Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MASALAH GIZI KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA

DISUSUN OLEH:

NAMA: KHUSNUL KHATIMA

NIM: 222240013

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

2023

DAFTAR ISI
1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………2

BAB I………………………………………………………………………………………………3

PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………3

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………3

B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………………6

C. TUJUAN…………………………………………………………………………………...…..6

BAB II……………………………………………………………………………………….….…7

PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………..7

A. PENGERTIAN GIZI………………………………………………………………………….7

B. APA SAJA MASALAH GIZI YANG ADA DI INDONESIA…………………………....…8

C. BAGAIMANA CARA MENANGGULANGI MASALAH GIZI……………………….….9

BAB III………………………………………………………………………………….…....…..14

PENUTUP…………………………………………………………………………...……….…..14

A. KESIMPULAN………………………………………………………………………….…....14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..…..15

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai negara berkembang Indonesia selalu berupaya melakukan peningkatan derajat

kesehatan masyarakat, karena pemerintah memiliki kewajiban terhadap kesejahteraan

masyarakat salah satunya melalui peningkatan kesehatan. Contoh upaya peningkatan derajat

kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat, karena gizi yang seimbang dapat meningkatkan

ketahanan tubuh. Namun sebaliknya, gizi yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang

sangat sulit ditanggulangi oleh Indonesia.

Salah satu bidang yang sangat diutamakan Indonesia ialah kesehatan terutama masalah

gizi dan kesehatan ibu-anak. Perbaikan gizi masyarakat telah menjadi agenda pembangunan

nasional,karena dampak gizi terkait dengan kualitas sumber daya manusia, ketahanan pangan,

ekonomi, pendidikan, dan budaya. Arah pembangunan gizi mengacu pada Pasal 141 Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2009 untuk menjamin orang mendapatkan informasi tentang gizi

setiap orang mendapat akses terhadap bahan makanan berkualitas dan setiap orang

mendapatkan pelayanan sesuai standar.

Kesehatan dan gizi merupakan faktor yang sangat penting untuk menjaga

kualitas hidup yang optimal. Konsumsi makanan berpengaruh dengan status gizi seseorang.

Masalah gizi pada umumnya disebabkan oleh faktor primer dan sekunder. Faktor primer antara

lain karena asupan seseorang yang kurang baik pada kuantitas atau kualitas yang

disebabkan oleh karena kemiskinan, ketidaktahuan tentang gizi dan kebiasaan makan yang

salah. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang mempengaruhi asupan makanan, pencernaan,

penyerapan dan metabolisme zat gizi. Hal ini menyebabkan zat-zat gizi tidaksampai di sel-sel

tubuh setelah makanan dikonsumsi (Depkes, 2013: 1)

3
Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam upaya mencapai

derajat kesehatan yang optimal. Namun berbagai penyakit gangguan gizi dan gizi buruk akibat

tidak baiknya mutu makanan maupun jumlah makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan

tubuh masing-masing orang, masih sering ditemukan diberbagai tempat di Indonesia. Gangguan

gizi ini menggambarkan suatu keadaan akibat ketidakseimbangan antara zatgizi yang masuk

kedalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi. Masalah gizi tersebut merupakan refleksi

konsumsi energi dan zat-zat gizi lain yang belum optimal. Salah satu defisiensi gizi yang masih

sering ditemukan di negara kita dan merupakan masalah gizi utama khususnya yang terjadi pada

balita yaitu KEP (Kurang Energi Protein). KEP ini adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan

oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak

memenuhi angka kecukupan gizi.

