Anda di halaman 1dari 43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dan pengembangan ini menciptakan sesuatu produk yang berwujud

E-Modul Berbasis Guided Inquiry Berbantuan Flip Pdf Professional Pada

Materi Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI SMA/MA. Penelitian ini dilakukan

di SMAN 1 Ngunut untuk mengetahui respon siswa dan kelayakan E-Modul.

Berdasarkan hasil pengembangan diperoleh hasil sebagai berikut.

1. Hasil Pengembangan Produk E-Modul

Modul elektronik (e-modul) dikembangkan dengan menggunakan guided

inquiry. Pengembangan modul elektronik (e-modul) dibantu oleh aplikasi

Microsoft word sebagai awal rancangan dan Flip PDF Professional untuk

menjadikannya berbasis online. Model yang digunakan untuk

mengembangkan produk adalah model 4D yang terbatas hanya sampai 3D

atau sampai tahap pengembangan (develop) saja. Berikut adalah hasil

penelitian berdasarkan tahapan tersebut:

a. Mendefinisikan (Define)

Susunan ini mempunyai tujuan untuk dapat ditentukannya produk yang

ingin dilakukan pengembangan melalui berbagai tahapan, diantaranya

yakni :

1) Analisis Ujung Depan (Front-End Analysis)

Analisis ujung depan dilakukan untuk menganalisis dan menetapkan

permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran kimia di sekolah

104
105

sehingga dibutuhkan adanya pengembangan bahan ajar. Berikut

adalah hasil yang diperoleh pada tahap analisis ujung depan.

a) Kurikulum yang diterapkan dalam pembelajaran kimia

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru kimia SMAN 1

Ngunut diperoleh informasi bahwa kurikulum yang diterapkan

dalam pembelajaran kimia adalah kurikulum 2013 revisi 2017.

b) Proses pembelajaran kimia pada materi hidrolisis garam

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru kimia SMAN 1

Ngunut diketahui bahwa dalam pembelajaran kimia guru lebih

sering menggunakan metode diskusi, ceramah dan kurang

mengikuti perkembangan teknologi. Selain itu, guru juga belum

memanfaatkan teknologi berbasis guided inquiry berbantuan Flip

Pdf Professional dalam pembelajaran kimia.

c) Kesulitan siswa dalam memahami materi hidrolisis garam.

Hasil analisis kebutuhan terhadap beberapa siswa kelas XI SMAN

1 Ngunut diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam

memahami materi hidrolisis garam. Beberapa kesulitan yang

dihadapi diantaranya kesulitan dalam mengidentifikasi hidrolisis

garam, kesulitan dalam membedakan asam basa kuat, lemah dan

garam, serta kesulitan dalam menentukan pH hidrolisis garam.

Sementara itu, hasil wawancara terhadap guru kimia SMAN 1

Ngunut bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada materi hidrolisis

garam masih di bawah KKM yaitu 70.


106

d) Pendapat guru dan siswa tentang guided inquiry

Hasil analisis kebutuhan terhadap siswa kelas XI MIPA SMAN 1

Ngunut menunjukkan bahwa dari 30 siswa, sebanyak 85% belum

mengetahui model pembelajaran guided inquiry. Adapun hasil

wawancara terhadap guru kimia diperoleh informasi bahwa

pembelajaran dengan guided inquiry belum diterapkan pada

pembelajaran kimia.

e) Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran kimia

Bahan ajar cetak yang digunakan adalah buku teks dan LKS dari

penerbit tertentu. Siswa menggunakan bahan ajar hanya berupa

LKS dari penerbit tertentu. Menurut guru, bahan ajar tersebut

masih memiliki keterbatasan yaitu belum dilengkapi gambar

pendukung pada tingkat partikel (submikroskopik). Sementara itu,

menurut siswa bahan ajar yang digunakan sulit dipahami dan

kurang dilengkapi gambar untuk mendukung materi serta belum

berbasis guided inquiry.

f) Karakteristik bahan ajar yang diharapkan oleh guru dan siswa

Menurut siswa, bahan ajar yang baik dan menarik adalah bahan ajar

dengan dilengkapi gambar, video, dan kegiatan praktikum untuk

mendukung pemahaman materi. Sementara guru menginginkan

bahan ajar yang tersedia dilengkapi dengan gambar pendukung

yang jelas serta berbasis guided inquiry yang dapat membantu

siswa menemukan konsep sendiri. Hasil dari wawancara analisis


107

kebutuhan yang dilakukan antara peneliti dengan guru secara

rinci dapat dilihat pada lampiran 2.

2) Analisis Siswa

Tahap analisis siswa ini dilakukan melalui wawancara terstruktur

antara peneliti dengan perwakilan siswa SMAN 1 Ngunut Tulungagung

kelas XI MIPA yang dipilih secara purposive sampling. Tujuan tahapan

ini adalah mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa selama

proses pembelajaran kimia khususnya pada materi hidrolisis garam.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan bahwasannya siswa

mengalami kesulitan dalam mempelajari hidrolisis garam. Mereka

menyatakan bahwa materi hidrolisis garam membutuhkan pemahaman

konsep dan hafalan rumus-rumus.

Selain itu, peneliti juga memperoleh informasi mengenai model

pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar kurang membantu

siswa dalam memahami hidrolisis garam apalagi terbatasnya bahan ajar

kimia yang tersedia. Bahan ajar tersebut berupa buku paket, Lembar

Kerja Siswa (LKS), dan materi dari guru saja yang di dalamnya hanya

berisikan materi dan teori sehingga proses pembelajaran kimia yang

berlangsung menjadi membosankan dan siswa menjadi kurang aktif.

Hasil dari wawancara analisis kebutuhan yang dilakukan antara peneliti

dengan siswa secara rinci disajikan pada lampiran 4. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan pada tahap analisis ujung depan dan tahap

analisis siswa membuat peneliti termotivasi untuk mengembangkan E-


108

Modul berbasis guided inquiry pada materi hidrolisis garam untuk siswa

kelas XI SMA/MA.

3) Analisis Tugas (Task Analysis)

Analisis tugas ialah aktivitas penganalisisan KD dan keterampilan

yang perlu dicapai siswa. Aktivitas penganalisisan ini dijalani

berdasarkan silabus yang berisi KI dan KD yang mana kemudian

dianggap sebagai standar pengacuan dalam perumusan indikator.

Analisis ini untuk menentukan isi dalam satuan pembelajaran. Analisis

tersebut meliputi analisis struktur isi, prosedur, proses informasi, dan

tujuan dari materi pembelajaran hidrolisis garam dengan mengacu pada

silabus. Diawali dengan analisis KI dan KD pada silabus.

