OK Makalah Agronomi Aliran Energi Dalam Pertanian
OK Makalah Agronomi Aliran Energi Dalam Pertanian
HALAMAN JUDUL
Disusun oleh:
Putriani
222170013
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................2
A. Kesimpulan....................................................................................13
B. Saran.............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
Mahasiswa dapat menegetahui penggunaan energi itu sendiri dalam
sebuah kegiatan pertanian.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dilakukan oleh produsen primer (tumbuhan dan organisme yang berhijau
daun/fitoplankton). Energi matahari merupakan sumber utama dalam
hubungannnya dengan pertumbuhan tanaman, dimana 90% bahan kering
tanaman pertanian berasal dari perubahan karbon (C) melalui proses
fotosintesis yang tergantung cahaya. Saat ini telah teresdia metode untuk
menghitung produktivitas tanaman dengan memperhatikan penangkapan
energi matahari dan pengubahannya ke energi kimia melalui proses
fotosintesis. Bahkan telah berkembang ilmu ekologi produksi yaitu ilmu
yang membahas mulai dari proses perubahan energi fisik menjadi energi
kimia dan alirannya lewat tananam dan hewan.
Seluruh aktivitas fisiologis tanaman membutuhkan energi. Sebagai
sumber energi utama yang mendukung proses aktivitas fisiologis adalah
matahari. Pemanfaatan radiasi surya oleh tanaman hanya berkisar antara
1 - 2 % dari total radiasi. Menurut Harjadi (1996), dari seluruh sinar
matahari yang mencapai bumi sebanyak 500 kalori tiap sentimeter persegi
setiap hari, kira-kira 93% kembali ke atmosfir. Dengan hara dan air
berlimpah dan daun menutupi permukaan bumi cukup, kira-kira 7%
cahaya matahari dapat diubah melalui fotosintesis, 2% digunakan untuk
respirasi (diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang), dan 5%
menjadi bahan kering tanaman (biomassa). Pada jagung, 3% menjadi
akar, batang dan daun yang menjadi sisa tanaman, dikembalikan ke tanah
atau diberikan kepada ternak, dan 2% tertimbun di biji yang dapat
dimakan manusia. Penyebaran energi lebih lanjut dilakukan oleh manusia
dan hewan (Gambar 6).
Dari sejumlah 263.000 langley (1 langlay = 1 g kalori/cm) energi
matahari yang diterima di bagian luar atmosfer bumi, hanya 140.000
langlay yang benar-benar mencapai permukaan bumi. Jumlah energi
tersebut tersedia untuk tanaman, tetapi penyebaran energi matahari di
permukaan bumi tidak merata dipengaruhi oleh keadaan awan, altitude
(tinggi tempat), latitude (letak lintang), topografi, musim dan waktu dalam
hari (Gambar 7). Yang sangat penting untuk pertanian adalah energi
4
penyinaran di bagian nampak (visible part) dari spektrum cahaya, karena
di bagian sinar inilah tumbuh-tumbuhan mampu mengubah energi
matahari menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis.
5
tumpukan biomasa yang dihasilkan tanaman. Bila fotosintesis netto
dikurangi respirasi sama.
Gambar 7. Sebaran radiasi surya harian, energi yang dating di siang hari
diimbangi dengan kehilangan energi yang terjadi di malam hari (Janick et
al., 1969).
Dengan nol terjadi suatu kondisi yang disebut dengan titik kompensasi
cahaya, yaitu hasil fotosintesis semuanya digunakan untuk proses
respirasi. Tapi sebaliknya jika fotosintesis netto dikurangi respirasi kurang
dari nol maka terjadi keadaan negatif. Keadaan negatif dalam praktik
budidaya harus dihindari, karena akan merugikan tanaman. Cara untuk
menghindari keadaan negatif antara lain dapat dilakukan melalui
pengaturan jarak tanam/kerapatan tanam atau pengaturan populasi per
hektar, pemangkasan daun ternaungi, membuang cabang negatif atau
ranting negatif, pemupukan berimbang, pengaturan morfologi tanaman
seperti sudut daun, ukuran luas daun dan ketebalan daun, dan
peningkatan kandungan klorofil daun.