Asupan gizi seimbang dari makanan memang memegang peranan penting dalam proses

pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak, disertai dengan pola makan yang baik dan teratur yang

perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi

makanan dapat membantu mengkondisikan kebutuhan akan polamakan sehat pada anak. Pada

masa bayi dan balita, orang tua harus selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan

yang dikonsumsi oleh anak dengan membiasakan pola makan yangseimbang dan teratur

setiap hari, sesuai dengan tingkat kecukupannya. Balita masih belum bisa mengurus dirinya

sendiri dengan baik dan belum bisa berusaha mendapatkan sendiri apa yang diperlukannya

untuk makanannya. Balita sangat tergantung pada ibu atau pengasuhnya dalam memenuhi

kebutuhannya. Pada ibu yang bekerja biasanya anak balita lebih cepat disapih. Penyapihan yang

lebih dini akan berakibat negatif terhadap status gizi anak apabila makanan anak disapih tidak

diperhatikan ( Suhardjo,2013:14)

Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi

badan atau ukuran tubuh lainnya, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang

keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses
4
tumbuh. Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, kebutuhan makan

anak berbeda dengan kebutuhan makan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan

juga untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga. Anak balita

pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5 tahun bersifat konsumen aktif.

Konsumen pasif artinya pada usia 1-3 tahun makanan yang dikonsumsi tergantung pada apa

yang disediakan oleh ibu, sedangkan konsumen aktif artinya anak dapat memilih makanan yang

disukainya (Fauziah, 2009).

Pada masa sekarang ini ibu tidak hanya berperan sebagai orang yang mengurus keadaan

rumah dengan tujuan untuk mencari nafkah atau mendapatkan penghasilan. Apabila ibu bekerja,

tanggung jawab anak diserahkan kepada pengasuh anak maupun keluarga yang lain, orang yang

di beri tanggung jawab belum tentu mempunyai pengalaman dan keterampilan untuk mengurus

anak. Pada keadaan seperti ini dikhawatirkan anak balita akan menjadi kurang perhatian dari

pengasuhnya serta tidak terpenuhinya kecukupan makanan yang di anjurkan. Pola konsumsi

makanan sehari-hari akan mempengaruhi berat badan sebagai gambaran status gizi anak balita.

Kurangnya pengetahuan gizi juga kesehatan pada orang tua, khususnya ibu merupakan salah

satu terjadinya kekurangan gizi pada balita. Masa balita merupakan masa perkembangan (non

fisik) di mana balita sedang dibina untuk mandiri, berperilaku menyesuaikan dengan

lingkungan, peningkatan berbagai kemampuan dan berbagai perkembangan lain yang

membutuhkan fisik yang sehat.

Anak yang tumbuh dengan baik juga tidak lepas dengan pengetahuan ibu terhadap

pertumbuhan dan perkembangannya. Pengetahuan ibu dalam mengatur konsumsi makanan

dengan pola menu seimbang sangat diperlukan pada masa tumbuh kembang balita. Pertumbuhan

yang baik biasanya disertai dengan ststus giz anak yang baik. Status gizi balita merupakan hal

yang penting diketahui setiap orang tua, perlunya perhatian yang lebih dalam masa tumbuh

kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kekurangan gizi pada masa balita bersifat tidak

dapat pulih. Berdasarkan catatan departemen kesehatan (depkes) secara nasional pada data tahun
5
2009 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi. Dari hasil perolehan data di atas

tentunya dibutuhkan pengetahuan dan pola pemberian asupan makanan dengan menu seimbang,

terutama kepada ibu-ibu.

B. Latar Belakang Masalah

a. Apa pengertian gizi?

b. Apa saja masalah gizi yang ada di Indonesia?

c. Bagaimana cara menanggulangi masalah gizi yang ada di Indonesia?

C. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan masayarakat tentang masalah gizi

yang ada di Indonesia, dan meningkatkan kesadaran masayarakat tentang pentingnya gizi.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian GIZI

Gizi dapat diartikan sebagai pasokan bahan makanan yang dibutuhkan oleh organisme

dan sel untuk tetap hidup. Menurut KBBI, gizi adalah zat makanan pokok yang diperlukan bagi

pertumbuhan dan kesehatan badan. Ketika kita menyebut makanan bergizi, itu berarti makanan

yang kita makan mengandung gizi.