KI 1 :Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 :Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung

jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,

responsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari

solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri

sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif dengan rasa ingin

tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta


109

menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

masalah.

KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta

mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

3.12: Menganalisis garam-garam yang mengalami hidrolisis.

4.12: Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan

hasil percobaan untuk menentukan jenis garam yang mengalami

hidrolisis.

Berdasarkan KI dan KD tersebut dapat diketahui bahwa KI 1

mengandung nilai keagamaan, KI 2 mengandung nilai sikap afektif, KI 3

mengandung nilai sikap kognitif, dan KI 4 mengandung nilai psikomotorik

atau keterampilan. Dari KI dan KD tersebut, maka indikator dapat dibuat

untuk dipakai dalam mengembangkan modul elektronik (e-modul) yaitu:

a) Mensyukuri fenomena adanya hidrolisis garam

b) Memiliki rasa ingin tahu mengenai hidrolisis garam

c) Memiliki sikap kerja sama mengenai hidrolisis garam

d) Memiliki sikap responsif memecahkan masalah terkait hidrolisis garam

e) Menjelaskan pengertian hidrolisis garam

f) Menjelaskan jenis hidrolisis garam

g) Menjelaskan macam-macam hidrolisis garam


110

h) Menerapkan perhitungan pH hidrolisis garam

i) Menjelaskan hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari

j) Melakukan percobaan hidrolisis garam untuk menentukan garam yang

terhidrolisis

k) Menyimpulkan hasil percobaan hidrolisis garam untuk menentukan

garam terhidrolisis

Hasil penganalisisan KI dan KD disajikan pada Lampiran 12.

4) Analisis Konsep

Analisis konsep ditempuh guna mengetahui materi yang

disuguhkan oleh E-Modul berbasis guided inquiry sehingga siswa

mengetahui apa saja materi yang akan dipelajari saat pembelajaran.

Sub-materi hidrolisis garam yang disuguhkan dilakukan penyesuaian

dengan hasil penganalisisan tugas. Hasil dari peta konsep dapat dilihat

pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Peta Konsep Hidrolisis Garam


111

5) Analisis Tujuan Pembelajaran

Tahapan analisis selanjutnya yang dapat dilakukan adalah

analisis tujuan pembelajaran. Penyusunan tujuan pembelajaran ini

berdasar atas Indikator Pencapaian Kompetensi yang telah dirumuskan

dalam langkah analisis tugas. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan

disesuaikan terhadap keperluan siswa yang berlandasan pada silabus

dan program yang diterapkan oleh SMAN 1 Ngunut.

Pada tahap ini dihasilkan beberapa rumusan tujuan pembelajaran

sebagai berikut.

a) Siswa dapat mensyukuri fenomena adanya hidrolisis garam dalam

kehidupan sehari-hari melalui diskusi dan tanya jawab.

b) Siswa dapat menunjukkan rasa ingin tahu terhadap hidrolisis garam

melalui diskusi dan tanya jawab.

c) Siswa dapat menunjukkan sikap kerja sama mengenai hidrolisis

garam melalui diskusi dan tanya jawab.

d) Siswa menunjukkan sikap responsif dalam memecahkan masalah

terkait hidrolisis garam melalui diskusi dan tanya jawab.

e) Siswa dapat menjelaskan pengertian hidrolisis garam melalui buku.

f) Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis hidrolisis garam melalui buku.

g) Siswa dapatmenyebutkan dan menjelaskan macam-macam hidrolisis

garam melalui buku.

h) Siswa dapat menerapkan perhitungan pH hidrolisis garam melalui

buku.
112

i) Siswa dapat menjelaskan hidrolisis garam dalam kehidupansehari-

hari melalui diskusi dan tanya jawab.

j) Siswa dapat melakukan percobaan hidrolisis garam dalam

menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis melalui

praktikum.

k) Siswa dapat menyimpulkan hasil percobaan hidrolisis garam dalam

menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis melalui

praktikum.

6) Analisis Nilai Pendidikan Karakter

Analisis nilai pendidikan karakter ini dilakukan melalui cara

menganalisis nilai pendidikan karakter yang sesuai dengan materi

hidrolisis garam. Nilai karakter yang ada pada materi hidrolisis garam

antara lain: religius, perilaku ilmiah, kerja sama, dan sikap responsif.

Analisis nilai karakter disajikan pada lampiran 13.

7) Analisis Multipel Representasi

Analisis multipel representasi ini dilakukan melalui cara

menganalisis representasi kimia meliputi level makroskopik,

mikroskopik, dan simbolik yang sesuai dengan materi hidrolisis garam.

Analisis multipel representasi yang terdapat pada materi hidrolisis garam

disajikan pada lampiran 14.


113

b. Tahap Perancangan (Design)

Tahap design ini dilakukan untuk merancang suatu produk yang akan

dikembangkan, yaitu E-Modul berbasis guided inquiry berbantuan Flip Pdf

Professional pada materi hidrolisis garam siswa kelas XI SMA/MA yang dapat

dipergunakan guru dan siswa untuk pembelajaran kimia. Adapun tahap-tahap

design dalam penelitian pengembangan ini, sebagai berikut:

a. Penyusunan tes acuan patokan

Tes dalam e-modul disusun dalam bentuk soal evaluasi yang disajikan pada

tahap evaluate setiap sub bab atau tema serta pada bagian akhir e-modul.

Soal evaluasi pada e-modul disajikan pada Gambar 4.2 berikut.

Soal Evaluasi Tema 1 Soal Evaluasi Tema 2


114

Soal Evaluasi Tema 3 Soal Evaluasi Akhir

Gambar 4. 2 Tampilan Soal Evaluasi dalam E-Modul


b. Pemilihan Media

Pemilihan media dalam penelitian pengembangan ini didasarkan pada hasil

wawancara dari guru dan siswa yang memerlukan bahan ajar kimia yang

menarik yang di dalamnya dipenuhi dengan gambar, warna, dan membuat

siswa terlibat aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran kimia. Bahan ajar

yang dipilih berupa E-Modul berbasis guided inquiry berbantuan Flip Pdf

Professional pada materi hidrolisis garam untuk siswa kelas XI SMA/MA yang

di dalamnya tidak sekedar menyajikan teks saja, melainkan juga gambar,

animasi, dan video pembelajaran yang disajikan diperoleh dari berbagai

channel youtube pembelajaran kimia materi hidrolisis garam. Adapun aplikasi-

aplikasi beserta fungsinya yang dimanfaatkan peneliti dalam pengembangan


115

E-Modul ini yaitu:

1. Microsoft Word, digunakan untuk membuat dan menyusun materi hidrolisis

garam yang akan dibahas dalam E-Modul.

