penyelesaian:
Tulis 𝑥 = 3 dan 𝑦 = 4.
𝑦
Jelas 𝜃 = tan−1 .
𝑥
2
4 𝑟 5
sec (tan−1 ) = sec 𝜃 = =
3 𝑥 3.
3.
Rumus jumlah dan selisih fungsi trigonometri
Untuk sebarang dua sudut 𝛼 dan 𝛽 dengan 0 < 𝛼, 𝛽 < 90°, tidak berlaku
sin(𝛼 + 𝛽) = sin 𝛼 + sin 𝛽 dan cos(𝛼 + 𝛽) = cos 𝛼 + cos 𝛽. Sebagai
1
contoh, diberikan nilai 𝛼 = 𝛽 = 30°. Diperoleh cos(𝛼 + 𝛽) = cos 60° =
2
tetapi cos 𝛼 + cos 𝛽 = 2 cos 30° = √3. Berdasarkan hal tersebut, pada
kajian berikutnya akan ditentukan hubungan antara sin(𝛼 + 𝛽) dan
cos(𝛼 + 𝛽) dengan sin 𝛼 , sin 𝛽 , cos 𝛼 , dan cos 𝛽.
Perhatikan Gambar 1.17.
𝐸
𝐴 𝐵
𝛼
𝛼+𝛽
𝛼 𝛽
𝐷 𝐶
Pada Gambar 1.17, segitiga 𝐷𝐸𝐹 merupakan segitiga siku-siku dengan ∠𝐷𝐸𝐹 =
90°, ∠𝐹𝐷𝐸 = 𝛽, dan |𝐷𝐹| = 1 berada di dalam persegi panjang 𝐴𝐵𝐶𝐷.
Pada segitiga 𝐷𝐸𝐹, kita peroleh
|𝐷𝐸| = |𝐷𝐹|. cos 𝛽 = cos 𝛽
|𝐸𝐹| = |𝐷𝐹|. sin 𝛽 = sin 𝛽
Pada segitiga 𝐴𝐷𝐸, kita peroleh
|𝐴𝐷| = |𝐷𝐸|. cos 𝛼 = cos 𝛼 . cos 𝛽
|𝐴𝐸| = |𝐷𝐸|. sin 𝛼 = sin 𝛼 . sin 𝛽
2
Karena ∠𝐷𝐸𝐹 = 90°, maka jelas bahwa ∠𝐴𝐸𝐷 + ∠𝐵𝐸𝐹 = 90° = ∠𝐴𝐸𝐷 +
∠𝐴𝐷𝐸, sehingga ∠𝐵𝐸𝐹 = ∠𝐴𝐷𝐸 = 𝛼 . (cara lainnya dapat dilihat bahwa segitiga
𝐴𝐷𝐸 dan 𝐵𝐸𝐹 sebangun).
Pada segitiga 𝐵𝐸𝐹, kita peroleh
|𝐵𝐸| = |𝐸𝐹|. cos 𝛼 = cos 𝛼 . sin 𝛽
|𝐵𝐹| = |𝐸𝐹|. sin 𝛼 = sin 𝛼 . sin 𝛽
Jelas 𝐴𝐷 ∥ 𝐵𝐶 dan ∠𝐷𝐹𝐶 = ∠𝐴𝐷𝐹 = 𝛼 + 𝛽 .
Pada segitiga 𝐶𝐷𝐹, kita peroleh
|𝐶𝐷| = |𝐷𝐹|. sin(𝛼 + 𝛽) = sin(𝛼 + 𝛽)
|𝐶𝐹| = |𝐷𝐹|. cos(𝛼 + 𝛽) = cos(𝛼 + 𝛽)
Jadi dapat kita peroleh
cos 𝛼 . cos 𝛽 = |𝐴𝐷| = |𝐵𝐶| = |𝐵𝐹| + |𝐹𝐶| = sin 𝛼 . sin 𝛽 + cos(𝛼 + 𝛽)
Dengan kata lain
cos(𝛼 + 𝛽) = cos 𝛼 . cos 𝛽 − sin 𝛼 . sin 𝛽.
Apabila 𝛽 diganti −𝛽 maka diperoleh
cos(𝛼 − 𝛽) = cos (𝛼 + (−𝛽))
= cos 𝛼 . cos(−𝛽) − sin 𝛼 . sin(−𝛽)
= cos 𝛼 . cos 𝛽 + sin 𝛼 . sin
𝛽. Dengan cara yang sama,
sin(𝛼 + 𝛽) = |𝐶𝐷| = |𝐴𝐵| = |𝐴𝐸| + |𝐸𝐵| = sin 𝛼 . cos 𝛽 + cos 𝛼 . sin 𝛽
atau
sin(𝛼 + 𝛽) = sin 𝛼 . cos 𝛽 + cos 𝛼 . sin 𝛽
Apabila 𝛽 diganti −𝛽 maka diperoleh
sin(𝛼 − 𝛽) = sin(𝛼 + (−𝛽))
= sin 𝛼 . cos(−𝛽) + cos 𝛼 . sin(−𝛽)
= sin 𝛼 . cos 𝛽 − cos 𝛼 . sin 𝛽.
sin(𝛼 + 𝛽) sin 𝛼 . cos 𝛽 + cos 𝛼 . sin 𝛽
Jelas tan(𝛼 + 𝛽) = =
cos(𝛼 + 𝛽) cos 𝛼 . cos 𝛽 − sin 𝛼 . sin 𝛽
sin 𝛼 sin 𝛽
+ tan 𝛼 + tan 𝛽
cos cos 𝛽
= 𝛼 = .
sin 𝛼 . sin 𝛽 1 − tan 𝛼 . tan 𝛽
1 − cos 𝛼 . cos
𝛽
2
Apabila 𝛽 diganti −𝛽 maka diperoleh
tan(𝛼 − 𝛽) = tan(𝛼 + (−𝛽))
tan 𝛼 + tan(−𝛽)
=
1 − tan 𝛼 . tan(−𝛽)
tan 𝛼 − tan 𝛽
= .
1 + tan 𝛼 . tan 𝛽
Dari proses di atas diperoleh Teorema 1.6.
Teorema 1.6 (Identitas jumlah dan selisih sudut)
cos(𝛼 ± 𝛽) = cos 𝛼 . cos 𝛽 ∓ sin 𝛼 . sin
𝛽 sin(𝛼 ± 𝛽) = sin 𝛼 . cos 𝛽 ± cos 𝛼 .
sin 𝛽
tan 𝛼 ± tan 𝛽
tan(𝛼 ± 𝛽) =
1 ∓ tan 𝛼 . tan 𝛽
𝛼 1 − cos 𝛼 𝛼 1 − cos 𝛼
sin ( ) = −√ ⋁ sin ( ) = √
2 2 2 2
𝛼 1 + cos 𝛼 𝛼 1 + cos 𝛼
cos ( ) = −√ ⋁ cos ( ) = √
2 2 2 2
2
Identitas jumlah fungsi trigonometri diberikan pada Teorema 1.9.
Teorema 1.9 (Identitas jumlah fungsi trigonometri)
𝑥+𝑦 𝑥−𝑦
sin 𝑥 + sin 𝑦 = 2 sin ( ) . cos ( )
2 2
𝑥+𝑦 𝑥−𝑦
cos 𝑥 + cos 𝑦 = 2 cos ( ) . cos ( )
2 2
Contoh 1.9
Diketahui sin(𝑥 + 45)° + sin(𝑥 − 45) ° = 𝑎. Nilai dari sin 2𝑥 adalah ....
Penyelesaian:
Jelas sin(𝑥 + 45)° + sin(𝑥 − 45) ° = 𝑎
(𝑥 + 45°) + (𝑥 − 45°)
- 2 sin ( (𝑥 + 45°) − (𝑥 − 45°)
2 ) . cos )=𝑎
(
2
- 2 sin 𝑥 . cos 45 ° =
𝑎1
- 2 sin 𝑥 ∙ √2 = 𝑎
2
𝑎 𝑎
- sin 𝑥 = √2 = .
2 √2
� 2 √ 2 √2 − 𝑎2
�) = 1−𝑎 = .
Jelas cos 𝑥 = √1 − sin2 𝑥 = √1 − (
√2 2 √2
𝑎 √2 − 𝑎2
Jadi sin 2𝑥 = 2 sin 𝑥 cos 𝑥 = 2. = 𝑎√2 − 𝑎2.
√2
∙
√2
3
Contoh 1.10
2𝜋 4𝜋 6𝜋
Tentukan nilai dari cos + cos + cos .
7 7 7
Penyelesaian:
𝜋
Tulis 𝜃 = .
7
1
Akan digunakan sifat sin 𝑥 . cos 𝑦 = [sin(𝑥 + 𝑦) + sin(𝑥 − 𝑦)].
2
2 4 6𝜋
Jelas cos 𝜋 + cos 𝜋 + cos = cos 2𝜃 + cos 4𝜃 + cos 6𝜃
7
7 7
(cos 2𝜃 + cos 4𝜃 + cos 6𝜃) × sin 𝜃
=
sin 𝜃
sin 𝜃 . cos 2𝜃 + sin 𝜃 . cos 4𝜃 + sin 𝜃 . cos 6𝜃
=
sin 𝜃
1 sin 3𝜃 + sin(−𝜃) + sin 5𝜃 + sin(−3𝜃) + sin 7𝜃 + sin(−5𝜃)
= .
2 sin 𝜃
1 sin 3𝜃 − sin 𝜃 + sin 5𝜃 − sin 3𝜃 + sin 7𝜃 − sin 5𝜃
= .
2 sin 𝜃
1 sin 7𝜃 − sin 𝜃
= .
2 sin 𝜃
1 sin 𝜋 − sin 𝜃
= .
2 sin 𝜃
1 − sin 𝜃
= .
2 sin 𝜃
1
=−.
2
3
F. Rangkuman
Selamat ya ...... saudara telah berhasil menyelesaikan kegiatan belajar tentang
Fungsi Trigonometri. Hal-hal penting yang telah saudara pelajari dalam
kegiatan belajar ini dapat dibaca pada rangkuman berikut ini.
3
𝑎
𝑏 𝑐
sin = = = 2𝑅
𝐴 sin sin
𝐵 𝐶
𝑏2 = 𝑎2 + 𝑐2 − 2𝑎𝑐 cos 𝐵
𝑐2 = 𝑎2 + 𝑏2 − 2𝑎𝑏 cos 𝐶
10. Fungsi dengan 𝑓(𝑥) = cos−1 𝑥 mempunyai 𝐷𝑓 = [−1,1] dan 𝑅𝑓 = [0, 𝜋].
a. sin(cos−1 𝑥) = √1 − 𝑥2
b. cos(sin−1 𝑥) = √1 − 𝑥2
c. sec(tan−1 𝑥) = √1 + 𝑥2
𝑥
d. tan(sec−1 𝑥) = √ −√𝑥2 − 1, 𝑥 ≤ 1
|𝑥|
𝑥2 −1={ .
√𝑥2 − 1, 𝑥 ≥ 1
13. Identitas jumlah dan selisih sudut diberikan berikut.
3
a. cos(𝛼 ± 𝛽) = cos 𝛼 . cos 𝛽 ∓ sin 𝛼 . sin 𝛽
b. sin(𝛼 ± 𝛽) = sin 𝛼 . cos 𝛽 ± cos 𝛼 . sin 𝛽
3
tan 𝛼±tan 𝛽
c. tan(𝛼 ± 𝛽) =
1∓tan 𝛼.tan 𝛽
𝛼
b. cos )=− 1+cos 𝛼 ⋁ cos ( ) = 1+cos 𝛼
(
𝛼 ට 2 2 ට 2
2
sin 𝑥 − 5 sin (𝑥 𝜋
) + 2 cos( 𝜋 − 𝑥) adalah ....
+ 2
1
A. −
√5
B. −√5
C. 1
√5
3
9
D. √5
5
13
E. √5
5
1
2. Jika tan 𝑥 = √5 dan 𝑥 terletak pada kuadran pertama serta
5
𝜋
cos ( − 𝑥) ( )
2
𝐴 = cos 𝑥 − 5 cos (𝑥 + �) + 2 sin 𝜋 − 𝑥
2 2
𝐴 −2𝐴+1
maka nilai dari adalah ….
𝐴−𝐴2
A. −8 + √5
B. −4 + √5
C. 2 + √5
D. 6 + √5
E. 8 + √5
𝜃 𝑥−1
3. Jika 𝜃 sebuah sudut lancip dan sin ( ) ට maka tan 𝜃 adalah ....
= 2𝑥
2
𝑥−1
A ට 𝑥+1
𝑥2−1
B. ට
𝑥
𝑥2−1
C. ට
2𝑥
D. √𝑥 − 1
E. √𝑥2 − 1
4. Bentuk sederhana dari √sin4 𝑥 + 4 cos2 𝑥 − √cos4 𝑥 + 4 sin2 𝑥 adalah ....
A. cos 2𝑥
B. sin 2𝑥
C. cos2 𝑥
D. sin2 𝑥
E. cos2 𝑥 − 1
5. Jika sin 𝑥 + 𝑎 cos 𝑥 = 𝑏 maka |𝑎 sin 𝑥 − cos 𝑥| = ⋯
A. √𝑎2 − 𝑏2 + 1
3
B. √𝑎2 + 𝑏2 + 1
C. 𝑎2 − 𝑏2 + 1
D. 𝑎2 + 𝑏2 + 1
E. 𝑎2 − 𝑏2 − 1
6. Diberikan sebuah segitiga 𝐴𝐵𝐶. Melalui 𝐵 dibuat garis yang tegak lurus 𝐴𝐶.
Garis tersebut berpotongan dengan garis 𝐴𝐶 di titik 𝐷 sehingga perbandingan
panjang 𝐴𝐷 dan 𝐶𝐷 adalah 1: 3. Jika luas daerah segitiga 𝐴𝐵𝐶 adalah 64
satuan
1
luas dan perbandingan panjang 𝐴𝐵 dan 𝐵𝐶 adalah √5 ∶ √2 maka nilai dari
2
sin 𝐴
sin 𝐶 adalah ....
5
A. ට
2
B. √10
√2
C. 2√5
2√5
D.
5
5√2
E. 2
𝜋 𝜋 𝜋 𝜋
7. Nilai dari sin ( + 𝑝) cos ( − 𝑝) + cos ( + 𝑝) . sin ( − adalah ....
3 6 3 6
𝑝)
A. 1
1
B. √2
2
1
C. √2
3
1
D. − √2
2
1
E. − √2
3
adalah ....
A. 1
5
B. √3
6
34
1
C. √3
2
1
D. √2
2
E. 1
2
1
9.
Nilai dari sin (2 tan−1 ) + cos(tan−1 2√2) adalah ....
3
3
A.
√10
B. 5
√10
C. 3
√10
14
D. √2
15
E.
1
4
1 maka
5
1
10.
Jika sudut 𝛼 memenuhi cos2 𝛼 + 2 sin(𝜋 − 𝛼) = sin2(𝜋 + 𝛼) + 1
2
D. 1
2
E. 0
H. Daftar Pustaka
[1] Chotim, M. 2012. Diktat Mata Kuliah Kalkulus 1. Semarang: Jurusan
Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang.
[2] Clark, D.N. 2000. A Volume in The Comprehensive Dictionary of
Mathematics: Dictionary of Analysis, Calculus, and Differential Equations.
Florida: CRC Press LLC.
[3] Varberg, D., Purcell, E.J., & Rigdon, S. 2007. Calculus Ninth Edition. Upper
Saddle River, New Jersey: Pearson Education
[4] Andreescu, T. & Feng, F. 2005. 103 Trigonometry Problems From the
3
Training of the USA IMO Team. Boston: Birkhäuser
36
[5] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktoral Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarajat, Direktorat Pembinaan
Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan. 2017. Modul 5. Penerapan
Trigonometri dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi dalam Kehidupan
Sehari-hari, Matematika Paket C Setara SMA/MA.
3
No Kode: DAR 2/Profesional/180/3/2019
PENDALAMAN MATERI
MATEMATIKA
Penulis:
Muhammad Kharis, S.Si., M.Sc.
38
3
A. Pendahuluan
Selamat mengikuti kegiatan belajar yang ke-2 ini dengan materi fungsi, jenis
Salam bahagia para mahasiswa PPG yang bersemangat.
fungsi, dan limit fungsi. Untuk mengawali kegiatan belajar ini, Saudara tentunya
pernah melihat, membaca, atau mendengar berita gempa yang pusatnya berada di
wilayah laut Indonesia, BMKG merilis bahwa dalam gempa tersebut berpotensi
atau tidak berpotensi tsunami. Bagaimanakah proses yang dilakukan BMKG
sehingga dapat memperkirakan potensi tsunami tersebut? Tuliskan jawaban
Saudara pada secarik kertas dengan mengaitkan apakah ada kemungkinan
memanfaatkan pemodelan matematika yang melibatkan materi fungsi.
Pada kegiatan belajar ke-2 ini, Saudara akan mengkaji konsep fungsi dan
limit fungsi. Fungsi merupakan objek utama yang dikaji dalam modul Kalkulus
dan Trigonometri ini. Fungsi dikaji dari definisi, sifat, jenis, limit, kekontinuan,
turunan, dan integral serta aplikasinya. Prasyarat dalam mempelajari materi pada
kegiatan belajar 2 ini adalah saudara-saudara telah menguasai materi logika,
himpunan, nilai mutlak, barisan, dan persamaan linear. Kegiatan belajar ini
dikemas dalam enam sub kajian yang disusun dengan urutan sebagai berikut.
• Sub Kajian 1: Fungsi, Jenis Fungsi dan Operasi pada Fungsi
• Sub Kajian 2: Komposisi Fungsi dan Fungsi Invers
• Sub Kajian 3: Limit Fungsi
• Sub Kajian 4: Limit Sepihak
• Sub Kajian 5: Limit Tak Hingga dan Limit di Tak Hingga
• Sub Kajian 6: Kekontinuan Fungsi.
Penerapan matematika dalam ilmu-ilmu lain seperti fisika, kimia, teknik,
ilmu komputer, ekonomi, dan bidang lainnya paling banyak menggunakan
pemodelan matematika yang menerapkan berbagai jenis fungsi dan juga limit
fungsi. Beberapa penerapan fungsi dalam kehidupan sehari-hari diantaranya
fungsi permintaan dan penawaran dalam bidang ekonomi, peluruhan unsur di
kimia, kepadatan penduduk di geografi, dan fenomena gerak di fisika.
40
Proses pembelajaran untuk materi yang sedang Saudara ikuti sekarang ini,
dapat berjalan dengan lebih lancar bila Saudara mengikuti langkah-langkah
belajar berikut ini.
11) Ingat kembali materi materi logika, himpunan, nilai mutlak, barisan, dan
persamaan linear. Materi-materi tersebut merupakan materi prasyarat dalam
mempelajari materi pada kegiatan belajar ini.
12) Pelajari materi pada kegiatan belajar ini dengan seksama, selesaikan latihan
pada forum diskusi, dan selesaikan tes formatifnya secara mandiri.
13) Cocokkan jawaban tes formatif Saudara dengan kunci jawaban yang diberikan.
14) Apabila tingkat penguasaan Saudara 80% atau lebih, Saudara dapat
melanjutkan ke kegiatan belajar berikutnya. Apabila tingkat penguasaan
Saudara kurang dari 80%, Saudara harus mempelajari kembali materi pada
kegiatan belajar ini.
15) Keberhasilan pembelajaran Saudara dalam mempelajari materi pada kegiatan
belajar ini, sangat tergantung kepada kesungguhan Saudara dalam belajar dan
mengerjakan tugas dan latihan. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau
berkelompok dengan teman sejawat.
Selanjutnya kami ucapkan selamat belajar, semoga Saudara sukses mampu
mengimplementasikan pengetahuan yang diberikan dalam kegiatan belajar ini.
4
limit fungsi. Lebih lengkapnya, setelah mempelajari materi ini diharapkan
mahasiswa dapat:
1. menguasai teori dan mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
fungsi, jenis fungsi dan operasi pada fungsi,
2. menguasai teori dan mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
komposisi fungsi dan fungsi invers,
3. menguasai teori dan mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
limit fungsi,
4. menguasai teori dan mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
limit sepihak,
5. menguasai teori dan mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
limit limit tak hingga dan limit di tak hingga, dan
6. menguasai teori dan mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
kekontinuan fungsi.
C. Pokok-Pokok Materi
Materi yang dipelajari dalam kegiatan belajar ini antara lain:
1. Fungsi, Jenis Fungsi dan Operasi pada Fungsi
2. Komposisi Fungsi dan Fungsi Invers
3. Limit Fungsi
4. Limit Sepihak
5. Limit Tak Hingga dan Limit di Tak Hingga
6. Kekontinuan Fungsi.
42
D. Uraian Materi
1. Fungsi, Jenis Fungsi dan Operasi pada Fungsi
a. Pengertian Fungsi
Dalam Definisi 2.1 terdapat beberapa notasi atau simbol baru, yang mungkin
belum Saudara kenal, yaitu:
4
Gambar 2.1: Grafik fungsi 𝑓: 𝐴 ⟶ 𝐵.
Contoh 2.1
Periksa pengaitan-pengaitan berikut ini merupakan fungsi atau bukan:
(a) 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥,
(b) ℎ: [– 5,5] → [– 5,5], 𝑥2 + 𝑦2 = 25.
Penyelesaian:
(a) Akan diperiksa apakah 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥 suatu fungsi atau bukan.
(1) Bukti untuk syarat fungsi (1)
Langkah 1: Ambil sembarang 𝑥 ∈ ℝ.
[Catatan: untuk membuktikan sesuatu berlaku pada ℝ,
diambilah sebarang anggota ℝ. Tidak boleh hanya diambil
contohnya saja, misalkan saja 1 ∈ ℝ]
Langkah 2: Diketahui 𝑥 = 𝑓(𝑥).
Langkah 3: Pilihlah 𝑦 = 𝑥 ∈ ℝ.
Langkah 4: Jelas dari definisi fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥) = 𝑥.
Langkah 5: Jadi ∀𝑥 ∈ 𝑅 ∃ 𝑦 ∈ 𝑅 ∋ (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑓. Memenuhi syarat fungsi
(1) dari Definisi 2.1.
(2) Bukti untuk syarat fungsi (2)
Langkah 1: Ambil sembarang 𝑥 ∈ ℝ dengan 𝑓(𝑥) = 𝑥 dan 𝑓(𝑥) = 𝑦. Hal
ini berarti (𝑥, 𝑥)dan (𝑥, 𝑦) keduanya di 𝑓.
Langkah 2: Diperoleh 𝑥 = 𝑓(𝑥) = 𝑦.
44
Langkah 3: Jadi (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑓 dan (𝑥, 𝑧) ∈ 𝑓 ⇒ 𝑦 = 𝑧. Memenuhi syarat
fungsi (2)
Berdasarkan (1) dan (2) menurut Definisi 2.1, 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥,
merupakan suatu fungsi.
(b) Perhatikan ℎ: [– 5,5] → [– 5,5], 𝑥2 + 𝑦2 = 25 dengan ℎ(𝑥) = 𝑦.
Langkah 1: Pilih 𝑥 = 3 ∈ [– 5,5].
Langkah 2: Diperoleh 32 + 𝑦2 = 25 ⇔ 𝑦2 = 16 ⇔ 𝑦1 = −4
∨ 𝑦2 = 4. Ini berarti ∃ 𝑥 ∈ [– 5,5] dengan ℎ(𝑥) = 𝑦1 = −4 ≠ 4 = 𝑦2
= ℎ(𝑥). Jadi ℎ bukan suatu fungsi.
Grafik ℎ: [– 5,5] → [– 5,5], 𝑥2 + 𝑦2 = 25 dengan ℎ(𝑥) = 𝑦 tersaji pada
Gambar 2.3.
Penyelesaian:
(a) Dipunyai fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑥2.
Beberapa nilai 𝑓:
𝑥 ... –2 –1 0 1 2 ...
𝑥2 ... 4 1 0 1 4 ...
4
Gambar 2.4: Grafik 𝑓(𝑥) = 𝑥2
Semua 𝑥 ∈ ℝ mempunyai nilai fungsi. Dengan demikian 𝐷𝑓 = ℝ. Sekarang
perhatikan hasil atau nilai fungsinya, dengan fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑥2. Nilai fungsi 𝑓
adalah semua bilangan non-negatif , dengan demikian 𝑅𝑓 = [0, +∞).
(b) Dipunyai 𝑓(𝑥) = 𝑥 + 1.
Beberapa nilai 𝑓:
𝑥 ... –1 0 1 ...
𝑥2 ... 0 1 2 ...
46
(c) Dipunyai 𝑓(𝑥) = |𝑥|.
𝑥2−1
Gambar 2.7. Grafik 𝑓(𝑥) =
𝑥−1
Perhatikan bahwa pada Gambar 2.7, nilai fungsi 𝑓(1) tidak ada, digambarkan
dengan sebuah lingkaran berlubang.
Contoh 2.3
Jika 𝑥 ∈ ℝ, ‖𝑥‖ didefinisikan sebagai bilangan bulat terbesar yang kurang dari
atau sama dengan 𝑥.
Dipunyai 𝑓: ℝ → 𝔹, 𝑓(𝑥) = ‖𝑥‖. Periksa apakah 𝑓 merupakan fungsi atau bukan.
Penyelesaian:
4
Syarat fungsi (1):
Ambil sembarang 𝑥 ∈ ℝ. Pilih 𝑦 = maks {𝑏 ∈ 𝔹 𝑏 ≤ 𝑥}.
Jelas 𝑦 ∈ 𝔹 dan 𝑦 = 𝑓(𝑥). Jadi ∀ 𝑥 ∈ ℝ ∃ 𝑦 ∈ 𝔹 ∍ 𝑦 = 𝑓(𝑥).
Syarat fungsi (2):
Ambil sembarang 𝑥 ∈ 𝔹. Pilih 𝑦 = 𝑥 ∈ ℝ. Jelas 𝑓(𝑦) = 𝑓(𝑥) = ‖𝑥‖ = 𝑥.
