Anda di halaman 1dari 61

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1
INTRODUCTION 4
BAGAIMANA BUKU INI DISUSUN 6
Chapter 1: Copywriting Voice 7
Chapter 2: Effective Copywriting Angle 7
Chapter 3: Copywriting Manner on Social Media 7
Chapter 4: Copywriting on Instagram Stories 7
Chapter 5: Copywriting for E-mail Marketing 8
Chapter 6: Native Copywriting 8

THE POWER OF COPYWRITING 8


COPYWRITING VOICE 11
Funny - Serious 12
Casual - Formal 13
Respectful - Mischievous 14
Enthusiastic - Matter of Fact 17
Active Voice - Passive Voice 18

EFFECTIVE COPYWRITING ANGLE 20


Angle 1: Storytelling 20
Angle 2: Influencing 22
Angle 3: Documenting 24
Angle 4: Novelty 29

COPYWRITING MANNER ON SOCIAL MEDIA 31


Pentingnya ENTER 31
Stop gunakan kata kalian, pakai kata “ANDA” 33
Hentikan panggilan “fans” di awal 34
Batasi CTA 34

1
COPYWRITING ON INSTAGRAM STORIES 35
Deep Conversation Stories 36
Conversion Stories 39
Filler 42
COPYWRITING FOR E-MAIL MARKETING 45
Judul/Subject Line 46
Isi E-mail 49

NATIVE COPYWRITING 51
Copywriting Ads 51
Native Content Copywriting 53

PENUTUP 55
FAQ 57

2
INTRODUCTION

Hai hai hai! Semoga Anda yang sedang membaca dalam keadaan sehat
dan baik, yaaa. Amin...

Terima kasih untuk Anda yang memiliki dan sudah mau membaca
e-book ini. Saya senang sekali karena pada akhirnya saya bisa
menuangkan semua pengetahuan dan pengalaman saya di bidang
copywriting ke dalam buku ini.

Ilmu copywriting adalah ilmu yang membawa saya masuk ke dalam


dunia digital marketing untuk pertama kalinya hingga saya sampai pada
hari ini. Menurut saya, ketika kita menguasai copywriting berarti kita juga
bisa memahami human behaviour. Kemampuan ini akan menjadi aset
yang penting karena kedepannya internet tidak hanya akan menjadi
sekedar sarana informasi, tetapi juga sarana berinteraksi, terutama
melalui tulisan. Oleh sebab itu, dengan memiliki e-book ini, Anda sudah
mengambil langkah yang tepat!

Kalau diingat-ingat lagi, tanpa sadar, saya ternyata adalah seseorang


yang suka menulis. Kesukaan saya terhadap tulisan sudah muncul sejak
awal saya masuk kuliah di tahun 2014-an. Tulisan saya yang meluncur
ke dunia online pertama kali saya bagikan melalui blog saya. Tulisan
apa yang saya publikasikan? Sederhana. Cerita mengenai perjalanan
saya naik gunung, keresahan saya mengenai kenapa SIM card di HP
yang satu tidak bekerja di HP lainnya dilengkapi dengan tulisan
mengenai solusi yang saya lakukan, dan berbagai tulisan sederhana
lainnya. Ketika menuangkan pikiran saya dalam bentuk tulisan, tiba-tiba
3 jam berlalu begitu saja. Saya bisa dengan mudah tenggelam dan lupa
waktu ketika menuliskan sesuatu.

3
Kalau dipikir-pikir, sebenarnya menulis menjadi salah satu keahlian
paling mendasar yang bahkan sudah kita pelajari sejak di sekolah dasar,
‘kan? Saat itu, kita menulis tanpa berpikir lebih jauh mengenai apa
makna yang ingin kita sampaikan dari tulisan kita selain menjawab tugas
yang diberikan oleh guru. Saat ini, sebuah tulisan dapat kita nilai lebih
jauh bagus atau tidaknya; mulai dari cara makna tulisan dapat
tersampaikan, pemilihan kata dalam tulisan, penyampaian dan cerita
yang tertuang dalam tulisan.

Dalam sebuah tulisan, terdapat suatu seni yang mengikutinya.

Perjalanan saya menjadi seorang copywriter dimulai sekitar 2017 ketika


saya pertama kali mengenal dunia media sosial dan menjajal
copywriting di platform media sosial. Seiring berjalannya waktu, saya
mulai berinisiatif untuk monetize akun media sosial yang saya buat.
Ternyata, kemampuan copywriting yang biasa diimplementasikan di
media sosial berbeda dengan kemampuan copywriting yang dibutuhkan
saat ingin berjualan! Tertarik dengan hal ini, saya pun memutuskan
untuk belajar lebih jauh mengenai copywriting yang khusus digunakan
untuk berjualan dan copywriting yang biasanya digunakan untuk menulis
di landing page atau konten ads.

Saya pikir, kemampuan ini adalah salah satu kemampuan yang luar
biasa banget. Tanpa perlu memulai percakapan dengan orang lain (yang
mana merupakan hal yang menyenangkan bagi introvert seperti saya),
ternyata saya bisa membuat orang jadi “beli” hanya dengan
mengandalkan tulisan.

Pikiran mudahnya mendapat uang hanya dengan tulisan mulai


terbayang dalam benak saya. Saya pikir kehidupan saya (serta aktivitas
jual-beli yang saat itu saya jalani) akan berjalan layaknya menaiki kereta

4
listrik di jalan tol (mulus dan cepat sampai tujuan tanpa mengalami
hambatan apapun), sampai akhirnya saya baru memasuki dunia
copywriting yang sesungguhnya. Ketika tulisan yang saya buat masuk
ke dalam kategori overclaim dan dihujat, saya mulai berpikir...

“Ternyata walaupun tulisan itu memiliki power yang mungkin jarang


disadari, ada juga resiko yang datang bersamaan dengannya.”

Oleh sebab itu, dalam e-book COPYWRITING yang Anda baca


sekarang ini, saya akan menuangkan esensi-esensi penting yang lahir
dari pengalaman saya agar kelak Anda tidak mengulangi dan bahkan
bisa lebih hebat nantinya dari saya! :D Saya sangat menantikan
kesuksesan Anda dalam menerapkan berbagai teknik copywriting
setelah membaca e-book ini.

Intermezzo:
Oh, ya. Bahasa yang saya gunakan dalam e-book ini akan saya buat
sesantai mungkin. Menurut saya, dengan menulis menggunakan gaya
yang santai, Anda akan lebih mudah memahami apa yang akan saya
sampaikan karena merasa seperti saya yang berbicara langsung
dengan Anda :D

BAGAIMANA BUKU INI DISUSUN

Jadikanlah buku ini sebagai “panduan kecil” untuk Anda yang mungkin
merasa bingung ketika menulis di sebuah platform. Copywriting
membuat saya memiliki portofolio membangun 300k followers organik di
Instagram hingga sampai di posisi memiliki agensi social media
marketing sendiri. Saya akan membagikan pengalaman copywriting
saya di berbagai platform selama berkiprah di dunia digital marketing

5
dengan harapan pengalaman tersebut bisa relevan dengan kebutuhan
Anda saat ini.