2. Google Forms, digunakan untuk membuat latihan soal dan soal evaluasi

pada materi hidrolisis garam.

3. Corel Draw, digunakan untuk membuat dan mengedit gambar.

4. Canva, digunakan untuk mendesain cover.

5. CapCut, digunakan untuk mengedit dan menggabungkan video yang

terdapat dalam E-Modul.

6. QR & Barcode Scanner, digunakan untuk membuat link QR Code pada

video yang terdapat dalam E-Modul.

7. Flip Pdf Professional, digunakan untuk mengonversikan menjadi versi E-

Modul.

c. Pemilihan format

Pemilihan format dilakukan oleh peneliti dalam menetapkan dan memilah

format yang akan digunakan dalam merancang E-Modul berbasis guided

inquiry berbantuan Flip Pdf Professional pada materi hidrolisis garam siswa

kelas XI SMA/MA. Adapun untuk penjelasannya sebagai berikut:

1. Penyajian materi pembelajaran yang didesain dengan menggunakan jenis

huruf yang interaktif dan menarik sehingga memberikan kemudahan bagi

penggunanya untuk membaca dan menggunakan E-Modul tersebut.

2. Pemilihan format, tata letak (margin), bentuk dan ukuran teks, ruang, dan

ketepatan menjadi pertimbangan dari mutu modul. Selain itu, kelayakan


116

kegrafikaan mengacu pada instrumen penilaian buku teks pelajaran

SMA/MA oleh Badan Standart Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2014.

Dengan demikian, ditetapkanlah format pengetikan berikut:

Ukuran kertas : A4 (210 mm x 297 mm)

Orientasi kertas : Portrait

Margin : Narrow (1,27 cm kanan, kiri, atas, bawah)

Jenis huruf : Times New Roman

Ukuran huruf : Bab : 14 bold

Sub bab : 14 bold

Isi sub bab (teks naskah) 12

Keterangan gambar/tabel 10

3. Penyajian tujuan pembelajaran disesuaikan dengan isi materi yang dibahas

disetiap kegiatan pembelajaran.

4. Penyajian tiga level representasi kimia yaitu makroskopik, submikroskopik,

dan simbolik di dalam E-Modul.

5. E-Modul ini disusun dengan mengaitkan materi pada kehidupan sehari-hari

agar siswa aktif dan termotivasi untuk mempelajari materi tersebut.

6. E-Modul ini disusun menggunakan tahapan model pembelajaran guided

inquiry yang terdiri dari orientasi, merumuskan masalah, merumuskan

hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan

kesimpulan yang disajikan di setiap kegiatan pembelajaran.

7. File PDF E-Modul yang telah selesai dibuat di input dalam aplikasi Flip Pdf

Professional.
117

d. Rancangan awal

Pada tahap ini seluruh bagian E-Modul disusun sehingga dihasilkan draft

1 E-Modul yang siap diuji validitasnya. Rancangan awal e-modul disusun

dengan sistematika yang runtut dengan mengacu pada panduan penyusunan

e-modul oleh direktorat pembinaan SMA yang meliputi cover, kata

pengantar, daftar isi, glosarium, kompetensi(KD dan IPK),

motivasi/apersepsi, petunjuk penggunaan, tujuan, uraian materi, rangkuman,

tugas, latihan, penilaian diri, evaluasi, kunci jawaban, dan daftar pustaka.

Adapun hasil rancangan awal e-modul disajikan pada Gambar 4.5 berikut.

Daftar Isi Petunjuk Penggunaan


118

Cover depan Kata Pengantar

Pendahuluan Peta Konsep


119

Materi Tema 1 Materi Tema 2

Materi Tema 3 Rangkuman


120

Glosarium Evaluasi Akhir

Penilaian Diri Daftar Pustaka


121

Kunci Jawaban Cover belakang

Gambar 4. 3 Hasil Rancangan Awal E-Modul

c. Tahap Develop (Pengembangan)

Pada tahap develop menghasilkan produk akhir yaitu E-Modul berbasis

guided inquiry pada materi hidrolisis garam untuk siswa kelasXI SMA/MA

yang telah diperbaiki mengikuti kritik dan saran yang berasal dari para ahli

dan hasil uji coba pada siswa. Adapun tahap develop dalam penelitian

pengembangan ini, sebagai berikut:

a. Validasi

Tahap validasi digunakan untuk menilai kelayakan produk E-

Modul yang dikembangkan. Validasi dilakukan oleh dua validator yang


122

terdiri atas dosen jurusan Tadris Kimia UIN Sayyid Ali Rahmatullah

Tulungagung dan satu guru kimia SMAN 1 Ngunur sebagai ahli materi

dan ahli media. Kedua validator tersebut antara lain Ibu. Chintia

Rhamandica, M. Pd. sebagai validator I, Bapak. Budiono, S.Pd,

M.Pd.sebagai validator II. Hasil validasi oleh ahli materi dan ahli media

secara rinci disajikan pada lampiran 6 dan lampiran 8.

Penilaian kelayakan produk digunakan instrumen penilaian yang

meliputi validator ahli dan materi yang telah ditetapkan. Tujuannya

untuk memperoleh data kuantitatif berupa saran perbaikan produk

selama proses pengembangan. Saran yang diterima akan menjadi dasar

revisi produk untuk menciptakan produk akhir yang layak dan dapat

dilakukan uji coba terbatas. Saran perbaikan dari kedua validator

disajikan pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4. 1 Hasil Saran dan Perbaikan E-Modul


VALIDATOR SARAN PERBAIKAN HASIL PERBAIKAN
Validator I 1. Perhatikan penulisan 1. Penulisan kata dan
kata dan tanda baca tanda baca telah
Gambar disesuaikan diperbaiki
AHLI MATERI

2. dengan kolom yang 2. Gambar telah


tersedia disesuaikan dengan
kolom menjadi
bentuk horizontal.

Validator II Tidak ada perbaikan Tidak ada perbaikan

Validator I Tidak ada perbaikan Tidak ada perbaikan


MEDIA
AHLI

Validator II Tidak ada perbaikan Tidak ada perbaikan

Berdasarkan saran perbaikan yang diperoleh dari kedua validator, maka

selanjutnya dilakukan revisi produk. Adapun pebandingan produk


123

sebelum dan sesudah dilakukan revisi disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4. 2 Perbedaan Tampilan E-Modul Sebelum dan Sesudah Revisi

SEBELUM REVISI SESUDAH REVISI

Perbaikan pengetikan pada kata percobaan hidrolisis pada 4.12.2

Perbaikan spasi pada kata di samping pada gambar kartun

Perbaikan spasi pada kata di bawah pada nomor 3.