Jadi ∀ 𝑥 ∈ 𝔹 ∃ 𝑦 ∈ ℝ ∋ 𝑦 = 𝑓(𝑥).
Jadi f merupakan suatu fungsi.
Dengan mudah dapat dihitung bahwa:
𝑓([−2, −1)) = −2, 𝑓([−1, 0)) = −1, 𝑓([0, 1)) = 0, 𝑓([1, 2)) = 1,
⋮
𝑓([𝑛– 1, 𝑛)) = 𝑛 − 1.
Grafik 𝑓:
48
trigonometri (siklometri), (c) fungsi logaritma asli, (d) fungsi eksponensial, (e)
fungsi hiperboliks. Terdapat juga jenis fungsi khusus seperti (a) fungsi dengan
nilai mutlak (modulus), (b) fungsi ganjil/genap. (c) fungsi periodik, (d) fungsi
tangga, dan lainnya.
Berikut ini dikaji beberapa jenis fungsi, yang pertama jenis fungsi yang
diklasifikasikan menurut sifatnya.
4
Contoh 2.5
Periksa fungsi-fungsi berikut merupakan fungsi surjektif atau bukan.
(a) 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 2𝑥 − 1 dan
(b) 𝑔: ℝ → [−1, +∞), 𝑔(𝑥) = 𝑥2 −
1. Penyelesaian:
(a) Diketahui 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 2𝑥 − 1.
𝑥+1
Ambil sembarang 𝑥 ∈ ℝ. Jelas 𝑥 = 2 ( ) − 1.
2
Pilih 𝑥+1
𝑥+1
𝑦=( ) ∈ ℝ. Jelas 𝑓(𝑦) = 2 ( ) − 1 = 𝑥.
2 2
- 𝑦 = √𝑥 + 1 ∨ 𝑦 = −√𝑥 + 1
Jelas 𝑦 ∈ ℝ. Jadi ∀ 𝑥 ∈ [−1, +∞), ∃ 𝑦 ∈ ℝ, 𝑔(𝑦) = 𝑥, menurut Definisi 2.3,
diperoleh 𝑔 merupakan suatu fungsi surjektif.
(3) Fungsi bijektif
Fungsi 𝑓: ℝ → ℝ dikatakan bijektif apabila fungsi 𝑓 merupakan fungsi injektif
dan sekaligus surjektif.
50
(1) Fungsi naik
Definisi 2.4
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐴 ⟶ 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan naik jika fungsi 𝑓 melestarikan
urutan. Definisi ini dapat disajikan secara formal sebagai berikut:
Fungsi 𝑓 dikatakan naik: ∀ 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐴, 𝑥 < 𝑦 ⟹ 𝑓(𝑥) < 𝑓(𝑦).
(2) Fungsi turun
Definisi 2.5
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐴 ⟶ 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan turun jika fungsi 𝒇 tak
melestarikan urutan. Definisi ini dapat disajikan secara formal sebagai berikut:
Fungsi 𝑓 dikatakan turun: ∀ 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐴, 𝑥 < 𝑦 ⟹ 𝑓(𝑥) > 𝑓(𝑦).
Contoh 2.6
Periksa apakah grafik fungsi berikut naik ataukah turun:
(a) 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 2𝑥 – 1,
(b) 𝑓: (−∞, 0] → ℝ, 𝑓(𝑥) =
𝑥2. Penyelesaian:
(a) Diketahui 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 2𝑥 – 1.
Ambil sembarang 𝑥1, 𝑥2 ∈ ℝ, 𝑥1 < 𝑥2. Jelas 𝑥1 − 𝑥2 < 0.
Diperoleh 𝑓(𝑥1) − 𝑓(𝑥2) = 2𝑥1 − 1 − 2𝑥2 + 1 = 2(𝑥1– 𝑥2) < 0
atau 𝑓(𝑥1) < 𝑓(𝑥2). Jadi ∀ 𝑥1, 𝑥2 ∈ ℝ, 𝑥1 < 𝑥2, berlaku 𝑓(𝑥1) < 𝑓(𝑥2),
menurut Definisi 2.4, grafik fungsi 𝑓 naik.
(b) Diketahui 𝑓: (−∞, 0] → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥2.
Ambil sembarang 𝑥1, 𝑥2 ∈ (−∞, 0], 𝑥1 < 𝑥2.
Jelas 𝑥1 − 𝑥2 < 0 dan 𝑥1 + 𝑥2 < 0.
Diperoleh 𝑓(𝑥1) − 𝑓(𝑥2) = 𝑥2 − 𝑥2 = (𝑥1 + 𝑥2)(𝑥1 – 𝑥2) > 0
1 2
5
Berikutnya adalah jenis fungsi aljabar yang di antaranya adalah (a) fungsi linier,
fungsi kuadrat, fungsi kubik, dan seterusnya yang dikenal sebagai fungsi
polinomial, (b) fungsi rasional, dan (c) fungsi irrasional.
adalah polinomial atau suku banyak dalam 𝑥 dan 𝑄(𝑥) ≠ 0. Contoh dari fungsi
rasional dapat dilihat kembali pada Contoh 2.2 (b).
Fungsi rasional terbagi menjadi dua jenis yaitu fungsi rasional sejati dan fungsi
rasional tak sejati. Fungsi rasional sejati adalah fungsi rasional terbentuk 𝑓(𝑥) =
𝑃(𝑥)
dengan derajat 𝑃(𝑥) kurang dari derajat 𝑄(𝑥) sedangkan fungsi rasional tak
𝑄(𝑥)
𝑃(𝑥)
sejati adalah fungsi rasional terbentuk 𝑓(𝑥) = dengan derajat 𝑃(𝑥) lebih tinggi
𝑄(𝑥)
Berikutnya akan dikaji sekilas tentang fungsi transenden. Fungsi transenden yang
telah dipelajari adalah fungsi trigonometri pada kegiatan belajar 1. Fungsi
52
transenden yang lain dan yang akan dikaji adalah fungsi eksponen dan fungsi
logaritma. Untuk yang pertama dibahas fungsi eksponen. Pengertian mengenai
fungi eksponen diberikan pada Definisi 2.6.
(1) Fungsi eksponen
Definisi 2.6
Diketahui 𝑎 ∈ ℝ, 𝑎 > 0 dan 𝑎 ≠ 1 fungsi 𝑓 ∶ ℝ → ℝ, dengan 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥 disebut
fungsi eksponen. Bilangan 𝑎 dinamakan bilangan dasar (pokok atau basis). Fungsi
ini memuat bentuk eksponen, artinya fungsi tersebut memuat bentuk pangkat
dimana pangkatnya berisi variabel-variabel.
Berikut ini sifat dari fungsi eksponen.
Jika 𝑎, 𝑥, 𝑦 ∈ ℝ dan 𝑎 > 0 maka:
(a) 𝑎𝑥. 𝑎𝑦 = 𝑎𝑥+𝑦
𝑥
(b) 𝑎 = 𝑎𝑥−𝑦
𝑎𝑦
(a) Untuk 𝑎 = 10, 𝑎log 𝑥 cukup ditulis log 𝑥. Logaritma dengan basis sepuluh
dinamakan logaritma biasa. Jadi log 𝑥 = 𝑦 berarti 𝑥 = 10𝑦.
(b) Untuk 𝑎 = 𝑒 = 2,718 … , 𝑎
log 𝑥 ditulis sebagai log 𝑥 atau ln 𝑥 dan
𝑒
bentuk
disebut logaritma natural atau logaritma asli.
(c) Nilai 𝑓(𝑎) = 𝑎log 𝑎, berlaku 𝑎 = 𝑎𝑓(𝑎). Jadi 𝑎log 𝑎 = 𝑓(𝑎) = 1.
𝑥
(d) Nilai 𝑓(𝑎𝑥) = 𝑎log 𝑎𝑥, berlaku 𝑎𝑥 = 𝑎𝑓(𝑎 ). Jadi 𝑎log 𝑎𝑥 = 𝑓(𝑎𝑎) = 𝑥.
5
c. Operasi pada Fungsi
Suatu cara untuk membangun suatu fungsi baru adalah dengan menjumlah,
mengurangi, mengalikan, atau membagi fungsi-fungsi yang diketahui. Berikut ini
didefinisikan operasi pada fungsi:
Definisi 2.8
Contoh 2.7
Penyelesaian:
𝐷ℎ1 = [1, +∞) dan daerah hasilnya juga 𝑅ℎ1 = [1, +∞). Hal ini lebih
mudah dilihat dari gambar Grafik ℎ1 pada Gambar 2.9 berikut.
54
Gambar 2.9. Grafik ℎ1(𝑥) = 𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)
Nilai fungsi ℎ2 ada bila nilai 𝑥 − 1 > 0 atau 𝑥 > 1. Jadi daerah asalnya 𝐷ℎ2 =
(1, +∞). Untuk daerah hasilnya 𝑅ℎ2 = [2, +∞). Hal ini lebih mudah dilihat
dari gambar Grafik ℎ2 pada Gambar 2.10 berikut.
Gambar 2.10. 𝑓
ℎ2(𝑥) = ( ) (𝑥)
Grafik 𝑔
5
Contoh 2.8
𝑥, 𝑥 ≤ 0 −𝑥, 𝑥 < 1
Dipunyai 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = { dan 𝑔: ℝ → ℝ, 𝑔(𝑥) = { .
−1, 𝑥 > 0 𝑥2 , 𝑥 ≥ 1
Tentukan 𝑓 + 𝑔, daerah asal, dan daerah hasilnya.
Penyelesaian:
𝑥, 𝑥 ≤ 0 −𝑥, 𝑥 ≤ 0
Dapat dituliskan 𝑓(𝑥) = {−1,0 < 𝑥 < 1 dan 𝑔(𝑥) = {−𝑥, 0 < 𝑥 < 1.
−1, 𝑥 ≥ 1 𝑥2, 𝑥 ≥ 1
0, 𝑥 ≤ 0
Diperoleh (𝑓 + 𝑔)(𝑥) = {−𝑥 − 1,0 < 𝑥 < 1.
−1 + 𝑥2, 𝑥 ≥ 1
Grafiknya diberikan pada Gambar 2.11 berikut.
0, 𝑥 ≤ 0
Gambar 2.11. Grafik (𝑓 + 𝑔)(𝑥) = {−𝑥 − 1,0 < 𝑥 < 1
−1 + 𝑥2, 𝑥 ≥ 1
Dari Gambar 2.11, dapat dilihat bahwa:
56
hasil fungsi pertama. Fungsi yang dihasilkan dengan cara ini dinamakan fungsi
komposisi.
Sebagai contoh, fungsi ℎ(𝑥) = |𝑥 − 1| dapat dibangun melalui dua fungsi, yaitu:
fungsi nilai mutlak 𝑔: ℝ → [0, +∞) dengan 𝑔(𝑥) = |𝑥| dan fungsi linear 𝑓: ℝ →
𝑅 dengan 𝑓(𝑥) = 𝑥 − 1. Untuk menghitung nilai fungsi ℎ(𝑎), pertama dicari 𝑎 −
1 dan kemudian dihitung nilai mutlaknya, yaitu |𝑎 − 1|.
Definisi 2.9
Pada Gambar 2.12 terlihat bahwa 𝐷𝑓∘𝑔 adalah prapeta 𝑅𝑔 ∩ 𝐷𝑓 oleh g ditulis dengan
𝑔−1(𝑅𝑔 ∩ 𝐷𝑓) dan 𝑅𝑓∘𝑔 adalah peta 𝑅𝑔 ∩ 𝐷𝑓 oleh f dan ditulis dengan 𝑓(𝑅𝑔 ∩ 𝐷𝑓).
5
Contoh 2.9
58
Definisi 2.10
Fungsi 𝑖: 𝐴 → 𝐵 dengan 𝐴 ⊂ 𝐵 disebut fungsi identitas apabila 𝑖(𝑥) = 𝑥, ∀𝑥 ∈ 𝐴.
Definisi 2.11
(b) Diketahui fungsi 𝑓: ℝ → ℝ yang disajikan oleh 𝑓(𝑥) = 𝑥2. Untuk setiap
bilangan positif 𝑥 ∈ 𝑅𝑓 berpasangan dengan 2 bilangan berbeda di 𝐷𝑓 = ℝ.
Sebagai contoh, untuk 𝑥 = 4 ∈ 𝑅𝑓 diperoleh 𝑓(−2) = 4 dan 𝑓(2) = 4. Ini
berarti tak mungkin mendefinisikan 𝑔(4) = 2 dan 𝑔(4) = −2.
Jadi tidak ada fungsi 𝑔: ℝ → ℝ yang memenuhi kriteria 𝑔[𝑓(𝑥)] = 𝑥 untuk
setiap 𝑥 ∈ ℝ.
5
Teorema 2.1
Jika 𝑓: 𝐴 → 𝐵 fungsi injektif, maka:
(a) fungsi 𝑓−1 ada, dan
(b) 𝐷𝑓−1 = 𝑅𝑓.
Bukti:
Bangun pengaitan 𝑔: 𝑅𝑓 → 𝐷𝑓 dengan 𝑔(𝑦) = 𝑥,∀𝑦 ∈ 𝑅𝑓 dan 𝑦 = 𝑓(𝑥).
Ambil sembarang 𝑦1 dan 𝑦2 di 𝑅𝑓, dengan 𝑦1 = 𝑦2. Diketahui 𝑓 suatu fungsi
maka terdapat unsur-unsur 𝑥1 dan 𝑥2 di 𝑦1 = 𝑓(𝑥1) dan 𝑦2 = 𝑓(𝑥2) .
Diketahui 𝑓(𝑥1) = 𝑦1 = 𝑦2 = 𝑓(𝑥2) dan 𝑓 merupakan fungsi injektif, maka
menurut Definisi 2.2 diperoleh 𝑥1 = 𝑥2 atau 𝑔(𝑦1) = 𝑔(𝑦2).
Dengan demikian ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅𝑓, dengan 𝑎 = 𝑏, diperoleh 𝑔(𝑎) = 𝑔(𝑏). Jadi 𝑔
suatu fungsi.
Sekarang ambil sembarang 𝑥 ∈ 𝐷𝑓, maka 𝑓(𝑥) ∈ 𝑅𝑓. Nilai 𝑔[𝑓(𝑥)] = 𝑔(𝑦) =
𝑥 untuk suatu 𝑦 ∈ 𝑅𝑓. Jadi ∀𝑥 ∈ 𝐷𝑓, 𝑔[𝑓(𝑥)] = 𝑥, menurut Definisi 2.11
diperoleh 𝑔 = 𝑓−1 serta 𝐷𝑓−1 = 𝐷𝑔 = 𝑅𝑓.
Contoh 2.11
Misalkan 𝑓: 𝑅 → 𝑅, 𝑓(𝑥) = 2𝑥– 4. Jelas 𝑓 fungsi injektif. Jadi 𝑓−1 ada.
𝑦
Ambil sembarang x ∈ R. Tulis 2𝑥– 4 = 𝑦 ⇔ 𝑥 = + 2. 𝑥
(𝑥) = + 2.
Jadi 𝑓−1 2
2
60
Hubungan grafik fungsi 𝑓 dan inversnya 𝑓−1 dapat ditentukan dengan cara :
apabila (𝑎, 𝑏) ∈ 𝑓 maka (𝑏, 𝑎) ∈ 𝑓−1. Ini berarti bahwa setiap titik di 𝑓−1
diperoleh dari titik di 𝑓 dengan pencerminan terhadap garis 𝑦 = 𝑥.
Ini berarti juga bahwa grafik 𝑓 dan 𝑓−1 simetri terhadap garis 𝑦 = 𝑥.
Contoh 2.12
Carilah invers fungsi eksponen 𝑓: ℝ → ℝ dengan 𝑓(𝑥) = 32𝑥 − 1
Penyelesaian :
Misalkan 𝑦 = 𝑓(𝑥) = 32𝑥 − 1 dan 𝑓−1 ∶ 𝑅 → 𝑅 dengan 𝑓−1(𝑦) = 𝑥
Diketahui 𝑦 = 32𝑥 − 1 atau 32𝑥 = 𝑦 + 1, menurut Definisi 2.7 diperoleh
3
log 32𝑥 = 3
log(𝑦 + 1) ⇔ 2𝑥 = 3
log(𝑦 + 1) ⇔ x = 1 .3 log(𝑦 + 1)
2
3. Limit Fungsi
Limit suatu fungsi merupakan konsep yang fundamental dalam kalkulus dan
analisis yang berkaitan dengan perlakuan fungsi di sekitar titik tertentu. Konsep
limit memberikan kontribusi besar pada perkembangan teori matematika secara
umum. Meskipun secara implisit telah mewarnai perkembangan kalkulus pada
abad ke-17 dan 18. Gagasan modern limit fungsi mulai dibahas oleh Bolzano pada
1817 yang memperkenalkan dasar-dasar teknik epsilon-delta. Cauchy pada 1821
membahas limit dalam karyanya meskipun tidak secara sistematis. Weirstrass
pada tahun 1950-an menyajikan limit secara sistematis, dan sejak saat itu menjadi
metode baku untuk menjelaskan konsep limit. Secara tertulis penggunaan notasi
lim dengan anak panah pertama kali diperkenalkan oleh Hardy dalam bukunya A
Course of Pure Mathematics pada 1908.
6
a. Barisan dan limit barisan
Berikut ini diberikan definisi barisan.
Definisi 2.12
Barisan adalah suatu fungsi yang domainnya adalah himpunan bilangan bulat
positif atau bilangan asli (𝑁) atau himpunan bagiannya.
Suatu barisan yang daerah hasilnya (range) adalah himpunan bagian dari
himpunan bilangan real disebut barisan bilangan real. Dengan kata lain barisan
bilangan real adalah suatu fungsi 𝑓: ℕ → ℝ. Dalam pembahasan modul ini dibatasi
hanya pada barisan bilangan real, yang seterusnya disebut barisan. Notasi untuk
barisan dibedakan dengan notasi himpunan, karena pada barisan, urutan
diperhatikan. Suatu barisan dapat dinyatakan dengan menuliskan beberapa suku
awalnya, dengan rumus eksplisit untuk suku ke-𝑛, atau dengan bentuk rekrusif.
Secara umum barisan dinotasikan dengan ⟨𝑎𝑛⟩𝑛∈ℕ atau ⟨𝑎𝑛⟩. Untuk menyatakan
barisan yang berbeda, ditulis dengan huruf yang berbeda pula, seperti ⟨𝑏𝑛⟩, ⟨𝑐𝑛⟩,
dan sebagainya.
Contoh 2.13
62
1
, 2,2 , 4, ⋯ yan g meru pakan barisan
2
yang berbeda.
6
Grafik suatu barisan bilangan sama dengan grafik suatu fungsi, sebagai contoh
perhatikan Gambar 2.15. Secara intuitif, barisan ini mempunyai kecenderungan
menuju 0. Hal ini terkait dengan pengertian kemonotonan barisan, seperti pada
Definisi 2.13 berikut.
Definisi 2.13
Barisan ⟨𝑎𝑛⟩ dikatakan:
(a) monoton naik jika untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑎𝑛+1 > 𝑎𝑛
(b) monoton tidak turun jika untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑎𝑛+1 ≥ 𝑎𝑛
(c) monoton turun jika untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑎𝑛+1 < 𝑎𝑛
(d) monoton tidak naik jika untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑎𝑛+1 ≤ 𝑎𝑛
64
Contoh 2.15
(a) Barisan ⟨𝑎𝑛 1
⟩ dengan = merupakan barisan yang monoton turun karena
𝑛
𝑎𝑛
1
1 𝑛 − (𝑛 + 1) −1
= < 0.
𝑎𝑛+1 − 𝑎𝑛 = − = 𝑛(𝑛 + 1) 𝑛(𝑛 + 1)
𝑛+1 𝑛
Jadi 𝑎𝑛+1 < 𝑎𝑛, sehingga ⟨𝑎𝑛⟩ barisan monoton turun.
1
Dengan cara lain, dapat ditunjukkan bahwa 𝑎𝑛+1 =
𝑛 < 1 dengan
×
𝑛 =
𝑎𝑛 𝑛+1 1 𝑛+1
Jelas 𝑎1 < 𝑎2, 𝑎2 > 𝑎3, sehingga ⟨𝑎𝑛⟩ bukan suatu barisan monoton.
Selanjutnya berikut ini diberikan definisi tentang konvergensi barisan.
Definisi 2.14
Dipunyai barisan ⟨𝑎𝑛⟩. Barisan ⟨𝑎𝑛⟩ dikatakan konvergen ke L, ditulis lim 𝑎𝑛 = 𝐿
𝑛→∞
jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝑁𝗌 > 0 sedemikian hingga
|𝑎𝑛 − 𝐿| < 𝜀 jika 𝑛 > 𝑁𝗌.
Contoh 2.16
1
Buktikan lim = 0.
𝑛→∞ 𝑛
Bukti:
Ambil 𝜀 > 0. Pilih 𝑁 > 1. Dipunyai 𝑛 > -
1
<
1
. Diperoleh
𝑁
𝗌 𝗌 𝗌 𝑛 𝑁𝗌
|𝑢
− 0 = | 1| = 1 < 1 < 𝜀.
𝑛 | 𝑛 𝑛 𝑁𝗌
1
Jadi lim = 0.∎
𝑛→∞ 𝑛
Contoh 2.17
2𝑛−1
Buktikan lim = 2.
𝑛→∞ 𝑛+2
6
Bukti:
Ambil 𝜀 > 0. Pilih 5
.
𝑁𝗌 > − 2
𝗌
66
Dipunyai 𝑛 > 1
𝑁 - 𝑛+2>𝑁 +2 < .
⇔
1
𝗌 𝗌 𝑛+2 𝑁𝗌+2
Diperoleh
2𝑛−1 −5
− 2| = | |= 5
| 5 5 = 𝜀.
= < <
5
5
𝑛+2 𝑛+2 | 𝑛+2 𝑁𝗌+2 −2+2
𝑛+2| 𝗌
2𝑛−1
Jadi lim = 2.∎
𝑛→∞ 𝑛+2
b. Limit Fungsi
Konsep limit berperan penting pada beberapa permasalahan nyata, seperti dalam
bidang fisika, teknik, dan ilmu sosial. Pertanyaan mendasar dari permasalahan
limit adalah apa yang terjadi pada fungsi 𝑓(𝑥) jika 𝑥 mendekati suatu nilai atau
konstanta tertentu. Ada beberapa ilustrasi permasalahan yang memotivasi
perlunya pembahasan konsep limit. Sebagai contoh, misal dipunyai grafik fungsi
𝑦 = 𝑓(𝑥) untuk 𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏. Jika grafik fungsi tersebut adalah berupa garis lurus,
maka dengan mudah kita dapat tentukan ukuran panjang kurva dengan formula
jarak. Akan tetapi bagaimana halnya jika grafik fungsi tersebut berupa kurva
lengkung? Kita dapat menentukan bebebrapa titik pada kurva dan
menghubungkannya dengan garis lurus. Jika ruas garis yang diperoleh
dijumlahkan, akan diperoleh “pendekatan” ukuran panjang kurva sebagai limit
jumlah panjang ruas garis dengan banyak ruas garis meningkat mendekati tak
berhingga.
Untuk memahami konsep limit secara intuitif, diperhatikan fungsi yang
didefinisikan dengan
3
𝑓(𝑥) = 𝑥 − 1
.
𝑥−1
Jelas bahwa fungsi 𝑓 tidak terdefinisi pada 𝑥 = 1 karena pada titik tersebut, 𝑓(𝑥)
memiliki bentuk 0, yaitu bentuk tak tentu. Penyelidikan selanjutnya adalah apa yang
0
terjadi pada 𝑓(𝑥) jika 𝑥 mendekati 1. Dapat diamati melalui tabel atau pun dengan
grafik bahwa nilai 𝑓(𝑥) mendekati 3 jika 𝑥 mendekati 1, perhatikan ilustrasi pada
Tabel 2.1.
6
Tabel 2.1. Ilustrasi limit dan grafiknya
𝑥3 − 1
𝑥 𝑓(𝑥) = Grafik
𝑥−1
1,25 3,813
1,1 3,310
1,01 3,030
1,001 3,003
⋮ ⋮
1,000 ?
⋮ ⋮
0,999 2,997
0,99 2,970
0,9 2,710
0,75 2,313
Dalam simbol matematika, ditulis
𝑥3 − 1
lim =3
𝑥→1 𝑥−1
3−1
dibaca “limit 𝑥 untuk 𝑥 mendekati 1 sama dengan 3”. Dengan manipulasi aljabar,
𝑥−1
diperoleh bahwa
68
Pada definisi di atas menggunakan istilah mendekati, yang secara matematis tidak
dapat dijustifikasi seberapa dekat yang dimaksud. Untuk menuju pada pengertian
formal limit, digunakan notasi huruf Yunani 𝜀 (epsilon) dan 𝛿 (delta) yang
menyatakan bilangan positif yang biasanya sangat kecil.
Untuk mengatakan bahwa 𝑓(𝑥) berada pada sekitar 𝐿 dalam jarak kurang dari 𝜀,
ditulis 𝐿 − 𝜀 < 𝑓(𝑥) < 𝐿 + 𝜀, atau ekivalen dengan |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀. Hal ini juga
berarti bahwa 𝑓(𝑥) berada pada interval terbuka (𝐿 − 𝜀, 𝐿 + 𝜀). Selanjutnya untuk
mengatakan x cukup dekat tetapi tidak sama dengan 𝑐, adalah ekivalen untuk
suatu
𝛿, x berada di dalam interval terbuka (𝑐 − 𝛿, 𝑐 + 𝛿) dengan c dihapus atau 𝑥 ≠ 𝑐,
yaitu
0 < |𝑥 − 𝑐| < 𝛿.
Sebagai catatan bahwa |𝑥 − 𝑐| < 𝛿 menyatakan interval 𝑐 − 𝛿 < 𝑥 < 𝑐 + 𝛿 dan
0 < |𝑥 − 𝑐| menyatakan bahwa 𝑥 ≠ 𝑐.