Ini bukan lagi tentang saya, karena e-book ini dibuat untuk membantu
perjalanan Anda untuk mencapai apa yang Anda sedang cari.

Berikut sedikit penjelasan mengenai beberapa bab yang akan kita bahas
bersama:

Chapter 1: Copywriting Voice

Sebelum masuk ke dalam teknik yang mendalam mengenai copywriting,


saya ingin Anda memahami bagaimana cara agar copywriting Anda
mempunyai identitas sehingga bisa mudah diingat dan dikenal. Caranya
adalah dengan menentukan voice Anda.

Chapter 2: Effective Copywriting Angle

Pada bagian ini saya akan membagikan berbagai angle copywriting


yang bekerja dengan efektif dan diterima oleh audiens secara umum. Ini
akan membantu Anda untuk bisa mulai membuat tulisan yang efektif.

Chapter 3: Copywriting Manner on Social Media

Berinteraksi dengan sesama manusia haruslah memperhatikan sopan


santun, betul? Begitu juga halnya dengan copywriting. Sopan santun
disini adalah bagaimana Anda membuat copywriting terasa nyaman
untuk dibaca dan mudah diterima sehingga orang-orang ingin
membagikan tulisan Anda.

Chapter 4: Copywriting on Instagram Stories

Wait, apalagi nih copywriting di insta-stories? Yup. Melihat kebiasaan


yang berbeda antara feeds dan stories, saya akan memisahkan

6
pembahasan mengenai copywriting, khususnya di insta-stories, dan
bagaimana cara untuk memanfaatkannya agar bisa dikonversi ke
penjualan.

Chapter 5: Copywriting for E-mail Marketing

Saya juga sudah menyiapkan bagaimana menyusun copywriting,


khususnya untuk e-mail marketing. Saya yakin, sebagai seorang
marketer, Anda juga adalah seseorang yang mengumpulkan dan
menjaga database melalui interaksi dengan audiens. Bagian ini juga
akan membagikan cara agar e-mail marketing yang disebarkan memiliki
open rate yang tinggi dari kalangan audiens Anda.

Chapter 6: Native Copywriting

Anda juga perlu tahu cara-cara untuk menang di ‘kolam’ orang lain
karena kita tentu tidak bisa hanya membuat konten di platform sendiri.
Saya yakin Anda akan melakukan distribusi konten ke platform atau
‘kolam’ orang lain setidaknya satu kali dalam menjalankan bisnis melalui
media sosial. Disini saya akan menjabarkan bagaimana cara membuat
‘native’ copywriting yang baik.

Setelah mempelajari semuanya, saya harap Anda sudah siap untuk


menjadikan copywriting ini sebagai sarana yang powerful untuk kegiatan
marketing Anda. Sebelumnya, mari kita simak dulu apa sebenarnya
kehebatan yang ditunjukkan oleh copywriting.

THE POWER OF COPYWRITING

Sebelum kita mendalami teknik-teknik dalam copywriting, ada baiknya


kita mendalami apa itu copywriting dan perbedaannya dengan writing itu

7
sendiri. Agar lebih jelas, saya akan memberikan beberapa gambaran
contoh iklan berikut ini:

Bisa dibilang, kalau di bangku sekolah kita belajar cara menulis (writing)
dengan benar sesuai tata bahasa S-P-O-K yang lengkap dan mungkin
terkesan kaku. Sebaliknya, dalam copywriting kita menulis dengan

8
format yang sifatnya lebih fleksibel karena bertujuan untuk mendapatkan
hati audiens dan membawa mereka masuk ke dalam cerita kita.

Kabar baiknya, copywriting merupakan salah satu ilmu yang sifatnya


sekali-belajar-terpakai-selamanya. Anda bisa mengimplementasikan
ilmu copywriting yang dipelajari untuk e-mail marketing, ads, landing
page, konten, atau campaign sekalipun.

Oke, kalau begitu kita langsung mulai saja, ya!

9
COPYWRITING VOICE

Saya yakin kita semua sama-sama setuju bahwa media sosial itu
diciptakan untuk berinteraksi. Jadi, kalau tujuan awal menulis di media
sosial adalah duit-duit-duit, kita pasti akan pusing sendiri karena yang
seharusnya menjadi perhatian utama kita adalah interaksi.

Nah, bagaimana cara membuat agar audiens (yang berinteraksi dengan


tulisan kita) menjadi pembeli tergantung pada pandai-pandainya Anda
membuat funnel :D (tenang, nanti akan ada bagian dimana kita
membahas sales copywriting). Tahan dulu pikiran duit-duit-duit, mari
sejenak kita fokuskan pada bagaimana cara yang tepat membangun
interaksi.

Caranya sederhana. Tentukan copywriting voice milik Anda sendiri!

“Kok, rasanya ini kayak anak-anak, ya, gaya bahasanya?”


“Yang ini terlalu serius, deh, gaya bahasanya.”
“Tulisan ini rasanya agak slengean, ya?”

10
Pernahkah Anda membaca tulisan dan berpikir hal-hal seperti di atas?
Jika Anda pernah menilai sebuah tulisan sembari membacanya, maka
Anda bisa menyadari bahwa copywriting voice dalam sebuah tulisan
akan menentukan citra dari penulisnya sendiri.

Untuk memudahkan, berikut ini adalah beberapa aspek yang bisa


dijadikan pertimbangan dalam membangun copywriting voice Anda:

Funny - Serious

Apakah Anda akan membuat identitas sebagai seseorang yang lucu dan
jenaka? Ataukah Anda lebih cenderung membangun identitas sebagai
sosok yang serius? Melalui media sosial, Anda dapat membangun citra
Anda sendiri melalui tulisan yang akan Anda buat, baik sebagai sosok
yang suka bercanda ataupun yang serius. Saya akan memberikan
contoh penggalan copywriting untuk kedua voice ini.

Serious : Maaf, Anda dilarang menginjak rumput sepanjang kebun ini.


Funny : Mohon untuk tidak menginjak rumput karena rumput masih
baru, belum siap diinjak. Terima kasih!

11
Fun Fact:
Di kantor, saya dikenal sebagai sosok yang cukup serius. Kolega saya di
kantor hampir tidak bisa membayangkan kalau saya bisa bercanda juga,
lho :D *padahal kalau di tongkrongan saya suka banget dengan
saat-saat ice-breaking dan seringkali melontarkan candaan-candaan.
Teman-teman nongkrong saya justru paling tidak bisa membayangkan
bagaimana kalau saya menjadi sosok yang serius.