Perbaikan gambar yang disesuaikan dengan kolom yang tersedia


124

Perbaikan dobel pengetikan pada poin 3 dan 4

d. Simulasi

Tahap ini bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh fitur dan link yang

ada dalam e-modul berfungsi dengan baik sebelum dilakukannya uji coba

produk. Hasil simulasi menunjukkan semua link dan video yang disajikan

pada E-Modul berfungsi dengan baik sehingga E-Modul dapat langsung diuji

cobakan terhadap siswa tanpa perlu adanya perbaikan.

e. Uji coba produk

Modul elektronik yang telah divalidasi dan direvisi sesuai saran validator

serta telah dilakukan tahap simulasi selanjutnya diuji cobakan secara terbatas

terhadap 30 siswa. Tahap ini digunakan untuk mendapatkan data respon

siswa terhadap E-Modul yang dikembangkan. Hasil yang diperoleh pada

tahap ini disajikan pada gambar berikut, dapat disajikan pada lampiran 10.

2. Hasil Uji Kelayakan E-Modul yang Dikembangkan

Uji kelayakan digunakan untuk mengukur validitas atau kelayakan e- modul

yang dikembangkan. Tahap ini dilakukan oleh 2 validator yang berperan

sebagai ahli materi dan ahli media. Hasil validasi oleh ahli materi disajikan

pada tabel berikut.


125

Tabel 4. 3 Hasil Uji Validitas E-Modul Oleh Ahli Materi


NO. ASPEK KOMPONEN PERSENTASE
1. Kelayakan IsiSikap Spiritual
Kecakapan Personal
Kecakapan Sosial
Cakupan Materi
Keakuratan Materi
98%
Kemutakhiran Materi
Ketaatan Hukum dan Perundang-
undangan
Keterampilan Siswa
Kesesuaian Multiple Representasi
2. Kelayakan Kesesuaian dengan Perkembangan
Bahasa Siswa
Kemampuan Memotivasi
Kelugasan
Koherensi dan Keruntutan Alur Pikir 97%
Kesesuaian dengan Istilah dan Simbol
atau Lambang
Penggunaan Istilah dan Simbol atau
Lambang
3. Kelayakan Teknik Penyajian
Penyajian Pendukung Penyajian
98%
Penyajian Pembelajaran
Kelengkapan Penyajian
PERSENTASE KESELURUHAN 97%
KRITERIA INTERPRETASI Sangat Valid

Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase hasil validasi ahli materi

pada aspek kelayakan isi sebesar 98% dengan kriteria sangat valid. Sementara

itu, hasil validasi pada aspek kelayakan penyajian diperoleh persentase 98%

dengan kriteria sangat valid. Adapun hasil validasi pada aspek kelayakan

kebahasaan diperoleh persentase 97% dengan kategori sangat valid. Secara

keseluruhan diperoleh persentase sebesar 97% dengan kriteria sangat valid.

Adapun hasil validasi oleh ahli media disajikan pada tabel berikut.
126

Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas E-Modul Oleh Ahli Media


NO. ASPEK KOMPONEN PERSENTASE
1. Kelayakan Ukuran E-Modul
Kegrafikaan Desain Sampul E-Modul 98%
Desain isi E-Modul
2. Desain Kesesuaian tampilan video
100%
Video dengan materi
3. Pengoperasian E-Modul mudah digunakan
E-Modul (Usability)
Keefektifan navigasi pada E-Modul 100%
Kejelasan petunjuk penggunaan E-
Modul
PERSENTASE KESELURUHAN 98%
KRITERIA INTERPRETASI Sangat Valid

Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase hasil validasi ahli media

pada aspek kelayakan kegrafikaan sebesar 98% dengan kriteria sangat valid.

Sementara itu, hasil validasi pada aspek desain video diperoleh persentase

100% dengan kriteria sangat valid. Adapun hasil validasi pada aspek

pengoperasian E-Modul diperoleh persentase 100% dengan kategori sangat

valid. Secara keseluruhan, hasil validasi E-Modul yang dikembangkan

diperoleh persentase sebesar 98% dengan kriteria valid berdasarkan hasil

penilaian ahli materi dan ahli media.

3. Hasil Uji Respon Siswa Terhadap E-Modul yang Dikembangkan

Uji respon siswa terhadap E-Modul yang dikembangkan dilakukan

terhadap 30 siswa kelas XI MIPA SMAN 1 Ngunut. Uji respon siswa

terhadap E-Modul meliputi beberapa aspek yang meliputi tampilan,

penyajian materi, bahasa, pengoperasian E-Modul dan manfaat. Adapun hasil

uji respon siswa terhadap e-modul yang dikembangkan disajikan pada tabel

berikut.
127

Tabel 4. 5 Hasil Uji Respon Siswa Terhadap E-Modul


NO. ASPEK INDIKATOR PERSENTASE

1. Aspek Tampilan Kualitas gambar dan video dalam 85%


E-Modul
2. Aspek Penyajian Kemenarikan tampilan materi
Materi dalam E-Modul
Kesesuaian konsep materi
dengan masalah kehidupan
sehari-hari yang disajikan dalam
E-Modul 81%
Kemudahan pemahaman
terhadap materi yang disajikan
dalam E-Modul
Kejelasan sistematika kegiatan
pembelajaran yang disajikan
dalam E-Modul
3. Aspek Bahasa Bahasa dalam penyampaian 85%
materi dalam E-Modul
Kejelasan huruf dalam E-Modul
4. Aspek Kemudahan dalam 82%
Pengoperasian pengoperasian E-Modul
E-Modul
5. Aspek Manfaat Kemudahan memahami materi
yang disajikan dalam E-Modul
Meningkatkan minat dan
motivasi dengan menggunakan
E-Modul
Keruntutan kegiatan belajar
kimia yang disajikan dalam E- 80%
Modul
E-Modul dapat digunakan untuk
mendukung kegiatan
pembelajaran kimia

Ketertarikan pada E-Modul yang


dikembangkan.