Definisi 2.16
Limit fungsi 𝑓 bernilai 𝐿 untuk 𝑥 → 𝑐 ditulis lim 𝑓(𝑥) = 𝐿, jika dan hanya jika
𝑥→𝑐
untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sedemikian hingga |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀, jika 0 <
|𝑥 − 𝑐| < 𝛿, yaitu
0 < |𝑥 − 𝑐| < 𝛿 ⇒ |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀.
Contoh 2.18
6
𝗌
Dengan demikian diperoleh 𝛿 yang harus dipilih, yaitu 𝛿 = . Tentu saja untuk nilai
3
Contoh 2.19
2𝑥2−3𝑥−2
Buktikan bahwa lim = 5.
𝑥→2 𝑥−2
Teorema 2.2
Jika 𝑎 dan 𝑐 suatu konstanta real, maka lim 𝑐 = 𝑐.
𝑥→𝑎
Bukti:
Tulis 𝑓(𝑥) = 𝑐. Ambil Sembarang 𝜀 > 0. Pilih 𝛿 = 𝜀. Dipunyai 0 < |𝑥 − 𝑐| < 𝛿,
maka
|𝑓(𝑥) − 𝑐| = |𝑐 − 𝑐| = 0 < 𝛿 = 𝜀.
lim 𝑐 = 𝑐.∎
𝑥→𝑎
70
Teorema 2.3
Nilai limit suatu fungsi adalah tunggal, yaitu jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝑀,
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
maka 𝐿 = 𝑀.
Bukti:
Dipunyai lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝑀. Ambil Sembarang 𝜀 > 0. Pilih 𝛿1 > 0
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
Teorema 2.4
Bukti (a): Ambil sembarang 𝜀 > 0. Pilih 𝛿1 > 0 dan 𝛿2 > 0 sehingga
𝗌
|𝑓(𝑥) − 𝐿| < apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿 dan
5 1
𝗌
|𝑓(𝑥) − 𝑀| < apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿2.
10
7
= |𝑓(𝑥) − 𝐿| + |𝑔(𝑥) − 𝑀|
𝜀 𝜀
< +
5 10
< 𝜀.
Jadi ∀𝜀 > 0∃𝛿 > 0 ∍ |(𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)) − (𝐿 − 𝑀)| < 𝜀 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿.
Jadi lim(𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)) = 𝐿 + 𝑀.∎
𝑥→𝑎
Teorema 2.6
Jika 𝑛 bilangan bulat positif dan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka
𝑥→𝑎
𝑛
lim 𝑛√𝑓(𝑥) = 𝑛 lim 𝑓(𝑥) = √𝐿.
𝑥→𝑎 ට𝑥→𝑎
72
Bukti: Ambil sembarang 𝜀 > 0. Pilih 𝛿1 > 0, 𝛿2 > 0, dan 𝛿3 > 0 sehingga
𝗌
|𝑓(𝑥) − 𝐿| < apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿 ,
3𝗌 1
|𝑓(𝑥) − 𝑀| < apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿 , dan
4 2
Gambar 2.16. Ilustrasi prinsip apit, 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) ≤ ℎ(𝑥) pada 𝐼 dan lim𝑓(𝑥) =
𝑥→𝑎
𝐿 = lim ℎ(𝑥)
𝑥→𝑎
Contoh 2.20
Hitunglah
(a) lim(3𝑥2 + 2𝑥 − 1)
𝑥→3
(b) lim (2𝑥2 − 1)(1 − 2𝑥)
𝑥→−1
Penyelesaian:
(a) lim(3𝑥2 + 2𝑥 − 1) = lim(3𝑥2 + 2𝑥 − 1) = lim 3𝑥2 + lim 2𝑥 − lim 1
𝑥→3 𝑥→3 𝑥→3 𝑥→3 𝑥→3
2
= 3lim 𝑥 + 2lim 𝑥 − 1 = 27 + 6 − 1 = 32.
7
𝑥→3 𝑥→3
74
(b) lim (2𝑥2 − 1)(1 − 2𝑥) = lim (2𝑥2 − 1) ⋅ lim (1 − 2𝑥) = 1 + 3 = 4.
𝑥→−1 𝑥→−1 𝑥→−1
2𝑥+5 lim(2𝑥+5) 9
(c) lim = lim (𝑥2+𝑥−1) = 5.
𝑥→2
𝑥 𝑥2+𝑥−1 𝑥→2
2 2
(d) lim √5𝑥 − 9 = 2 lim (5𝑥 − 9) = √9 = 3.
𝑥→0 ට
𝑥→0
Contoh 2.21
𝑥2 cos 𝑥
Tentukan nilai lim .
𝑥→0 𝑥+1
Penyelesaian
:
𝑥2 cos 𝑥 𝑥2
lim = (lim ) (lim cos 𝑥) = 0 ⋅ 1 = 0.
𝑥→0 𝑥+1 𝑥→0 𝑥+1 𝑥→0
Pada beberapa kasus, kita tidak dapat menghitung limit fungsi trigonometri dengan
sin 𝑥 1−cos 𝑥
substitusi, misalnya lim dan lim . Oleh karena itu diperlukan teorema
𝑥→0 𝑥 𝑥→0 𝑥
7
Teorema 2.9
sin 𝑥
(a) lim =1
𝑥→0 𝑥
1−cos 𝑥
(b) lim =0
𝑥→0 𝑥
Teorema 2.9(a) menyatakan bahwa untuk ukuran sudut 𝑥 cukup kecil (mendekati
0), nilai sin 𝑥 mendekati nilai 𝑥 itu sendiri, dengan kata lain dapat ditulis sin 𝑥 ≈
𝑥.
sin
𝑥
- cos 𝑥 < <1
𝑥
Jadi sin 𝑥 < 𝑥.
76
Ganti x dengan 𝑥, jadi
2
𝑥 𝑥
sin < ⇔ < 𝑥2
2 𝑥
sin2 2 2 4
𝑥
- 2 sin2 𝑥2
2<
2
2
- 1 − cos 𝑥 <𝑥
2
2
- 1 −𝑥 < cos 𝑥.
2
𝑥2 sin 𝑥
Jadi 1 − < cos 𝑥 < < 1.
2 𝑥
Jelas 𝜋
< 𝑥 < 0 ⇔ 0 < −𝑥 <
−
𝜋 2
2
2
(−𝑥) sin(−𝑥)
Jadi 1 − < cos( − 𝑥) < <1
2 −𝑥
𝑥2 sin 𝑥
-1− < cos 𝑥 < < 1.
2 𝑥
𝑥2 sin 𝑥
Jadi 1 − < cos 𝑥 < <1 <𝑥< 𝜋
untuk −
𝜋 .
2 𝑥 2 2
𝑥2
Jelas lim (1 − ) = 1 = lim 1.
𝑥→0 𝑥→0
2
sin 𝑥
Jadi berdasarkan Prinsip Apit, diperoleh lim = 1.∎
𝑥→0 𝑥
Bukti:
(a) Jelas berdasarkan proses pembuktian pada Teorema 2.9.
tan 𝑥 sin 𝑥 sin 𝑥
lim 1
(b) Jelas lim 𝑥→0 𝑥 = 1.∎
=
= lim
cos 𝑥
=
7
𝑥→0 𝑥 𝑥→0 𝑥 lim cos 𝑥 1
𝑥→0
78
Contoh 2.22
Tentukan nilai:
sin 𝑥
1. lim sin 3𝑥
𝑥→0 3𝑥 3. 𝑥→0
lim 2𝑥
3𝑥 tan 𝑥 sin 3𝜃
2. 𝑥→0
lim sin 𝑥 4. 𝜃→0
lim tan 𝜃
Penyelesaian:
sin 𝑥
1. lim 1
lim sin = ⋅1=
1 1
= 𝑥
𝑥→0 3𝑥 3 𝑥→0 𝑥 3 3
3𝑥 tan 3𝑥
sin 𝑥 3𝑥 0
𝑥 𝑐𝑜𝑠 𝑥
2. lim = lim = lim = =0
𝑥→0 sin 𝑥→0 sin 𝑥→0 cos 𝑥 1
𝑥 𝑥
3. sin 3𝑥 3
= lim ⋅ sin 3𝑥 = lim sin 3𝑥
3
3 lim
sin 3𝑥
3
= ⋅1=
3
lim =
𝑥→0 2𝑥 𝑥→0 2 3𝑥 2 𝑥→0 3𝑥 2 3𝑥→0 3𝑥 2 2
sin 3𝜃 sin 3𝜃 cos 𝜃 sin 3𝜃 sin 3𝜃 1
4. lim = lim = lim = lim [cos 𝜃 ⋅ 3 ⋅ ⋅ ]
sin 𝜃 sin 𝜃
𝜃→0 tan 𝜃→0 𝜃→0 sin 𝜃→0 3𝜃
cos 𝜃
𝜃 𝜃
𝜃
sin 3𝜃
=
1 3𝑙𝑖𝑚 [cos 𝜃 ⋅ ⋅ ] = 3 ⋅ 1 ⋅ 1 ⋅ 1 = 3.
𝜃→0 3𝜃 sin 𝜃
𝜃
4. Limit Sepihak
Perhatikan fungsi 𝑓: ℝ − {0} → ℝ yang didefinisikan dengan
|𝑥 |
𝑓(𝑥) = .
𝑥
|𝑥 |
Gambar 2.18. Fungsi 𝑓(𝑥) =
𝑥
7
Dapat diamati bahwa nilai 𝑓(𝑥) mendekati 1 apabila 𝑥 mendekati 0 dari sebelah
kanan, lihat Gambar 2.18. Dalam hal ini dikatakan fungsi 𝑓 mempunyai limit
kanan di 0 yang nilainya 1, ditulis
lim 𝑓(𝑥) = 1.
𝑥→0+
Demikian juga nilai 𝑓(𝑥) mendekati –1 apabila 𝑥 mendekati 0 dari sebelah kiri.
Dalam hal ini dikatakan fungsi 𝑓 mempunyai limit kiri di 0 yang nilainya –1,
ditulis
lim 𝑓(𝑥) = −1.
𝑥→0−
|𝑥|
Berdasarkan definisi limit, dapat ditunjukkan bahwa lim tidak ada. Alasan lain
𝑥→0 𝑥
|𝑥|
yang menyatakan bahwa lim tidak ada adalah karena limit kiri tidak sama dengan
𝑥→0 𝑥
Limit kiri atau limit kanan suatu fungsi di suatu titik dinamakan limit sepihak.
Berikut ini diberikan definisi formal limit sepihak.
Definisi 2.17
Dipunyai fungsi 𝑓: (𝑎, 𝑏) → ℝ, dan 𝑐 di selang (𝑎, 𝑏). Limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥
mendekati 𝑐 dari kanan adalah 𝐿, ditulis dengan
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿
𝑥→𝑐+
jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀
apabila 𝑐 < 𝑥 < 𝑐 + 𝛿.
Definisi 2.18
Dipunyai fungsi 𝑓: (𝑎, 𝑏) → ℝ, dan 𝑐 di selang (𝑎, 𝑏). Limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥
mendekati 𝑐 dari kiri adalah 𝐿, ditulis dengan
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿
𝑥→𝑐−
jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀
apabila 𝑐 − 𝛿 < 𝑥 < 𝑐.
80
Contoh 2.23
Dipunyai 𝑓: [−1,2] → ℝ, dengan
𝑥 + 1, 𝑥 < 0
𝑓(𝑥) = {
𝑥 2, 𝑥 ≥ 0.
Grafik 𝑓:
Teorema 2.11
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊂ ℝ, dan 𝑎 ∈ 𝐼. Nilai lim𝑓(𝑥) ada dan bernilai 𝐿 jika
𝑥→𝑎
Contoh 2.24
Perhatikan fungsi 𝑓 pada Contoh 2.23. Buktikanlah:
a. lim 𝑓(𝑥) = 1 dan
𝑥→0−
8
b. lim 𝑓(𝑥) = 0.
𝑥→0+
Bukti (a):
Strategi:
(1) Ambil sembarang 𝜀 > 0.
(2) Pilih 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 1| < 𝜀 apabila −𝛿 < 𝑥 < 0.
Dipunyai −𝛿 < 𝑥 < 0 ⇔ 0 < −𝑥 < 𝛿 ⇔ 0 < |𝑥| < 𝛿.
Jelas 𝑓(𝑥) = 𝑥 + 1, maka |𝑓(𝑥) − 1| = |𝑥| < 𝛿.
Dipilih 𝛿 = 𝜀.
Berdasarkan strategi di atas, disusun bukti sebagai berikut.
Ambil sembarang 𝜀 > 0. Pilih 𝛿 = 𝜀.
Dipunyai −𝛿 < 𝑥 < 0 ⇔ 0 < −𝑥 < 𝛿 ⇔
0< |𝑥| < 𝛿. Jelas |𝑓(𝑥) − 1| = |𝑥| < 𝛿 = 𝜀.
Jadi untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 1| < 𝜀 apabila −𝛿 < 𝑥 <
0.
Jadi lim 𝑓(𝑥) = 1.
𝑥→0−
Bukti (b):
Strategi:
(1) Ambil sembarang 𝜀 > 0.
(2) Pilih 𝜀 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 0| < 𝜀 apabila 0 < 𝑥 < 𝜀.
Dipunyai 0 < 𝑥 < 𝜀.
Jelas 0 < 𝑥 < 𝜀 ⇔ 0 < |𝑥| < 𝜀
Jelas 𝑓(𝑥) = 𝑥2.
Jadi |𝑓(𝑥) − 0| = |𝑥2| = |𝑥|2 < 𝜀2.
Dipilih 𝜀2 = 𝛿 ⇔ 𝛿 = √𝜀.
Berdasarkan strategi di atas, disusun bukti sebagai berikut.
Ambil sembarang 𝜀 > 0. Pilih 𝛿 = √𝜀.
Dipunyai0 < 𝑥 < 𝛿.
Jelas0 < 𝑥 < 𝛿 ⇔ 0 < |𝑥| < 𝛿
- 0 < |𝑥|2 < 𝛿.
Jelas |𝑓(𝑥) − 0| = |𝑥2|
82
= |𝑥|2
< 𝛿2
= 𝜀.
Jadi untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 0| < 𝜀
apabila −𝛿 < 𝑥 < 0.
Jadi lim 𝑓(𝑥) = 0.
𝑥→0+
Contoh 2.25
Dipunyai 𝑓: [−1,3] → ℝ dengan 𝑓(𝑥) = ⌊𝑥⌋.
8
d. Dipunyai titik 3 merupakan titik ujung. Dengan demikian lim𝑓(𝑥) =
𝑥→3
lim 𝑓(𝑥) = 2.
𝑥→3−
Contoh 2.26
Dipunyai fungsi (𝑥 − 3)2 − 1, 𝑥 < 1
𝑓(𝑥) = { .
−𝑥 + 4, 𝑥 ≥ 1
Hitunglah lim𝑓(𝑥) apabila ada, kemudian buktikan.
𝑥→4
Penyelesaian:
Bukti formalnya:
Ambil sembarang 𝜀 > 0.
Pilih 𝛿 = min{ 𝜀, 1 − √1 −
𝜀}. Dipunyai 0 < |𝑥 − 4| < 𝛿.
Jelas 4 − 𝛿 < 𝑥 < 4 + 𝛿.
Kasus 4 − 𝛿 < 𝑥 < 4:
Jelas 4 − 𝛿 < 𝑥 < 4 ⇔ 1 − 𝛿 < 𝑥 − 3 < 1
- (1 − 𝛿)2 < (𝑥 − 3)2 < 1
- (1 − 𝛿)2 − 1 < (𝑥 − 3)2 − 1 < 0
- 0 < −[(𝑥 − 3)2 − 1] < 1 − (1 − 𝛿)2
84
- 0 < |(𝑥 − 3)2 − 1| < 1 − (1 − 𝛿)2.
Jadi |𝑓(𝑥) − 0| = |(𝑥 − 3)2 − 1|
< 1 − (1 − 𝛿)2
= 𝜀.
Kasus 4 < 𝑥 < 4 + 𝛿:
Jelas 4 < 𝑥 < 4 + 𝛿 ⇔ −4 − 𝛿 < −𝑥 < −4
- −𝛿 < −𝑥 + 4 < 0
- 0 < −(−𝑥 + 4) < 𝛿
- 0 < |−𝑥 + 4| < 𝛿.
Jadi |𝑓(𝑥) − 0| = |−𝑥 + 4| < 𝛿 = 𝜀.
Jadi untuk setiap 𝜀 > 0terdapat 𝛿 > 0sehingga |𝑓(𝑥) − 0| < 𝜀 apabila 0 <
|𝑥 − 4| < 𝛿.
Jadi lim𝑓(𝑥) = 0.
𝑥→4
8
Apabila diambil sembarang bilangan positif 𝑀 yang cukup besar, terdapat
bilangan positif 𝛿 > 0 sehingga nilai 𝑓(𝑥) > 𝑀 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿. Ini
berarti bahwa
lim𝑓(𝑥) = +∞ ekivalen dengan: untuk setiap 𝑀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga
𝑥→𝑎
Definisi 2.19
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ– {𝑎} → ℝ.
lim𝑓(𝑥) = +∞ ⇔ ∀ 𝑀 > 0 ∃ 𝛿 > 0 ∍ 𝑓(𝑥) > 𝑀 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿.
𝑥→𝑎
Contoh 2.27
2
Gambarlah grafik fungsi f dari ℝ − {−1} ke ℝ yang disajikan oleh 𝑓(𝑥) = .
(𝑥+1)2
Penyelesaian:
Grafik 𝑓:
Bukti:
Strategi pilih 𝑀:
Dipunyai 0 < |𝑥 + 1| < 𝛿.
86
Jelas 0 < (𝑥 + 1)2 < 𝛿2.
2
Jadi 1 1 2 2 - 𝑓(𝑥) > .
(𝑥+1)2 > 𝛿2 - (𝑥+1)2 > 𝛿2 𝛿2
Dipilih 2 2
𝛿2
=𝑀⇔ 𝛿=ට .
𝑀
Bukti formal:
Ambil sembarang 𝑀 > 0.
Pilih 𝛿 = ට .
𝑀
8
Pada Gambar 2.24 terlihat bahwa fungsi f untuk x mendekati mempunyai
kecenderungan menuju ke −∞. Secara intuisi dapat dipetik simpulan: lim𝑓(𝑥) =
𝑥→𝑎
−∞.
Apabila diambil sembarang bilangan negatif 𝑁 yang cukup besar, terdapat
bilangan positif 𝛿 > 0 sehingga nilai 𝑓(𝑥) < 𝑁 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿. Ini berarti
bahwa: lim𝑓(𝑥) = −∞ ekivalen dengan: untuk setiap 𝑁 < 0 terdapat 𝛿 > 0
sehingga
𝑥→𝑎
Definisi 2.20
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ– {𝑎} → ℝ.
lim𝑓(𝑥) = −∞ ⇔ ∀𝑁 > 0 ∃ 𝛿 > 0 ∍ 𝑓(𝑥) < 𝑁 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿.
𝑥→𝑎
Contoh 2.28
3
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ– {2} → ℝ yang disajikan oleh 𝑓(𝑥) = − .
(𝑥−2)2
Penyelesaian:
Grafik 𝑓:
88
Bukti:
Strategi pilih 𝛿:
Dipunyai 0 < |𝑥 − 2| < 𝛿.
Jelas (𝑥 − 2)2 < 𝛿2.
−3
1
Jadi (𝑥−2) 1 −3 −3 - 𝑓(𝑥) < .
2
> 𝛿2 - (𝑥−2)2 < 𝛿2 𝛿2
3
Dipilih −3 = 𝑁 ⇔ 𝛿 = ට .
𝛿2 −𝑁
Bukti formal:
Ambil sembarang 𝑁 < 0.
Pilih 𝛿 = ට .
−𝑁
Berikut ini disajikan suatu teknik menghitung nilai limit tak hingga sebagai berikut.
Teorema 2.12
Dipunyai fungsi-fungsi 𝑓, 𝑔: ℝ– {𝑎} → ℝ, lim𝑓(𝑥) = 𝐿, dan lim𝑔(𝑥) = 0.
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
𝑓(𝑥)
(a) Jika 𝐿 > 0 dan 𝑔(𝑥) → 0+ maka lim = +∞.
𝑥→𝑎 𝑔(𝑥)
𝑓(𝑥)
(b) Jika 𝐿 > 0 dan 𝑔(𝑥) → 0− maka lim = −∞.
𝑥→𝑎 𝑔(𝑥)
𝑓(𝑥)
(c) Jika 𝐿 < 0 dan 𝑔(𝑥) → 0+ maka lim = −∞.
𝑥→𝑎 𝑔(𝑥)
𝑓(𝑥)
(d) Jika 𝐿 < 0 dan 𝑔(𝑥) → 0−maka lim = +∞.
𝑥→𝑎 𝑔(𝑥)
8
Contoh 2.29
−2𝑥
Hitung dan buktikan secara formal nilai limit lim .
𝑥→3 𝑥2−6𝑥+9
Penyelesaian:
Tulis −2𝑥 = 𝑓(𝑥) dan 𝑥2 − 6𝑥 + 9 = 𝑔(𝑥).
Jelas lim(−2𝑥) = −6 < 0 dan lim(𝑥2 − 6𝑥 + 9) = lim(𝑥 − 3)2 = 0+.
𝑥→3 𝑥→3 𝑥→3
Bukti:
Jelas −2𝑥
𝑥2−6𝑥+9 2𝑥
= −(𝑥−3)2.
Ambil sembarang N < 0.
Pilih 𝛿 = ට .
−𝑁
(𝑥−3)2 𝛿2
90
Gambar 2.26. Secara intuisi: lim 𝑓(𝑥) = 𝐿.
𝑥→+∞
Definisi 2.21
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ.
lim
𝑥→+∞ 𝑓(𝑥) = 𝐿 ∀𝜀 > 0 ∃ 𝑀 > 0 ∋ |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 apabila 𝑥 > 𝑀.
Contoh 2.30
1
Tunjukkan lim = 0.
𝑥→+∞ 𝑥
Penyelesaian:
Tulis 1 = 𝑓(𝑥).
𝑥
Dipunyai x > M.
1 1 1
Jelas 1 < ⇔ < .
𝑥 𝑀 |𝑥| 𝑀
1
Jadi |𝑓(𝑥)| = | |
𝑥
1
= |𝑥|
9
1
<𝑀
= 𝜀.
Jadi ∀𝜀 > 0 ∃ 𝑀 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 0| < 𝜀 apabila x > M.
1
Jadi lim = 0.
𝑥→+∞ 𝑥
Definisi 2.22
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ.
lim
𝑥→−∞ 𝑓(𝑥) = 𝐿 ∀𝜀 > 0 ∃ 𝑁 < 0 ∍ |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 apabila 𝑥 < 𝑁.
Contoh 2.31
Hitung dan buktikan secara formal:
1
(a) lim 1
(b) lim ,n∈A
𝑛
𝑥→−∞ 𝑥 𝑥→+∞ 𝑥
Penyelesaian:
(a) Intuisi: lim 1
= 0.
𝑥→−∞ 𝑥
92
Tulis 1 = 𝑓(𝑥).
𝑥
Dipunyai x < N .
Jelas x < N < 0.
- – x > –N > 0
1 1
- −𝑥 < .
−𝑁
1 1 1
1
= 1 = 𝜀.
Jadi 𝑓(𝑥)
| −0 =| |= =
𝑥 |𝑥| −𝑥
<
−𝑁 |𝑁|
Penyelesaian:
Tulis 1
𝑥𝑛 = 𝑓(𝑥).
Ambil sembarang 𝜀 > 0.
Pilih M = 1�.
√
Jadi |𝑓(𝑥) − 0| = 1
| 𝑛| = |𝑥1𝑛| = 𝑥1𝑛 < 𝑀1𝑛 = 𝜀.
𝑥
Berikut ini disajikan beberapa teorema yang berkaitan dengan limit tak hingga dan
limit di tak hingga.
Teorema 2.13
Jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐾 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka 𝐾 = 𝐿.
9
𝑥→+∞ 𝑥→+∞
94
Bukti:
Ambil sembarang 𝜀 > 0.
Pilih M1 > 0 dan M2 > 0 sehingga
𝗌
|𝑓(𝑥) − 𝐾| < apabila x > M1 dan
3
𝗌
|𝑓(𝑥) − 𝐿| < apabila x > M2.
3
Teorema 2.14
Jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐾 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka 𝐾 = 𝐿.
𝑥→−∞ 𝑥→−∞
Bukti untuk Teorema 2.14 sederhana dan diserahkan pada Saudara sebagai latihan.
Teorema 2.15
Jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐾 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka:
𝑥→+∞ 𝑥→+∞
(a) lim [𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)] = 𝐾 + 𝐿,
𝑥→+∞
(b) lim 𝐶. 𝑓(𝑥) = 𝐶. lim 𝑓(𝑥),
𝑥→+∞ 𝑥→+∞
Bukti (c):
Ambil sembarang 𝜀 > 0.
9
Pilih M1 > 0, M2 > 0, dan M3 > 0 sehingga
𝗌
|𝑓(𝑥) − 𝐾| <
2𝐶 apabila x > M1,
𝗌
|𝑓(𝑥) − 𝐿| <
2𝐶 apabila x > M2, dan
|𝑓(𝑥)| < 𝐶 apabila x > M3.
Pilih M = maks{ M1, M2, M3}.
Jelas |𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥) − 𝐾𝐿|
= |𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥) − 𝐾𝐿 + 𝐿. 𝑓(𝑥) − 𝐿. 𝑓(𝑥)|
= |𝑓(𝑥)[𝑔(𝑥) − 𝐿] + 𝐿[𝑓(𝑥) − 𝐾]|
|𝑓(𝑥)|. |𝑔(𝑥) − 𝐿| + |𝐿|. |𝑓(𝑥) − 𝐾|
< C.|𝑔(𝑥) − 𝐿| + |𝐿|. |𝑓(𝑥) − 𝐾|
𝗌 𝗌
= 2 +2
= 𝜀.
Jadi ∀𝜀 > 0∃𝑀 > 0 ∍ |𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥) − 𝐾𝐿| < 𝜀 apabila 𝑥 > 𝑀.
Jadi lim
𝑥→+∞ [𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥)] = 𝐾. 𝐿.
