BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar Negara di berbagai belahan dunia termasuk
Indonesia, dalam beberapa waktu terakhir mulai memasuki masa transisi
menuju era atau periode new normal atau normal baru pandemi Covid-19.
Era tersebut berkaitan dengan terbentuknya kebiasaan atau pola perilaku
baru di masyarakat sebagai pengaruh dari lamanya kehidupan sosial
masyarakat selama Covid-19 yang masih belum selesai (Habibi, 2020).
Normal baru ditempuh sebagai upaya untuk mengatasi dampak sosial
ekonomi dari mekanisme pembatasan sosial hingga lockdown yang saat
ini dilalui (Samuel, Rahman, Ali, Samuel & Pelaez, 2020).
Periode ini tentu memiliki tantangan tersendiri untuk dilaksanakan,
diantaranya adalah seperti kesiapan dan sentimen masyarakat terhadap
kebijakan baru tersebut (Samuel, Rahman, Ali, Samuel & Pelaez, 2020).
Kebijakan baru ini tentu juga dialami di dunia pendidikan. Semua pihak
mulai dari guru, orangtua dan siswa harus siap menjalani normal baru
melalui pendekatan belajar menggunakan teknologi informasi dan media
elektronik agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik
(Wijoyo & Indrawan, 2020).
Pada pembejaran tatap muka, guru lebih leluasa menyampaikan
materi ajar dan menilai motivasi belajar peserta didiknya. Pada era normal
baru yang pembelajarannya serba daring, guru diharapkan dapat lebih
kreatif dan inovatif untuk membuat bahan ajar yang menarik minat dan
semangat belajar peserta didik, selain itu guru juga dituntut untuk cermat
dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Syaharuddin &
Mutiani dalam Nugraheny, 2020). Hal yang menjadi permasalahan adalah
tidak semua guru mahir dalam menggunakan teknologi (Mastura &
Santaria, 2020). Seperti dikutip dari detikinet (2020), seorang guru di SDN
6 Sumberpucung, Kabupaten Malang, menceritakan bahwa selama
Kelompok 1 Asesmen dan Intervensi Dewasa dan Lansia
“Stres Kerja pada Guru Sekolah di Kalimantan Selatan di Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru Metode Pembelajaran Daring”
kondisi stres, dan secara khusus merupakan stres kerja. Stres kerja
merupakan gangguan fisik dan mental akibat tekanan yang dialami oleh
tenaga kerja yang berasal dari dalam atau luar lingkungan tempat kerja
(Vinahapsari, 2019). Stress kerja merupakan salah satu masalah paling
serius yang hampir seluruh pekerja pernah mengalaminya (Vinahapsari,
2019).
Menurut penelitian oleh Labour Force Survey pada 2014
ditemukan 440.000 kasus stres kerja di Inggris dengan angka kejadian
1.380 kasus per 100.000 pekerja (Mayang S, Lestantyo & Kurniawan,
2018). Di Eropa permasalahan stres kerja menempati posisi ke-2 setelah
gangguan musculoskeletal. Sementara di kawasan Asia Pasifik, tren stress
kerja melebihi rata-rata global yang berkisar 48%; dimana Indonesia
berada pada tingkat 73%. Angka tersebut menunjukkan peningkatan 9%
dari tahun sebelumnya (Habibi & Jefri, 2018). Data tersebut
mengindikasikan stres kerja merupakan permasalahan yang masih
memerlukan perhatian khusus, salah satunya oleh institusi (Vinahapsari,
2019). Kondisi stress yang dialami apabila tidak dicegah atau diatasi tentu
dapat berdampak buruk pada kondisi individu seperti masalah kesehatan
dan penurunan produktivitas (Bowen dkk, 2014 dalam Wu, 2018;
Permatasari & Prasetio, 2018; Prihatsanti dkk, 2013).
Stres kerja yang dapat dialami oleh guru pada kondisi pandemi dan
adaptasi era normal baru, yang mana guru harus tetap datang ke sekolah
walaupun tidak ada pembelajaran tatap muka seperti biasanya ataupun
tetap bekerja di rumah dengan tuntutan pekerjaan yang tentu jauh berbeda,
merupakan hal yang penting untuk disoroti saat ini. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melihat seberapa besar stres kerja pada guru sekolah
di masa adaptasi kebiasaan baru metode pembelajaran daring.
B. Fokus Masalah
Fokus masalah dalam penelitian asesmen dan intervensi ini adalah
adanya potensi besar tuntutan metode pembelajaran daring di masa
adaptasi kebiasaan baru pandemi Covid-19 untuk menyebabkan terjadinya
Kelompok 1 Asesmen dan Intervensi Dewasa dan Lansia
“Stres Kerja pada Guru Sekolah di Kalimantan Selatan di Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru Metode Pembelajaran Daring”
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Stres Kerja
1. Pengertian Stres Kerja
Stres secara umum merupakan kondisi dimana seseorang
mengalami ketegangan karena adanya faktor-faktor tertentu yang
mempengaruhi. Stres merupakan bentuk respon terhadap suatu situasi
atau kondisi eksternal yang berlebihan (Ivancevich dkk, 2006 dalam
Amalia dkk, 2017). Stres juga dapat diartikan sebagai suatu respon
terhadap ketidakseimbangan antara tuntutan faktor eksternal dengan
faktor internal yang membantu seseorang dalam mengatasi tekanan
tersebut (Ibrahim dkk, 2016; Ritchardson & Rothsein, 2008 dalam Wu
dkk, 2018). Karabay dkk (2016) menyebutkan terdapat banyak
perdebatan mengenai definisi spesifik stress, tetapi sebagian besar
peneliti setuju bahwa stress merupakan suatu pengalaman emosional
yang tidak menyenangkan dan berkaitan dengan rasa takut, terror,
kecemasan, ketidaknyamanan, emosi marah, kesedihan, rasa kesal dan
depresi.