Casual - Formal

Casual dan formal ini adalah pilihan copywriting yang bisa juga menjadi
bahan pertimbangan Anda jika Anda ingin dinilai sebagai sosok yang
formal dengan membawa kesan profesionalnya atau kasual dengan
kesan friendly. Silakan simak contoh berikut ini. Contoh yang pertama
adalah Anda bisa melihat bagaimana akun Instagram resmi menuliskan
bio profile mereka di Twitter:

Kalau dilihat lebih lanjut, kalimat di atas seperti sebuah statement yang
menyatakan apa yang akan kita dapatkan dari penggunaan Instagram
yang dituangkan dalam copywriting dengan menggunakan kata-kata

12
yang formal dan terkesan profesional. Sekarang, mari kita simak bio
profile dari akun resmi Twitter:

Hanya dengan menuliskan “what’s happening?!”, kita tahu bahwa Twitter


mengajak kita untuk bisa mengetahui apa yang sedang update di
Twitter. Bisa saja Twitter menyampaikan pesan tersebut dengan tulisan
lain, misalnya “giving you updates through this platform”, dan kalimat
lainnya yang menggunakan kata-kata lebih formal dan profesional, tapi
justru kesan kasual inilah yang membuat kita lebih merasa dekat dan
kerasan untuk menggunakan platform Twitter ini.

Respectful - Mischievous

Gaya bahasa yang satu ini merujuk pada bagaimana kita menggunakan
gaya tulisan yang terkesan sangat sopan vs. nyeleneh. Nah, ini adalah
salah satu contoh konten yang nyeleneh di Instagram. Jangan salah,
justru karena suka nyeleneh, akun ini jadi terkenal dan ramai banget.
Coba intip postingannya yang satu ini, deh!

13
credit: @sebat_project

Yup, ini adalah konten dari salah satu penjual furnitur yang sangat
terkenal di media sosial karena cara berjualannya yang nyeleneh abis!
Penggunaan copywriting voice jenis mischievous ini memang
meninggalkan kesan tersendiri untuk para pembacanya.

Apakah gaya copywriting di media sosial harus nyeleneh? Nggak juga,


kok. Berikut ini saya juga akan memberikan contoh bagaimana
copywriting yang respectful juga bisa stand-out di media sosial. Coba
Anda lihat potongan konten yang satu ini:

14
Saya tidak menemukan kalimat-kalimat nyeleneh dari unggahan di atas
maupun unggahan lainnya dari akun di atas karena memang akun
tersebut mengangkat topik self-healing. Apakah topik yang terkesan
serius harus selalu menggunakan gaya bahasa ini? Tidak juga. Di
Twitter pun ada beberapa akun yang dikenal melakukan edukasi
self-healing dengan bahasa yang sedikit nyeleneh. So, it’s your call
untuk memilih voice seperti apa, ya!

15
Enthusiastic - Matter of Fact

Beberapa akun yang pernah saya lihat kadang terasa begitu seru untuk
diikuti sampai energinya bisa terasa hanya dengan membaca tulisannya.
Salah satu akun yang ketika membacanya kita ikutan antusias adalah
Pak TDW, berikut salah satu caption dari postingan beliau:

-
💪
“Eh nemu akar gantung... jadi deh Tarzan..... au au oooo.... .
Kalau Tarzan kudu buka baju dan pakai Celana Dalam ya...
Saya juga sudah buka baju dan pakai celana dalam.... 😁💪👍💪😁
Selamat Pagi INDONESIA..! 😎😍😎
SEMANGAAAAAT..!
Note: otot bahu mulai nampak…”

Source: https://www.instagram.com/tungdesemwaringin.tdw/
-

Pas baca aja udah seru banget ya rasanya hahahaha

Sebaliknya, jika Anda adalah seseorang yang suka melihat dan bekerja
dengan data, maka biasanya voice yang cocok untuk Anda gunakan
adalah gaya tulisan yang sifatnya sesuai dengan fakta. Ingat, tidak ada
yang benar atau salah dengan copywriting voice yang kita pilih, ya. Ini
hanya tentang bagaimana kita menciptakan dan menentukan voice yang
tepat dengan kita sendiri.

Saya akan memberikan Anda contoh konten yang biasanya selalu


mengedepankan data-data atau angka:

16
credit: @investashe, @yummy.idn

Ya, mereka adalah konten-konten yang selalu menyisipkan data


atau kutipan sehingga unggahan terasa lebih real karena dibuat
berdasarkan fakta yang ada.

Active Voice - Passive Voice

Perbedaan antara kedua gaya bahasa ini ada di penggunaan kalimat


aktif atau pasif. Salah satu konten yang menggunakan gaya bahasa aktif
dapat dilihat pada konten berikut ini:

17
Dari tulisan “We lost this page”, sangat jelas bahwa ini adalah contoh
tulisan yang merupakan kalimat aktif, ya. Kalau pasif, tulisan ini mungkin
berubah menjadi “Page not found”. Dari contoh tersebut, sudah jelas
bahwa active voice merujuk pada copywriting yang menggunakan sudut
pandang orang pertama, sedangkan passive voice menggunakan gaya
bahasa yang seakan-akan sudut pandangnya adalah sudut pandang
orang ketiga.

Sekarang, Anda bisa mulai mencoba memikirkan copywriting voice


seperti apa yang akan Anda gunakan. Jadikanlah ini sebagai identitas
awal untuk go-online :D. Kalau dari copywriting voice di atas, punya
saya seperti ini:

18
EFFECTIVE COPYWRITING ANGLE

Pemahaman atas 4 jenis angle ini akan sangat membantu Anda untuk
tahu konten seperti apa yang akan Anda buat. Saya sudah melakukan
kurasi terhadap angle yang paling efektif untuk digunakan di Instagram
dan di media sosial lainnya. Kita juga seringkali bisa mendapatkan dan
menduplikasi hasil konten yang bagus dengan menggunakan
angle-angle ini.

Angle 1: Storytelling

Menulis dengan menerapkan angle storytelling ini selalu bisa membuat


audiens “terperangkap” dalam tulisan asal kita bisa memainkan
emosinya karena, sejatinya, dalam melakukan storytelling itu hal yang
terpenting adalah bagaimana penulis bisa mengaduk-aduk emosi
audiensnya. Jika digambarkan dalam grafik, maka ilustrasi tulisan
storytelling nya kurang lebih akan seperti ini:

19
Nah, dalam proses mengaduk-aduk emosi itu ada juga rumus yang
disebut sebagai epiphany bridge. Istilah ini saya pelajari dari Russel
Brunson, founder dari Clickfunnel. Epiphany bridge menjelaskan
bagaimana cara membuat storytelling yang baik dan bisa dipecah-pecah
menjadi konten.

20
Untuk membuat ini jadi simple, saya sudah menyiapkan template yang
hanya perlu Anda lengkapi dengan jawaban Anda. Dan voilà, Anda
sudah memiliki konten storytelling versi Anda.