Bukti lainnya diserahkan pada Saudara sebagai latihan.
Teorema 2.16
Jika lim
𝑥→−∞ 𝑓(𝑥) = 𝐾 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka
𝑥→−∞
(a) lim
𝑥→−∞ [𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)] = 𝐾 + 𝐿,
(b) lim 𝐶. 𝑓(𝑥) = 𝐶. lim
𝑥→−∞ 𝑓(𝑥),
𝑥→−∞
(c) lim
𝑥→−∞ [𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥)] = 𝐾. 𝐿, dan
(d) lim 𝑓(𝑥) 𝐾
= apabila L ≠ 0.
𝑥→−∞ 𝑔(𝑥) 𝐿
Selanjutnya disajikan teorema yang cukup penting, yang disebut dengan teorema
apit.
96
Teorema 2.17
Jika terdapat M > 0 sehingga 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) ≤ ℎ(𝑥) untuk semua x > M dan
lim
𝑥→+∞ 𝑓(𝑥) = 𝐿 = lim ℎ(𝑥) maka lim 𝑔(𝑥) = 𝐿.
𝑥→+∞ 𝑥→+∞
Bukti:
Ambil sembarang 𝜀 > 0.
Pilih M1 > 0, M2 > 0, dan M3 > 0 sehingga
|𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 apabila x > M1,
|𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 apabila x > M2, dan
𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) ≤ ℎ(𝑥) apabila x > M3.
Pilih M = maks{ M1, M2, M3}.
Jelas 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) ≤ ℎ(𝑥)
- 𝑓(𝑥) − 𝐿 ≤ 𝑔(𝑥) − 𝐿 ≤ ℎ(𝑥) − 𝐿
- |𝑔(𝑥) − 𝐿| ≤ maks{|𝑓(𝑥) − 𝐿|, |𝑔(𝑥) − 𝐿|}
- |𝑔(𝑥) − 𝐿| ≤ 𝜀.
Jadi ∀𝜀 > 0∃𝑀 > 0 ∍ |𝑔(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 apabila 𝑥 > 𝑀.
Jadi lim
𝑥→+∞ 𝑔(𝑥) = 𝐿.
Contoh 2.32
Hitunglah:
(a) lim
𝑥2+1
𝑥→+∞ 2−𝑥
2𝑥 ,
(b) lim
𝑥→+∞ 𝑠𝑖𝑛 𝑥
𝑥 ,
(c) lim √𝑥2+𝑥
.
𝑥→−∞ 3𝑥−5
Penyelesaian:
9
1 1
Jelas lim (− ) = 0 = lim − .
𝑥→+∞ 𝑥 𝑥→+∞ 𝑥
Jadi lim
𝑥→+∞ sin 𝑥
𝑥 = 0.
1
√𝑥2+𝑥 |𝑥|ට 1+
(c) Jelas lim = lim 𝑥
6. Kekontinuan Fungsi
Pada pengertian limit fungsi di titik 𝑐, fungsi 𝑓 terdefinisi pada suatu selang buka
𝐼, kecuali mungkin di titik 𝑐 sendiri. Sekarang dipunyai fungsi 𝑓 terdefinisi pada
selang 𝐼 yang memuat titik 𝑐. Jika limit fungsi 𝑓 di titik 𝑐 ada dan nilainya sama
dengan nilai fungsi di titik 𝑐, maka fungsi 𝑓 dikatakan kontinu di titik 𝑐. Definisi
ini dapat dinyatakan sebagai berikut.
Definisi 2.23
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ, dan 𝑐 ∈ 𝐼. Fungsi 𝑓 dikatakn kontinu di titik 𝑐 jika dan
hanya jika
lim𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐).
𝑥→𝑐
Berdasarkan definisi tersebut, ada tiga syarat untuk suatu fungsi dikatakan
kontinu, yaitu
1. lim𝑓(𝑥) ada,
𝑥→𝑐
Jika salah satu kondisi di atas tidak dipenuhi, maka dikatakan fungsi 𝑓 tidak
kontinu di 𝑐.
98
Contoh 2.33
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 1.
Jelas lim (2𝑥 + 1) = 3, lim (2𝑥 + 1) = 3, dan 𝑓(1) = 3.
𝑥→1− 𝑥→1+
9
Teorema 2.18
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊂ ℝ, dan 𝑎 ∈ 𝐼. Fungsi f dikatakan kontinu di titik a
jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga
Contoh 2.35
Dipunyai 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥 + 1. Buktikan 𝑓 kontinu di titik
1. Bukti:
Ambil sembarang 𝜀 > 0.
Pilih 𝛿 = 𝜀.
Dipunyai |𝑥 − 1| < 𝛿.
Jelas |𝑓(𝑥) − 2| = |𝑥 − 1| < 𝛿 = 𝜀.
Jadi untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 2| < 𝜀 apabila |𝑥 − 1| <
𝛿. Jadi 𝑓 kontinu di titik 1.
kontinu di titik a.
Bukti a:
Dipunyai 𝑓 dan 𝑔 kontinu di titik 𝑎.
Ambil sembarang 𝜀 > 0.
10
Pilih 𝛿1 𝗌
> 0 dan 𝛿2 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑎)| < apabila |𝑥 − 𝑎| < 𝛿1 dan
2
𝗌
|𝑔(𝑥) − 𝑔(𝑎)| < apabila |𝑥 − 𝑎| < 𝛿 .
3 2
Definisi 2.24
a. Fungsi 𝑓: (𝑎, 𝑏) → ℝ dikatakan kontinu pada (𝑎, 𝑏) jika dan hanya jika 𝑓
kontinu di setiap titik pada (𝑎, 𝑏).
b. Fungsi 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ dikatakan kontinu pada [𝑎, 𝑏] jika dan hanya jika f
kontinu di setiap titik pada (𝑎,+𝑏), lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑎) −dan lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑏).
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
Contoh 2.36
Dipunyai 𝑓: (2, +∞) → ℝ yang disajikan dengan rumus 𝑓(𝑥) = . Periksa
1
𝑥−2
1
1
Gambar 2.29. Grafik 𝑓(𝑥) = pada (2, +∞).
𝑥−2
Teorema 2.20
Untuk setiap bilangan asli 𝑛 berlaku:
a. 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥𝑛 kontinu pada 𝑅.
b. Jika fungsi 𝑔: ℝ → ℝ kontinu di titik 𝑎 maka 𝑓(𝑥) = [𝑔(𝑥)]𝑛 juga kontinu
di titik 𝑎.
Bukti a:
Tulis 𝑃(𝑛): 𝑓(𝑥) = 𝑥𝑛 kontinu pada ℝ.
Jelas 𝑃(𝑛): 𝑓(𝑥) = 𝑥 kontinu pada ℝ.
Jelas 𝑓 kontinu pada ℝ
Jadi 𝑃(1) benar.
Dipunyai 𝑃(𝑘) benar.
Jelas 𝑓(𝑥) = 𝑥𝑘 kontinu pada ℝ.
Tulis 𝑥𝑘 = 𝑔(𝑥)dan 𝑥 = ℎ(𝑥).
Jelas 𝑔 ⋅ ℎ kontinu pada ℝ.
Jadi 𝑓(𝑥) = 𝑥𝑘+1 kontinu pada ℝ.
Jadi 𝑃(𝑘 + 1) benar apabila 𝑃(𝑘) benar.
Jadi 𝑃(𝑛) benar.
10
Jadi𝑓: 𝑅 → 𝑅, 𝑓(𝑥) = 𝑥𝑛 kontinu pada ℝ.
Bukti b diserahkan kepada Saudara sebagai latihan.
F. Rangkuman
2. Jenis-jenis fungsi antara lain: (a) fungsi satu-satu (injektif), (b) fungsi pada
(surjektif), (c) fungsi bijektif, (d) fungsi naik, dan (e) fungsi turun.
1
4. Operasi fungsi meliputi: penjumlahan, pengurangan, perkalian dengan
skalar, perkalian dua fungsi, dan pembagian dua fungsi dengan definisi:
berikut:
(e) 𝑓(𝑥)
𝑓) (𝑥) = , 𝑔(𝑥) ≠ 0
(𝑔 𝑔(𝑥)
5. Barisan adalah suatu fungsi yang domainnya adalah himpunan bilangan bulat
positif atau bilangan asli (𝑁) atau himpunan bagiannya. Barisan ⟨𝑎𝑛⟩
dikatakan konvergen ke L, ditulis lim 𝑎𝑛 = 𝐿 jika dan hanya jika untuk setiap
𝑛→∞
𝜀 > 0 terdapat 𝑁𝗌 > 0 sedemikian hingga |𝑎𝑛 − 𝐿| < 𝜀 jika 𝑛 > 𝑁𝗌.
7. Definisi limit kanan. Dipunyai fungsi 𝑓: (𝑎, 𝑏) → 𝑅, dan 𝑐 di selang (𝑎, 𝑏).
Limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥 mendekati 𝑐 dari kanan adalah 𝐿, ditulis dengan
lim+𝑓(𝑥) = 𝐿 jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga
𝑥→𝑐
10
8. Definisi limit kiri. Limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥 mendekati 𝑐 dari kiri adalah 𝐿,
ditulis dengan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat
𝛿>0
𝑥→𝑐−
D. √𝑥2 – 𝑦2 = 5
E. √𝑥2 + 𝑦2 = 5
|𝑥−2|
2. Daerah asal dan daerah hasil fungsi 𝑓(𝑥) =
𝑥−3 adalah ....
A. 𝐷𝑓 = ℝ, 𝑅𝑓 = ℝ
B. 𝐷𝑓 = ℝ − {2}, 𝑅𝑓 = ℝ
C. 𝐷𝑓 = ℝ − {3}, 𝑅𝑓 = ℝ
D. 𝐷𝑓 = ℝ − {3}, 𝑅𝑓 = ℝ+
E. 𝐷𝑓 = ℝ+, 𝑅𝑓 = ℝ − {3}
1
3. Dipunyai 𝑓(𝑥) = 1 − 𝑥, 𝑔(𝑥) = 1 − √𝑥, hasil komposisi fungsi (𝑓 ∘
𝑔) (𝑥) dan (𝑔 ∘ 𝑓)(𝑥) adalah ….
A. 1 + √1 − 𝑥 dan √𝑥
B. √𝑥 dan 1 + √1 − 𝑥
C. −√𝑥 dan 1 + √1 − 𝑥
D. √𝑥 dan 1 − √1 − 𝑥
E. 1 − √1 − 𝑥 dan √𝑥
8
4. Fungsi ℎ dibangun dari fungsi 𝑓(𝑥) = dan 𝑔(𝑥) = |3 − 𝑥4| dengan rumus
𝑥
invers dari f dinyatakan dengan 𝑓–1. Nilai dari 𝑓−1(𝑥) adalah ....
𝑥−2
A. 2𝑥−3
2−𝑥
B. 2𝑥−3
2𝑥−2
C. 𝑥−3
2−𝑥
D. 3−2𝑥
𝑥+2
E. 2𝑥−3
2𝑓(𝑥)−3𝑔(𝑥)
6. Jika lim𝑓(𝑥) = 3 dan lim𝑔(𝑥) = −1, maka nilai dari lim
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎 𝑥→𝑎 𝑓(𝑥)+𝑔(𝑥)
adalah ....
9
A. −
4
B. 9
4
C. 1
2
10
9
D. −
2
9
E. 2
B. − 3
4
C. 4
3
D. 3
4
E. 3
8. Nilai lim 4𝑥+4 adalah ....
𝑥→4 𝑥2−8𝑥+16
A. −∞
B. −4
C. 4
D. 0
E. +∞
𝑥2 , 𝑥 < 0
9. Fungsi 𝑔(𝑥) = {−𝑥, 0 ≤ 𝑥 ≤ 1, diskontinu pada 𝑥 sama dengan ....
𝑥, 𝑥 > 1
A. −1
B. 0
C. 1
D. 2
E. 3
10. Fungsi berikut yang kontinu pada titik 𝑐 adalah ….
sin 𝑥
A. 𝑓(𝑥) = ;𝑐 = 0
𝑥
𝑥2−100
B. 𝑓(𝑥) = ; 𝑐 = 10
𝑥−10
cos 𝑥
C. 𝑓(𝑥) = ;𝑐 = 0
𝑥
1
D. 𝑓(𝑥) = 𝑥 ⋅ sin
𝑥; 𝑐=0
1
E. 𝑓(𝑥) = sin 𝑥 ; 𝑐 = 0
H. Daftar Pustaka
10
No Kode: DAR 2/Profesional/180/3/2019
PENDALAMAN MATERI
MATEMATIKA
Penulis:
Muhammad Kharis, S.Si., M.Sc.
1
11
A. Pendahuluan
Mahasiswa PPG yang bersemangat.
Selamat mengikuti kegiatan belajar materi turunan dan aplikasinya. Untuk
mengawali pembelajaran ini, coba lakukan aktifitas berikut. Ambillah kertas
HVS, buatlah berbagai macam persegi panjang dengan keliling 20 cm (ingat
bahwa persegi termasuk persegi panjang) kemudian ukurlah luas daerah masing-
masing persegi panjang, kemudian tentukan manakah yang mempunyai luas
daerah maksimum.
Pada kegiatan belajar 3 ini, saudara membahas tentang konsep turunan dan
aplikasinya. Oleh sebab itu, prasyarat dalam mempelajari pokok bahasan pada
kegiatan belajar 3 ini adalah saudara-saudara telah menguasai materi fungsi, limit,
dan kekontinuan fungsi. Kegiatan belajar ini dikemas dalam tiga sub kajian yang
disusun dengan urutan sebagai berikut:
• Sub Kajian 1: Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi
• Sub Kajian 2: Turunan Fungsi Implisit dan Fungsi Invers
• Sub Kajian 3: Aplikasi Turunan.
Konsep turunan biasanya digunakan dalam penyelesaian masalah optimasi
seperti menentukan nilai maksimum dan minimun dari suatu permasalahan yang
dapat dimodelkan dengan persamaan matematika. Dalam fisika, saudara mengenal
adanya kecepatan sesaat. Hal tersebut adalah salah satu bentuk aplikasi turunan.
Dalam bidang ekonomi, saudara juga mengenal elastisitas yang menggunakan
konsep turunan.
Proses pembelajaran untuk materi yang sedang saudara ikuti sekarang ini,
dapat berjalan dengan lebih lancar bila saudara mengikuti langkah-langkah belajar
sebagai berikut.
1) Ingat kembali materi prasyarat dalam mempelajari materi pada kegiatan
belajar ini.
2) Pelajari materi pada setiap kegiatan belajar ini, selesaikan latihan pada forum
diskusi, dan selesaikan tes formatifnya secara mandiri.
3) Cocokkan jawaban tes formatif saudara dengan kunci jawaban yang diberikan.
1
4) Apabila tingkat penguasaan saudara 80% atau lebih, saudara dapat
melanjutkan ke kegiatan belajar berikutnya. Apabila tingkat pengusaan
saudara kurang dari 80%, saudara harus mempelajari kembali materi pada
kegiatan belajar ini.
5) Keberhasilan pembelajaran saudara dalam mempelajari materi pada kegiatan
belajar ini, sangat tergantung kepada kesungguhan saudara dalam belajar dan
mengerjakan tugas dan latihan. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau
berkelompok dengan teman sejawat.
Selanjutnya kami ucapkan selamat belajar, semoga saudara sukses mampu
mengimplementasikan pengetahuan yang diberikan dalam kegiatan belajar ini.
C. Pokok-pokok materi
Materi yang dipelajari dalam kegiatan belajar ini antara lain:
1. Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi
2. Turunan Fungsi Implisit dan Fungsi Invers
3. Aplikasi Turunan.
11
D. Uraian Materi
1. Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi
a. Definisi Turunan
Salah satu masalah yang mendasari munculnya kajian tentang turunan
adalah gradien garis singgung. Perhatikan Gambar 3.1.
𝑓(𝑐 + ℎ)
𝑄
𝑓(𝑐 + ℎ) − 𝑓(𝑐)
𝑓
𝑓(𝑐)
𝑃 ℎ
𝑐 𝑐+ℎ
Gambar 3.1. Gradien garis singgung grafik 𝑓
1
Definisi 3.1.
Gradien garis singgung grafik 𝑓 pada titik 𝑃(𝑐, 𝑓(𝑐)) didefinisikan
dengan
𝑓(𝑐 + ℎ) − 𝑓(𝑐)
𝑚 = lim
ℎ→0 ℎ
apabila limit tersebut ada dan tidak bernilai ∞ atau −∞.
11
Bentuk lain Definisi 3.1 diperoleh dengan mendefinisikan 𝑥 = 𝑐 + ℎ. Dari
definisi tersebut diperoleh ℎ = 𝑥 − 𝑐 dan untuk ℎ → 0 ⇔ 𝑥 → 𝑐.
Diperoleh 𝑓′(𝑐) = lim 𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐)
𝑥→𝑐 𝑥−𝑐
Dengan syarat limit tersebut ada atau dengan kata lain
𝑓′(𝑐)
− = 𝑓′(𝑐)
+
𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐)
di mana 𝑓′(𝑐) = (Turunan kiri di c)
− lim−
𝑥−𝑐
𝑥→𝑐
(𝑥 + ℎ)2 + 2 − (𝑥2 +
= lim
ℎ→0 2)
ℎ
= lim 2
ℎ→0 𝑥 + 2𝑥ℎ + ℎ + 2 − (𝑥 + 2)
2 2
1
= lim(2𝑥 + ℎ) = 2𝑥.
ℎ→0
Contoh 3.3.
1
Tentukan 𝑓′(𝑥) apabila 𝑓(𝑥) = .
𝑥2
Penyelesaian:
𝑓(𝑥+ℎ)−𝑓(𝑥)
Jelas 𝑓′(𝑥) = lim
ℎ→0 ℎ
1 1
−
(𝑥 + ℎ)2 𝑥2
= ℎ→0
lim ℎ
𝑥 − (𝑥 + ℎ)2
2
= lim
ℎ→0 ℎ(𝑥 + ℎ)2𝑥2
(2𝑥 + ℎ)
= lim [− 2𝑥 2
]=− = − = −2𝑥−3.
ℎ→0 (𝑥 + 𝑥4 𝑥3
ℎ)2𝑥2
Contoh 3.4.
Dipunyai 𝑓(𝑥 + 𝑦) = 𝑓(𝑥) + 𝑓(𝑦)∀𝑥, 𝑦 ∈ ℝ.
Tunjukkan Jika 𝑓′(0) ada maka 𝑓′(𝑎) ada dan 𝑓′(𝑎) = 𝑓′(0).
Bukti:
Adt. 𝑓(0) = 0.
Ambil sebarang 𝑥 ∈ ℝ.
Jelas 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑥 + 0) = 𝑓(𝑥) + 𝑓(0)
- 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑥) + 𝑓(0)
- 𝑓(0) = 𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑥) = 0.
Jelas 𝑓′(0) ada dan
𝑓(𝑥) − 𝑓(0) 𝑓(𝑥)
𝑓′(0) = lim
𝑥→0 𝑥−0 = lim
𝑥→0 𝑥
atau
11
𝑓(0 + ℎ) − 𝑓(0) 𝑓(0) + 𝑓(ℎ) − 𝑓(0) 𝑓(ℎ)
𝑓′(0) = lim
ℎ→0 = ℎ→0
lim = ℎ→0
lim ℎ .
ℎ ℎ
𝑓( 𝑎 + ℎ ) − 𝑓( 𝑎 ) 𝑓( 𝑎 ) + 𝑓( ℎ ) − 𝑓( 𝑎 )
𝑓′(𝑎) = lim
ℎ→0 = ℎ→0
lim ℎ
ℎ
𝑓(ℎ)
= lim = 𝑓′(0).
ℎ→0 ℎ
b. Teorema-teorema turunan
Kaitan antara fungsi yang diferensiabel (mempunyai turunan) dengan
kekontinuan fungsi tersebut diberikan pada Teorema 3.1.
Teorema 3.1.
Jika 𝑓′(𝑐) ada maka 𝑓 kontinu pada 𝑐.
1
Notasi lain yang biasanya digunakan dalam menuliskan turunan adalah
notasi Leibniz, sebagai contoh
𝑑[𝑓(𝑥)] 𝑑𝑦
= 𝑓′(𝑥), = 𝑦′,
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 [𝑓(𝑥)]
2
𝑑2𝑦
= 𝑓 (𝑥), 2 = 𝑦′′.
′′
𝑑𝑥2 𝑑𝑥
Contoh
3.6.
Diketahui ( ) 𝑚𝑥 + 𝑏, 𝑥 < 2
𝑓 𝑥 ={ .
𝑥2 , 𝑥 ≥ 2
Tentukan 𝑚 dan 𝑏 sehingga 𝑓 dapat diturunkan di mana saja.
Penyelesaian:
Jelas 𝑓(2) = 22 = 4.
Jelas 𝑓 kontinu pada 𝑥 = 2 sehingga 2𝑚 + 𝑏 = 4.
𝑓(𝑥) − 𝑓(2)
Jelas 𝑓′(2) = lim
− 𝑥→2− 𝑥−2
𝑚𝑥 + 𝑏 − 4
= lim
𝑥→2 𝑥−2
𝑚𝑥 + 𝑏 − (2𝑚 + 𝑏)
= lim
𝑥→2 𝑥−2
𝑚(𝑥 − 2)
= lim = 𝑚 dan
𝑥→2 𝑥 − 2
𝑓( 𝑥 ) − 𝑓( 2 )
𝑓′(2) = lim
+ 𝑥→2+ 𝑥−2
2
= lim 𝑥 − 4
𝑥→2 𝑥 − 2
(𝑥 − 2)(𝑥 + 2)
= lim
𝑥→2 𝑥−2
= lim(𝑥 + 2) = 4.
𝑥→2
Jelas 𝑓′(2) = 𝑓′(2) ⇔ 𝑚 = 4.
− +
11
1) Turunan dari fungsi konstan.
Teorema 3.2.
Dipunyai 𝑘 suatu konstanta real dan 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊂ ℝ.
𝑑[𝑓(𝑥)] 𝑑(𝑘)
Jika 𝑓(𝑥) = 𝑘 ∀𝑥 ∈ 𝐼 maka 𝑓′(𝑥) = = = 0 ∀𝑥 ∈ 𝐼.
𝑑𝑥 𝑑𝑥
Bukti:
Dengan menggunakan definisi jelas bahwa
(𝑓. 𝑔)(𝑥 + ℎ) − (𝑓. 𝑔)(𝑥)
(𝑓. 𝑔)′(𝑥) = lim
ℎ→0 ℎ
𝑓(𝑥 + ℎ). 𝑔(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥).
= lim
ℎ→0 𝑔 (𝑥) ℎ
= lim 𝑓(𝑥 + ℎ). 𝑔(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥 + ℎ). 𝑔(𝑥) + 𝑓(𝑥 + ℎ). 𝑔(𝑥) − 𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥)
ℎ→0
ℎ
= lim 𝑓(𝑥 + ℎ) . lim 𝑔(𝑥 + ℎ) − 𝑔(𝑥) 𝑓(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥) . lim 𝑔(𝑥)
+ lim
ℎ→0 ℎ→0 ℎ→0 ℎ→0
ℎ ℎ
= 𝑓(𝑥). 𝑔 (𝑥) + 𝑓 (𝑥). 𝑔(𝑥).
′ ′
1
Bukti turunan pembagian fungsi diberikan berikut ini.
Tulis 𝑓 = ℎ.
𝑔
𝑓 𝑓 (𝑥 )
Jelas ( ) (𝑥) = ℎ(𝑥) ⇔ = ℎ(𝑥) ⇔ 𝑓(𝑥) = ℎ(𝑥). 𝑔(𝑥).
𝑔 𝑔(𝑥)
12
Teorema 3.6.
Turunan fungsi trigonometri diberikan berikut ini.
𝑑(sin 𝑥) 𝑑(sec 𝑥)
(1) = cos 𝑥 (4 ) = sec 𝑥 . tan 𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑(cos 𝑥) 𝑑(csc 𝑥)
(2) = − sin 𝑥 (5) = − csc 𝑥 . cot 𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑(tan 𝑥) 𝑑(cot 𝑥)
(3) = sec2 𝑥 (6) = −csc2 𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥
Contoh 3.7.
𝑑(tan 𝑥) sin 𝑥
Jelas 𝑑 cos(𝑥)
𝑑𝑥 = 𝑑𝑥
𝑑(sin 𝑥) 𝑑(cos 𝑥)
𝑑𝑥 . cos 𝑥 − sin 𝑥 . 𝑑𝑥
= [cos 𝑥]2
cos 𝑥 . cos 𝑥 − sin 𝑥 . (− sin 𝑥)
=
[cos 𝑥]2
(cos2 𝑥 + sin2 𝑥) 1
= = sec2 𝑥.
cos2 𝑥 cos2
= 𝑥
c. Aturan rantai
Aturan rantai didasari dari turunan fungsi komposisi. Selengkapnya
diberikan pada Teorema 3.7.
Teorema 3.7.
Jika 𝑔 mempunyai turunan di 𝑥 dan 𝑓 mempunyai turunan di 𝑔(𝑥)
maka
𝑑[(𝑓 ∘ 𝑔)(𝑥)] 𝑑[(𝑓 ∘ 𝑔)(𝑥)] 𝑑[𝑔(𝑥)]
= . = 𝑓′[𝑔(𝑥)]. 𝑔′(𝑥).
𝑑𝑥 𝑑[𝑔(𝑥)] 𝑑𝑥
1
Bentuk tersebut dapat diperumum untuk komposisi lebih dari dua
fungsi. Sebagai contoh untuk komposisi 3 tiga fungsi yaitu
Apabila 𝑦 = (𝑓 ∘ 𝑔 ∘ ℎ)(𝑥), 𝑢 = (𝑔 ∘ ℎ)(𝑥), dan 𝑣 = 𝑔(𝑥) maka
𝑑[(𝑓∘𝑔∘ℎ)(𝑥)] 𝑑[(𝑓∘𝑔∘ℎ)(𝑥)] 𝑑[(𝑔∘ℎ)(𝑥)] 𝑑[ℎ(𝑥)]
diperoleh 𝑑𝑥 = 𝑑[(𝑔∘ℎ)(𝑥)] . 𝑑[ℎ(𝑥)] . 𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢 𝑑𝑣
atau = . . .