6
B. Konsep Aliran Energi dalam Pertanian
7
dimana setiap tingkat trofik merupaka kumpulan berbagai organisme
dengan sumber makanan tertentu.
4. Tingkat trofik pertama adalah kelompok organisme autotrof yaitu
organisme yang dapat membuat bahan organik sendiri dengan bantuan
cahaya matahari yaitu tumbuhan dan fitoplankton. Organisme autotrof
disebut produsen. Produsen pada ekosistem darat adalah tumbuhan hijau
sedangkan pada ekosistem perairan adalah fitoplankton, ganggang dan
tumbuhan air.
5. Tingkat trofik kedua dari struktur trofik suatu ekosistem ditempati oleh
berbagai organisme yang tidak dapat membuat bahan organik sendiri.
Organisme tersebut tergolong organisme heterotrof. Bahan organik
diperoleh dengan memakan organisme atau sisa-sisa organisme lain
sehingga organisme heterotrof disebut juga konsumen. Pada tingkat trofik
kedua dari struktur trofik suatu ekosistem adalah konsumen primer
(herbivora).
Produsen dan konsumen membentuk aliran energi atau rantai makanan
dan bersama dengan pengurai terbentuklah daur materi. Sebuah
ekosistem dapat berfungsi dengan adanya aliran energi dan materi. Aliran
tersebut mengalir dari mata rantai yang satu ke mata rantai yang lain
dalam suatu rantai makanan.
Energi yang dimanfaatkan organisme berasal dari sumber energi
utama, yaitu cahaya matahari. Sebagian besar energi cahaya matahari
ditangkap oleh tumbuhan, melalui proses fotosintesis diubah menjadi
energi tersimpan (energi potensial) dalam makanan. Dari makanan
tersebut nantinya diubah menjadi senyawa lain/bentuk lain yang
digunakan untuk aktifitas organisme sehari-hari. Sisa yang tidak terpakai
dan dibuang ke lingkungan ternyata masih mengandung energi, hanya
kadarnya yang berubah. Di lingkungan, energi tersebut diserap tumbuhan
untuk keperluan sintesis makanan kembali. Tumbuhan yang mengandung
energi tersebut nantinya dimakan oleh organisme lain. Dengan demikian
energi itu akan terus berputar dengan kadar atau jumlah yang tidak selalu
8
sama. Itulah yang disebut sebagai siklus energy atau aliran energi
(Gambar 8).
9
Gambar 9. Tingkat keefisienan penggunaan energi matahari dalam
rantai makanan (Harjadi, 1996)
10
2. Energi yang disimpan berupa materi tumbuhan berpindah melalui
rantai makanan dan jaring-jaring makanan melalui herbivora dan
karnivora. Dalam rantai makanan terjadi kehilangan sejumlah energi
diantara tingkatan trofik, atau energi berkurang atau menurun ke arah
tahapan berikutnya dari rantai makanan. Biasanya herbivora menyimpan
sekitar 10% energi yang dikandung tumbuhan, demikian pula karnivora
hanya menyimpan sekitar 10% dari energi yang dikandung dalam bahan
yang dimangsa.
3. Apabila materi tumbuhan tidak dikonsumsi, maka akan disimpan
dalam sistem, diteruskan ke pengurai, atau diekspor dari sistem sebagai
materi organik.
4. Organisme-organisme pada setiap tingkat konsumen dan juga pada
setiap tingkat pengurai memanfaatkan sebagian energi untuk
pernafasannya, sehingga terlepaskan sejumlah panas keluar dari sistem.
5. Dikarenakan ekosistem adalah suatu sistem terbuka, maka beberapa
materi organik mungkin dikeluarkan menyeberang batas dari sistem,
contohnya misalnya akibat pergerakan sejumlah hewan ke wilayah
ekosistem lain, atau akibat aliran air sejumlah gulma air keluar dari sistem
terbawa arus.