Stres kerja merupakan kondisi stress yang berkaitan dengan
konteks pekerjaan. Stress kerja merupakan bentuk ekstensi dari stress
yang bersifat umum, karena secara khusus merupakan akibat dari
setting pekerjaan seperti tugas pekerjaan, tempat bekerja dan konflik
peran (Jou dkk, 2013 dalam Wu dkk, 2018). Kahn dan Quinn (1970
dalam Gupta & Beehr, 1979) mendefinisikan stress kerja sebagai
tuntutan dari berbagai aspek pekerjaan yang berlebihan dan
mengancam terhadap seseorang. Riggio (2003 dalam Almasitoh, 2011)
memberikan definisi yang sejalan namun lebih lengkap, yaitu stress
kerja merupakan reaksi fisiologis dan/atau psikologis seseorang
terhadap suatu situasi yang dipersepsikan sebagai ancaman (dalam
setting pekerjaan). Anoraga (2001 dalam Amalia dkk, 2017) juga
Kelompok 1 Asesmen dan Intervensi Dewasa dan Lansia
“Stres Kerja pada Guru Sekolah di Kalimantan Selatan di Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru Metode Pembelajaran Daring”
B. Masa Dewasa
1. Rentang Usia Masa Dewasa
Masa dewasa dapat dikatakan sebagai masa akhir dari masa
perkembangan manusia. Istilah dewasa yang berkaitan dengan konteks
biologis mengacu pada kondisi organisme yang sudah matang (Jahja,
2011). Pada umumnya rentang usia masa dewasa adalah dari 20 tahun
sampai dengan 65 tahun ke atas (Santrock, 2002). Masa dewasa dapat
terbagi menjadi tiga fase atau tahap yaitu dewasa awal, dewasa tengah,
dan dewasa akhir (Jahja, 2011; Santrock, 2002). Dalam Papalia dan
Feldman (2014), pembagian rentang usianya adalah usia 20-40 tahun,
usia 40-65 tahun, dan usia 65 tahun ke atas. Sumber lain juga
menyebutkan bahwa umumnya masa dewasa dimulai dari usia 18
tahun hingga usia 40 tahun (Jahja, 2011).
Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut, dapat disimpulkan
rentang usia masa dewasa adalah dimulai dari usia 20 tahun hingga 65
tahun ke atas.
2. Karakteristik Perkembangan Masa Dewasa
Masa dewasa pada umumnya ditandai dengan selesainya
pertumbuhan pubertas dan seorang remaja telah berkembang secara
matang sehingga mampu bereproduksi. Individu umumnya akan
mengalami perubahan fisik dan psikologis beriringan dengan berbagai
permsalahan diri terkait penyesuaian diri serta harapan-harapan
terhadap perubahan yang dialami (Jahja, 2011). Beberapa ciri umum
dari masa perkembangan dewasa diantaranya adalah (Jahja, 2011):
- Merupakan masa pengaturan
- Masa usia produktif
- Masa terjadinya berbagai masalah karena penyesuaian barunya
- Masa ketegangan emosional
- Masa keterasingan sosial
- Masa komitmen
- Masa ketergantungan
Kelompok 1 Asesmen dan Intervensi Dewasa dan Lansia
“Stres Kerja pada Guru Sekolah di Kalimantan Selatan di Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru Metode Pembelajaran Daring”
BAB III
METODE ASESMEN
A. Teknik dan Tujuan Asesmen
Asesmen merupakan suatu proses menilai fenomena yang
dilakukan melalui penghimpunan informasi yang relevan melalui berbagai
sumber dengan tujuan untuk memahami dan menentukan keadaan
fenomena tersebut. Tujuan dari asesmen dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran tingkat stress kerja yang dialami oleh guru sekolah
di Kalimantan Selatan di masa adaptasi kebiasaan baru metode
pembelajaran daring. Hasil asesmen tersebut kemudian menjadi dasar
acuan dalam menentukan rancangan intervensi yang sesuai. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian asesmen dan
intervensi ini diantaranya adalah:
1. Wawancara
Wawancara dalam penelitian merupakan teknik
pengumpulan data untuk studi pendahuluan terhadap
permasalahan yang ingin diteliti dan/atau untuk mengetahui
imformasi yang lebih mendalam dari subjek. Teknik ini
menghimpun data berdasarkan pada laporan tentang diri sendiri
atau pengetahuan dan keyakinan pribadi subjek. Wawancara
dapat dilakukan secara terstruktur maupun tak terstruktur, serta
dapat dilakukan secara langsung tatap muka/luring atau melalui
telepon/daring via internet (Sugiyono, 2017).
Penelitian ini menggunakan wawancara sebagai teknik
untuk studi pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran awal permasalahan yang terjadi. Wawancara tersebut
dilakukan dengan teknik wawancara tak terstruktur dan secara
Kelompok 1 Asesmen dan Intervensi Dewasa dan Lansia
“Stres Kerja pada Guru Sekolah di Kalimantan Selatan di Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru Metode Pembelajaran Daring”