PERSENTASE KESELURUHAN 83%


KRITERIA INTERPRETASI Sangat Baik

B. Pembahasan

1. Pengembangan Produk Modul Elektronik (E-Modul)

Modul elektronik (E-Modul) berbasis guided inquiry berbantuan Flip Pdf

Professional pada materi hidrolisis garam telah berhasil dikembangkan


128

berdasarkan tahap-tahap pengembangan model 4D yang dimodifikasi

menjadi 3D dengan 3 langkah pokok yaitu define (pendefinisian), design

(perancangan), dan develop (pengembangan).

a. Tahap define

Langkah awal pada tahap define adalah analisis ujung depan.

Tahap ini dilakukan wawancara pada guru kimia dan penyebaran

angket analisis kebutuhan terhadap 30 siswa kelas XI MIPA SMAN

1 Ngunut. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan informasi dalam

pembelajaran kimia khususnya materi hidrolisis garam guru lebih

sering menggunakan metode diskusi, ceramah, dan praktikum. Guru

belum mengetahui adanya model pembelajaran guided inquiry

sehingga belum menerapkannya pada pembelajaran kimia di kelas.

Tahapan selanjutnya yaitu tahap analisis siswa yang dilakukan

melalui wawancara terstruktur antara peneliti dengan perwakilan

siswa SMAN 1 Ngunut kelas XI MIPA yang dipilih secara purposive

sampling. Berdasarkan hasil wawancara pada tahap analisis siswa,

salah satu faktor kesulitan siswa dalam mengerti hidrolisis garam

adalah bahan ajar yang digunakan belum menyediakan ilustrasi yang

jelas pada tingkat representasi submikroskopik, sementara materi

hidrolisis garam tidak hanya menekankan pembahasan konsep pada

tingkat representasi makroskopik, namun juga pada tingkat

submikroskopik dan simbolik serta banyak melibatkan perhitungan

matematis. Berikut ini sesuai dengan hasil wawancara guru kimia


129

yang berpendapat bahwa bahan ajar cetak yang dipakai oleh guru dan

siswa berupa LKS dan buku paket dari penerbit tertentu masih

memiliki kendala yaitu belum dilengkapi gambar pendukung materi

pada tingkat partikel (submikroskopik).

Menurut siswa penggunaan bahasa dalam bahan ajar yang

digunakan sulit dipahami dan kurang disertai gambar pendukung

materi serta belum berbasis guided inquiry. Hal tersebut berdampak

terhadap kurangnya minat baca siswa terhadap bahan ajar. Sementara

minat baca dapat memberikan kontribusi pada hasil belajar siswa.1

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan siswa didapatkan informasi

bahan ajar yang baik dan menarik menurut siswa adalah bahan ajar

dengan bahasa yang mudah dipahami serta dilengkapi gambar, video,

dan kegiatan praktikum untuk mendukung pemahaman materi.

Sementara guru mengharapkan bahan ajar yang tersedia dilengkapi

dengan gambar pendukung yang jelas serta dilengkapi dengan guided

inquiry untuk memudahkan guru dalam menjelaskan materi kimia.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru dan siswa

memerlukan bahan ajar alternatif dalam pembelajaran kimia materi

hidrolisis garam. Oleh karena itu, dilakukannya penelitian dan

pengembangan untuk menghasilkan bahan ajar dengan karakteristik

yang sesuai dengan harapan guru dan siswa.

1
Indarti Anis Solikhah, ‘Hubungan Minat Baca Dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V SDN Gugus Dipayuda Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara’
(Semarang, 2016), p. 89.
130

Langkah selanjutnya adalah analisis karakteristik siswa. Hasil

yang diperoleh mengindikasikan bahwa siswa kurang terlibat aktif

dan mandiri dalam pembelajaran kimia. Oleh sebab itu pembelajaran

berbasis penemuan konsep seperti model pembelajaran guided inquiry

dan pemanfaatan bahan ajar berupa modul dapat diterapkan dalam

pembelajaran. Hal ini sesuai oleh hasil penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran guided inquiry

berbantuan E-Modul efektif dalam menambah kemampuan berpikir

kritis siswa.2 Sementara itu berpikir kritis memiliki korelasi positif

terhadap kemandirian belajar siswa.3

Tahap pengembangan dilanjutkan dengan analisis tugas dan

analisis konsep. Analisis tugas dilakukan untuk menganalisis

kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD). Kompetensi dasar

yang digunakan adalah KD 3.12 dan KD 4.12. Berdasarkan

kompetensi dasar yang telah ditentukan, maka dirumuskan indikator

pencapaian kompetensi (IPK).

Pada tahap analisis konsep, peneliti menganalisis konsep-konsep

pada materi hidrolisis garam. Konsep pada materi asam basa meliputi

konsep hidrolisis garam, sifat dan jenis-jenis hidrolisis garam,

menentukan pH larutan. Konsep-konsep tersebut selanjutnya dibentuk

peta konsep untuk memudahkan penyusunan bahan ajar serta

2
Haikal dan Lukman, ‘Pengembangan Modul Kimia Hidrolisis Garam Berbasis Inkuiri
Terbimbing Terintegrasi Pendidikan Karakter’, Jurnal Pendidikan Sains, 2014, 108.
3
A’ine Nurfalah, ‘Hubungan Antara Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan
Kemandirian Belajar Siswa SMA Cimahi’, Journal On Education, II.1 (2019), 172.
131

memudahkan siswa dalam belajar. Berdasarkan konsep dan indikator

yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya, maka peneliti

merumuskan tujuan pembelajaran.

Analisis nilai pendidikan karakter bertujuan untuk mengetahui

jenis dan indikator nilai pendidikan karakter yang diterapkan di dalam

E-Modul yang dikembangkan dengan materi hidrolisis garam kelas

XI yang ada kaitannya dengan nilai pendidikan karakternya.

Analisis multipel representasi pada materi hidrolisis garam.

Analisis ini digunakan untuk mengaitkan konsep multipel

representasi, yang meliputi makroskopis, submikroskopis, dan

simbolik. Dari hasil analisis multipel representasi ini akan digunakan

untuk pengintegrasian multipel representasi konsep hidrolisis garam

pada E-modul yang dikembangkan.

b. Tahap design

Tahap design diawali dengan penyusunan tes acuan patokan. Pada

tahap ini dilakukan penyusunan soal latihan yang disajikan setiap

tahap evaluate dalam sintaks model pembelajaran guided inquiry dan

soal evaluasi pada bagian akhir E-Modul. Soal latihan dibuat

berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan

pada tahap sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan prinsip penilaian


132

bahwa nilai didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan.4

Langkah selanjutnya pada tahap design adalah pemilihan media.