Pertanian sesungguhnyan merupakan teknologi yang mengarahkan
aliran dan konsentrasi energi seoptimal mungkin. Oleh karena itu,
tanaman pertanian harus dipandang sebagai perangkap untuk
menangkap, mengubah, dan menyimpan energi (bioindustri), sehingga
untuk mendapatkan hasil yang maksimal harus diusahakan untuk
memperbaiki dan meningkatkan efisiensi penggunaan energi.
Efisiensi penggunaan energi matahari dapat dilakukan dengan cara
mengefisienkan pemanfaatan bahan (bagian tanaman) yang ada seperti
memanfaatkan limbah tanaman secara optimal sehingga energi yang
terkandung tidak hilang. Usaha memperpendek rantai pangan juga dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan energi matahari, misalnya dengan
cara mengkonsumsi langsung produsen primer (Clorela), pemanfaatan
11
produk pertanian yang tidak dapat digunakan/dikonsumsi sebagai bahan
pangan menjadi hidrokarbon cair atau gas. Upaya lain seperti
memperbesar penangkapan energi surya oleh tanaman dengan cara
budidaya atau rekayasa tanaman juga tergolong usaha meningkatkan
efisiensi penggunaan energy matahari. Usaha-usaha itu sangat penting
karena dalam pertanian modern, energi yang dihitung bukan hanya energi
surya tetapi seluruh unsur budidaya atau disebut energi budidaya.
Pertanian bioindustri adalah sistem pertanian yang pada prinsipnya
mengelola dan/atau menanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya
hayati termasuk biomasa dan/ atau limbah pertanian bagi kesejahteraaan
masyarakat dalam suatu eksosistem secara harmonis. Sistem pertanian
bioindustri memandang lahan pertanian tidak semata-mata merupakan
sumberdaya alam, namun juga dipandang sebagai industri yang
memanfaatkan seluruh faktor produksi untuk menghasilkan pangan untuk
ketahanan pangan maupun produk lain yang dikelola menjadi bioenergi
serta bebas limbah dengan menerapkan prinsip mengurangi,
memanfaatkan kembali, dan mendaur ulang (reduce, reuse dan recycle).
Kata kunci pertanian bioindustri adalah pemanfaatan seluruh sumberdaya
hayati, biomassa, dan limbah pertanian secara optimal berbasis pada
bioproses dan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pertanian bioindustri pada dasarnya merupakan impelementasi dari
sistem pertanian terpadu (mixed farming) dengan ciri spesifik dan
keunggulan utamanya adalah memaksimalkan pemanfaatan potensi
energi yang ada pada satu lokasi lahan. Kegiatan integrasi yang
dilaksanakan berorientasi pada usaha pertanian tanpa limbah (zero
waste) dan menghasilkan 4F (Food, Feed, Fertilizer, Fuel). Dalam siklus
ekologi pertanian terpadu, semuanya bermanfaat sehingga tidak ada
limbah dari pelaksanaan pertanian terpadu. Limbah pertanian
dimanfaatkan untuk pakan ternak dan/atau ikan (feed), limbah ternak/ikan
(feses/kotoran) dimanfaatkan untuk pupuk (fertilizer) atau biogas (fuel),
hasil tanaman, ternak, ikan, dan lain-lain diguanakan untuk pangan
12
manusia (food). Semua ini dilakukan secara berkelanjutan dan untuk
mencapai hasil yang maksimal dan disini energi matahari yang diubah
menjadi enegri kimia oleh tumbuhan betul-betul termanfaatkan secara
optimal (Behera dan Shrama, 2007; Manjunatha et al., 2014.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Janick, R.W., F.W. Schery, Woods and V.W. Ruttan. 1981. Plant Science:
An Introduction to World Crops.. W.H. Preeman and Co.
Sanfransisco. 868p.
15