Teknologi Bahan Kelompok 6 Winda
Teknologi Bahan Kelompok 6 Winda
AGGREGAT
DOSEN PENGAMPUH : Dr. Jasman, ST.,MT.
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI TEKNIK SIPIL B
LABORATURIUM FISIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah
mata kuliah Teknologi Bahan yang berjudul “Pengujian Karateristik Aggregat ” dapat
selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teknologi Bahan. Makalah ini
membahas tentang pengujian karateristik aggregat.
Tak ada gading yang tak retak Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah-
makalah selanjutnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB 1............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Kesimpulan......................................................................................................16
B. Saran................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agregat adalah material pengisi yang digunakan dalam campuran beton.
Agregat yang digunakan memiliki ukuran standar saringan dalam campuran beton.
Untuk mengetahui komposisi yang baik dilakukan dengan percobaan analisa
saringan sesuai dengan standar.
Agregat terbagi menjadi dua jenis yaitu agregat kasar dan agregat halus
dimana agregat halus berukuran kurang dari 4.80 mm untuk agregat kasar harus
mempunyai ukuran lebih dari 4.80 mm.
Agregat yang baik harus memiliki distribusi ukuran yang baik yang disebut
dengan gradasi. Gradasi berfungsi untuk mendapatkan kemampatan/kepadatan.
Gradasi agregat gabungan adalah pencampuran antara agregat kasar dengan agregat
halus. Dalam perancangan campuran beton, agregat gabungan mempunyai batasan
gradasi yang disyaratkan.
Perancangang campuran beton cara SNI mensyaratkan batasan gradasi agregat
gabungan yang diadopsi dari cara B.S. batasan gradasi agregat gabungan ini
dinyatakan dalam bentuk grafik untuk tiap ukuran maksimum agregat kasar. Ukuran
maksimum agregat kasar yang digunakan adalah 40 mm, 20 mm, dan 10 mm.
Batasan gradasi agregat gabungan yang diberikan dalam bentuk grafik dapat
dinyatakan dalam parameter yang disebut dengan modulus kehalusan agregat
gabungan. Batasan modulus kehalusan agregat gabungan pada cara SNI adalah 3.59 –
5.18 untuk maksimum agregat kasar 10 mm, 4.60 – 5.75 untuk maksimum agregat
kasar 20 mm, dan 5.07 – 6.50 untuk maksimum agregat kasar 40 mm.
Modulus kehalusan agregat gabungan yang baik adalah modulus kehalusan
agregat gabungnan yang berada dalam rentang batasan tersebut. Jika modulus
kehalusan agregat gabungan berada diluar rentang batasan tersebut maka diduga akan
1
berakibat berkurangnya kuat tekan beton dan berubahnya kelecakan campuran beton
segar.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui akibat yang didapatkan jika modulus
kehalusan agregat gabungan keluar dari batasan yang ditentukan.
B. Rumusan Masalah
a. Pemeriksaan berat volume dan rongga udara dalam Aggregat halus/ pasir
b. Pemeriksaan berat volume dan dan rongga udara dalam aggregat kasar/krikil
c. Pemeriksaan kadar air aggregat halus
d. Pemeriksaan kadar lumpur aggregat halus lolos saringan
e. Pemeriksaan kadar organik aggregat halus
C. Tujuan
f. Dapat mengetahui berat volume dan rongga udara dalam Aggregat halus/ pasir
g. Dapat mengetahui berat volume dan dan rongga udara dalam aggregat kasar/krikil
h. Dapat mengetahui kadar air aggregat halus
i. Dapat mengetahui kadar lumpur aggregat halusn lolos saringan
j. Dapat mengetahui kadar organik aggregat halus
2
BAB II
PEMBAHASAN
BAHAN
Prosedur
3
3. Pengeringan ini dilakukan selama ± 24 jam sebelum digunakan untuk
pengujian.
4. Timbang dan catatlah berat wadah baja (W1) dan volume wadah baja (V1).
Kondisi Padat
Masukan benda uji ke dalam wadah baja dengan hati-hati agar tidak terjadi
pemisahan butir-butir menggunakan sekop.
Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat dengan cara menusukannya ke dalam
benda uji secara merata.
Untuk setiap lapis dilakukan 25 kali, sehingga total penusukan untuk benda
uji agregat halus sebanyak 75 kali.
Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2).
Hitunglah berat benda uji agregat halus (W3 = W2 – W1).
4
Kondisi Gembur
Masukan benda uji ke dalam wadah baja dengan hati-hati agar tidak terjadi
pemisahan butir-butir menggunakan sekop.