Silakan klik link ini, yaa – penjelasan lebih lanjut mengenai storytelling ini
akan saya buat dalam bentuk video saya akan menjelaskan lebih lanjut
dalam bentuk video :)

Angle 2: Influencing

Pernah melihat influencer ketika mereka review produk? Sudah sering


tentunya, namun, di antara sekian banyak influencer yang pernah kita
lihat, apakah kita selalu tertarik melihat barang yang ditawarkan? Tentu
tidak. Hanya beberapa influencer yang terkesan #racunbangettt alias
bisa banget membuat kita ikutan melakukan atau memiliki apa yang dia
tampilkan di konten review-nya.

21
Pada dasarnya, hal yang “racun” tersebut bisa dibuat juga dengan
mengetahui rumusnya, lho! Ikutin ilustrasi ini, yuk!

22
Angle 3: Documenting

Buat saya pribadi, ini jadi angle copywriting favorit saya. Kenapa?
Karena dalam membuat tulisan menggunakan angle ini, kita tidak

23
mencoba untuk creating, namun melakukan documenting terhadap
apa yang menjadi experience kita. Saya akan menjabarkan secara
spesifik hal-hal apa saja yang bisa Anda terapkan untuk
mengimplementasikan angle documenting ini:

1. Screenshot sebuah berita, berikan tanggapan

Cara ini cukup banyak digunakan di akun media. Dengan mengambil


sebuah isu dan memberikan komentar, kita memberikan suatu opini
terhadap suatu hal. Dan orang-orang menyukai opini.

Itulah mengapa akun Lambe Turah ramai, ‘kan? Yup, akun tersebut
mayoritas berisi angle konten yang satu ini, nih :D

2. Kompilasi dari Twitter pada 1 topik yang sama

Tidak harus selalu mengenai produk kita, kita juga bisa membahas
mengenai apa yang dialami orang-orang sebelum mengenal produk kita.

24
Nah, Twitter adalah tempat terbaik untuk menemukan ‘celotehan’
audiens yang bisa jadi adalah target market-mu, lho!

3. Screenshot DM atau comment, lalu jawab dengan carousel

Daripada menjawab pertanyaan yang sama berulangkali di kolom


komentar ataupun DM, bagaimana kalau langsung dijawab
menggunakan feeds saja dan jadikan konten carousel? Hal ini juga akan
memudahkan Anda sendiri—kalau ada orang lain yang memiliki
pertanyaan yang sama, Anda sudah pernah menjawabnya di feeds :)

25
4. Gunakan notes di HP, lalu gambar atau tulis

Cara yang sedang ramai digunakan untuk membuat konten yang unik
adalah dengan menggunakan gambar sendiri atau notes HP yang
kemudian di screenshot. Tulisan tangan si pembuat konten yang unik
akan membuat kontennya jadi berbeda dengan yang lain!

26
5. Meme

Siapa yang tidak suka hal yang entertaining? Semua orang pasti butuh
hiburan. Nah, Anda juga bisa menggunakan variasi experience yang
berbeda mengenai produk melalui meme, nih!

6. Hal yang kita pelajari dari suatu Buku/Public Figure /Channel

Beberapa tahun lalu, konten-konten ‘menggurui’ masih diterima karena


masih sedikit expert yang speak-up mengenai expertise-nya. Sekarang,
orang-orang justru lebih menghargai cara pembuatan konten yang
jenisnya adalah sharing dan ini termasuk ketika Anda membagikan
beberapa pembelajaran yang Anda dapat dari tokoh, channel, ataupun
orang lain.

27
Angle 4: Novelty

Maksud dari novelty ini adalah “pembaruan”. Apa yang dimaksud


sebagai pembaruan? Ya, orang-orang menyukai hal-hal yang sudah
dikenal berhasil dan seringkali pembaruannya juga tak kalah hits. Kita
bisa mengingat kembali beberapa lagu tahun 90-an yang di-remake
pada tahun 2010-an dengan aransemen yang lebih kekinian. Contoh
lainnya, Anda mungkin bertanya-tanya kenapa harus ada Iphone 6 dan
6s yang sebenarnya hanya memiliki sedikit perbedaan, atau Iphone 10
dan Iphone 10 pro max, yang notabennya hanya melakukan sedikit
perubahan, itulah novelty!

Jika Anda menemukan sebuah konten yang bisa Anda upgrade sesuai
dengan tema yang ingin Anda bawa, lakukanlah! Salah satu contoh
novelty konten sudah dilakukan oleh Pocari Sweat dalam iklan yang
sempat viral menembus 15 juta views. Pada iklan ini, Pocari Sweat
melakukan novelty dari film anime ‘Kimi No Nawa’ yang juga sempat
booming.

28
Klik gambar di atas untuk menonton video lengkapnya, yaa. Selamat
mencoba! :)

29
COPYWRITING MANNER ON SOCIAL MEDIA

Bayangkan sekarang Anda sedang membaca media sosial. Apakah


Anda membacanya sendiri atau bersamaan dengan orang lain? Anda
lebih sering membaca konten sendirian, bukan? Ini membuat kita harus
bisa menyesuaikan manner penulisan one-to-one dan bukan
one-to-many. Untuk melakukan hal tersebut, ada beberapa rules/manner
yang bisa Anda terapkan dalam copywriting di media sosial untuk bisa
mengambil hati audiens:

Pentingnya ENTER

Ada 1 tombol di keyboard kita yang bisa memengaruhi tulisan di media


sosial supaya lebih nyaman untuk dibaca. Tombol itu adalah ENTER.
Ketika belajar menulis di bangku sekolah, kita diajarkan bahwa satu
paragraf terdiri dari beberapa kalimat yang pada akhirnya membentuk 4
sampai 10 baris, true?

30
Tapi, ternyata... di copywriting media sosial, hal itu malah kurang
dianjurkan. Kenapa bisa?

1 paragraf kita yang isinya terlalu berbaris-baris bakal terlihat kepenuhan


banget dan jadi menurunkan minat baca. Coba bandingkan kedua
caption konten ini

Bagaimana? Bukankah yang sebelah kanan lebih nyaman untuk


dibaca? Se-simple karena ENTER yang membuat copywriting membuat
tulisan jadi lebih ringan dan menarik untuk dibaca.

31
Awalnya saya juga merasa aneh karena setiap mau menulis kalimat
harus enter dan enter. Tapi, turns out tulisan saya jadi lebih enak untuk
dibaca dan seakan lebih mengajak pembaca untuk ngobrol santai
dengan saya.

Ingat lagi bahwa yang terpenting dari media sosial adalah interaksi.
Fungsi utamanya media sosial ini untuk terkoneksi antara satu dengan
yang lainnya. Jadi, cara kita menulis juga baiknya seakan mengajak
ngobrol :D

Stop gunakan kata kalian, pakai kata “ANDA”

Singular vs. Plural = Anda vs. Kalian.