𝑑𝑥 𝑑𝑢 𝑑𝑣 𝑑𝑥
Contoh 3.8.
Tentukan 𝑓′(𝑥) apabila 𝑓(𝑥) = sin6(𝑥2 + 2𝑥 + 5).
Penyelesaian:
𝑑[𝑓(𝑥)] 𝑑[sin (𝑥 + 2𝑥 + 5)]
6 2
Jelas 𝑓 (𝑥) =
′ =
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑[sin (𝑥 + 2𝑥 + 5)] 𝑑[sin(𝑥 + 2𝑥 + 5)] 𝑑(𝑥2 + 2𝑥 + 5)
6 2 2
= .
𝑑[sin(𝑥2 + 2𝑥 + 5)] 𝑑(𝑥2 + 2𝑥 + 5) 𝑑𝑥
1
Penyelesaian:
𝑑(𝑥2 + 𝑦2)
Jelas 𝑑(25) 𝑑(𝑥2) 𝑑(𝑦2) 𝑑𝑦
𝑑𝑥 = + . =0
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝑑𝑦 ⇔
𝑑𝑥 𝑥
𝑑𝑦
- 2𝑥 + =0 =− .
2𝑦. 𝑑𝑥 ⇔ 𝑑𝑥 𝑦
(–5,0)
X
O s
12
. 𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝑑𝑦 −(𝑥 − 2)
- 2(𝑥 − 2) + =0 = .
2𝑦. 𝑑𝑥 ⟺ 𝑑𝑥 𝑦
1
Tulis 𝑙: persamaan garis singgung yang melalui titik (0,0) dan
(𝑥0, 𝑦0) : titik singgung garis 𝑙 pada lingkaran tersebut.
Jelas 𝑚 𝑦0−0 𝑦0
= = dan 𝑚 −(𝑥0−2)
𝑙 𝑥0−0 𝑥0 𝑙
= .
𝑦0
𝑦0 −(𝑥0−2)
Jadi 𝑥0 = 𝑦0
√3 √3
- 𝑦0 = .
⋁𝑦0 = 2
− 2 √3
−
2√3 √3
Jadi 𝑙: 𝑦 = 𝑚 𝑥 ⟺ 𝑦 = 𝑥=− 𝑥.
𝑥 dan 𝑦
= 𝑙 3
3 3
2
Bukti:
𝑚
Tulis 𝑦 = 𝑥 𝑛 .
Jelas 𝑦𝑛 = 𝑥𝑚
𝑑(𝑦𝑛) ⇔ 𝑑(𝑥𝑚)
12
𝑑(𝑦𝑛) 𝑑𝑦 �
𝑑𝑥 - �
𝑑 𝑑𝑥 (
𝑦 �
�
�
�
)
=
𝑑
𝑥
1
𝑑𝑦
𝑛−1
𝑚−1
𝑚
(𝑛−1) 𝑑𝑦 𝑚−1
- 𝑛. 𝑦 . = 𝑚. - 𝑛. 𝑥 . = 𝑚. 𝑥
𝑑𝑥 𝑥 𝑛 𝑑𝑥
𝑚−
𝑚 𝑑 𝑚 𝑥𝑚−1
- 𝑛. 𝑥 𝑑𝑦 = 𝑚. 𝑥𝑚−1 𝑦 = 𝑛 . 𝑚−𝑚
𝑛. ⇔
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑥 𝑛
𝑑 𝑚 𝑚 𝑑𝑦 𝑚 𝑛−1
𝑚
𝑦 𝑚−1+ −𝑚 = .𝑥
⇔=⇔ .𝑥 𝑛
𝑑𝑥 𝑛
𝑑𝑥 𝑛
𝑚
𝑑 (𝑥 𝑛 ) 𝑚 𝑚
−1
⇔ .𝑥𝑛 .
𝑛
=
𝑑𝑥
12
. Tentukan
𝑥+1
(𝑓−1)(𝑥).
1
Penyelesaian:
Jelas 𝑓−1 ada (bukti diserahkan kepada pembaca) dengan 𝑓−1(𝑥) =
𝑥
𝑑( )
𝑥 𝑑[𝑓−1(𝑥)] 1
, nilai 𝑥 ≠ 1 dan (𝑓 )′(𝑥) −1
1−𝑥 .
1−𝑥 𝑑𝑥 == (1−𝑥)2
= 𝑑𝑥
1
Jelas 𝑓 (𝑥) =
′
.
(𝑥+1)2
1
Jadi (𝑓−1)′(𝑥) = 1 =
1
.
𝑓𝘍[𝑓−1(𝑥)] 1
= 𝑓𝘍(
𝑥
) = 𝑥
1
2 (1−𝑥)2
1−𝑥 ( +1)
1−𝑥
𝑑𝑦
Jelas 1 − 𝑥2 > 0 ⇔ 𝑥2 < 1 ⇔ |𝑥| < 1.
Bukti (e):
Tulis sec−1 𝑥 = 𝑦.
1 1
Jelas 𝑥 = sec 𝑦 - cos 𝑦 =
⇔ 𝑥= cos 𝑥
𝑦
1 𝑥
−1 ( ) ⇔
- 𝑦 = cos 𝑥 = cos−1
sec−1
13
1
( ).
𝑥
1
1 1 1
𝑑(sec−1 𝑥) 𝑑 [cos−1 𝑑 [cos−1 𝑑( )
Jadi ( (
𝑥 𝑥 𝑥
= = 1 .
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑( )
𝑥
1
−1 −1 1 . |𝑥2| = 1
2
√𝑥 = .
2
=ට . = . 𝑥 √𝑥2 − 1 𝑥 |𝑥|√𝑥2 − 1
2 𝑥2
1−( ) 1 √𝑥2 − 1
𝑥
Jelas 𝑥 − 1 > 0 ⇔ 𝑥2 > 1 ⇔ |𝑥| > 1.
2
Contoh 3.12.
Tentukan 𝑓′(𝑥) dari 𝑓(𝑥) = sin−1(2𝑥 + 5).
Penyelesaian:
𝑑[𝑓(𝑥)] 𝑑[sin (2𝑥 + 5)] 𝑑(2𝑥 + 5)
−1
Jelas 𝑓 (𝑥) =
′ =
𝑑𝑥 𝑑(2𝑥 + 5) 𝑑𝑥
.
2
= .
√1 − (2𝑥 + 5)2
Dengan menggunakan langkah lain:
Tulis 𝑦 = sin−1(2𝑥 + 5).
3. Aplikasi Turunan
a. Nilai ekstrim
13
Bagian ini dimulai dengan pengertian nilai ekstrim suatu fungsi yang
mencakup nilai ekstrim maksimum dan nilai ekstrim minimum.
1
Definisi 3.3.
Diberikan fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊆ ℝ, dan 𝑀 = 𝑓(𝑐) untuk suatu 𝑐 ∈ 𝐼.
(a) 𝑀 merupakan nilai maksimum (mutlak) 𝑓 apabila 𝑀 ≥ 𝑓(𝑥) ∀𝑥 ∈ 𝐼.
(b) 𝑀 merupakan nilai minimum (mutlak) 𝑓 apabila 𝑀 ≤ 𝑓(𝑥) ∀𝑥 ∈ 𝐼..
(c) Nilai maksimum dan minimum suatu fungsi disebut nilai ekstrim
(mutlak) fungsi tersebut.
Contoh 3.13.
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = (𝑥 − 1)2.
Sketsa grafik 𝑓 dapat dilihat pada Gambar 3.3.
𝑌
𝑓
𝑋
O(1,0)
(1,0) (3,0) 𝑋
O
(0, −3)
𝑓
13
Intuisi: 𝑓(2) = 1 merupakan nilai maksimum 𝑓.
Bukti:
Ambil sembarang 𝑥 ∈ ℝ.
Jelas (𝑥 − 2)2 ≥ 0 ⇔ −(𝑥 − 2)2 + 1 ≤ 1 ⇔
𝑓(𝑥) ≤ 𝑓(2). Jadi 𝑓(2) ≥ 𝑓(𝑥) ∀𝑥 ∈ ℝ.
Jadi 𝑓(2) = 1 merupakan nilai maksimum f.
𝑥2, 𝑥 ≤ 1
Sekarang perhatikan fungsi 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = { .
2 − 𝑥, 𝑥 > 1
Sketsa grafik 𝑓 dapat dilihat pada Gambar 3.5.
Y
1
X
O12
f
𝑥2, 𝑥 ≤ 1
Gambar 3.5. Grafik 𝑓 dengan 𝑓(𝑥) = { .
2 − 𝑥, 𝑥 > 1
Pada Gambar 3.5 terlihat bahwa terdapat suatu selang sehingga 𝑓(0) =
0 merupakan nilai minimum 𝑓 akan tetapi masih ada nilai 𝑓(𝑥) yang
kurang dari 0. Demikian juga terdapat suatu selang sehingga nilai
𝑓(1) = 1 merupakan nilai maksimum 𝑓 akan tetapi masih ada nilai
𝑓(𝑥) yang lebih dari 1. Nilai 𝑓(0) = 0 disebut nilai minimum relatif 𝑓
dan nilai 𝑓(1) = 1 disebut nilai maksimum relatif 𝑓. Berdasarkan
kenyataan ini dapat didefinisikan konsep tentang nilai ekstrim relatif
suatu fungsi sebagai berikut.
1
Definisi 3.4.
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊆ ℝ .
(a) Jika terdapat suatu selang buka 𝐷 ⊂ 𝐼 yang memuat 𝑐 sehingga
berlaku 𝑓(𝑐) ≥ 𝑓(𝑥) ∀𝑥 ∈ 𝐷, maka 𝑓(𝑐) disebut nilai maksimum
relatif 𝑓.
(b) Jika terdapat suatu selang buka 𝐷 ⊂ 𝐼 yang memuat 𝑐 sehingga
berlaku 𝑓(𝑐) ≤ 𝑓(𝑥) ∀𝑥 ∈ 𝐷, maka 𝑓(𝑐) disebut nilai minimum
relatif 𝑓.
Contoh 3.15.
Dari fungsi 𝑓 pada Gambar 5, tunjukkan bahwa
(a) 𝑓(0) = 0 merupakan nilai minimum relatif 𝑓 dan
(b) 𝑓(1) = 1 merupakan nilai maksimum relatif 𝑓.
Bukti:
𝑥2, 𝑥 ≤ 1
( )
Dipunyai 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓 𝑥 = { .
2 − 𝑥, 𝑥 > 1
(a) Pilih 1 1 1 1 1
𝛿 = Bangun
. 𝐷 = (0 − , 0 ) = (− , ).
4 + 4 4 4
4
1
Ambil sembarang 𝑥 ∈ 𝐷. Jelas − < 𝑥 < 1
4
4 .
Kasus −
1 < 𝑥 < 0:
4
1 1
Jelas 0 < 𝑥2 < - 𝑓(0) < 𝑓(𝑥) < .
16 16
Kasus 0 ≤ 𝑥 < 1
4 :
1
Jelas 0 ≤ 𝑥2 < 1
16
- 𝑓(0) ≤ 𝑓(𝑥) < .
16
13
Kasus 3 < 𝑥 ≤ 1:
4
Jelas 9
16 < 𝑥2 ≤ 1 < 𝑓(𝑥) ≤ 𝑓(1).
9
⇔
16
1
Kasus 1 < 𝑥 < 5
4 :
Jelas −1 > −𝑥 > − 3
(1 > 𝑓(𝑥) >
3
5
- 1>2−𝑥 .
> ⇔) 4
4 𝑓
4
Catatan:
Berikut ini disajikan suatu bilangan yang penting untuk menentukan
Nilai ekstrim mutlak suatu fungsi juga merupakan nilai ekstrim
nilairelatif.
ekstrim relatif. Bilangan tersebut disebut bilangan kritis yang
merupakan calon kuat nilai ekstrim.
Definisi 3.5.
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊆ ℝ, dan 𝑐 ∈ 𝐼.
Jika 𝑓′(𝑐) = 0 atau 𝑓′(𝑐) tidak ada maka 𝑐 disebut bilangan kritis 𝑓.
Contoh 3.16.
Dipunyai 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥2 − 4𝑥 + 8. Periksa apakah 𝑓 mempunyai
nilai ekstrim.
Penyelesaian:
𝑑(𝑥2 − 4𝑥 + 8)
Jelas 𝑓 (𝑥) = 0
′
= 0 ⇔ 2𝑥 − 4 = 0 ⇔ 𝑥 =
⇔ 𝑑𝑥 2.
Jelas 𝑥 = 2 merupakan bilangan kritis 𝑓 dan Jelas 𝑓(2) =
Ambil sembarang 𝑥 ∈ ℝ.
Jelas 𝑓(2) − 𝑓(𝑥) = 4 − 𝑥2 + 4𝑥 − 8 = −(𝑥 − 2)2 ≤ 0.
Jadi 𝑓(2) ≤ 𝑓(𝑥) ∀𝑥 ∈ ℝ.
Jadi 𝑓(2) = 4 suatu nilai minimum mutlak 𝑓.
Contoh 3.17.
Dipunyai 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = |𝑥|. Periksa apakah 𝑓 mempunyai nilai
ekstrim.
Penyelesaian:
Jelas 𝑓′(𝑥) ≠ 0∀𝑥 ∈ ℝ.
13
Jelas 𝑓′(0) tidak ada.
Jelas 𝑓(𝑥) = |𝑥| ≥ 0 = |0| = 𝑓(0)∀𝑥 ∈ ℝ.
Jadi 𝑓(0) = 0 merupakan nilai minimum mutlak 𝑓.
Berikut ini disajikan suatu teorema eksistensi nilai ekstrim suatu fungsi.
Teorema 3.12.
Jika fungsi 𝑓 kontinu pada selang tutup [𝑎, 𝑏] maka fungsi 𝑓 memiliki
nilai minimum dan maksimum mutlak.
Dari Definisi 3.5 dan Teorema 3.12 dapat dirumuskan Teorema terkait
dengan bilangan kritis sebagai berikut.
Teorema 3.13.
Jika 𝑓 terdefinisi pada suatu selang 𝐼 yang memuat titik 𝑐. Jika 𝑓(𝑐)
adalah suatu nilai ekstrim maka 𝑐 haruslah merupakan bilangan kritis
fungsi 𝑓 dan 𝑐 memenuhi salah satu dari berikut ini.
(a) 𝑐 merupakan titik ujung 𝐼,
(b) 𝑐 merupakan titik stationer 𝑓 (𝑓′(𝑐) = 0),
(c) 𝑐 merupakan titik singular 𝑓 (𝑓′(𝑐) tidak ada).
Berikut ini disajikan teorema yang lebih umum dari Teorema Rolle
yang disebut dengan teorema nilai rata-rata (TNR).
1
Teorema 3.15. (Teorema Nilai Rata-rata)
Dipunyai fungsi 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ.
Jika 𝑓 kontinu pada [𝑎, 𝑏] dan 𝑓 mempunyai turunan pada (𝑎, 𝑏) maka
𝑓(𝑏)−𝑓(𝑎)
terdapat titik 𝑐 ∈ (𝑎, 𝑏) sehingga 𝑓′(𝑐) = .
𝑏−𝑎
𝑓(𝑏)−𝑓(𝑎)
(a) Nilai 𝑏−𝑎 merupakan talibusur 𝐴𝐵 dengan 𝐴(𝑎, 𝑓(𝑎)) dan
𝐵(𝑏, 𝑓(𝑏)).
(b) Jika 𝑓 memenuhi kondisi teorema ini maka terdapat suatu garis
singgung yang memiliki gradien sama dengan gradien talibusur 𝐴𝐵.
Interpretasi geometri tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
𝑌
𝑠
𝐵
𝑓(𝑏)
f
𝑓(𝑎) A
O𝑎 𝑋
𝑏
Gambar 3.6. Interpretasi teorema nilai rata-rata
14
Kaitan antara naik-turunnya fungsi dengan turunan fungsi diberikan
pada Teorema berikut.
Teorema 3.16.
Dipunyai 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊆ ℝ, dan 𝑓′(𝑥) ada untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼
kecuali mungkin di titik-titik ujungnya.
(i) Jika 𝑓′(𝑥) > 0 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan di titik ujung maka
grafik 𝑓 naik pada 𝐼.
(ii) Jika 𝑓′(𝑥) < 0 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan di titik ujung maka
grafik 𝑓 turun pada 𝐼.
Contoh 3.18.
𝑥2
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ − {1} → ℝ dengan 𝑓(𝑥) = . Tentukan di mana
𝑥−1
1
Kasus 𝑥 ∈ (0, 1):
Jelas 0 < 𝑥 < 1 ⇔ −2 < 𝑥 − 2 < −1 dan (𝑥 −
1)2 > 0. Jadi 𝑓′(𝑥) < 0.
Jadi grafik 𝑓 turun pada (0, 1).
Kasus 𝑥 ∈ (1, 2):
Jelas 1 < 𝑥 < 2 ⇔ −1 < 𝑥 − 2 < 0 dan (𝑥 −
1)2 > 0. Jadi 𝑓′(𝑥) < 0.
Jadi grafik 𝑓 turun pada (1, 2).
Kasus 𝑥 ∈ (2, +∞):
Jelas 𝑥 > 2. Jadi (𝑥 − 2) > 0 dan (𝑥 − 1)2 >
0. Jadi 𝑓′(𝑥) > 0.
Jadi grafik 𝑓 naik pada (2, +∞).
Berikut ini disajikan suatu teorema untuk menguji nilai ekstrim relatif
suatu fungsi yang dikenal dengan Uji Turunan Pertama.
14
Contoh 3.19.
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ yang diberikan oleh 𝑓(𝑥) = 4𝑥2 − 4𝑥4.
Tentukan nilai ekstrim fungsi f.
Penyelesaian:
𝑑[𝑓(𝑥)]
𝑑(4𝑥2 − 4𝑥4)
Jelas 𝑓 (𝑥) =
′ =
𝑑𝑥 𝑑𝑥
= 8𝑥 − 16𝑥 = 8𝑥(𝑥 − 2𝑥2).
3
√2
Jelas
√2 𝑓′(𝑥) = 0 ⇔ 8𝑥(𝑥 − 2𝑥2) = 0 ⇔ 𝑥 = 0 ∨ 𝑥 = − ∨𝑥 =
2 2 .
√2 √2
Jadi bilangan kritis 𝑓 adalah − , 0, dan
2 2 .
√2
Uji turunan pertama di 𝑥 = − :
2
𝑥 √2 √2 √2
(− ) − (− )
2 2 2
− +
𝑓 (𝑥)
′
+ 0 −
𝑓( 𝑥 ) Maks. Rel. 𝑓
√2
Jadi 𝑓 (− suatu maksimum relatif 𝑓.
2 )=
𝑥 (0 ) 0 (0)
− +
𝑓 (𝑥 )
′
− 0 +
Jadi 𝑓(0) = 0 suatu minimum relatif 𝑓.
𝑓(𝑥) Min. Rel. 𝑓
2
Uji turunan pertama di 𝑥 = √ :
2
𝑥 √2 √2 √2
( ) ( )
2 2 2
− +
𝑓′(𝑥) + 0 −
𝑓( 𝑥 ) Maks. Rel. 𝑓
2
Jadi 𝑓 (√ ) = 1 suatu maksimum relatif 𝑓. Skestas grafik f diberikan
2
1
Y
X
O
f
B f
A C
X
g
A C
Gambar 3.9. Fungsi g mempunyai maksimum di B dan minimum di A
dan C. Akan tetapi cekung ke atas di antara A dan B dan di antara B
dan C.
14
Definisi kecekungan grafik fungsi diberikan berikut ini.
Definisi 3.7.
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊆ ℝ, 𝑓 kontinu pada 𝐼, dan 𝑓′(𝑥) ada pada
𝐼 kecuali mungkin di titik-titik ujungnya.
(a) Grafik fungsi 𝑓 dikatakan cekung ke atas pada 𝐼 apabila 𝑓′
merupakan fungsi naik pada 𝐼.
(b) Grafik fungsi 𝑓 dikatakan cekung ke bawah pada 𝐼 apabila 𝑓′
merupakan fungsi turun pada 𝐼.
1
disebut titik infleksi. Berikut teorema yang mengaitkan turunan kedua
suatu fungsi dengan nilai ekstrim relatif fungsi tersebut.
Contoh 3.20.
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ yang diberikan oleh 𝑓(𝑥) = 4𝑥2 − 4𝑥4. Pada
2 √2
Contoh 3.13 telah ditunjukkan bahwa 𝑓 (− √
)=1=𝑓( )
2 2
= = 8 − 48𝑥2.
2
𝑑𝑥 𝑑𝑥 2 √2
Jelas 𝑓′′ (− √ dan ′′ √2 , berakibat 𝑓 (− √
)<0 𝑓 ( )<0 )=1=𝑓( )
2 2 2 2
14
yang hendak diselesaikan. Adapun langkah-langkah yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
Langkah 1. Buatlah gambaran umum dari persoalan dan identifikasi
variabel-variabel penting beserta satuan/besarannya.
Langkah 2. Tuliskan rumus dari fungsi tujuannya apakah
meminimumkan atau memaksimumkan.
Langkah 3. Gunakan kondisi dalam masalah untuk mengeliminasi
variabel sehingga fungsi tujuan menjadi fungsi dengan
satu variabel.
Langkah 4. Tentukan bilangan kritis (titik ujung selang, titik stationer,
titik singular).
Langkah 5. Substitusikan bilangan kritis ke fungsi tujuan atau gunakan
uji turunan pertama atau uji turunan kedua untuk
menentukan maksimum dan minimum dari fungsi tujuan
tersebut.
Contoh 3.21.
Temukan suatu persegipanjang yang ukuran luas daerahnya 64𝑐𝑚2 dan
ukuran kelilingnya minimum.
Penyelesaian:
Tulis 𝑥: ukuran panjang persegipanjang (𝑐𝑚),
𝑦: ukuran lebar persegipanjang (𝑐𝑚),
𝐴: ukuran luas daerah persegipanjang (𝑐𝑚2), dan
𝐾: ukuran keliling persegipanjang (𝑐𝑚).
Karena 𝑥 dan 𝑦 menyatakan ukuran panjang dan lebar maka 𝑥 ≥ 0 dan
𝑦 ≥ 0.
64
Dari soal diperoleh 𝐴 = 64 ⇔ 𝑥𝑦 = 64 ⇔ 𝑦 = .
𝑥
64
Jelas 𝐾(𝑥) = 2(𝑥 + 𝑦) = 2 (𝑥 + ). Jelas 𝑥 ≠ 0.
𝑥
𝑑[2(𝑥+ )]
64 64
𝑥
Jelas 𝐾′(𝑥) = 0 ⇔ = 0 ⇔ 2 (1 − )⇔ 𝑥=
−8 ∨ 𝑥 = 8.
𝑑𝑥 𝑥2
1
Jadi titik kritis 𝐾 adalah 𝑥 = 8.
Uji turunan pertama di 𝑥 = 8:
𝑥 (8) 8 (8 )
− +
𝑓′(𝑥) − 0 +
𝑓(𝑥) Min. Rel.
Contoh 3.22.
Tentukan bilangan bulat yang akar kuadrat utamanya melebihi secara
maksimum delapan kali bilangan tersebut.
Penyelesaian:
Cara 1:
Tulis 𝑝: bilangan tersebut dan 𝑝 = 𝑥2 dengan 𝑥 ≥ 0.
Tulis 𝑓(𝑝) = √𝑝 − 8𝑝 ⇔ 𝑓(𝑥) = 𝑥 −
8𝑥2. Jelas 𝐷𝑓 = [0, +∞).
𝑑[𝑓(𝑥)] 𝑑(𝑥−8𝑥2)
Jelas 𝑓′(𝑥) = = = 1 − 16𝑥.
𝑑𝑥 𝑑𝑥
1
Jelas 𝑓′(𝑥) = 0 ⇔ 1 − 16𝑥 = 0 ⇔ 𝑥 = .
16
1
Uji Turunan Pertama pada 𝑥 = :
16
𝑥 1− 1 1+
16 16 16
𝑓′(𝑥) + 0 −
𝑓(𝑥) Max 𝑓(𝑥)
1 2 1 1
Jelas 𝑝 = ( ) = . Jadi bilangan yang dimaksud adalah .
16 256 256
Cara 2:
Tulis 𝑥: bilangan tersebut dan 𝑥 ≥ 0.
Tulis 𝑓(𝑥) = √𝑥 − 8𝑥.
Jelas 𝐷𝑓 = [0, +∞).
14
Jelas 𝑓′(𝑥) =
𝑑[𝑓(𝑥)] 𝑑(√𝑥−8𝑥) 1 − 8.
𝑑𝑥 = 𝑑𝑥 = 2√𝑥
𝑥 1− 1 1+
256 256 256
𝑓′(𝑥) + 0 −
𝑓(𝑥) Max 𝑓(𝑥)
1
Jadi bilangan yang dimaksud adalah .
256
1
F. Rangkuman
Selamat ya ...... saudara telah berhasil menyelesaikan kegiatan belajar tentang
turunan dan aplikasinya. Hal-hal penting yang telah saudara pelajari dalam
kegiatan belajar ini dapat dibaca pada rangkuman berikut ini.
1. Berdasarkan definisi turunan, suatu fungsi mempunyai turunan pada
suatu titik apabila turunan dari pihak kiri sama dengan turunan dari pihak
kanan
pada titik tersebut atau 𝑓′(𝑐) ada apabila 𝑓′(𝑐) = 𝑓′(𝑐).
− +
15
5. Untuk mencari turunan fungsi implisit dilakukan melakukan proses
penurunan pada kedua ruas dengan menggunakan teorema turunan yang
sesuai.
6. Syarat suatu fungsi mempunyai invers adalah fungsi tersebut adalah
fungsi injektif dan domain dari fungsi inversnya adalah Range dari fungsi
semula.