Isilah hingga memenuhi wadah baja.
Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2).
Hitunglah berat benda uji agregat halus (W3 = W2 – W1).
5
Agregat Kasar (Kerikil)
Analisis
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui berat volume masing-masing agregat. Untuk
agregat halus, berat volume saat kondisi padat adalah 1.56 kg/Liter dan saat kondisi
gembur adalah 1.455 kg/Liter. Sedangkan untuk agrerat kasar, berat volume saat
kondisi padat adalah 1.46 kg/Liter dan saat kondisi gembur adalah 1.35 kg/Liter.
Dari kedua keadaan tersebut, berat volume agregat halus dan agregat kasar pada
keadaan padat jauh lebih besar dibandingkan pada keadaan gembur. Hal ini
menunjukkan bahwa pada keadaan padat, ruang untuk rongga udara di sela-sela
agregat akan terisi lebih penuh dibandingkan pada keadaan gembur sehingga rongga
udara pada kondisi padat lebih sedikit daripada saat kondisi gembur.
Tujuan Percobaan
Pemeriksaan kadar air agregat ini dilakukan untuk menentukan besarny kadar
air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan. Kadar air
agregat adalah perbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering
6
terhadap berat semula yang dinyatakan dalam persen. Nilai kadar ini
digunakan untuk koreksi takaran air untuk adukan beton yang disesuaikan
dengan kondisi agregat di lapangan.
Peralatan
Peralatan yang dipakai dalam pengujian kadar air adalah sebagai berikut
Benda Uji
Cara Pengujian
7
HASIL PERCOBAAN
Observasi I
A. Berat Wadah
B. Berat Wadah + Benda Uji
C. Berat Benda Uji (B-A) 706
D. Berat Benda Uji Kering 684
Kadar air = 3,22
Observasi II
A. Berat Wadah
B. Berat Wadah + Benda Uji
C. Berat Benda Uji (B-A) 706
D. Berat Benda Uji Kering 684
Kadar air = 3,22
Kadar air rata-rata = 3,405%
ANALISIS
8
yang sama, jumlah butiran agregat halus akan lebih banyak daripada jumlah
butiran agregat kasar. Hal ini berarti rongga udara pada agregat halus jauh
lebih kecil dibandingkan dengan rongga pada agregat kasar.
Tujuan
Dasar Teori
Tanah liat dan Lumpur yang sering terdapat dalam agregat, mungkin
berbentuk gumpalan atau lapisan yang menutupi lapisan butiran agregat.
Tanah lihat dan Lumpur pada permukaan butiran agregat akan
mengurangi kekuatan ikatan antara pasta semen dan agregat sehingga
dapat mengurangi kekuatan dan ketahanan beton.
9
Karena pengaruh buruknya ini, maka kadar lumpur yang dikandung
oleh suatu agregat penting untuk diuji (diketahui) dan jumlahnya didalam
agregat dibatasi, yaitu tidak boleh lebih dari 5% untuk agregat halus dan
1% untuk agregat kasar.(PBI 71 hal 23 point 3). Jika memang kadar
lumpur melebihi dari standard yang telah ditentukan maka agregat harus
dicuci kembali sampai kadar lumpurnya rendah atau dengan dengan cara
mengganti agregatnya.
Alat
1) Timbangan
2) Alat Pembagi
3) Saringan No.16 dan No. 200
4) Cawan
5) Ember
6) Oven
Bahan
1) Aggregat Halus
2) Air Bersih
Langkah Kerja
10
3) Bagi agregat yang akan diuji dengan alat pembagi (Riffler Sampler),
lalu masukkan agregat tersebut kedalam cawan kemudian timbang
beratnya.
4) Masukan agregat kering oven dengan berat tertentu (W) kedalam
cawan(ember) dan tuangkan air bersih kedalamnya hingga agregat
terendam.
5) Aduk agregat agar terpisah dari bagian-bagian yang halus (lumpur), lalu
tuangkan suspensi yang kelihatan keruh tersebut dengan perlahan-lahan
kedalam susunan ayakan No. 16 dan No.200.
6) Ulangi langkah 3 dan 4 diatas beberapa kali sampai air cucian (bilasan)
dalam cawan / ember nampak jernih.
7) Bilas butiran-butiran yang tertinggal diatas susunan ayakan hingga air
bilasan nampak jernih.
8) Tampung butiran-butiran yang tertinggal diatas ayakan dan cawan /
ember, lalu keringkan butiran / agregat tersebut dalam oven dengan suhu
1105C sampai berat tetap.