Konten yang akan membuat kita merasa tertarik untuk membacanya
pastinya harus memiliki copywriting yang engage sama kita—seakan
kita diajak mengobrol.

“Apakah Anda punya hari yang buruk? No worries, tulisan ini


dibuat khusus untuk Anda!”

Stop gunakan plural.

“Apakah kalian punya hari yang buruk? No worries, guys!”

Kalau dianalisis, “kalian” dalam kalimat di atas ditujukan untuk siapa?


Secara tidak langsung, sisi pendekatan personal dengan para audiens
akan terasa kurang di kalimat itu.

Membuat copywriting yang personal akan membuat kita merasa diajak


mengobrol dan jadi lebih tertarik untuk membaca lebih lanjut. Make it
personal!

32
Hentikan panggilan “fans” di awal

Banyak orang melakukan kesalahan karena mereka langsung membuat


“sebutan” untuk followers-nya. Cara ini memang akan memberikan hasil
yang baik, jika:

1. Ada request dari followers untuk diberikan suatu “nama” sebagai


panggilan untuk diri mereka sendiri.
2. Sudah terbentuk komunitasnya.

Untuk brand awal, saya sangat menyarankan untuk tidak menggunakan


kata “lovers”, seperti: ramen lovers atau [nama brand] lovers untuk
menyambut mereka. Penggunaan kata ini menunjukkan kedekatan yang
sangat erat sehingga untuk brand yang baru muncul, pembaca konten
belum tentu merasa terpanggil dengan sebutan tersebut :D.
Sederhananya, gunakan saja “saya dan Anda” atau “mimin dan Anda”.

Batasi CTA

Terkadang ada beberapa akun yang terlalu berlebihan memberikan CTA


atau call to action dalam kontennya. Cara ini memang bagus di awal
tapi, sekarang ini sudah banyak brand yang melakukan hal tersebut
sehingga tidak relevan lagi untuk para pembaca. Di zaman sekarang ini,
konsumen pun sudah menjadi lebih pandai lagi dalam memilah-milah
brand yang ingin mereka gunakan—mereka mulai memberikan nilai
terhadap brand-brand yang ada di sekitarnya. Konsep terpentingnya
adalah jika para konsumen ingin dan tertarik dengan brand, mereka
pasti akan datang. Kalau tidak, maka tidak perlu dipaksa apalagi sampai
ngemis dengan menggunakan CTA berlebihan, ya! :D

33
COPYWRITING ON INSTAGRAM STORIES

Fitur insta-stories menjadi salah satu hal penting yang perlu dikerjakan
juga secara terpisah dari konten feeds. Saya pribadi memisahkan antara
copywriter feeds dan insta-stories karena keduanya sangat berbeda tapi
sama pentingnya. Saya bahkan merekrut seorang copywriter yang
khusus membuat insta-stories setiap hari. Dalam tim saya, mereka
disebut sebagai Social Media Officer. Anda bisa cek disini untuk SOP
SMO dan apa saja yang dikerjakan seorang SMO dalam tim: SOP SMO.

Untuk mempermudah pembuatan copywriting di insta-stories, saya


sudah membaginya menjadi 3 core pillar insta-stories, yaitu:

● Deep Conversation Stories


● Conversion Stories
● Filler
○ Documenting
○ This vs. That

34
○ Poll Yes or No

Mari kita bedah satu per satu.

Deep Conversation Stories

Tujuan dari pilar ini adalah untuk berinteraksi, namun sesuatu yang
bukan “seadanya” saja. Ikuti step-by-step ini untuk membangun
insta-stories yang engage dengan audiens.

1. Warming up

Di fase ini, silakan buat konten yang lebih santai. Tidak harus ada
hubungannya dengan yang akan kita bahas. Konten yang terkesan
netral dan tidak menjurus ke “jualan” justru membuat audiens akan
menebak-nebak dan lebih tertarik untuk lanjut membaca.

2. Opening

Pada fase ini, kita buka dengan pertanyaan. Gunakan fitur question box
dengan pertanyaan yang akan menarik mereka untuk memberikan
jawaban.

3. Interaction

Pada fase ini, kita akan memunculkan jawaban-jawaban dari question


box ataupun DM. Hasil dari pertanyaan yang ditampilkan di fase ini akan
membuat stories kita terkesan interaktif. Memunculkan jawaban mereka
juga akan membuat mereka (yang sudah bersedia untuk cerita dengan
kita) merasa dihargai.

35
Note:
Ketika audiens sudah mau DM dan bercerita atau menanggapi konten
kita, maka level kepercayaan mereka terhadap akun media sosial kita
berarti sudah bertambah, lho!

4. High-Value

Disinilah kita bisa menuliskan penjelasan mengenai topik yang hendak


kita sampaikan. Nah, ketika menjelaskan topik ini sebisa mungkin
sampai benar-benar tuntas, ya. Konten yang menggantung bukan
membuat mereka penasaran, justru mereka mungkin akan malas
menunggu konten kita berikutnya.

5. Summary/CTA

Ajakan atau kesimpulan dari topik yang dibahas. Penutup ini penting
agar mereka bisa mendapatkan garis besar dari apa yang Anda bahas.

Berikut cara kami merancang flow insta-stories deep conversation:

36
37
Conversion Stories

Ketika kita hanya mengunggah 1 kali post jualan di insta-stories,


sesungguhnya kita baru saja kehilangan kesempatan untuk menjualnya
kepada mereka. Berikut ini adalah step-by-step yang kami gunakan
untuk membuat story yang mampu mengkonversi audiens menjadi
pembeli:

1. Berikan pertanyaan

1st story

Apakah Anda merasa ingin tahu caranya


[masukkan benefit yang telah kita pelajari tadi]?

38
2. Tambahkan stiker / fitur question box

1st story

Apakah Anda merasa ingin tahu caranya


[masukkan benefit yang telah kita pelajari tadi]?

QUESTION BOX

2. A. Kalau YA, maka:

2nd story

Jika Anda memilih YA, maka [produk/jasa]


adalah untukmu!

Saya akan memberitahumu bagaimana [outcome


setelah menggunakan produk/jasamu].

Notes: jangan ada CTA dulu, tahan.

39
Masukan CTA

3rd story

Opsi 1:
Dapatkan [produk/jasa] ini sekarang!

SWIPE UP

Opsi 2:
DM jika Anda ingin mengetahui caranya dengan
menggunakan [produk/jasa] saya.

*tambahkan jika ada diskon

2. B. Kalau TIDAK, maka: (handling objection)

4th story

[Tawarkan solusi dari objection tersebut].


Contoh: Tidak perlu khawatir mengenai ongkos
pengiriman
Kami yang tanggung tapi...
Dapatkan via DM sekarang juga! [atau SWIPE
UP]

*CTA ke-2

40
3. Penutup : FOMO (Fear of Missing Out)

Dapatkan hari ini juga [sesuatu yang buruk yang


bisa terjadi, yang mana menjadi hal yang ingin
mereka hindari]

DM sekarang juga!