Media pembelajaran berupa gambar, animasi dan video untuk

disajikan dalam e-modul. Media pembelajaran tersebut selanjutnya

dibuat dan disusun menggunakan aplikasi Microsoft Word, Google

Form, CorelDraw, Capcut, QR & Barcode Scanner, dan Flip Pdf

Professional. Aplikasi-aplikasi tersebut saling bermanfaat dan mudah

digunakan serta mendapatkan E-Modul sesuai format baik teks,

gambar, animasi dan video sehingga mendapatkan produk akhir yaitu

modul elektronik (E-Modul).

Langkah selanjutnya adalah pemilihan format. Pada tahap ini

penyajian materi pembelajaran didesain menggunakan jenis huruf

yang interaktif dan menarik. Penyajian tujuan pembelajaran

disesuaikan dengan isi materi yang dibahas dengan menyajikan tiga

level representasi kimia dengan menggunakan tahapan model

pembelajaran guided inquiry.

Langkah terakhir pada tahap design adalah menyusun rancangan

awal sehingga dihasilkan draft 1 E-Modul yang siap untuk diuji

validitasnya. E-modul disusun dengan sistematika yang runtut dengan

mengacu pada panduan penyusunan E-Modul oleh direktorat

4
et. all Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Lembaga
Penelitian UIN Jakarta Press (Jakarta, 2006).
133

pembinaan SMA yang meliputi cover, kata pengantar, daftar isi,

glosarium, kompetensi (KD dan IPK), motivasi/apersepsi, petunjuk

penggunaan, tujuan, uraian materi, rangkuman, tugas, latihan,

penilaian diri, evaluasi, kunci jawaban, dan daftar pustaka. Hasil

rancangan yang telah tersusun selanjutnya dipublikasikan menjadi

format elektronik dalam bentuk link berikut:

https://online.flipbuilder.com/witfz/qdjf/ Hal ini bermanfaat untuk

mengakses E-Modul melalui berbagai perangkat elektronik, seperti

smartphone, tablet, atau laptop. Hal ini didasarkan pada hasil analisis

kebutuhan bahwa sebagian besar siswa telah memiliki perangkat

elektronik seperti smartphone, tablet, dan laptop.

c. Tahap develop

Tahap develop adalah tahap terakhir dalam pengembangan modul

elektronik (E-Modul). Tahap ini terdiri atas tiga langkah yaitu

validasi, simulasi, dan uji coba. Tahap validasi bertujuan untuk

menguji validitas E-Modul yang dikembangkan. Tahap ini dilakukan

oleh validator ahli materi dan ahli media. Secara keseluruhan, hasil

penilaian validator menyatakan bahwa E-Modul layak untuk diuji

cobakan kepada siswa dengan revisi sesuai saran perbaikan dari

validator. Setelah proses validasi dan revisi selesai, E-Modul

disimulasikan untuk memastikan bahwa seluruh fitur dan link

berfungsi dengan baik sebelum diuji cobakan.


134

Hasil simulasi menunjukkan bahwa seluruh fitur dan link dapat

berfungsi dengan baik sehingga tidak memerlukan adanya perbaikan.

Langkah terakhir pada tahap develop adalah uji coba. E-modul

yang telah melalui tahap validasi, revisi dan simulasi selanjutnya

diujicobakan terhadap 30 siswa. Uji coba bertujuan untuk mengetahui

respon siswa terhadap E-Modul yang telah dikembangkan. Secara

keseluruhan, hasil uji coba menunjukkan bahwa E-Modul yang

dikembangkan memperoleh respon yang sangat baik dari siswa.

2. Uji Kelayakan E-Modul yang Dikembangkan

Uji kelayakan adalah salah satu tahap terpenting dalam

pengembangan modul elektronik (E-Modul) ini. Pada tahap ini E-Modul

yang telah dikembangkan diuji kelayakannya oleh para ahli yang terdiri

atas ahli materi dan ahli media. Tahap ini bermanfaat untuk memperoleh

penilaian serta saran perbaikan dari validator terhadap produk E-Modul

yang dikembangkan. Adapun validator pada tahap uji validitas ini terdiri

atas 2 dosen dan 1 guru kimia yaitu Chintia Rhamandica, M.Pd. sebagai

validator I, Bapak. Budiono, S.Pd, M.Pd. sebagai validator II.

Hasil uji validitas ahli materi meliputi 3 aspek penilaian yaitu

kelayakan isi, kelayakan penyajian, dan kelayakan kebahasaan. Hasil

penilaian tersebut disajikan pada Gambar 4.4 berikut.


135

Hasil Validasi E-Modul

101% 100% 100%


100%
100%
99%
99% 98% 98% 98%
98%
98% 97%
97%
97%
96%
96%
Kelayakan Isi Kelayakan Kelayakan Kelayakan Desain Video Pengoperasian
Bahasa Penyajian Kegrafikaan E-Modul

Gambar 4. 4 Hasil Validasi E-Modul

Hasil validasi e-modul pada aspek kelayakan isi, kelayakan bahasa, dan

kelayakan penyajian diperoleh persentase berturut-turut 98%, 97%, dan

98% dengan kategori sangat valid. Sementara itu pada aspek kelayakan

kegrafikaan, desain video dan pengoperasian E-Modul diperoleh

persentase berturut-turut 98%, 100% dan 100% dengan kategori sangat

valid. Secara keseluruhan hasil validasi E-Modul diperoleh persentase

sebesar 98% dengan kategori sangat valid. Selain hasil penilaian

validator, pada tahap ini juga diperoleh data kualitatif berupa saran

perbaikan terhadap E-Modul yang dikembangkan.

Pada aspek kelayakan isi diperoleh persentase sebesar 98%.