Jumlah yang gizi yang diperlukan oleh tubuh kita dapat berbeda-beda bagi setiap orang,

ditentukan oleh aktivitas fisik, penyakit yang dimiliki, obat-obatan yang dikonsumsi dan kondisi

fisik khusus seperti kehamilan serta menyusui.

Menurut WHO, gizi merupakan asupan makanan yang dipertimbangkan berkaitan dengan

kebutuhan asupan tubuh. Gizi yang baik terdiri dari makan yang cukup dan seimbang yang

dikombinasikan dengan aktivitas fisik secara teratur menjadi dasar hidup sehat. Gizi yang buruk

dapat menyebabkan berkurangnya kekebalan tubuh, meningkatkan kerentanan terhadap penyakit,

mengganggu perkembangan fisik dan mental, dan mengurangi produktivitas.

Berdasarkan sudut pandang WHO, gizi adalah pilar dasar kehidupan manusia, pilar

kesehatan dan pilar pertumbuhan di seluruh aspek kehidupan. Mulai dari tahap awal

perkembangan janin, saat lahir, melalui masa bayi, masa kanak-kanak, remaja, usia dewasa

hingga tua. Makanan yang tepat dan nutrisi yang baik sangat penting untuk kelangsungan hidup,

pertumbuhan fisik, perkembangan mental, kinerja dan produktivitas, serta kesehatan dan

kesejahteraan. Gizi merupakan pondasi penting dari perkembangan seseorang dan sebuah bangsa.

Ilmu gizi juga berfokus pada bagaimana penyakit, kondisi dan masalah dapat dicegah

atau dikurangi dengan makanan yang sehat. Dengan memahami ilmu gizi, kita bisa

mengidentifikasi bagaimana penyakit dan kondisi tertentu dapat disebabkan oleh faktor makanan,

7
seperti pola makan yang buruk (kekurangan gizi), alergi makanan, dan intoleransi makanan.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia menjelaskan gizi seimbang sebagai

susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan

kebutuhan tubuh. Dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik,

perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.

Lebih jauh, Kemenkes juga memaparkan bahwa gizi haruslah cukup secara kuantitas dan

kualitas. Mengandung berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh bagi anak-anak,

mulai dari energi, protein, vitamin dan mineral. Guna menjaga kesehatan dan untuk melakukan

aktivitas dan fungsi kehidupan sehari-hari bagi semua kelompok umur. Serta menyimpan zat gizi

untuk mencukupi kebutuhan tubuh saat pasokan makanan tidak mengandung zat gizi yang

dibutuhkan.

Jika gizi kita tidak baik, maka daya tahan tubuh kita akan menurun. Kita menjadi lebih

rentan terkena penyakit. Ditambah dengan perkembangan fisik dan mental kita terganggu serta

kemampuan beraktivitas akan menurun.

Jadi dengan kata lain, jika kita bergizi baik maka tubuh kita akan sehat dan tidak mudah

terkena penyakit.

B. Apa Saja Masalah Gizi Yang Ada Di Indonesia

1. Kurang vitamin A (KVA)

Kekurangan vitamin A (KVA) termasuk masalah gizi di Indonesia yang umum dialami

oleh anak-anak dan ibu hamil. Meskipun masalah ini sudah dapat dikendalikan, kekurangan

vitamin A dapat berakibat fatal bila tidak segera ditangani. Pada anak-anak, kondisi ini bisa

menyebabkan masalah penglihatan hingga kebutaan. Risiko penyakit diare dan campak juga

meningkat. Sementara pada ibu hamil, efeknya yakni peningkatan risiko kebutaan hingga

kematian saat persalinan.

8
2. GAKI

Tubuh membutuhkan yodium untuk menghasilkan hormon tiroid. Hormon ini mengatur

proses metabolisme, pertumbuhan, penurunan atau pertambahan berat badan, dan denyut jantung.