Perhitungan
4,82+10,79
Aggregat halus rata-rata = x 100% = 7,80% > 5% maka
2
aggregat halus tidak memenuhi syarat
Hasil Perhitungan
11
D. Pemeriksaan Kadar Organik Aggregat Halus
Tujuan
Landasan Teori
Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari
binatang atau tumbuh-tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon,
protein, dan lemak lipid, dimana zat organik ini mudah mengalami
pembusukan oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut.
Standar yang mengacu pada pengujian zat organik pada agregat halus
adalah SNI 2816:2014 tentang “Metode Uji Bahan Organik dalam Agregat
Halus untuk Beton”, standar tersebut meliputi dua cara untuk penentuan
perkiraan zat organik yang akan digunakan dalam campuran beton antara lain
sebagai berikut:
12
yang transparan dengan agregat halus dengan jumlah takaran yang telah
ditetapkan, lalu ditambahkan larutan warna standar seperti larutan NaOH ke
dalam botol kemudian diguncang hingga agregat halus dan larutan standar
warna tercampur rata, setelah agregat halus dan larutan standar warna
tercampur rata maka campuran tersebut didiamkan selama 24 jam, setelah 24
jam maka campuran dibandingkan warnanya dengan standar warna (lebih
gelap atau lebih terang).
Apabila sampel uji pada kedua prosedur penentuan atau pengujian zat
organik pada agregat halus lebih gelap dari warna standar atau pelat organik nomor 3,
maka agregat halus yang di uji dianggap mengandung zat organik yang merugikan
sehingga tidak dapat digunakan untuk campuran beton dan dianjurkan untuk
13
melakukan pengujian lebih lanjut.sehingga tidak dapat digunakan untuk campuran
beton dan dianjurkan untuk melakukan pengujian lebih lanjut.
Peralatan
1). Botol gelas tembus pandang dengan penutup yang tidak bereaksi dengan NaOH,
berfungsi untuk wadah pengujian.
2). Standar warna ( organic plate ), berfungsi untuk membandingkan perubahan warna
dari bahan uji.
3). Sarung tangan latex, berfungsi untuk melindungi tangan pada saat menuangkan
zat NaOH.
Data Percobaan pemeriksaan zat organik pada benda uji agregat halus
dilakukan identifikasi warna untuk menentukan kelayakan benda uji sebagai bahan
campuran beton. Indikator yang digunakan sebagai acuan adalah tabel hubungan
antara warna cairan dan pengurangan (reduksi) kuat tekan akibat bahan organik, akan
dianalisis pada tabel berikut:
14
3 15-30 Merah kekuning- Digunakan untuk
kuningan lantai biasa
4 25-50 Coklat kemerah- Tidak dapat
merahan digunakan
5 50-100 Coklat tua Tidak dapat
digunakan
Hasil
Berdasarkan percobaan pemeriksaan zat organik pada agregat halus yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa:
Sesuai dengan SNI 03-2816-1992, perubahan warna yang terjadi menentukan bahwa
benda uji agregat halus dapat digunakan untuk lantai biasa.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berat volume agregat halus dan agregat kasar pada keadaan padat jauh
lebih besar dibandingkan pada keadaan gembur. Hal ini menunjukkan
bahwa pada keadaan padat, ruang untuk rongga udara di sela-sela agregat
akan terisi lebih penuh dibandingkan pada keadaan gembur sehingga
rongga udara pada kondisi padat lebih sedikit daripada saat kondisi
gembur.
Berat benda uji ( agregat halus) setelah dikeringkan di dalam oven lebih
ringan dibandingkan dengan berat benda uji sebelum dikeringkan. Hal
tersebut disebabkan karena sebelum benda uji dikeringkan, benda uji
masih mengandung air yang menambah berat benda uji tersebut.
Persentase kadar lumpur rata-rata untuk agregat halus 7,80% maka
agregatnya kotor.
16
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
ASTM C-117-95, Method for materials finer than 75-um (No. 200) sieve in
mineral aggregates by washing
ASTM C29 – Bulk Densty (Unit Weight) and And Voids in Aggregare
lolos saringan No. 200
PBI 1971, Persyaratan kadar lumpur agregat halus dan kasar lolos saringan
No. 200
SNI – 1971 – 1990 – Metode Pengujian Kadar Air Aggregat
SNI 03-2816-1992 Pengujian kandungan organik
SNI 03-4142-1996, Metoda pengujian jumlah bahan dalam agregat yang
SNI 03-4804-1998-Metode Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara Dalam
Agregat
18