Menurut validator E-Modul yang dikembangkan telah memenuhi aspek

kesesuaian isi dengan nilai yang terkandung pada KI dan KD khususnya

nilai religius. Bentuk ajakan untuk menghayati agama yang dianutnya

dimunculkan dalam E-Modul dengan disisipkannya nilai karakter rasa

syukur atas fenomena adanya hidrolisis garam dengan memahami


136

kegunaan hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari yang dapat

dilihat pada Gambar 4.5. Nilai religius yang dikaitkan ke dalam mata

pelajaran dapat menghasilkan pengaruh positif di dalam atau di luar

ranah akademik (karakter siswa). Dalam pelajarannya, siswa dengan

tingkat keagamaan kuat akan mendapatkan hasil Pendidikan yang lebih

berhasil. 5

Gambar 4.5. Nilai Rasa Syukur terhadap Fenomena Adanya Hidrolisis


Garam
Selanjutnya kelayakan penyajian E-modul memperoleh persentase

kelayakan sebesar 98% dan termasuk kategori sangat baik. Hal ini

ditunjukkan dengan adanya ajakan untuk bersikap responsif dalam

memecahkan masalah penghitungan pH hidrolisis garam. Penerapan

sikap responsif perlu diterapkan dalam E-Modul dengan harapan dapat

5
Dkk Lis Setiyo Ningrum, ‘Pengembangan Karakter Religius Peserta Didik Melalui Pembelajaran
Kimia Hidrokarbon SMK’, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 14.1 (2020), 2491.
137

meningkatkan sikap responsif siswa dalam memecahkan masalah

sehungga dapat dengan mudah menentukan pH hidrolisis garam. Hal ini

sesuai dengan karakteristik E-Modul yang bersifat self instructional yang

mana E-Modul mampu mendorong keterlibatan siswa secara aktif

sehingga mampu membelajarkan diri sendiri dan tidak bergantung pada

pihak lain.6 Adapun ajakan untuk bersikap responsif dapat dilihat pada

Gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.6. Sikap Responsif dalam Memecahkan Masalah Perhitungan pH


Hidrolisis Garam

6
Ibid, hal. 3.
138

Pada aspek kelayakan kebahasaan diperoleh persentase sebesar

97%. Berdasarkan hasil penilaian validator, bahasa yang digunakan

dalam E-Modul telah memenuhi aspek lugas, komunikatif, dialogis dan

interaktif, sesuai dengan perkembangan siswa dan kaidah bahasa dengan

kategori valid. Hal ini sejalan dengan salah satu karakteristik E-Modul

yaitu user friendly (bersahabat atau akrab dengan pemakainya), salah

satunya dengan penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti

serta menggunakan istilah-istilah yang umum digunakan.7 Hasil

penelitian sebelumnya menyatakan bahwa modul harus menggunakan

bahasa yang baik, sederhana, komunikatif serta menggunakan ejaan yang

sesuai dengan EYD.8

Secara keseluruhan, hasil validasi ahli materi diperoleh persentase

sebesar 97% dengan kategori valid. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

E-Modul yang dikembangkan layak diuji cobakan kepada siswa dengan

revisi sesuai saran perbaikan dari validator. Hal ini bertujuan untuk

menyempurnakan produk E-Modul yang telah dikembangkan.

Hasil uji validitas oleh ahli media yang meliputi aspek kelayakan

kegrafikaan secara keseluruhan diperoleh persentase sebesar 99%

dengan ketegori valid. Hasil penilaian validator menunjukkan bahwa

ukuran, desain sampul, dan desain isi E-Modul sudah baik. Dengan

7
Evi Wahyu Wulansari et. all, ‘Pengembangan E-Modul Pembelajaran Ekonomi Materi
Pasar Modal Untuk Siswa Kelas XI IPS MAN 1 Jember Tahun Ajaran 2016/2017’, Jurnal
Pendidikan Ekonomi, XII.1 (2018), 2–3.
8
I Ketut Gede Padmanaba et. all, ‘Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Kimia
Koloid Bernatuan Komputer Untuk Siswa SMA’, Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, II.1 (2018),
51.
139

demikian, E-Modul yang dikembangkan dinyatakan layak untuk diuji

cobakan kepada siswa dengan revisi sesuai saran perbaikan validator

untuk penyempurnaan E-Modul hasil pengembangan.

Secara keseluruhan, hasil uji validitas E-Modul oleh ahli materi

dan ahli media diperoleh persentase sebesar 98% sehingga dapat

dikategorikan valid. Berdasarkan hasil penilaian tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa E-Modul berbasis guided inquiry berbantuan Flip

Pdf Professional pada materi hidrolisis garam yang dikembangkan

dinyatakan layak untuk digunakan dalam pembelajaran kimia. Hal ini

didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa

pengembangan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing terintegrasi

pendidikan karakter pada materi hidrolisis garam kelas XI SMA

mempunyai kevalidan yang tinggi dengan nilai k sebesar 0,78 dengan

kategori kevalidan yang sangat tinggi9

3. Hasil Uji Respon Siswa Terhadap E-Modul yang Dikembangkan

Pada tahap ini E-Modul yang telah dinyatakan valid dan direvisi sesuai

saran validator diujicobakan terhadap 30 siswa kelas XI MIPA SMAN 1

Ngunut. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui penilaian atau respon siswa

terhadap E-Modul yang dikembangkan. Adapun aspek-aspek yang dinilai

pada uji respon siswa antara lain tampilan, penyajian materi, bahasa,

pengoperasian E-Modul dan manfaat.

9
Lukman, Op. Cit.,h.108.
140

Hasil respon siswa terhadap E-Modul dapat dilihat pada gambar 4.7, pada

aspek tampilan diperoleh persentase 85% dengan kategori sangat baik,

pada aspek penyajian materi diperoleh persentase 81% dengan kategori

sangat baik. Sementara itu, pada aspek bahasa diperoleh persentase 85%

dengan kategori sangat baik. Adapun aspek pengoperasian E-Modul dan

manfaat diperoleh persentase 82% dan 80% dengan kategori sangat baik

dan baik.

Gambar 4.7 Hasil Respon Siswa Terhadap E-Modul


Respon Siswa Terhadap E-Modul
86% 85% 85%
85%
84%
83% 82%
82% 81%
81% 80%
80%
79%
78%
77%
Tampilan Penyajian Materi Bahasa Pengoperasian E- Manfaat
Modul

Berdasarkan hasil uji coba E-Modul secara terbatas pada siswa

diperoleh hasil nilai rata-rata di setiap aspeknya, yaitu nilai rata-rata

persentase pada aspek tampilan sebesar 85% memperoleh kriteria “Sangat

Baik”. Kriteria sangat baik di sini menunjukkan bahwa E-Modul memiliki

segi tampilan yang menarik dengan adanya gambar dan video di dalamnya

yang disajikan secara jelas dan mudah untuk dipahami oleh siswa dapat

dilihat pada Gambar 4.8.


141

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan

bahwa pengembangan E-Modul dapat menjadikan proses pembelajaran

lebih mudah, materinya jelas dan mudah dipahami.10

Gambar 4.8. Tampilan E-modul Dilengkapi dengan Gambar dan Video

Pada aspek penyajian materi persentasenya sebesar 81% dengan

kriteria “Sangat Baik” berdasarkan respon siswa. Berdasarkan hasil

respon siswa diperoleh bahwa E-modul dinilai dapat membuat siswa lebih

faham mengenai kajian multipel representasi yang dapat membantu siswa

10
Cici Romayanti et. all, ‘Pengembangan E-Modul Kimia Berbasis Kemampuan
Berpikir Kreatif Dengan Menggunakan Kvisoft Flipbook Maker’, Jurnal Pendidikan Dan
Ilmu Kimia, IV.1 (2020), 51–58.
142

dalam memahami materi hidrolisis garam lebih dalam karena

penyajiannya ditampilkan dengan gambar molekul dan persamaan

reaksinya.