GAKI bukanlah satu-satunya penyebab penurunan kadar tiroid di dalam tubuh.

Meski begitu, kekurangan yodium diketahui dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid

secara tidak normal. Kondisi ini dikenal sebagai penyakit gondok.

3. Anemia

Anemia merupakan kondisi tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa

oksigen. Masalah kesehatan ini paling banyak ditemukan pada ibu hamil dengan gejala berupa

rasa lelah, pucat, detak jantung tidak teratur, dan pusing. Menurut data Riset Kesehatan Dasar

tahun 2013, lebih dari 37% ibu hamil mengalami anemia. Studi menunjukkan bahwa ibu hamil

yang anemia memiliki risiko meninggal dalam proses persalinan hingga 3,6 kali lebih besar

akibat pendarahan dan/atau sepsis.

C. Bagaimana Cara Menanggulangi Masalah Gizi Di Indonesia

Perlu Anda ketahui bahwa, usaha-usaha pemerintah dalam menanggulangi kekurangan

gizi dan gizi buruk di Indonesia telah diatur dalam berbagai ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 menyatakan:

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin bertempat tinggal dan


mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan Kesehatan”.

Berdasarkan pasal tersebut dapat diartikan bahwa negara dalam hal ini diwakili

pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan lahir warga negara, salah satunya

melalui peningkatan mutu gizi setiap warga negaranya.


9
Upaya perbaikan gizi masyarakat untuk pengingkatan mutu gizi perseorangan hingga

masyarakat tersebut, dilakukan melalui:

1. perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang

2. perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan

3. peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan

teknologi; dan

4. peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

Upaya perbaikan gizi tersebut, dilakukan dari kandungan hingga lanjut usia dengan prioritas

kelompok rawan yaitu bayi dan balita, remaja perempuan serta ibu hamil dan menyusui.

Adapun, pemerintah menurut UU 36/2009 memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk:

1. menjamin ketersediaan bahan makanan yang memiliki nilai gizi tinggi, secara merata dan

terjangkau bersama dengan pemerintah daerah dan masyarakat;

2. menjaga agar bahan makanan memenuhi standar mutu gizi yang sudah ditetapkan dengan

peraturan perundang-undangan.

3. menetapkan standar angka kecukupan gizi, standar pelayanan gizi dan standar tenaga

gizi;

4. pemenuhan kecukupan gizi pada keluarga miskin dan dalam situasi darurat;

5. pendidikan dan informasi yang benar tentang gizi kepada masyarakat;

6. upaya untuk mencapai status gizi yang baik, bersama dengan pemerintah daerah dan

masyarakat;

7. meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi dan

pengaruhnya terhadap peningkatan status gizi.

1
0
Selanjutnya, menurut Pasal 5 Permenkes 23/2014 pemerintah bertugas dan bertanggung

jawab untuk:

1. menyusun dan menetapkan kebijakan bidang gizi;

2. melakukan koordinasi, fasilitasi dan evaluasi surveilans kewaspadaan gizi skala nasional;

3. melakukan penanggulangan gizi buruk skala nasional;

4. mengatur, membina, dan mengawasi pelaksanaan urusan wajib upaya perbaikan gizi;

5. mengupayakan pemenuhan kecukupan dan perbaikan gizi pada masyarakat terutama pada

keluarga miskin, rawan gizi, dan dalam situasi darurat; dan

6. meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan

pengaruhnya terhadap peningkatan status gizi.

Pemerintah juga telah menerbitkan Perpres 72/2021. Pasal 2 ayat (1) Perpres

72/2021 menegaskan bahwa dalam rangka percepatan penurunan stunting, ditetapkan Strategi

Nasional Percepatan Penurunan Stunting. Menurut Pasal 2 ayat (2) Perpres 72/2021 strategi

tersebut bertujuan untuk:

1. menurunkan prevalensi stunting,

2. meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga,

3. menjamin pemenuhan asupan gizi,

4. memperbaiki pola asuh,

5. meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan, dan

6. meningkatkan akses air minum dan sanitasi.