*CTA ke-3

Filler

Ini adalah jenis insta-stories yang tidak mengharuskan Anda untuk


membahas mengenai produk/benefit dari produk Anda. Pada
konten-konten dengan jenis ini, Anda bisa berinteraksi dengan followers
dengan cara yang menyenangkan. Berikut beberapa pilihan jenis konten
filler yang bisa Anda aplikasikan:

1. This vs. That

Ini adalah pilar konten yang simple tapi seru! Buatlah perbandingan this
vs. that dimana yang adalah sebuah pilihan yang mungkin seringkali
dipikirkan dan jadi perdebatan antara followers. Ingat, konten ini sifatnya
tidak harus selalu selling. Misalnya Anda menjual skincare, Anda bisa

41
membahas mengenai industri kecantikan secara menyeluruh, seperti
AM routine vs PM routine, dan sebagainya. Ini contoh kontennya:

2. Documenting

Menyaksikan apa yang trend di industri Anda atau sekedar menanggapi


DM dan comment dari followers dapat menjadi konten yang sangat
menarik, lho! Hal ini akan menunjukkan bahwa akun Anda up-to-date
atau bahkan peduli dengan tanggapan audiensnya. Insta-stories yang
menggunakan konsep seperti ini juga umumnya menarik untuk diikuti.

3. Poll Yes or No

Pilar konten Yes/No ini memang hampir sama seperti this vs that;
bedanya adalah pilihan mereka sekarang bukan lagi this atau that,
melainkan yes atau no. Sejauh pengalaman saya, audiens sebenarnya
sangat suka memilih dan ketika mereka menekan tombol poll, maka

42
mereka sebenarnya sudah masuk ke dalam salah satu prioritas kita
dalam hitungan algoritma. Ini artinya, akun kita akan muncul di atas kiri
jejeran insta-stories orang-orang yang mengikuti poll kita.

Bonus!

Anda bisa mengintip nih bagaimana saya menyusun plan untuk


insta-stories bersama dengan tim saya. Semoga Anda juga jadi bisa
mengikutinya dan memiliki ide untuk konten tim Anda. Selamat
mencoba!

Klik disini untuk mengakses bonusnya!

43
COPYWRITING FOR E-MAIL MARKETING

Dalam e-mail marketing, biasanya tujuan utama yang ingin dicapai


adalah untuk mendapatkan open rate yang tinggi, betul? Karena cara
copywriting di e-mail cukup berbeda dengan konten pada umumnya,
saya mencoba memisahkan sub-bab mengenai e-mail marketing
dengan pembahasan mengenai copywriting konten pada umumnya.
Sebelum saya mempelajari copywriting untuk e-mail marketing, bahkan
rasanya sulit banget untuk mendapatkan open rate 10%. Setelah
mempelajarinya, berikut data dari beberapa open rate e-mail marketing
dari tim saya saat ini:

44
Menurut getresponse, rata-rata open rate adalah 20,81%. Seperti data
yang terlihat di atas, sekarang kami sudah berhasil menembus open rate
di atas angka 40%. Jadi, apa sih rahasianya? Sederhana, kok. Yuk, kita
intip apa saja yang harus diperhatikan dalam e-mail marketing agar bisa
mendapat open rate yang tinggi.

Judul/Subject Line

Kunci pemegang open rate terbesar ada di headline. Ingat bahwa e-mail
marketing ini umumnya datang dalam format push notification. E-mail
yang kita kirimkan hanya akan muncul di bagian notification handphone
dengan hanya menampilkan judul e-mail saja. Nah, teknik penulisan
judul yang sangat sering saya gunakan adalah:

1. Pertanyaan

Headline bentuk pertanyaan akan membuat pembaca jadi penasaran


dengan apa yang tertulis dalam e-mail ini. Contoh pertanyaan yang
dapat digunakan sebagai headline e-mail adalah:

- Loh, Anda belum tau, ya?


- Mau tau hari ini cocoknya makan apa?

45
Saya akan memberikan salah satu contoh e-mail marketing yang saya
gunakan saat hendak launching produk:

JUDUL:
[firstname], Pernah Ketinggalan Kereta?

ISI:
Kalau saya pernah, bahkan sering #tepukjidat.

Alasannya? Gara-gara hal sepele, yaitu meremehkan waktu.


Merasa nanti masih ada waktu, jadinya nunda-nunda. Pas ketinggalan,
baru nyesel setengah mati dan mengumpat diri sendiri “kalau aja datang
lebih awal…”

Begitu juga dengan Anda ya yang sedang membaca pesan ini.


Saya nggak ingin Anda ketinggalan info launching Buku Membuat Pria
Jatuh Hati BESOK. Akan ada diskon 50%, bonus, dan merchandise
khusus yang saya siapkan hanya untuk 200 orang pertama!

Pantau terus launching-nya besok pukul 18.00 WIB, ya!

Saya akan memberikan kesempatan untuk mereka yang bergabung di


waiting list supaya bisa mendapatkan bukunya lebih dulu. Silakan
bergabung melalui link di bawah ini, ya!

[link bergabung waiting list]

Ada yang lebih mengejutkan besok, sih. Saya akan segera kabari lagi,
ya!

46
2. Menggantung
Ya, judul email yang menggantung juga tidak jarang membuat si
penerima ingin tahu kelanjutan dan maksud dari e-mail yang mereka
terima. Beberapa contoh judul e-mail tipe ini adalah:

- Selamat malam
- [first name] → ini bener-bener hanya menaruh nama depannya
saja tanpa menambahkan kalimat apapun lagi, maka dijamin
pembaca semakin penasaran 😂
- Jujur, saya sedang pusing...

Ini contoh e-mail marketing dari seorang marketer yang sangat suka
menggunakan headline menggantung:

Hahaha awalnya saya selalu membuka e-mail yang dia kirimkan karena
memang sangat menarik bagaimana dia bisa menimbulkan rasa

47
penasaran melalui judul yang menggantung. Tapi, karena digunakan
terlalu sering jadi sudah terbiasa dengan cara membangun rasa
penasarannya dari headline tersebut. Untuk mengatasi rasa bosan yang
mungkin muncul dari kalangan audiens (seperti saya ini), gunakan
campur antara headline biasa, pertanyaan, dan juga yang sifatnya
ngegantung. Selamat mencoba!

Isi E-mail

Ketika mereka sudah membuka e-mail yang Anda kirimkan, pastikan


Anda benar-benar memberikan value kepada mereka; misalnya
mengajarkan mereka sebuah ilmu atau menawarkan solusi untuk
permasalahan mereka. Jika isi e-mail yang mereka temukan hanya
jualan, maka besok-besoknya mereka tidak akan membuka e-mail dari
Anda lagi. Tentunya tidak ada yang salah dari berjualan tapi, untuk
masa-masa awal membangun brand, berikan dan perkuatlah dulu value
Anda di mata audiens.