7. Turunan fungsi invers dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mencari
fungsi invers kemudian diturunkan atau menggunakan hubungan
(𝑓−1)′(𝑥) = 𝑑𝑥 1
atau = .
1
𝑓′[𝑓−1(𝑥)] 𝑑𝑦 𝑑𝑦
𝑑𝑥
8. Turunan dari invers fungsi trigonometri diberikan berikut ini.
𝑑(sin−1 𝑥) 1 𝑑(cot−1 𝑥) −1
(𝑎) = , |𝑥 | < 1 (𝑑 ) =
𝑑𝑥 √1 − 𝑥2 𝑑𝑥 1 + 𝑥2
𝑑(cos−1 𝑥) −1 𝑑(sec−1 𝑥) 1
(𝑏) = , |𝑥| < 1 (𝑒) = , |𝑥| > 1
𝑑𝑥 2 𝑑𝑥 |𝑥|√𝑥 2
− 1
√1 − 𝑥
𝑑(tan 𝑥)
−1
1 𝑑(css−1 𝑥) −1
(𝑐) = (𝑓) = , |𝑥| > 1
𝑑𝑥 1 + 𝑥2 𝑑𝑥 |𝑥|√𝑥2 − 1
9. Suatu nilai disebut nilai ekstrim mutlak dari suatu fungsi jika nilai
tersebut merupakan nilai ekstrim fungsi pada domain fungsi tersebut;
Sedangkan suatu nilai disebut nilai ekstrim relatif dari suatu fungsi jika
nilai tersebut merupakan nilai ekstrim fungsi pada suatu selang yang
merupakan himpunan bagian dari domain fungsi tersebut. Nilai ekstrim
mutlak suatu fungsi juga merupakan nilai ekstrim relatif.
10. Apabila 𝑐 suatu nilai ekstrim dari fungsi 𝑓 maka 𝑐 haruslah merupakan
bilangan kritis fungsi 𝑓 dan 𝑐 memenuhi salah satu dari: 𝑐 merupakan
titik ujung 𝐼, 𝑐 merupakan titik stationer 𝑓, atau 𝑐 merupakan titik
singular 𝑓.
11. Teorema nilai rata-rata menjamin adanya nilai 𝑐 ∈ (𝑎, 𝑏) di mana
𝑓( 𝑏 ) − 𝑓( 𝑎 )
𝑓′(𝑐) = 𝑏−𝑎 .
1
12. Kemonotonan grafik fungsi dapat dilihat dari nilai turunan pertama
fungsi tersebut yaitu jika 𝑓′(𝑥) > 0 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan di titik
ujung
15
maka grafik 𝑓 naik pada 𝐼 dan jika 𝑓′(𝑥) < 0 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 yang
bukan di titik ujung maka grafik 𝑓 turun pada 𝐼.
13. Penentuan nilai ekstrim suatu fungsi dapat dilakukan dengan uji turunan
pertama yaitu Jika 𝑓′(𝑥) ada pada selang (𝑐 − ℎ, 𝑐 + ℎ) untuk suatu ℎ >
0 kecuali mungkin di titik 𝑐 sendiri maka 𝑓(𝑐) ekstrim relatif jika dan
hanya jika tanda 𝑓′(𝑥) berganti tanda di 𝑥 = 𝑐.
14. Kecekungan grafik fungsi dapat diperiksa menggunakan turunan kedua
dari fungsi tersebut. Kriterianya adalah grafik 𝑓 cekung ke atas pada 𝐼
apabila 𝑓′′(𝑥) > 0 ∀𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan titik ujung 𝐼 dan grafik 𝑓 cekung
ke bawah pada 𝐼 apabila 𝑓′′(𝑥) < 0 ∀𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan titik ujung 𝐼.
15. Penentuan nilai ekstrim juga dapat dilakukan dengan uji turunan kedua
dengan syarat 𝑓′(𝑥) dan 𝑓′′(𝑥) ada pada 𝐼. Kriteria yang digunakan yaitu:
𝑓′′(𝑥) < 0 ⇒ 𝑓(𝑎) suatu maksimum relatif 𝑓, 𝑓′′(𝑥) > 0 ⇒ 𝑓(𝑎) suatu
minimum relatif 𝑓, dan 𝑓′′(𝑥) = 0 ⇒ tidak ada kesimpulan.
G. Tes Formatif
Pilihlah jawaban yang tepat dari setiap persoalan berikut.
1. Fungsi dengan nilai fungsi berikut yang tidak mempunyai turunan di 𝑥 = 2
adalah ....
A. 𝑓(𝑥) = |𝑥 − 2|
B. 𝑓(𝑥) = |𝑥 + 2|
C. 𝑓(𝑥) = |𝑥| − 2
D. 𝑓(𝑥) = |𝑥| + 2
E. 𝑓 𝑥
(𝑥) = | |
2
2. Nilai 𝑥 dari titik pada 𝑦 = 9 sin 𝑥 cos 𝑥 yang mempunyai garis singgung
berupa garis horisontal adalah ....
A. 𝜋
3
1
𝜋
B. 2
3𝜋
C. 2
D. 𝜋
5𝜋
E. 4
𝑥
3. Diberikan 𝐹(0) = 2 dan 𝐹′(0) = −1. Apabila 𝐺(𝑥) = maka nilai
1+sec[𝐹(2𝑥)]
A. 1−𝑥2
1
B.1
√(1−𝑥2)
15
C.1
|𝑥|√(1−𝑥2)
D.1
𝑥2√(1−𝑥2)
E.1
(1−𝑥2)√1−𝑥2
[cos(2 sin−1 𝑥)]
7. Nilai yang sesuai dengan 𝑑
adalah ....
𝑑𝑥
4𝑥2
A. √1−𝑥2
4𝑥
B. √1−𝑥2
4
C. −
√1−𝑥2
D. −4𝑥
4𝑥
E. −
√1−𝑥2
A. 9
1
B. 65
C. 129
D. 257
E. 513
H. Daftar Pustaka
[1] Chotim, M. 2012. Diktat Mata Kuliah Kalkulus 1. Semarang: Jurusan
Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang.
[2] Clark, D.N. 2000. A Volume in The Comprehensive Dictionary of
Mathematics: Dictionary of Analysis, Calculus, and Differential Equations.
Florida: CRC Press LLC.
[3] Varberg, D., Purcell, E.J., & Rigdon, S. 2007. Calculus Ninth Edition. Upper
Saddle River, New Jersey: Pearson Education
[4] Ristekdikti. 2018. Modul Daring PPG Daljab 2018. Jakarta:Ristekdikti.
15
No Kode: DAR 2/Profesional/180/3/2019
TRIGONOMETRI
KB 4. Antiturunan, Integral, dan Aplikasi Integral
Penulis:
Muhammad Kharis, S.Si., M.Sc.
1
15
A. Pendahuluan
Selamat mengikuti kegiatan belajar yang ke-4 ini dengan materi antiturunan,
Salam bahagia para mahasiswa PPG yang bersemangat.
integral dan aplikasi integral. Untuk mengawali kegiatan belajar ini, coba Saudara
lakukan aktivitas berikut ini.
Ambillah secarik kertas, sketsalah grafik fungsi sinus pada bidang
kartesius dengan batas 0 sampai 2π, arsirlah daerah yang dibatasi
grafik fungsi sinus dan sumbu X. Coba Saudara hitung luas daerah
yang diarsir, kemudian berikutnya, jika daerah yang diarsir diputar
mengelilingi sumbu X, sehingga membentuk sebuah benda putar,
bagaimanakah cara menghitung volume benda putar tersebut?
Masalah ini akan dengan mudah diselesaikan setelah kegiatan belajar
ke-4 dikuasai.
Pada kegiatan belajar ke-4 ini, Saudara akan mengkaji konsep antiturunan,
integral, dan aplikasi integral. Antiturunan merupakan balikan dari turunan fungsi
yang telah dipelajari pada kegiatan belajar sebelumnya. Selanjutnya setelah
memahami antiturunan, Saudara akan mengkaji integral Riemann atau dikenal
sebagai integral tertentu dengan lebih dahulu mengingat materi notasi sigma dan
memahami jumlah Riemann. Materi integral tertentu yang fenomenal adalah
teorema dasar kalkulus 1 dan 2 yang memangkas durasi waktu perhitungan
menjadi sangat singkat, sehingga banyak aplikasinya di berbagai bidang. Aplikasi
integral salah satunya digunakan dalam penyelesaian masalah luas daerah dan
volume benda putar dengan terlebih dahulu menentukan batas-batasnya. Dalam
bidang fisika, Saudara juga telah mengenal usaha dan pusat massa yang
penyelesaian masalahnya dapat menggunakan aplikasi integral.
Prasyarat dalam mempelajari materi pada kegiatan belajar 4 ini adalah
Saudara telah menguasai materi limit dan turunan fungsi yang telah dikaji pada
kegiatan belajar sebelumnya. Kegiatan belajar ini dikemas dalam empat sub kajian
yang disusun dengan urutan sebagai berikut.
• Sub Kajian 1: Antiturunan
• Sub Kajian 2: Notasi Sigma dan Jumlah Riemann
• Sub Kajian 3: Integral Tertentu
• Sub Kajian 4: Aplikasi Integral.
1
Proses pembelajaran untuk materi yang sedang Saudara ikuti sekarang ini,
dapat berjalan dengan lebih lancar bila Saudara mengikuti langkah-langkah
belajar berikut ini.
1) Ingat kembali materi limit dan turunan fungsi sebagai materi prasyarat dalam
mempelajari materi pada kegiatan belajar ini.
2) Pelajari materi pada kegiatan belajar ini dengan seksama, selesaikan latihan
pada forum diskusi, dan selesaikan tes formatifnya secara mandiri.
3) Cocokkan jawaban tes formatif Saudara dengan kunci jawaban yang diberikan.
4) Apabila tingkat penguasaan Saudara 80% atau lebih, Saudara dapat
melanjutkan ke kegiatan belajar berikutnya. Apabila tingkat penguasaan
Saudara kurang dari 80%, Saudara harus mempelajari kembali materi pada
kegiatan belajar ini.
5) Keberhasilan pembelajaran Saudara dalam mempelajari materi pada kegiatan
belajar ini, sangat tergantung kepada kesungguhan Saudara dalam belajar dan
mengerjakan tugas dan latihan. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau
berkelompok dengan teman sejawat.
Selanjutnya kami ucapkan selamat belajar, semoga Saudara sukses mampu
mengimplementasikan pengetahuan yang diberikan dalam kegiatan belajar ini.
16
1. memahami, mengidentifikasi, menganalisis, merekonstruksi, memodifikasi
secara terstruktur, dan menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
antiturunan,
2. memahami, mengidentifikasi, menganalisis, merekonstruksi, memodifikasi
secara terstruktur, dan menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan notasi
sigma dan jumlah Riemann,
3. memahami, mengidentifikasi, menganalisis, merekonstruksi, memodifikasi
secara terstruktur, dan menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
integral tertentu, dan
4. memahami, mengidentifikasi, menganalisis, merekonstruksi, memodifikasi
secara terstruktur, dan menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
aplikasi integral.
C. Pokok-pokok Materi
Materi yang dipelajari dalam kegiatan belajar ini antara lain::
1. Antiturunan
2. Notasi Sigma dan Jumlah Riemann
3. Integral Tertentu
4. Aplikasi Integral.
1
D. Uraian Materi
1. Antiturunan
a. Konsep Antiturunan
Sebagian operasi dalam matematika mempunyai balikan atau invers,
seperti penjumlahan dengan pengurangan, perkalian dengan pembagian, serta
perpangkatan eksponen dengan penarikan akar. Pada kegiatan ini dibahas
antiturunan yang merupakan balikan dari turunan. Proses mencari antiturunan
fungsi disebut juga dengan pengintegralan tak tentu.
Definisi 4.1
Dipunyai 𝐹: 𝐼 ⟶ 𝑅 dan 𝑓: 𝐼 ⟶ 𝑅.
Jika 𝐹′(𝑥) = 𝑓(𝑥) untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 maka 𝐹 disebut suatu anti turunan 𝑓 pada
selang 𝐼.
Teorema 4.1
𝑥𝑟+1
Jika 𝑟 sebarang bilangan rasional kecuali 1, maka ∫ 𝑥𝑟𝑑𝑥 = +𝐶
𝑟+1
Bukti:
Dengan menurunkan ruas kanan diperoleh:
𝑟+1 1
𝐷𝑥 [ 𝑥 + 𝐶] = (𝑟 + 1)𝑥𝑟 = 𝑥𝑟.
𝑟+1 𝑟+1
16
Teorema 4.2
∫ sin 𝑥 𝑑𝑥 = − cos 𝑥 + 𝐶 dan ∫ cos 𝑥 𝑑𝑥 = sin 𝑥 + 𝐶
Bukti:
𝐷𝑥(− cos 𝑥 + 𝐶) = sin 𝑥 dan 𝐷𝑥(sin 𝑥 + 𝐶) = cos 𝑥.
Bukti:
Dengan mendiferensialkan ruas kanan, kita memperoleh integran di ruas kiri.
𝑑[𝐾 ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥]
1. 𝑑𝑥 𝑑[∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥]
=𝐾 𝑑𝑥 = 𝐾𝑓(𝑥)
𝑑[∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥+∫ [∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥]
2.
𝑔(𝑥)𝑑𝑥] 𝑑[∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥] + 𝑑
= 𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)
𝑑𝑥
= 𝑑𝑥 𝑑𝑥
Contoh 4.1
1. Diberikan 𝑓(𝑥) = 4𝑥3, tentukan:
a. suatu antiturunan dari 𝑓(𝑥)
b. hasil dari ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥.
Penyelesaian:
a. Karena yang diminta hanya menentukan suatu antiturunan dari 𝑓(𝑥),
maka kita bebas memilih suatu fungsi yang turunannya 4𝑥3, misal
𝑔(𝑥) = 𝑥4 + 25, sehingga 𝑔(𝑥) adalah suatu antiturunan dari 𝑓(𝑥).
b. Hasil dari ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 adalah semua fungsi yang turunannya 4𝑥3,
sehingga hasilnya adalah ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝑥4 + 𝐶, dengan 𝐶 konstanta.
2. Tentukan hasil dari:
a. ∫ 4(𝑥 − 𝑥3)𝑑𝑥
1
b. ∫(𝑥2 + sin 𝑥 − cos 𝑥)𝑑𝑥
Penyelesaian:
𝑥2 𝑥4
a. ∫ 4(𝑥 − 𝑥3)𝑑𝑥 = 4 ∫(𝑥 − 𝑥3)𝑑𝑥 = 4 ( − ) + 𝐶 = 2𝑥2 − 𝑥4 + 𝐶
2 4
Contoh 4.2
Tentukan ∫(𝑥3 + 2𝑥 − 5)6(3𝑥2 + 2) 𝑑𝑥.
Penyelesaian:
Misal 𝑓(𝑥) = 𝑥3 + 2𝑥 − 5, maka 𝑓′(𝑥) = 3𝑥2 + 2
(𝑥3+2𝑥−5)7
Diperoleh ∫(𝑥3 + 2𝑥 − 5)6(3𝑥2 + 2) 𝑑𝑥 = ∫ 𝑓6(𝑥)𝑓′(𝑥)𝑑𝑥 = + 𝐶.
7
Contoh 4.3
Tentukan ∫ 2. cos 2𝑥
𝑑𝑥. Penyelesaian:
16
Strategi:
(1)
Ingat rumus: ∫ cos 𝑥 𝑑𝑥 = sin 𝑥 + 𝐶.
(2)
Jika x diganti 2x, diperoleh ∫ cos 2𝑥 𝑑(2𝑥) = sin 2𝑥 + 𝐶.
Sehingga diperoleh ∫ 2. cos 2𝑥 𝑑𝑥 = ∫ cos 2𝑥 𝑑(2𝑥) = sin 2𝑥 + 𝐶.
Bukti:
Dipunyai 𝑑(𝑈. 𝑉) = 𝑈. 𝑑𝑉 + 𝑉. 𝑑𝑈.
Jadi ∫ 𝑑(𝑈. 𝑉) = ∫(𝑈. 𝑑𝑉 + 𝑉. 𝑑𝑈)
- 𝑈. 𝑉 = ∫ 𝑈. 𝑑𝑉 + ∫ 𝑉. 𝑑𝑈
- ∫ 𝑈. 𝑑𝑉 = 𝑈. 𝑉 − ∫ 𝑉. 𝑑𝑈.
c. Teknik Pengintegralan
Dalam menyelesaikan masalah integral tak tentu maupun integral tertentu,
didapatkan teknik-teknik pengintegralan yang diperoleh dari teorema-teorema
yang
1
telah dibahas dalam materi turunan maupun integral, selain itu juga dengan
melihat bentuk fungsi yang diintegralkan.
1) Teknik pengintegralan yang diperoleh dari turunan maupun integral.
Untuk fungsi-fungsi yang mempunyai turunan pada selang tertentu dan 𝐾 suatu
konstanta, berlakulah teknik pengintegralan berikut ini.
No Teknik pengintegralan
1
∫ 𝑑𝑥 = 𝑥 + 𝐶
2 ∫ 𝐾 𝑑𝑥 = 𝐾 ⋅ 𝑥 + 𝐶, dengan 𝐾 suatu konstanta
4
∫[𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 + ∫ 𝑔(𝑥) 𝑑𝑥
5 𝑛+1
∫ 𝑥𝑛 𝑑𝑥 = 𝑥 +𝐶
𝑛+1
6 𝑑𝑥
∫ = ln|𝑥| + 𝐶 = ln 𝐶 |𝑥|
𝑥
7
∫ 𝑒𝑥 𝑑𝑥 = 𝑒𝑥 + 𝐶
𝑎𝑥
8 ∫ 𝑎𝑥 𝑑𝑥 = + 𝐶 dengan 𝑎 > 0, dan 𝑎 ≠ 1
ln 𝑎
9
∫ sin 𝑥 𝑑𝑥 = − cos 𝑥 + 𝐶
10
∫ cos 𝑥 𝑑𝑥 = sin 𝑥 + 𝐶
11
∫ sec2 𝑥 𝑑𝑥 = tan 𝑥 + 𝐶
12
∫ csc2 𝑥 𝑑𝑥 = − cot 𝑥 + 𝐶
13
∫ sec 𝑥 ⋅ tan 𝑥 𝑑𝑥 = sec 𝑥 + 𝐶
14
∫ csc 𝑥 ⋅ cot 𝑥 𝑑𝑥 = − csc 𝑥 + 𝐶
15
∫ tan 𝑥 𝑑𝑥 = − ln|cos 𝑥| + 𝐶 = ln|sec 𝑥| + 𝐶
16
∫ cot 𝑥 𝑑𝑥 = ln|sin 𝑥| + 𝐶
17
∫ sec 𝑥 𝑑𝑥 = ln|sec 𝑥 + tan 𝑥| + 𝐶
16
No Teknik pengintegralan
18
∫ csc 𝑥 𝑑𝑥 = ln|csc 𝑥 − cot 𝑥| + 𝐶
19 𝑑𝑥
∫ = sin−1 𝑥 + 𝐶 = − cos−1 𝑥 + 𝐶
√1 − 𝑥 2
20 𝑑𝑥
∫ = tan−1 𝑥 + 𝐶 = − cot−1 𝑥 + 𝐶
1 + 𝑥2
21 𝑑𝑥
∫ = sec−1|𝑥| + 𝐶 = − csc−1|𝑥| + 𝐶
|𝑥|√𝑥 − 1 2
22 𝑑𝑢 𝑢 𝑢
∫ = sin−1 ( ) + 𝐶 = − cos−1 ( ) + 𝐶
√𝑎2 − 𝑢2 𝑎 𝑎
23 𝑑𝑢 1 −1
𝑢 1 −1
𝑢
∫ 2 = tan ( ) + 𝐶 = − cot ( )+𝐶
𝑎 + 𝑢2 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
24 𝑑𝑢 1 𝑢 1 𝑢
∫ = sec−1 ( ) + 𝐶 = − csc−1 ( ) + 𝐶
𝑢√𝑢2 − 𝑎2 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
Contoh 4.5
Tentukan (a) 𝑑𝑥
(b) 𝑑𝑥
∫𝑥2+2𝑥+5 ∫√4𝑥−𝑥2
Penyelesaian:
(a)
𝑑𝑥 𝑑𝑥 = 1 tan−1 𝑥+1
= ( ) + 𝐶.
∫ ∫ 2
𝑥2+2𝑥+5 (𝑥+1)2+22 2
(b) 𝑑𝑥
= sin−1
𝑥−2
.
√4𝑥−𝑥2 𝑑𝑥
∫ = ∫ √22−(𝑥−2)2 (2 ) +
1
= 1 − 2 ⋅ sin2 𝑥
1+cos 2𝑥 1−cos 2𝑥
Jadi cos2 𝑥 = dan sin2 𝑥 =
2 2
b)
Integral bentuk ∫ sin𝑚 𝑥 ⋅ cos𝑛 𝑥 𝑑𝑥
Integral bentuk ∫ sin𝑚 𝑥 ⋅ cos𝑛 𝑥 𝑑𝑥 dapat diselesaikan dengan mudah
untuk beberapa kasus nilai 𝑚 dan 𝑛 yang tertentu.
(1) Kasus 𝒎 ganjil atau 𝒏 ganjil
Ingat rumus sin2 𝑥 + cos2 𝑥 = 1
Jadi sin2 𝑥 = 1 − cos2 𝑥 dan cos2 𝑥 = 1 − sin2 𝑥
(2) Kasus 𝒎 genap dan 𝒏 genap
Ingat rumus:
(a) sin 2 𝑥 = 2 sin 𝑥 ⋅ cos 𝑥
(b) cos 2 𝑥 = cos2 𝑥 − sin2 𝑥
= 2 ⋅ cos2 𝑥 − 1
= 1 − 2 ⋅ sin2 𝑥
1+cos 2𝑥 1−cos 2𝑥
Jadi cos2 𝑥 = dan sin2 𝑥 =
2 2
c) Integral bentuk ∫ cos 𝑚 𝑥 ⋅ sin 𝑛 𝑥 𝑑𝑥, ∫ cos 𝑚 𝑥 ⋅ cos 𝑛 𝑥 𝑑𝑥, dan ∫ sin 𝑚
𝑥 ⋅ sin 𝑛 𝑥 𝑑𝑥
Untuk menyelesaikan integral-integral tersebut perlu diingat teorema trigonometri
sebagai berikut.
(1) sin 𝑚 𝑥 ⋅ cos 𝑛 𝑥 = [sin( 𝑚𝑥 + 𝑛𝑥) + sin( 𝑚𝑥 − 𝑛𝑥)]
1
(2) 2
[cos( 𝑚𝑥 + 𝑛𝑥) + cos( 𝑚𝑥 − 𝑛𝑥)]
(3) cos 𝑚 𝑥 ⋅ cos 𝑛 𝑥 =
1
2
1
16
Penyelesaian:
1
Jelas∫ cos3 𝑥 . 𝑑𝑥 = ∫ cos2 𝑥 . cos 𝑥 . 𝑑𝑥
= ∫(1 − sin2 𝑥). cos 𝑥 . 𝑑𝑥
= ∫ cos 𝑥 . 𝑑𝑥 − ∫ sin2 𝑥 . 𝑑(sin 𝑥)
sin3 𝑥
= sin 𝑥 + 𝐶.
− 3
Contoh 4.7
Tentukan ∫ sin2 𝑥 . cos3 𝑥 . 𝑑𝑥.
Penyelesaian:
Jelas ∫ sin2 𝑥 . cos3 𝑥 . 𝑑𝑥 = ∫ sin2 𝑥 . cos2 𝑥 . cos 𝑥 . 𝑑𝑥
= ∫ sin2 𝑥 . cos2 𝑥 . 𝑑(sin 𝑥)
= ∫ sin2 𝑥 . (1 − sin2 𝑥). 𝑑(sin 𝑥)
=∫ sin2 𝑥 . 𝑑(sin 𝑥) − ∫ sin4 𝑥 . 𝑑(sin 𝑥)
sin3 𝑥 sin5 𝑥
= 3 − 3 + 𝐶.
3) Integral Fungsi Rasional
𝑝(𝑥)
Fungsi 𝑓(𝑥) =
𝑞(𝑥) dengan 𝑝(𝑥) dan 𝑞(𝑥) masing-masing merupakan
polinomial/suku banyak disebut fungsi rasional. Jika derajat 𝑝(𝑥) lebih tinggi dari
derajat 𝑞(𝑥) maka 𝑓(𝑥) disebut fungsi rasional tak sejati, sedangkan jika derajat
𝑝(𝑥) kurang dari derajat 𝑞(𝑥), maka 𝑓(𝑥) disebut fungsi rasional sejati. Teknik
pengintegralannya fungsi rasional tak sejati diubah menjadi fungsi rasional sejati
dengan pembagian. Setelah menjadi fungsi rasional sejati, berikutnya jadikan
sebagai penjumlahan dengan penyebut faktor-faktornya.
Contoh 4.8
(a) Pecahan 1
𝐵
(𝑥−1)(𝑥+2) diubah menjadi 𝐴
+ .
𝑥−1 𝑥+2
𝑥+2 𝐵
(b) Pecahan diubah menjadi 𝐴
+ .
(𝑥−1)2 𝑥−1 (𝑥−1)2
2
𝑥 −6𝑥+1 𝐵𝑥+𝐶
(c) Pecahan diubah menjadi 𝐴 + .
𝑥(𝑥2−𝑥−1) 𝑥 𝑥2−𝑥−1
Contoh 4.9
2𝑑𝑥
Tentukanlah ∫ .
Strategi: 𝑥2−𝑥−2
17
(1) Faktorkan 𝑥2 − 𝑥 − 2 menjadi (𝑥 − 2)(𝑥 + 1).
𝐵
(2) Selanjutnya 2 2 𝐴 + .
𝑥 −𝑥−2 = 𝑥+1
2 𝑥−2 2
(3) Diperoleh: 𝐴 = dan 𝐵 = − .