Pasal 6 Permenkes 23/2014 kemudian menegaskan bahwa gerakan nasional percepatan

perbaikan gizi dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan yang menjadi tanggung jawab pemerintah

daerah provinsi sebagai berikut:

1
1
1. kampanye nasional dan daerah;

2. advokasi dan sosialisasi lintas sektor dan lintas lembaga;

3. dialog untuk menggalang kerja sama dan kontribusi;

4. pelatihan;

5. diskusi;

6. intervensi kegiatan gizi langsung (spesifik) untuk menangani masalah gizi;

7. intervensi kegiatan gizi tidak langsung (sensitif) untuk melakukan pembangunan di luar

sektor kesehatan; dan

8. kegiatan lain.

Peraturan perundang-undangan di atas merupakan alas hukum bagi pemerintah sebagai

regulator dalam rangka mengatasi tingginya angka kekurangan gizi masyarakat di Indonesia.

Di samping itu, pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi untuk kesehatan warga negara juga

merupakan investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pengaturan tentang

pemenuhan kebutuhan pangan juga telah tertuang di dalam UU Pangan yang menyatakan bahwa

pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan

bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam UUD 1945 sebagai komponen dasar untuk

mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Pasal 63 ayat (1) UU Pangan kemudianmenyatakan bahwa pemerintah menetapkan

kebijakan di bidang gizi untuk perbaikan status gizi masyarakat. Kebijakan pemerintah ini

dilakukan melalui:

1. penetapan persyaratan perbaikan atau pengayaan gizi pangan tertentu yang diedarkan

apabila terjadi kekurangan atau penurunan status gizi masyarakat

2. penetapan persyaratan khusus mengenai komposisi pangan untuk meningkatkan

kandungan gizi pangan olahan tertentu yang diperdagangkan


1
2
3. pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, dan kelompok rawan

gizi lainnya, dan

4. peningkatan konsumsi pangan hasil produk ternak, ikan, sayuran, buah-buahan, dan

umbi-umbian lokal.

1
3
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Seperti yang kita ketahui sumber utama energi berasal dari zat gizi. Energi yang

diperlukan tubuh untuk mengerjakan pekerjaan merupakan tambahan terhadap energi

metabolisme basal. Bila tubuh seseorang kekurangan energi maka kemampuan fisiknya untuk

melakukan aktivitas kerja akan berkurang sehingga produktivitas kerja akan menurun.

2. Pekerja perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis atau beban

pekerjaan yang dilakukannya. Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja

sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti: pertahanan tubuh terhadap

penyakit menjadi menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus,

muka pucat kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis dan lain

sebagainya. Dalam keadaan yang demikian itu tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan

produktivitas kerja yang optimal.

3. Manusia yang sehat dan mendapatkan makanan yang cukup, baik kualitas maupun

kuantitasnya maka akan memiliki kemampuan yang maksimal dalam menjalani hidupnya.

Kemampuan maksimal ini disebutkan kapasitas kerja orang dewasa. Namun apabila energi yang

diperoleh dari makanan tidak cukup, maka orang akan bekerja dibawah kapasitas kerja

seharusnya. Secara keseluruhan 56 kandungan energi yang rendah dalam makanan akan

membawa dampak berupa penurunan kegiatan otot, efisiensi kerja otot rendah dan lama waktu

bekerja berkurang. Dengan adanya gangguan ini maka kapasitas kerja secara keseluruhan menjadi

berkurang dan keadaan ini tentunya akan menyebabkan penurunan produktivitas kerja (Sjahmien

Moehji, 2003).

1
4
DAFTAR PUSTAKA

https://www.hukumonline.com/klinik/a/usaha-usaha-perbaikan-gizi-keluarga-oleh-

pemerintah-indonesia-cl6682/

https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/masalah-gizi-di-indonesia/

1
5

Anda mungkin juga menyukai