Setelah audiens membaca pesan, hal yang penting berikutnya adalah:

1. Kalimat terakhir

Kalimat terakhir seringkali terabaikan padahal wajib dimaksimalkan


karena punya peran yang cukup penting. Kalimat akhir seharusnya
digunakan untuk menggambarkan situasi/sneak peek dari e-mail yang
akan Anda kirim berikutnya agar mereka jadi menunggu-nunggu e-mail
Anda selanjutnya karena merasa penasaran dengan kelanjutannya.

Kalau Anda melihat lagi contoh dari nomor 1 (headline pertanyaan),


perhatikan kalimat akhirnya—saya menyampaikan bahwa besoknya
akan ada sesuatu jadi saya akan kembali untuk membawakan kejutan.

48
Hal ini yang kemudian akan membuat audiens memiliki excitement
tersendiri dan merasa penasaran terhadap e-mail berikutnya.

2. Susunlah flownya dan gunakan autoresponder

Agar lebih rapi, biasanya pemain e-mail marketing menyusun


autoresponder. Pengaturan e-mail dapat Anda sesuaikan, misalnya
Anda bisa mengatur dia akan digeser ke grup e-mail yang seperti apa
ketika e-mail Anda dibuka atau apa yang terjadi jika e-mail tidak dibuka
selama berhari-hari.

Source: getresponse

Menyusun autoresponder ini membuat Anda tidak perlu setiap hari


mengirimkan e-mail. Biarkan sistem yang melakukan proses otomisasi
dan Anda yang mengatur standar kualitas konten Anda. Sembari
menunggu, Anda bisa mulai melakukan perhitungan berapa orang yang
mengikuti e-mail sampai selesai serta yang tidak guna menentukan
strategi untuk meningkatkan open rate-nya. Selamat mencoba!

49
NATIVE COPYWRITING

Copywriting Ads

Kebanyakan marketer mungkin sibuk berpikir bagaimana merancang


targeting yang sesuai atau mencari teknik yang benar-benar ‘holy grail’.
Ingat, sebelum kita membicarakan hal tersebut, ada konten ads yang
perlu kita pelajari lebih dulu.

Mayoritas orang melupakan esensi penting dalam konten ads, yaitu


%CTR (click through rate). Ketika menjalankan ads, pastikan Anda
memiliki %CTR > 2%. Jika masih di bawah 1%, sebaiknya Anda mulai
fokus untuk membuat konten ads yang bisa convert klik ke landing page
atau Whatsapp Anda.

Kesalahan lain yang saya lihat adalah konten ads yang dibuat dengan
meniru kompetitor karena mereka berhasil mendapatkan sales yang
tinggi, padahal belum tentu ketika meniru hasilnya pasti bagus karena
setiap produk pun memerlukan personalisasi ads yang berbeda-beda

50
tergantung targetnya. Hari ini saya akan memberikan kepada Anda
langkah-langkah bagaimana saya menyusun copywriting untuk konten
ads (dalam bentuk video) yang bisa menghasilkan CTR > 2%. Berikut ini
adalah framework-nya:

Topik → Hook → Problem Set-up → Present Solution → Social


Proof → Promise/Benefits → Objection Handling → CTA

Untuk mempermudah, saya akan menyertakan juga contohnya:

Topic PDKT

Hook (first 3 [suara diketawain oleh temen-temen] Udah Lama


seconds) PDKT tapi gak kunjung jadian?

Problem Apalagi hal yang sama terjadi berulang kali kayak gitu
Set-up – salah siapa?

Present E-book setebal 200 halaman yang isinya mengupas


Solution tuntas bagaimana cara membuat pria jatuh hati!

Social Proof [Tunjukkan testimoni]

Promise/ [3 benefit membaca e-book ini]


Benefits

Objection Tidak hanya sekedar membuat pria jatuh hati, Anda


Handling akan tahu cara step-by-step menjadikan dia milikmu.

CTA Diskon 50% hari ini

51
Hasil konkret iklan dari framework di atas dapat Anda lihat disini: contoh
iklan

Anda juga bisa memodifikasi framework di atas menjadi jenis carousel,


ya! Ingat bahwa framework ini khusus untuk cold market. Kalau Anda
melakukan re-targeting maka bisa membuat konten yang sifatnya
hard-selling. Selamat mencoba! :)

Native Content Copywriting

Ketika Anda melakukan paid promote atau endorse, biasakan untuk


menyesuaikan tulisan atau copywriting dengan audiens dari
influencer/akun yang hendak Anda endorse, ya. Coba perhatikan
beberapa referensi di bawah ini untuk memudahkan Anda memahami
materi ini. Ketika promote untuk mendapatkan traffic:

52
Copywriting untuk konten yang di-endorse oleh akun Bank Bahtera ini
akan terasa jauh lebih kasual ketimbang konten di akun mereka sendiri
seperti di bawah ini:

Terlihat kan copywriting-nya terasa semi-formal dan tidak terlalu kasual?

Meskipun menggunakan bahasa yang berbeda saat endorse di akun lain


(dari semi-formal menjadi kasual), cara ini terbukti bisa menambah
followers untuk akun yang melakukan promote di akun lainnya. Jadi,
cobalah untuk menjadi native ketika hendak masuk ke market akun
lainnya, ya :)

53
PENUTUP

Mungkin ada 2 respon ketika Anda menyelesaikan apa yang ada di


dalam e-book ini.

Respon 1: “Dapet banyak insight!”


Respon 2: “Kepenuhan!”

Tidak apa, silakan Anda praktekkan pelan-pelan; buka lagi halaman


demi halaman sesuai kebutuhan Anda.

Saya pribadi sering sekali mengalami kesalahan selama belajar dan


menjalani industri copywriting. Apa hasil dari kesalahan saya? Tentu
saja result yang tidak tercapai ataupun teguran keras dari rekan kerja,
namun kesalahan yang saya hadapi dan kegagalan yang saya alami
tidak pernah menghentikan saya. Hal yang terpenting untuk kita ingat
adalah selalu menikmati proses dari apapun yang kita lakukan karena
saya yakin mother-of-all-skills are patience and persistence.

Saya juga menyarankan agar Anda tidak melakukan stok konten di


media sosial. Jika Anda baru belajar copywriting, sebisa mungkin

54
buatlah 1 konten per hari, daripada membuat konten sekaligus untuk
stok posting konten 1 bulan di 1 hari. Begini perumpamaannya:

Buat 1 konten per 1 hari


→ dalam 1 tahun Anda sudah belajar membuat 365 konten!