3 3
Penyelesaian:
2𝑑𝑥
∫ 2 2
2 𝑑𝑥 2 𝑑𝑥 = ln 𝑥 − 2 − ln 𝑥 + 1 + 𝐶
𝑥2−𝑥−2 = 3 ∫𝑥−2 − 3 ∫𝑥+1 3 | | 3 | |
1 + 2 + 3 + ⋯ + 20 = ∑ 𝑖
𝑖=1
yang dibaca “sigma 𝑖, 𝑖 dari 1 sampai 20”. Dengan cara serupa, deret berikut dapat
dinyatakan dalam notasi sigma.
100
(𝑎) 1 + 2 + 3 + ⋯ + 100 = ∑ 𝑝2
2 2 2 2
𝑝=1
𝑛
(𝑏) 𝑘1 + 𝑘2 + 𝑘3 + ⋯ + 𝑘𝑛 = ∑ 𝑘𝑖
𝑖=1
𝑛
(𝑐) 1 1 1 1 1
+ + +⋯ =∑
3.3 + 3 3.4 + 3 3.5 + 3 + 3. 𝑛 + 3. 𝑘 + 3
𝑘=1
3
1
Berikut ini merupakan teorema yang sering digunakan, khususnya dalam
perhitungan integral tertentu melalui limit jumlah Riemann.
Teorema 4.7
𝑛
𝑏. ∑ 𝑐. 𝑎𝑖 = 𝑐. ∑ 𝑎𝑖
𝑖=1
𝑛 𝑖=1
𝑛 𝑛
𝑐. ∑(𝑐. 𝑎𝑖 + 𝑑. 𝑏𝑖) = 𝑐. ∑ 𝑎𝑖 + 𝑑. ∑ 𝑏𝑖
𝑖=1
𝑖=1 𝑖=1
Sebagian masalah deret dan notasi sigma dapat diselesaikan dengan induksi
matematika yang merupakan pembuktian kebenaran suatu pernyataan 𝑃(𝑛) benar
untuk setiap bilangan asli atau bilangan cacah 𝑛. Dua langkah baku dalam induksi
matematika, yaitu:
(i) pertama 𝑃(1) benar dan
(ii) kedua 𝑃(𝑘 + 1) benar apabila 𝑃(𝑘) benar.
Dengan demikian dapat dinyatakan:
𝑃(1) benar
𝑃(𝑛) benar ⇔ {
𝑃(𝑘 + 1) benar apabila P(𝑘) benar
Contoh
4.10
𝑛(𝑛+1)
Buktikan: 1 + 2 + 3+. . . +𝑛 = .
2
Bukti:
Tulis 1 + 2 + 3 + ⋯ + 𝑛 = 𝑖.
𝑖
∑𝑛
Tulis 𝑃(𝑛) =
𝑛(𝑛+1)
∑𝑛 𝑖 𝑖= 𝑛 .
17
Jadi 𝑘(𝑘+1)
∑𝑘 𝑖 𝑖= 2 .
1
Jelas ∑𝑘+1 𝑖 = 𝑘(𝑘+1) (𝑘+1)[(𝑘+1)+1]
(∑𝑘 𝑖) + (𝑘 + 1) = + (𝑘 + 1) = .
𝑖=1 𝑖=1 2 2
Jadi 𝑃(𝑘 + 1) benar apabila 𝑃(𝑘) benar.
Jadi P(n) benar.
𝑛(𝑛+1)
Jadi 1 + 2 + 3 + ⋯ + 𝑛 = .
2
b. Jumlah Riemann
Berikut ini disajikan pengertian partisi dan jumlah Riemann suatu fungsi
yang merupakan dasar pendefinisian integral tertentu.
Definisi 4.2
Dipunyai [𝑎, 𝑏] suatu selang tutup. Suatu partisi 𝑃𝑛 untuk selang [𝑎, 𝑏] adalah
sebarang himpunan yang terdiri (𝑛 + 1) bilangan {𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛}, dengan
𝑎 = 𝑥0 < 𝑥1 < 𝑥2 < ⋯ < 𝑥𝑛 = 𝑏.
Catatan:
Panjang subselang ke-𝑖, dinyatakan dengan ∆𝑖𝑥, dengan ∆𝑖𝑥 = 𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1, dan 𝑖 =
1, 2, 3, … , 𝑛.
Panjang subselang terbesar dari partisi 𝑃𝑛 dinyatakan dengan ‖𝑃𝑛 ‖ dibaca dengan
“norm 𝑃𝑛”.
Contoh 4.11
1
Periksa apakah {0, 3 4
6 1 , , 1} merupakan suatu partisi untuk selang [0,1]. Jika
, ,
2 5
5 5 ,
5
17
Definisi 4.3
Dipunyai 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ. suatu fungsi, 𝑃𝑛 suatu partisi untuk selang [𝑎, 𝑏], dan
𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖]. Bangun 𝑅𝑛 = ∑ 𝑓(𝑡𝑖). ∆𝑖𝑥.
Bangun 𝑅𝑛 disebut Jumlah Riemann untuk 𝑓 pada selang [a,b].
Contoh 4.12
Hitunglah jumlah Riemann untuk fungsi 𝑓(𝑥) = 9 − 𝑥 pada selang [0,9] memakai
partisi 0 < 1 < 2 < 4 < 6 < 7 < 9 dan titik-titik sampel 𝑡𝑖 merupakan titik-
titik tengah subselang ke-𝑖.
Penyelesaian:
Misalkan 𝑥0 = 0, 𝑥1 = 1, 𝑥2 = 2, 𝑥3 = 4, 𝑥4 = 6, 𝑥5 = 7, dan 𝑥6 = 9.
Selanjutnya diperoleh:
𝑡 =𝑥
𝑥1−𝑥0 1−0 1
1 0 + 2
=0+ 2
= 2,
𝑡 =𝑥
𝑥2−𝑥1 2−1 3
2 1 + 2
=1+ 2
= 2,
𝑥3−𝑥2 4−2
𝑡 =𝑥 + =2+ = 3,
3 2 2 2
𝑥4−𝑥 3 6−4
𝑡 =𝑥 + =4+ = 5,
4 3 2 2
𝑥5−𝑥 4 7−6 13
𝑡 =𝑥 + =6+ = , dan
5 4 2 2 2
𝑥6−𝑥5 9−7
𝑡 =𝑥 + =7+ = 8.
6 5 2 2
Jadi diperoleh 𝑅6 =
𝑓(𝑡𝑖). ∆𝑖𝑥
∑6 𝑖
= 𝑓(𝑡1). ∆1𝑥 + 𝑓(𝑡2). ∆2𝑥 + 𝑓(𝑡3). ∆3𝑥 + 𝑓(𝑡4). ∆4𝑥 + 𝑓(𝑡5). ∆5𝑥 + 𝑓(𝑡6). ∆6𝑥
= 𝑓( 3
) 1 (1 − + 𝑓 ( ) (2 − + 𝑓(3)(4 − + 𝑓(5)(6 − 4)
2 2
0) 1) 2)
13
𝑓(
+) (7 − 6) + 𝑓(8)(9 − 7)
2
17 15 5 1
= .1+ . 1 + 6.2 + 4.2 5
. 1 + 1.2 = 17 15
+ 12 + 8 + + 2 = 40
+ +
2 2 2 2 2 2 2 .
1
3. Integral Tertentu
Berikut ini Saudara akan mengkaji konsep integral Riemann yang dikenal
sebagai integral tertentu dan selanjutnya akan dikaji pula teorema-teoremanya.
17
Teorema yang sangat menarik tentunya adalah Teorema Dasar Kalkulus 1 dan 2,
yang membuat perhitungan integral yang sebelumnya lama menjadi sangat
singkat.
a. Integral Tertentu
Berikut ini didefinisikan pengertian integral tertentu sebagai limit jumlah
Riemann.
Definisi 4.4
Dipunyai fungsi 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ.
Jika lim 𝑛
‖𝑃‖→0 ∑𝑖=1 𝑓(𝑡𝑖). ∆𝑖𝑥 ada, maka dikatakan fungsi f terintegralkan secara
Riemann pada selang [𝑎, 𝑏].
Selanjutnya ditulis
𝑏
lim
∑𝑛 𝑓(𝑡 ). ∆ 𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
‖𝑃‖→0 𝑖=1 𝑖 𝑖 𝑎
Catatan:
1) ∆𝑖𝑥 adalah panjang subselang ke-𝑖, ∆𝑖𝑥 = 𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1, 𝑖 = 1, 2, 3, … , 𝑛,
sedangkan 𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖].
2) Dalam kasus selang [𝑎, 𝑏] dibagi menjadi 𝑛 bagian sama panjang, maka
‖𝑃‖ → 0 ⇔ 𝑛 → ∞.
𝑏
3) Pada bentuk ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥, 𝑓 disebut integran, 𝑎 disebut batas bawah, dan 𝑏
�
disebut batas atas.
4) Dalam kasus fungsi 𝑓 kontinu pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑓(𝑥) ≥ 0 pada [𝑎, 𝑏],
𝑏
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 menyatakan luas daerah yang dibatasi oleh grafik 𝑓, garis 𝑥 =
�
𝑎, garis 𝑥 = 𝑏, dan sumbu X.
5) Integral tertentu adalah suatu bilangan riil yang dapat bernilai positif, nol,
dan negatif.
Contoh 4.13
4
1. Hitunglah ∫ (𝑥 − 3)𝑑𝑥 dengan menggunakan limit Jumlah Riemann.
1
Penyelesaian:
Misalkan 𝑓(𝑥) = 𝑥 − 3.
1
Bangun partisi untuk selang [1,4] yang membagi selang [1,4] menjadi 𝑛 buah
subselang yang sama panjang.
4−1 3
Diperoleh ∆ 𝑥 = = untuk setiap 𝑖 = 1,2, 3, , 𝑛. Berikutnya diperoleh:
𝑖 𝑛 𝑛
3 ( ) 3 3
dan
3
𝑥0 = 1, 𝑥1 = 1 + , 𝑥2 = 1 + 2. , … , 𝑥𝑖−1 = 1 + 𝑖 − 1 . , 𝑥𝑖 = 1 + 𝑖. ,
𝑛 𝑛 𝑛 𝑛
𝑥𝑛 = 4.
Pilih 𝑡𝑖 = 𝑥𝑖 untuk setiap 𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖].
3𝑖 3𝑖 3𝑖
Jadi 𝑓(𝑡 ) = 𝑓(𝑥 ) = 𝑓 (1 + ) = 1 + − 3 = − 2.
𝑖 𝑛 𝑛 𝑛
𝑖
4
Jadi ∫ (𝑥 − 3)𝑑𝑥 = lim 𝑓(𝑡 ). ∆ 𝑥
∑
𝑛
1 ‖𝑃‖→0 𝑖=1 𝑖 𝑖
𝑛
3𝑖 3
= lim ∑ ( − 2) .
𝑛→∞ 𝑛
𝑛
𝑖=1 𝑛
� 6
�
9
= lim ( ∑ 𝑖 ∑ 1)
𝑛→∞ 𝑛 2 𝑛
− 𝑖=1
𝑖=1
= lim ( . 𝑛(𝑛+1)
9
− 6 . 𝑛)
𝑛→∞ 𝑛2 2 𝑛
9
= −6
2
3
=− .
2
𝑏
2. Hitunglah ∫ 𝑥𝑑𝑥.
�
Penyelesaian:
Bangun partisi untuk selang [𝑎, 𝑏] yang membagi selang [𝑎, 𝑏] menjadi 𝑛 buah
subselang yang sama panjang.
𝑏−𝑎
Jelas 𝛥 𝑥 = untuk setiap 𝑖 = 1, 2, 3, … , 𝑛.
𝑖 𝑛
𝑏−𝑎 2(𝑏−𝑎)
Jadi = 𝑎, =𝑎+ ,𝑥 =𝑎+ ,…, 𝑥 (𝑖−1)(𝑏−𝑎)
𝑥 𝑥 =𝑎+ ,𝑥 =
0 1 𝑖−1 𝑖
𝑛 𝑛 𝑛
𝑖(𝑏−𝑎) = 𝑏. 2
𝑎+ dan 𝑥𝑛
𝑛
Pilih ti xi1 .
𝑏 𝑛
17
Jadi ∫ 𝑥. 𝑑𝑥 = lim ∑ 𝑓(𝑡𝑖). 𝛥𝑖𝑥
‖𝑃‖→0
� 𝑖=1
1
𝑛
(𝑖 − 1)(𝑏 − 𝑎) 𝑏−
= lim ∑ [𝑎 ]
+ . 𝑎
𝑛→∞ 𝑛 𝑛
𝑖=1
𝑛
𝑎(𝑏 − 𝑎) 𝑏−𝑎 2
= lim ∑ [ +( ) (𝑖 − 1)]
𝑛→∞ 𝑛
𝑛
𝑖=1
𝑛 𝑛
𝑎(𝑏 − 𝑎) 𝑏−𝑎 2
= lim [ ∑1+( ) ∑(𝑖 − 1)]
𝑛→∞ 𝑛
𝑛 𝑖=1 𝑖=1
𝑎(𝑏 − 𝑎) 2
= lim [ 𝑏−𝑎 𝑛(𝑛 + 1)
.𝑛+( ) .( − 𝑛)]
𝑛→∞ 𝑛 𝑛 2
𝑏2 − 2𝑎𝑏 + 𝑎2
= 𝑎𝑏 − 𝑎 + 2
2
2 2
𝑏 −𝑎
= .
2
Definisi 4.5
𝑎
(1) Jika 𝑓(𝑎) terdefinisi maka ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 0 .
�
𝑎 𝑎 𝑏
(2) Jika 𝑎 > 𝑏 dan ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 terdefinisi, maka ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = − ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 .
𝑏 𝑏 𝑎
Suatu fungsi akan terintegral secara Riemann jika fungsi tersebut kontinu
dan terbatas pada suatu selang sebagaimana dinyatakan dalam Teorema 4.8.
Teorema 4.8
Jika fungsi 𝑓 kontinu pada selang [𝑎, 𝑏], maka 𝑓 terintegral secara Riemann pada
selang [𝑎, 𝑏].
Akibatnya pada selang tutup [𝑎, 𝑏], fungsi-fungsi sejenis polinomial, sinus, cosinus,
maupun fungsi rasional yang penyebutnya tidak sama dengan 0 akan terintegral
secara Riemann.
18
Sebagai akibat dari Definisi 4.4 dan Teorema 4.7, pada selang [𝑎, 𝑏],
secara khusus untuk 𝑓(𝑥) = 1 diperoleh Teorema 4.9 dan secara umum untuk
𝑓(𝑥) =
𝐾, 𝐾 suatu konstanta diperoleh Teorema 4.10.
Teorema 4.9
𝑏
𝑛
∫ 𝑑𝑥 = lim
∑ ∆𝑖𝑥 = 𝑏 − 𝑎
‖𝑃‖→0
� 𝑖=1
Teorema 4.10
𝑏 𝑛
∫ 𝐾𝑑𝑥 = lim ∑ 𝐾. ∆𝑖𝑥 = 𝐾(𝑏 − 𝑎)
‖𝑃‖→0
� 𝑖=1
Sebagaimana Teorema 4.3 pada integral tak tentu, sifat kelinierannya juga berlaku
pada integral tertentu.
Selanjutnya teorema yang diperoleh dari batas bawah dan atas yang merupakan
penjumlahan dua selang.
Contoh 4.14
1
4 1 4 4 6 4
∫ 𝑥2𝑑𝑥 = ∫ 𝑥2𝑑𝑥 + ∫ 𝑥2𝑑𝑥 dan ∫ 𝑥2𝑑𝑥 = ∫ 𝑥2𝑑𝑥 + ∫ 𝑥2𝑑𝑥, ruas kanan
0 0 1 0 0 6
merupakan bentuk dengan urutan c yang berbeda, namun jika dihitung memiliki
hasil yang sama. Teorema 4.12 dapat diperluas untuk lebih dari dua selang,
misalnya tiga
𝑏 𝑐 𝑑 𝑏
selang: ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥.
𝑎 𝑎 𝑐 𝑑
Teorema 4.13 menjamin jika nilai fungsinya tak negatif pada selang [𝑎, 𝑏],
maka nilai integralnya juga tak negatif. Hal ini disebabkan integral Riemann-nya
tidak mungkin bernilai negatif.
Teorema 4.13
Jika 𝑓 terintegral pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑓(𝑥) ≥ 0 pada selang [𝑎, 𝑏] maka
𝑏
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≥ 0.
�
Teorema 4.14 adalah akibat dari Teorema 4.13, teorema ini juga memperlihatkan
bahwa integral tertentu melestarikan sifat perbandingan.
Teorema 4.14
Jika 𝑓 dan 𝑔 terintegral pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) pada [𝑎, 𝑏] maka
𝑏 𝑏
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≤ ∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥.
𝑎 𝑎
Karena 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) maka 𝑔(𝑥) − 𝑓(𝑥) ≥ 0, sehingga menurut Teorema 4.13,
𝑏 𝑏 𝑏 𝑏
∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥 − ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≥ 0. Akibatnya ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≤ ∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥.
𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
Teorema 4.15
Jika 𝑓 kontinu pada selang [𝑎, 𝑏], 𝑚 = min
𝑎≤𝑥≤𝑏 𝑓(𝑥), dan 𝑀 = max 𝑓(𝑥), maka
𝑎≤𝑥≤𝑏
𝑏
𝑚(𝑏 − 𝑎) ≤ ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≤ 𝑀(𝑏 − 𝑎).
�
18
Teorema 4.16 (Teorema Dasar Kalkulus 1)
Jika 𝑓 kontinu pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑥 suatu titik dalam [𝑎, 𝑏], maka
𝑥
𝑑[∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡]
𝑎
= 𝑓(𝑥)
𝑑𝑥
Contoh 4.15
𝑥
𝑑[∫ 𝑡2𝑑𝑡]
1
Tentukan
𝑑𝑥
Penyelesaian:
𝑥
𝑑[∫ 𝑡2𝑑𝑡]
Berdasarkan Teorema 4.16 diperoleh 1
= 𝑥2 .
𝑑𝑥
𝑏 𝑔(𝑏)
∫ 𝑓(𝑔(𝑥))𝑔 (𝑥)𝑑𝑥 = ∫ ′
𝑓(𝑢)𝑑𝑢
𝑎 𝑔(𝑎)
dengan 𝑢 = 𝑔(𝑥).
1
Contoh 4.16
1 1 1
Hitunglah: (a) ∫ (𝑥 + (b) ∫ (c) ∫ (3𝑥2 − 6𝑥 − 5)𝑑𝑥.
0
𝑥2)𝑑𝑥 0
8𝑥3𝑑𝑥
0
Penyelesaian:
(a) 1 2 1
1 2 1 1 5
∫ (𝑥 + )𝑑𝑥 = ∫0 𝑥. 𝑑𝑥 + ∫0 . 𝑑𝑥 = + = .
𝑥0 𝑥 2 3 6
1
(b) ∫ 8𝑥3𝑑𝑥 = 2𝑥4]1 = 2.
01 0
(c) ∫ (3𝑥2 − 6𝑥 − 5)𝑑𝑥 = 𝑥3 − 3𝑥2 − 5𝑥]1 = 1 − 3 − 5 = −7.
0 0
Sifat khusus integral tertentu pada fungsi genap dan fungsi ganjil disajikan pada
Teorema 4.20
Teorema 4.20
Jika 𝑓 fungsi genap, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat 𝑓(−𝑥) = 𝑓(𝑥) , maka:
𝑎
∫− 𝑎
𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 2 ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 dan
𝑎
0
jika 𝑓 fungsi ganjil, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat 𝑓(−𝑥) = − 𝑓(𝑥),
maka
𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 0.
∫ −
4. Aplikasi Integral
Dalam pembahasan materi aplikasi integral ini, penguasaan materi turunan
dan kemampuan menggambar grafik fungsi sangat mendukung dalam membahas
dan menyelesaikan materi aplikasi integral, penguasaan tersebut dibutuhkan
dalam menentukan proses pengintegralan dan perhitungannya. Materi aplikasi
integral yag dibahas dalam modul ini antara lain adalah luas daerah pada bidang
datar, volume benda putar, panjang busur grafik fungsi, dan luas permukaan
benda putar. Aplikasi integral yang lain adalah penghitungan besar usaha,
kekuatan fluida, momen, pusat massa, peluang, dan variabel random, materi
tentang aplikasi integral ini dapat dipelajari lebih lanjut dalam buku dalam daftar
pustaka rujukan nomor 1, 3, dan 5.
18
menghitung luas daerah pada bidang datar.
1
Definisi 4.6
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓 dengan 𝑓(𝑥) ≥ 0
untuk semua 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏], 𝑥 = 𝑎, 𝑥 = 𝑏, dan sumbu X. Jika L adalah luas daerah
D, maka
𝑏
𝐿 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥.
�
𝑏
Gambar 4.1 Luas daerah D = 𝐿 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
�
Definisi 4.7
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi dua grafik fungsi 𝑓 dan 𝑔 dengan
𝑓(𝑥) ≥ 𝑔(𝑥) untuk semua 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏], 𝑥 = 𝑎, dan 𝑥 = 𝑏. Jika L adalah luas
daerah D, maka
𝑏
𝐿 = ∫ [𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥.
�
𝑏
Gambar 4.2 Luas daerah D = 𝐿 = ∫ [𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥
�
18
Teorema 4.21
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓 yang kontinu pada
[𝑎, 𝑏] dan 𝑓(𝑥) < 0 untuk semua 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏], sumbu X, 𝑥 = 𝑎, dan 𝑥 = 𝑏. Jika
L adalah luas daerah D, maka
𝑏
𝐿 = − ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥.
�
𝑏
Gambar 4.3 Luas daerah D = 𝐿 = − ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
�
Dari Definisi 4.6 dan Teorema 4.21 diperoleh simpulan dalam Teorema 4.22.
Teorema 4.22
Jika D adalah daerah daerah tertutup yang dibatasi grafik fungsi 𝑓, garis 𝑥 =
𝑏
𝑎, 𝑥 = 𝑏, dan sumbu X maka 𝐿 = ∫ |𝑓(𝑥)|𝑑𝑥.
�
Jika integralnya terhadap sumbu Y maka diperoleh seperti pada Gambar 4.4.
1
Hitunglah luas daerah D yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓(𝑥) = √𝑥 + 2 dan
sumbu 𝑋 di antara 𝑥 = 1 dan 𝑥 = 4.
Penyelesaian:
Jelas fungsi 𝑓 kontinu pada selang [1,4] dan 𝑓(𝑥) ≥ 0 untuk semua 𝑥 di [1,4].
Tulis 𝐿: luas daerah D.
1
4 4
Jadi 𝐿 = ∫1 (√𝑥 + 2). 𝑑𝑥 = ∫1 (𝑥2 + 2). 𝑑𝑥
3 4
2.𝑥2
=[ + 2. 𝑥] = 32 satuan luas.
3 3
1
Contoh 4.18
Hitunglah luas daerah D yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑥2 − 4 dan sumbu
𝑋 di antara 𝑥 = −1 dan 𝑥 = 1.
Penyelesaian:
Jelas fungsi 𝑓 kontinu pada selang [−1,1] dan 𝑓(𝑥) < 0 untuk semua 𝑥 di [−1,1].
Tulis 𝐿: luas daerah D.
1 1
Jadi 𝐿 = ∫ −(𝑥2 − 4). 𝑑𝑥 = ∫ (−𝑥2 + 4). 𝑑𝑥
− −
1 1 1
𝑥3 = (− + 4) − ( − 4) 22
satuan luas.
= [− + 4𝑥]
3 −1 3 3 3
=
Contoh 4.19
Hitunglah luas daerah D yang dibatasi grafik fungsi 𝑓(𝑦) = 𝑦2 dan 𝑔(𝑦) =
√𝑦. Penyelesaian:
18
Pada daerah D, grafik fungsi 𝑔 berada di kanan 𝑓, selain itu grafik fungsi 𝑓 dan 𝑔
berpotongan di titik (0,0) dan (1,1), dengan kata lain daerah D dibatasi 𝑦 =
0 dan 𝑦 = 1. kontinu pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑓(𝑥) < 0 untuk semua 𝑥 di [−1,1].
Tulis 𝐿: luas daerah D.
1
Jadi 𝐿 = ∫ √𝑦 − 1 1
). 𝑑𝑦 = 𝑦 − 𝑦2 ). 𝑑𝑦
𝑦2 0
3 1 ∫0 (
1
𝑦3 1
− (0 − = satuan luas.
− ] = ( 2−
2.𝑦2
=[ 0)
3 3 3 3 ) 3
0
1) Metode Cakram
Dipunyai fungsi f kontinu pada selang [𝑎, 𝑏]. Misalkan daerah D dibatasi oleh
grafik 𝑓, sumbu 𝑋, 𝑥 = 𝑎, dan 𝑥 = 𝑏 diputar dengan poros sumbu 𝑋 akan
membangun suatu benda putar.
Volume benda putar tersebut akan dicari dengan menggunakan metode
cakram seperti pada Gambar 4.6.
Bangun partisi untuk selang [𝑎, 𝑏].
Pilih titik sampel 𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖].
Volume cakram ke-i adalah
𝑉𝑖 = 𝜋. [𝑓(𝑡𝑖)]2. ∆𝑖𝑥
Jadi 𝑉 = lim ∑ni=1 𝜋. [𝑓(𝑡𝑖)]2. ∆𝑖𝑥
‖p‖→0
𝑏
= 𝜋 ∫ [𝑓(𝑥)]2𝑑𝑥.
�
1
Gambar 4.6.a Daerah D diputar Gambar 4.6.b Volume ke-i benda
terhadap sumbu 𝑋 putar dengan metode
cakram
2) Metode Cincin
Misalkan daerah D dibatasi oleh grafik fungsi 𝑔 dan ℎ dengan 𝑔(𝑥) ≥ ℎ(𝑥)
pada [𝑎, 𝑏], 𝑥 = 𝑎, dan 𝑥 = 𝑏. Akan ditentukan volume benda yang terjadi
jika daerah D diputar terhadap sumbu 𝑋.
Buat partisi untuk selang [𝑎, 𝑏] pada sumbu 𝑋.
Pilih titik sampel 𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖].
