Anda di halaman 1dari 3

CONTOH LAPORAN HASIL

BATU BATA

DI DESA SINARTANJUNG
KECAMATAN PATARUMAN
KOTA BANJAR, PROV. JAWA - BARAT

Dari hasil transect dan refleksi sosial yang telah dilakukan oleh kelompok 095 dapat
disimpulkan bahwa potensi yang dimiiki oleh RW 05 desa Sinartanjung adalah pembuatan
batu bata merah. Potensi pembuatan batu bata merah dapat dilakukan dengan pemberdayaan
oleh peserta KKN SISDAMAS 2017. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam
menyampaikan aspirasi masyarakat terkait potensi yang ada di desa Sinartanjung.

Batu bata merah merupakan salah satu pencaharian masyarakat desa Sinartanjung.
Kebanyakan warga yang melakukan usaha ini karena merupakan usaha turun menurun.
Pembuatan batu bata merah dilakukan melalui beberapa proses produksi. Adapun yang
berkaitan dengan proses produksi tersebut antara lain biaya modal, biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan lain-lain.

Warga yang membuka usaha produksi batu bata merah mengeluarkan modal awal senilai Rp.
5.000.000,-. Modal awal tersebut digunakan untuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
peralatan. Pembelian bahan baku berupa tanah liat seharga Rp. 50.000,- s/d Rp. 65.000,- per
mobil bak terbuka. Untuk setiap bahan baku per mobil tersebut dapat menghasilkan 700-1000
buah bata. Pembuatan bata dapat dilakukan dengan cara manual dan mesin cetak (press).
Adapun ukuran yang digunakan untuk pembuatan bata manual adalah 12×25 cm dan 12,5×25
cm sedangkan untuk pembuatan dengan mesin menggunakan ukuran 10×20 cm.

Peralatan yang digunakan diantaranya adalah mesin penggiling tanah (mesin molen) untuk
menghaluskan tanah liat, cangkul untuk mengaduk dan mencampurkan tanah liat dengan abu
merang, alat cetak, dan lain-lain. Untuk proses produksi diawali dengan pencampuran tanah
liat dengan abu merang. Abu merang berfungsi sebagai perekat tanah agar tidak pecah-pecah
untuk hasil akhirnya. Dalam proses mencetaknya menggunakan lempung atau pasir halus
agar bata dapat dilepaskan dari alat cetaknya. Selanjutnya tanah dicetak menggunakan alat
cetak dan didiamkan beberapa hari hingga mengeras. Biaya yang dikeluarkan untuk upah
tenaga kerja percetakan bata adalah Rp. 40,- per satuan bata.

Proses selanjutnya adalah merapihkan hasil cetakan atau yang yang biasa disebut dengan
ngaluluh oleh warga setempat. Biaya tenaga kerja untuk merapihkan hasil cetakan adalah Rp.
35,- per satuan bata. Setelah dirapihkan kemudian bata disusun dengan upah tenaga kerja
senilai Rp. 40,- per satuan bata. Untuk proses pembakaran, bata diangkut ke tempat
pembakaran dengan upah tenaga kerja senilai Rp. 15,- per satuan bata. Apabila bata sudah
sampai di tempat pembakaran, penyusunan dan pengangkutan setelah di bakar mengeluarkan
upah tenaga kerja senilai Rp. 35,- per satuan bata. Biaya yang dikeluarkan untuk pembakaran
adalah Rp. 20,- per satuan bata dan upah tenaga kerja untuk yang melakukan pembakaran
adalah senilai Rp. 35,- per satuan bata. Secara keseluruhan, biaya produksi yang dikeluarkan
untuk proses produksi adalah seharga Rp. 297,-.

Untuk harga jual yang ditetapkan oleh pemilik bata adalah senilai Rp. 700,- s/d Rp. 750,-.
Maka keuntungan yang bisa didapatkan adalah sekitar Rp. 400,-, keuntungan ini belum
termasuk biaya pemasaran atau distribusi. Pemasaran dilakukan secara langsung kepada
masyarakat ataupun ke tengkulak. Pemasaran terjauh yang dilakukan adalah ke daerah Tasik.
Bata yang dibuat di desa Sinartanjung disebut bata Pananjung. Dari potensi yang tersedia,
batu bata merah memberikan keuntungan yang cukup sebagai mata pencaharian masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, di sisi lain produksi batu bata tersebut
menimbulkan suatu permasalahan berupa polusi udara

Anda mungkin juga menyukai