Buat 30 konten dalam 1 hari


→ artinya Anda hanya belajar membuat konten sebanyak 12 kali dalam
1 tahun; sebuah perbandingan yang sangat jauh dibanding metode yang
pertama. Anda pun hanya belajar membuat konten sebanyak 12 kali
meskipun membuatnya dalam jumlah yang sama dengan cara pertama.

Oleh karena itu, supaya bisa membiasakan diri untuk menulis dengan
perspektif dan topik yang tidak monoton, buatlah konten per hari agar
Anda bisa mendapatkan ide dan inspirasi yang baru serta lebih fresh
untuk para audiens. Jangan lupa kalau setiap hari selalu ada trend baru
yang bisa saja kita gunakan menjadi topik “emas” untuk ditulis!

Sampai sini dulu saya menemani Anda untuk mendalami copywriting.


Saya tunggu kisah sukses copywriting Anda!

Cheers,

Jordan.

55
FAQ

Saya secara khusus membuat halaman ini karena melihat banyak sekali
pertanyaan yang masuk ke DM. Beberapa pertanyaan akan coba saya
jawab dalam segmen FAQ ini.

1. Bagaimana cara membuat konten yang relevan dengan


trend masa kini?

Konten yang up-to-trend biasanya akan cepat muncul di Twitter. Saking


cepatnya update dengan trend, trending di Twitter ini selalu
berganti-ganti setiap hari. Yang perlu menjadi pertimbangan jika Anda
tertarik untuk membuat konten up-to-trend dengan mencari-cari di
Twitter adalah kecepatan beradaptasi dengan trend itu sendiri. Saking
cepatnya trend berubah, kalau Anda terlambat mengikuti trend-nya bisa
jadi bukannya dikenal kerena konten yang trendy atau kekinian, konten
malah dianggap basi karena sudah terlalu banyak yang melakukannya.

Kok bisa? Kita ambil saja contoh Squid Game yang sedang ramai
belakangan ini. Anda pasti melihat banyak sekali konten yang dibuat
mengadopsi seri tersebut. Pada awalnya mungkin Anda merasa
konten-konten tersebut sangat up-to-date, lalu Anda tertarik
menontonnya. Namun, kalau dibahas terus menerus, apakah Anda
tertarik untuk terus menonton konten dengan tema yang sama?

Atau Billboard New York yang sempat trending di awal dan membuat
orang-orang kagum. Sekarang? Orang justru melewatkan begitu saja
ketika ada brand yang ngiklan lagi di Billboard New York.

56
Jadi, pastikan Anda membuat konten trend secepatnya sebelum trend
tersebut basi.

2. Apa bedanya upload feeds dan stories?

Perbedaan konten Instagram mempunyai 2 tujuan:

- Menambah followers
- Berinteraksi

Nah, untuk menjangkau audiens baru, akan lebih baik jika konten
diunggah dalam bentuk feeds karena konten tersebut berpeluang masuk
dalam explore. Konten feeds juga biasanya bisa kita lengkapi dengan

57
hashtag sehingga orang-orang yang sebelumnya tidak kenal jadi bisa
mengenal akun kita.

Sedangkan untuk stories, sebaiknya hanya digunakan untuk berinteraksi


dengan audiens. Tujuannya adalah agar audiens bisa tetap warm
karena konten Anda akan terus muncul sebagai rekomendasi di bagian
atas-kiri story untuk audiens Anda.

Jadi mana yang lebih baik, feeds atau stories? Sebenarnya, saya tidak
suka jawaban aman, tapi keduanya memang sama pentingnya. Yang
jelas, bagi saya sendiri, untuk awal Anda bisa fokus di feeds terlebih
dahulu. Setelah pengikut Anda mencapai 10.000, barulah Anda bisa
mulai fokus engagement di stories.

3. Bagaimana agar konten kita masuk explore?

Pertanyaan ini akan saya jawab berdasarkan pengalaman saya selama


upload konten di Instagram. Saya tentu bukan orang IT atau orang
dalam Instagram, tapi saya sudah berkali-kali membawa konten masuk
ke explore. Inilah hasil research berdasarkan pengalaman saya:

● Konten single post → lebih mudah masuk reach dari hashtag,


tapi lebih sulit masuk explore.
● Konten carousel → lebih mudah masuk explore, tapi lebih sulit
mendapatkan reach dari hashtag.

Jadi, kalau Anda ingin mengejar konten untuk masuk explore, cobalah
membuat konten dengan format carousel :)

58
4. Saya sudah rajin upload dan bikin copywriting, tapi akun
tetap tidak berkembang. Kenapa, ya?

Sebenarnya, ada satu hal yang sangat penting untuk Anda pahami dan
mungkin saja Anda lewatkan ketika Anda sudah rajin, tapi akun Anda
tidak kunjung berkembang. Hal itu adalah relevancy.

Nah, relevancy ini sesungguhnya berkaitan erat dengan quality content


x distribution. Keduanya seperti jungkat-jungkit dimana Anda perlu
menemukan sweet spot agar keduanya seimbang.

Ketika Anda membuat quality content, penting untuk Anda membuat


konten yang tidak google-able, ya. Buatlah mereka follow karena akun
Anda memang memiliki karakter atau opini yang tidak bisa mereka
dapatkan di akun lain atau Google.

Yang kedua, yaitu mengenai distribution; pastikan konten yang telah


Anda telah sesuai dengan sasaran market Anda. Anda perlu tahu bahwa
konten Anda tidak untuk semua orang, sehingga Anda bisa menemukan
sweet spot antara quality content dan kemana harus melakukan
distribusi.

5. Apa yang harus dilakukan jika followers sudah banyak, tapi


engagement-nya sulit?

Nah, hal ini bisa terjadi karena konten yang Anda buat mungkin telah
dimakan oleh jaman. Dulu, hanya dengan mengunggah quotes saja,
akun kita bisa ramai, tapi sekarang hal semudah itu sudah pasti tidak
bisa terjadi lagi.

Jadi hal yang perlu Anda lakukan adalah: Anda perlu membuat
konten-konten Anda menjadi lebih relate lagi dengan audiens yang ingin
Anda reach. Hal ini dapat dilakukan dengan:

59
1. Mengubah visual agar lebih fresh.

2. Membuat konten yang relate dengan trend yang berkembang di


zaman sekarang.

3. Memilih topik pembahasan yang tepat karena, tanpa Anda


sadari, bisa jadi topik yang Anda bahas sebenarnya sedang
downtrend. Bahaslah hal-hal yang sedang trend karena hal ini
bisa meningkatkan traffic ke akun Anda secara signifikan. Cara
memeriksa trend yang sedang berlangsung, selain dari Twitter,
adalah menggunakan trend.google.com.

Ketika membangun sebuah account, ingat bahwa hal yang terpenting


untuk kita adalah keep it alive dan pastikan konten kita selalu relevan
bersamaan dengan interest dari audiens yang terus berubah. Selamat
berproses! :)

60

Anda mungkin juga menyukai