Tulis 𝑉𝑖 : volume cincin ke-𝑖
Jelas 𝑉𝑖 = 𝜋. [𝑔(𝑡𝑖)]2. ∆𝑖𝑥 − 𝜋. [ℎ(𝑡𝑖)]2. ∆𝑖𝑥
= 𝜋. [[𝑔(𝑡𝑖)]2 − [ℎ(𝑡𝑖)]2]. ∆𝑖𝑥
Jadi 𝑉 = lim ∑ni=1 𝜋. [[𝑔(𝑡𝑖)]2 − [ℎ(𝑡𝑖)]2]. ∆𝑖𝑥.
‖p‖→0
𝑏
= 𝜋 ∫ [[𝑔(𝑥)]2 − [ℎ(𝑥)]2]𝑑𝑥.
𝑎
19
Gambar 4.7.a Daerah D diputar Gambar 4.7.b Volume ke-i benda putar
terhadap sumbu 𝑋 dengan metode cincin
19
Contoh 4.20
Dipunyai daerah D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi yang disajikan
dengan 𝑦 = 𝑥2 dan 𝑦 = 𝑥. Hitunglah volume benda yang terjadi apabila daerah D
diputar mengelilingi sumbu 𝑌 menggunakan metode sel silinder.
Penyelesaian:
Tulis 𝑥 = 𝑓(𝑥) dan 𝑥2 = 𝑔(𝑥).
Jelas 𝑓(𝑥) ≥ 𝑔(𝑥) pada [0,1].
Bangun partisi untuk selang [0,1].
Pilih 𝑡𝑖 tengah-tengah [𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖].
1
Jadi 𝑉 = 2𝜋. ∫ 𝑥. [𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)] . 𝑑𝑥
0
1
= 2𝜋. ∫ (𝑥2 − 𝑥3). 𝑑𝑥
0
3
= 2𝜋. [𝑥 4 1
3 −𝑥 ]
4
0
𝜋
= satuan volume.
6
Dipunyai 𝑓 mempunyai turunan pada [𝑎, 𝑏], sehingga 𝑓 juga mempunyai turunan
pada selang [𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖]. Pilih 𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖] sehingga
1
𝑓(𝑥𝑖) − 𝑓(𝑥𝑖−1)
𝑓′(𝑡𝑖 ) = 𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1 .
19
3 3 𝑦2
Jadi
1
𝐽 = ∫ √1 + |𝑓′(𝑦)|2. 𝑑𝑦 = ∫ ට 1 + − . 𝑑𝑦
2 2 2 2𝑦2
3
3
𝑦2 𝑦3 1 13
1
=∫ ( + ) 𝑑𝑦 = [ − ] = .
2 2 2𝑦2 6 𝑦 2 4
Jadi panjang busur yang dimaksud adalah 13 satuan.
4
19
= 𝜋 ⋅ [𝑓(𝑥𝑖−1) + 𝑓(𝑥𝑖)] ⋅ √1 + [𝑓′(𝑡𝑖)]2 ⋅ 𝛥𝑖𝑥
Jadi 𝑆 = lim 𝑛 2
‖𝑃‖→0 ∑𝑖=1 𝜋 ⋅ [𝑓(𝑥𝑖−1) + 𝑓(𝑥𝑖)] ⋅ √1 + [𝑓′(𝑡𝑖)] ⋅ 𝛥𝑖𝑥
= lim
𝜋⋅ 2 ⋅ 𝑓(𝑡𝑖) ⋅ √1 + [𝑓′(𝑡𝑖)]2 ⋅ 𝛥𝑖𝑥
∑𝑛
‖P‖→0 𝑖=1
𝑏
= 2𝜋 ⋅ ∫ 𝑓(𝑥) ⋅ √1 + [𝑓′(𝑥)]2 𝑑𝑥.
�
Contoh 4.22
Tentukan luas permukaan ikat pinggang bola yang terjadi apabila lingkaran
𝑥2 + 𝑦2 = 𝑟 pada selang [−𝑎, 𝑎] dengan 𝑎 < 𝑟 diputar terhadap sumbu 𝑋.
Penyelesaian:
= [2𝜋 ⋅ 𝑟 ⋅ 𝑥]𝑎
−
= 4𝑎𝑟 satuan luas.
1
e. Hitunglah luas daerah D yang diarsir menggunakan cara lain, misalnya
luas daerah segitiga.
f. Berikan dua pasang contoh masalah terkait perhitungan integral tertentu
dan perhitungan luas suatu daerah menggunakan aplikasi integral,
sepasang contoh menghasilkan jawaban yang sama dan sepasang contoh
menghasilkan jawaban yang berbeda. (Contoh dapat Saudara rekonstruksi
atau modifikasi dari masalah di atas)
g. Berdasarkan hasil jawaban dan contoh yang Saudara berikan, buatlah
kesimpulan dari hasil pengerjaan dan diskusi Saudara.
F. Rangkuman
1. Antiturunan atau integral tak tentu merupakan balikan dari turunan. Jika
Selamat ya ...... Saudara telah berhasil menyelesaikan kegiatan belajar tentang
𝐹′(𝑥) = 𝑓(𝑥) untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 maka F disebut suatu antiturunan f pada
antiturunan, integral, dan aplikasi integral. Hal-hal penting yang telah saudara
selang I. Keberadaan antiturunan tidak tunggal, untuk menunjukkan semua
pelajari dalam kegiatan belajar ini dapat dibaca pada rangkuman berikut ini.
antiturunan 𝑓, dapat dituliskan dengan 𝐹(𝑥) = 𝑥2 + 𝐶, dengan 𝐶 sebarang
konstanta.
2. Teorema-teorema dalam integral tak tentu antara lain sebagai berikut.
𝑥𝑟+1
a. Jika r sebarang bilangan rasional kecuali 1, maka ∫ 𝑥𝑟𝑑𝑥 = +𝐶
𝑟+1
19
e. Penggantian: dipunyai 𝑔 mempunyai turunan pada 𝐷𝑔 dan 𝑅𝑔 ⊂ 𝐼 dengan I
adalah suatu selang. Jika 𝑓 terdefinisi pada selang 𝐼 sehingga 𝐹′(𝑥) = 𝑓(𝑥),
maka ∫ 𝑓[𝑔(𝑥)]𝑔′(𝑥) 𝑑𝑥 = 𝐹[𝑔(𝑥)] + 𝐶.
f. Integral Parsial: Jika U dan V adalah fungsi-fungsi yang mempunyai
turunan pada selang buka I, maka ∫ 𝑈. 𝑑𝑉 = 𝑈. 𝑉 − ∫ 𝑉. 𝑑𝑈.
g. Jika dijumpai integral fungsi trigonometri yang rumit, diusahakan dapat
dikembalikan ke dalam bentuk yang pokok.
𝑝(𝑥)
h. Untuk mengintegralkan fungsi rasional 𝑓(𝑥) = dicek dulu derajat 𝑝(𝑥)
𝑞(𝑥)
4. Definisi partisi: dipunyai [𝑎, 𝑏] suatu selang tutup, suatu 𝑃𝑛 untuk selang
[𝑎, 𝑏] adalah sebarang himpunan yang terdiri (𝑛 + 1) bilangan
{𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛}, dengan 𝑎 = 𝑥0 < 𝑥1 < 𝑥2 < ⋯ < 𝑥𝑛 = 𝑏.
5. Definisi Jumlah Riemann: dipunyai 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ. suatu fungsi, 𝑃𝑛 suatu
partisi untuk selang [a,b], dan 𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖]. Bangun 𝑅𝑛 = ∑ 𝑓(𝑡𝑖). ∆𝑖𝑥.
Bangun 𝑅𝑛 disebut Jumlah Riemann untuk 𝑓 pada selang [𝑎, 𝑏].
6. Definisi integral tertentu sebagai limit jumlah Riemann:
Dipunyai fungsi 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ, jika lim 𝑛
‖𝑃‖→0 ∑𝑖=1 𝑓(𝑡𝑖). ∆𝑖𝑥 ada, maka dikatakan
fungsi 𝑓 terintegralkan secara Riemann pada selang [𝑎, 𝑏]. Selanjutnya ditulis
lim 𝑏
).
∑𝑛 𝑓(𝑡 ∆ 𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 disebut integral tertentu (integral
‖𝑃‖→0 𝑖=1 𝑖 𝑖 𝑎
c. Kelinearan:
𝑏 𝑏 𝑏
(1) ∫ [𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥, dan
𝑎 𝑎 𝑎
𝑏 𝑏
(2) ∫ 𝐾. 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝐾. ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑎 𝑎
𝑏 𝑐 𝑏
d. ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑎 𝑎 𝑐
e. Teorema Dasar Kalkulus 1: jika f kontinu pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑥 suatu
𝑥
𝑑[∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡]
titik dalam [𝑎, 𝑏], maka 𝑎
= 𝑓(𝑥)
𝑑𝑥
f. Teorema Dasar Kalkulus 2: jika 𝑓(𝑥) kontinu pada [𝑎, 𝑏] dan 𝐹(𝑥) sebarang
𝑏
antiturunan 𝑓(𝑥), maka ∫ 𝑓�(𝑥)𝑑𝑥 = 𝑭(𝒃) – 𝑭(𝒂).
20
11. Volume Benda Putar dari suatu daerah 𝐷 pada bidang datar yang diputar
dengan suatu poros tertentu, di mana 𝐷 dibatasi oleh grafik fungsi g dan h
dengan 𝑔(𝑥) ≥ ℎ(𝑥) pada [𝑎, 𝑏], x = a, dan x = b diputar terhadap sumbu 𝑋,
dengan metode cincin, diperoleh:
Volume 𝑉 = lim n
‖p‖→0 ∑i=1 𝜋. [[𝑔(𝑡𝑖)]2 − [ℎ(𝑡𝑖)]2]. ∆𝑖𝑥.
𝑏
= 𝜋 ∫ [[𝑔(𝑥)]2 − [ℎ(𝑥)]2]𝑑𝑥
𝑎
12. Volume Benda Putar dari suatu daerah 𝐷 pada bidang datar yang diputar
dengan suatu poros tertentu, di mana dibatasi oleh grafik fungsi kontinu
𝑓 dengan 𝑓(𝑥) ≥ 0 pada selang [𝑎, 𝑏], garis 𝑥 = 𝑎, garis 𝑥 = 𝑏, dan sumbu
𝑋, diputar terhadap sumbu 𝑌, dengan metode sel silinder (kulit tabung),
diperoleh:
𝑏
Volume 𝑉 = 2𝜋. lim 𝑡 . 𝑓(𝑡 )∆ 𝑥 = 2𝜋 ∫ 𝑥𝑓(𝑥)𝑑𝑥.
∑n
‖p‖→0 i=1 𝑖 𝑖 𝑎
𝑖
13. Panjang busur grafik 𝑓 dari titik 𝑃0(𝑎, 𝑓(𝑎)) sampai titik 𝑃𝑛(𝑏, 𝑓(𝑏)) adalah
𝐽 = lim 𝑏
∑ √1 + [𝑓′(𝑡 )]2. ∆ 𝑥 = ∫ √1 + [𝑓′(𝑥)]2𝑑𝑥.
𝑛
‖𝑃‖→0 𝑖=1 𝑖 𝑖 𝑎
14. Luas permukaan benda putar dengan 𝐷 adalah daerah yang dibatasi oleh
grafik fungsi kontinu 𝑓 pada selang [𝑎, 𝑏] diputar mengelilingi sumbu 𝑋.
𝑛
𝑆 = 𝑙𝑖𝑚
‖𝑃‖→0 ∑ 𝜋 ⋅ [𝑓(𝑥𝑖−1) + 𝑓(𝑥𝑖)] ⋅ √1 + [𝑓′(𝑡𝑖)]2 ⋅ 𝛥𝑖𝑥
𝑖=1
𝑏
= 2𝜋 ⋅ ∫ 𝑓(𝑥) ⋅ √1 + [𝑓′(𝑥)]2 𝑑𝑥.
�
2
1
A. √𝑥 + ට
7
B. √𝑥 + 1000
C. √𝑥 − 100a
1
D. ට − √𝑥
7
E. 100s + √𝑥
2. Hasil dari ∫ 3sin (6𝑥 − 5)𝑑𝑥 adalah ....
A. − 1
cos (6𝑥 − 5) + 𝑐
2
B. −2 cos (6𝑥 − 5) + 𝑐
C. −2 sin (6𝑥 − 5) + 𝑐
D. 2 sin (6𝑥 − 5) + 𝑐
E. 2 cos (6𝑥 − 5) + 𝑐
3. Hasil dari ∫(2𝑥 + cos 𝑥) 𝑑𝑥 adalah ....
A. 𝑥2 − sin 𝑥 + 𝑐
B. 𝑥2 + sin 𝑥 + 𝑐
C. 𝑥2 − cos 𝑥 + 𝑐
D. 𝑥2 + cos 𝑥 + 𝑐
E. 2𝑥 + cos 𝑥 + 𝑐
4. Berikut ini adalah bentuk penulisan notasi sigma dari deret 1 + 2 + 3 +
⋯ + 100, kecuali ....
A. ∑100 𝑎𝑖
𝑖
10
𝑖=1 100
B.
C. ∑15 𝑖 + ∑100�
𝑖=11
𝑘+ 𝑘
𝑘=1 𝑘=16
20
100
D. 𝑘 + 𝑙=21 𝑙
𝑘=1
E. ∑15 𝑘 + ∑70 𝑘 + ∑100 𝑘
𝑘=1 𝑘=16 𝑘=71
5. Hasil dari ∑5 (𝑖2 + 4𝑖 − 5) adalah ....
𝑖=1
A. 115
B. 90
C. 75
20
D. 140
E. 165
8 𝑥
6.
Hasil dari ∫ 𝑑𝑥 adalah ....
4 √𝑥2−15
A. 90
B. 15
C. 6
D. −6
E. −15
5
7.
Hasil dari ∫
𝑥5 𝑑𝑥 adalah ....
−5 𝑥2+4
A. 5
B. 10
C. −10
D. −5
E. 0
3𝜋
8.
Hasil dari∫ 2 cos 𝑥 𝑑𝑥 adalah ....
0
A. 2
B. – 2
C. 1
D. – 1
1
E. 2
9.
Luas daerah 𝐷 yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓 dan 𝑔 dengan 𝑓(𝑥) =
−𝑥2 + 5𝑥 – 4 dan 𝑔(𝑥) = −𝑥 − 4 adalah … satuan luas.
144
A. 3
B. 36
C. 64
3
D. 18
E. 20
3
2
10.
Volume benda putar yang terjadi apabila daerah 𝐷 yang dibatasi grafik
𝑦 = 𝑥2, 𝑦 = 4𝑥2, dan 𝑦 = 4 diputar mengelilingi sumbu 𝑌 adalah ...
satuan volume.
A. 12𝜋
B. 10𝜋
C. 8𝜋
D. 6𝜋
E. 4𝜋
H. Daftar Pustaka
[1] Chotim, M. 2005. Kalkulus 2. Semarang: Jurusan Matematika UNNES.
[2] Purnomo, D. 2010. Kalkulus Integral. Malang: Jurusan Pendidikan MIPA-
FPIEK, IKIP Budi Utomo Malang
[3] Rochmad, Chotim, M. & Kharis, M. 2018. KALKULUS II Dengan bantuan
Software Maple, Semarang: FMIPA PRESS.
[4] Tim Dosen, 2013. Bahan Ajar Matematika Dasar. Semarang: FMIPA
Universitas Negeri Semarang
[5] Varberg, D., Purcell, E.J., & Rigdon, S. 2007. Calculus Ninth Edition. Upper
Saddle River, New Jersey: Pearson Education
[6] Yahya, Y., Suryadi D. H.S., Agus Sumin, 1994. Matematika Dasar untuk
Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia
[7] Ristekdikti. 2018. Modul Daring PPG Daljab 2018. Jakarta:Ristekdikti.
20
TUGAS AKHIR MODUL 3
Kerjakan tugas berikut dengan sebaik-baiknya. Tugas tidak boleh sama persis
dengan teman saudara yang seangkatan dalam PPG ini.
1. Lakukan kegiatan penentuan tinggi sebuah benda dengan menggunakan
trigonometri. Unggah file proses perhitungan dan lampirkan foto kegiatan
saudara.
1 + 𝑥2 , 𝑥 < 0
2. Dipunyai fungsi f dengan: 𝑓(𝑥) = {𝑥2 , 0 ≤ 𝑥 < 2 .
4 ,𝑥 ≥2
a. Hitung 𝑓(0), 𝑓(2), lim
𝑥→0− 𝑓(𝑥), lim 𝑓(𝑥), lim 𝑓(𝑥), dan lim 𝑓(𝑥)
𝑥→0+ 𝑥→2 − 𝑥→2 +
2
TES SUMATIF MODUL 3
A. 16(√2 + √3)
B. 16(√2 + √6)
C. 32(√2 + √3)
D. 32(√2 + √6)
E. 16(√3 + √6)
2. Sebuah mobil di suatu tempat parkir berjarak 16 km dari lampu jalan A dan
28 km dari lampu jalan B. Apabila sudut yang terbentuk antara kedua lampu
dari mobil adalah 120° maka jarak kedua lampu adalah ... km.
A. 4√93
B. 16√93
C. 4√31
D. 12√31
E. 38√31
3. Jika 𝑥1 dan 𝑥2 adalah penyelesaian dari persamaan
2sin 𝑥 cos 2𝑥 5
− +5=0
sin 2𝑥 cos 𝑥 cot
𝑥
maka nilai
9
cot(𝑥1 + 𝑥2)
adalah ....
63
A. −
5
45
B. −
7
C. −9
7
20
5
D. −
7
5
E. 7
3
4. Nilai sin (2 cos−1 ( )) + cos(tan−1(2√2)) adalah ....
5
A. 1
3
B. 75
97
C. 24
25
D. 97
75
E. 25
24
2
5. Jika 0 < 𝐴 < 𝜋 , memenuhi 𝐴 + 𝐵 = 𝜋 dan sin 𝐴 = 2 sin 𝐵, maka nilai
3
(𝐴 − 𝐵) adalah ....
2
A. − 𝜋
3
1
B. − 𝜋
2
1
C. 𝜋
2
1
D. 𝜋
3
E. 1
𝜋
6
A. √10 − 4√2
B. 3√10 − 4√2
2
√10−4√2
C. 3
D. 9√10 − 4√2
√10−4√2
E. 9
|𝑥−5|
8. Daerah asal dan daerah hasil fungsi 𝑓(𝑥) =
𝑥−2
adalah ....
A. 𝐷𝑓 = ℝ, 𝑅𝑓 = ℝ
B. 𝐷𝑓 = ℝ − {2}, 𝑅𝑓 = ℝ
C. 𝐷𝑓 = ℝ − {5}, 𝑅𝑓 = ℝ
D. 𝐷𝑓 = ℝ − {2}, 𝑅𝑓 = ℝ+
E. 𝐷𝑓 = ℝ+, 𝑅𝑓 = ℝ − {5}
3
9. Fungsi ℎ dibangun dari fungsi 𝑓(𝑥) = − dan 𝑔(𝑥) = |1 − 𝑥2| dengan rumus
𝑥
B. −1
C. 3
2
D. 1
E. 3
1 1 𝑥+3
10. Diketahui fungsi 𝑓: ℝ − { } → ℝ − { }, dengan 𝑓(𝑥) = . Fungsi invers dari
3 3 3𝑥−1
3−𝑥
B. 3𝑥−1
3𝑥−1
C. 𝑥−3
3−𝑥
D. 3−3𝑥
𝑥+3
E. 3𝑥−3
√𝑥2+3−√5𝑥−1
11. Nilai lim adalah
3 ....
𝑥→1 4
A. − 4
3
B. −
20
𝑥2−1
2
C. − 3
8
3
D. 8
E. 3
6𝑥3−7𝑥2−3𝑥
12. Nilai lim adalah ….
𝑥→∞ 2𝑥4−𝑥3+4𝑥2
A. −∞
B. 0
C. 1
D. 3
E. +∞
13. Nilai lim √𝑥2 + 6𝑥 + 2 − √𝑥2 − 4𝑥 + 1 adalah ….
𝑥→∞
A. −∞
B. 0
C. 2
D. 5
E. +∞
𝑥2 + 1, 𝑥 < 0
14. Fungsi 𝑓(𝑥) = {1, 0 ≤ 𝑥 ≤ 1
, diskontinu pada 𝑥 sama dengan ....
(𝑥 − 1) , 𝑥 > 1
2
A. −2
B. −1
C. 0
D. 1
E. 2
15. Nilai 𝑥 dari titik pada grafik 𝑦 = 2𝑥 − sin 2𝑥 yang mempunyai garis
singgung merupakan garis horisontal adalah ....
A. 0
B. 𝜋
4
C. 𝜋
3
𝜋
D. 2
21
E. 1
𝑑
[tan(2 sin−1 𝑥)]
16. Nilai yang sesuai dengan adalah ....
𝑑𝑥
A. 1
1−𝑥2
B.1
(1−𝑥2)√(1−𝑥2)
C.2
𝑥2√(1−𝑥2)
D.2
(1−2𝑥2)2.√(1−𝑥2)
E.2
(1−2𝑥2)√1−𝑥2
[𝐹(𝑥).sin2 𝐹(𝑥)]
17. Jika 𝑦 = 𝐹(𝑥) maka nilai yang sama dengan 𝑑 adalah ....
𝑑𝑥
2
E. 2
20. Dipunyai 𝑓(𝑥 + 𝑦) = 𝑓(𝑥). 𝑓(𝑦)∀𝑥, 𝑦 ∈ ℝ. Jika 𝑓′(0) ada maka 𝑓′(𝑎) ada
dan nilai 𝑓′(𝑎) adalah ....
A. −𝑓′(0)
B. −𝑓′(𝑎)
C. 𝑓(𝑎). 𝑓′(0)
D. 𝑓′(0). 𝑓′(𝑎)
E. 𝑓(0). 𝑓′(0)
21. Diketahui
𝑚𝑥 + 𝑏, 𝑥<2
𝑓( 𝑥 ) = { 𝑥2, 𝑥 ≥ 2 .
Nilai 𝑚 − 𝑏 sehingga 𝑓 dapat diturunkan di mana saja adalah ....
A. −8
B. −4
C. 0
D. 4
E. 8
22. Suatu barang dijatuhkan menggunakan parasut dari pesawat dengan
ketinggian
𝑆 meter di atas tanah. Tinggi barang ℎ meter setelah 𝑡 detik diberikan dalam
rumu 1
s ℎ = 𝑆 − 𝑡 2. Agar laju parasut pada saat tiba di tanah tidak lebih dari
4
21
D. 𝐹4(𝑥) = −cos2𝑥 − sin 2𝑡
E. 𝐹5(𝑥) = −cos2𝑥 + sin π
24. Hasil dari ∫ 𝑥 cos 𝑥 𝑑𝑥 adalah ....
A. −𝑥. sin 𝑥 − cos 𝑥 + 𝐶
B. sin 𝑥 − 𝑥. cos 𝑥 + 𝐶
C. 𝑥. sin 𝑥 − cos 𝑥 + 𝐶
D. sin 𝑥 + 𝑥. cos 𝑥 + 𝐶
E. 𝑥. sin 𝑥 + cos 𝑥 + 𝐶
25. Hasil dari ∫(5𝑥2 + 1)(5𝑥3 + 3𝑥 − 8)6 𝑑𝑥 adalah … .
7
(5𝑥3−3𝑥+8)
A. +𝐶
7
7
(5𝑥3+3𝑥−8)
B. +𝐶
7
7
(5𝑥3+3𝑥−8)
C. +𝐶
21
7
(5𝑥2+1)
D. +𝐶
7
7
(5𝑥2+1)
E. +𝐶
21
2
26. Hasil dari ∫ 𝑥2(𝑥3 + 1)𝑑𝑥 adalah ….
0
A. 90
B. 80
C. 15
D. 4
0
3
E. 20
3
3
27.
Hasil dari ∫ |𝑥|𝑑𝑥 adalah ....
−
A. 18
B. 9
9
C.
2
D. 3
E. 0
2
28.
Luas daerah D yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓(𝑥) = |𝑥 − 4|, 𝑥 = 0, 𝑥 = 8
dan sumbu 𝑋 adalah ... satuan luas.
A. 16
B. 12
C. 8
9
D. 2
E. 4
29.
Daerah B dan C adalah dua daerah simetris yang dibatasi oleh kurva
𝑦 = 𝑥 + 6, 𝑦 = −𝑥 + 6, dan 𝑦 = 𝑥2. Luas daerah (B + C) adalah ... satuan
luas.
A. 17
3
B. 27
3
C. 37
3
D. 17
6
E. 37
6
30.
Volume benda yang terjadi apabila daerah D yang dibatasi oleh grafik fungsi
yang disajikan dengan 𝑦 = 𝑥2 dan 𝑦 = 𝑥 diputar mengelilingi sumbu 𝑋
adalah
... satuan volume.
𝜋
A. 12
5𝜋
B. 12
2𝜋
C. 15
4𝜋
D. 15
5𝜋
E. 14
21
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF MODUL 3
1. Kunci Jawaban Tes Formatif Modul 3 KB 1
1. B 6. C
2. D 7. A
3. E 8. B
4. A 9. E
5. A 10. D
2
KRITERIA PENILAIAN TES FORMATIF
Cocokkanlah jawaban Saudara dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat
di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Gunakan rumus berikut
untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara terhadap materi modul ini.
Tingkat Penguasaan (TP) = banyak jawaban benar x 100% .
banyak soal
21
KUNCI JAWABAN TES SUMATIF MODUL 3
1 B 11 C 21 E
2 A 12 B 22 C
3 B 13 D 23 B
4 D 14 D 24 E
5 D 15 A 25 C
6 E 16 D 26 D
7 A 17 A 27 B
8 B 18 E 28 A
9 B 19 E 29 C
10 A 20 C 30 C
2
KRITERIA PENILAIAN TES SUMATIF
Cocokkanlah jawaban Saudara dengan Kunci Jawaban Tes Sumatif yang terdapat
di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Gunakan rumus berikut
untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara terhadap materi modul ini.
Tingkat Penguasaan (TP) = banyak jawaban benar x 100% .
banyak soal
21