Indikator multipel representasi dapat dilihat pada Gambar 4.9..

Gambar 4.9. Tampilan Multipel Representasi pada Materi Hidrolisis Garam

Berdasarkan penelitian terkait POGIL dilakukan oleh Ivan Ashif

Ardhana, bahwa inkuiri akan memberi kesempatan bagi siswa untuk

mengeksplorasi konsep kimia dengan mandiri dan menjadi lebih aktif,

sehingga siswa merasa lebih termotivasi dalam menggunakan kemampuan

intelektualnya untuk menyelesaikan soal maupun permasalahan yang

disajikan.11

11
Ivan Ashif Ardhana, ‘Dampak Process-Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL)
Terhadap Pengetahuan Metakognitif Siswa Pada Topik Asam-Basa’, Dalam Jurnal
Hydrogen:Jurnal Kependidikan Kimia, 8.1 (2020), 1–10.
143

Pada aspek bahasa persentase sebesar 85% dengan kriteria “Sangat

Baik” artinya siswa dapat memahami bahasa yang ada dalam E-Modul.

Hal tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Gede,

dkk., bahwa sebuah modul hendaknya mempergunakan bahasa yang baik,

sederhana, komunikatif, dan ejaan yang selaras dengan EYD.12

Selanjutnya, pada aspek pengoperasian E-Modul persentase sebesar

82% dengan kriteria “Sangat Baik” artinya siswa dapat dengan mudah

mengoperasikan dan menggunakan E-Modul. Hal tersebut relevan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Annisatul Aulia dan Andromeda, bahwa

modul elektronik harus mudah digunakan dan dioperasikan oleh siswa.

Kemudahan dalam pengoperasian modul elektronik dinilai dapat

membantu dalam meningkatkan motivasi, minat, dan kegiatan belajar

siswa.13

Kemudian penilaian yang terakhir yaitu pada aspek manfaat yang

memperoleh persentase sebesar 80% dengan kriteria “Baik” artinya E-

Modul yang dikembangkan membantu siswa untuk memahami materi

hidrolisis garam, kegiatan belajar siswa menjadi lebih terarah, dan

mendukung siswa dalam belajar secara mandiri dan aktif sehingga dapat

meningkatkan motivasi dan keinginan siswa untuk belajar kimia

khususnya pada materi hidrolisis garam. Hal ini didukung oleh hasil

penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa E-Modul berbasis STEM

12
I Ketut Gede Padmanaba Op. Cit.,h. 30.
13
Annisatul Aulia dan Andromeda, ‘Pengembangan E-Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing
Terintegrasi Multirepresentasi Dan Virtual Laboratory Pada Materi Larutan Elektrolit Dan
Nonelektrolit Untuk Kelas X SMA/MA’, Dalam Jurnal EduKimia (EKJ), 1.1 (2019), 94–102.
144

efektif dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa pada pembelajaran

jarak jauh.14 Hasil penelitian lain mengungkapkan bahwa modul

merupakan bahan ajar yang dibuat dengan tujuan meningkatkan

kemandirian belajar siswa dalam belajar dengan atau tanpa bimbingan

guru.15

Hasil nilai-rata persentase dari total angket respon siswa terhadap E-

Modul berbasis guided inquiry pada materi hidrolisis garam untuk siswa

kelas XI SMA/MA diperoleh kriteria “Sangat Baik” berdasarkan nilai

rata-rata persentase terhadap uji coba E-Modul pada siswa yaitu 83%.

Kriteria sangat baik ini menunjuk kan bahwa E-Modul ini mempunyai

tingkat keterbacaan yang sangat baik sehingga dapat digunakan sebagai

bahan ajar kimia dalam proses pembelajaran kimia. Selain itu, pada

halaman terakhir angket respon siswa terdapat komentar dan saran secara

keseluruhan pada uji coba terhadap penggunaan E-Modul yang

dikembangkan oleh peneliti. Adapun beberapa komentar dari siswa

terhadap penggunaan E-Modul yang dikembangkan, sebagai berikut:

“E-Modul ini baik dan cukup menarik untuk digunakan sebagai

media belajar, walaupun saya tidak terlalu minat mempelajari

kimia.” (Komentar dari EW)

14
Pingki Jeita Mulyasari & Ni’matus Sholihah, ‘Pengembangan E-Modul Berbasis STEM
Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Dalam Pembelajaran Jarak Jauh Pada Mata Pelajaran
Ekonomi’, Jurnal Ilmu Pendidikan, III.4 (2021), 2220–36.
15
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (Yogyakarta: Diva
Press, 2014).
145

“E-Modul berbasis guided inquiry pada materi hidrolisis garam

sangat menarik dan sangat bermanfaat bagi saya untuk memahami

materi dengan mudah , sehingga saya memiliki keinginan lebih

untuk belajar kimia.” (Komentar dari HD)

“E-Modul berbasis guided inquiry pada materi hidrolisis garam

mempunyai tampilan yang sangat menarik, sehingga dapat

menambah keinginan belajar dan juga disediakan video yang

membantu pemahaman belajar.” (Komentar dari LNK)

Selain, komentar dari siswa ternyata terdapat juga saran dari

beberapa siswa terhadap penggunaan E-Modul yang telah dikembangkan

peneliti, yaitu “E-Modul ini perlu diuji cobakan dalam proses

pembelajaran kimia.” (Saran dari AA)

Dengan demikian menunjukkan bahwa E-Modul berbasis guided

inquiry pada materi hidrolisis garam untuk siswa kelas XI SMA/MA

menarik dan dapat digunakan dalam pembelajaran. Hal tersebut diperoleh

dari hasil validasi para ahli (ahli materi dan ahli media) dengan kriteria

“Sangat Valid” dan respon siswa terhadap keterbacaan E-Modul pada uji

coba menunjukkan kriteria “Sangat Baik” dan layak digunakan sebagai

bahan ajar dalam proses pembelajaran kimia di sekolah.


146

Hal tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mery

Andriani, Muhali, dan Citra Ayu Dewi bahwasanya modul yang telah

memperoleh hasil dari uji validitas para ahli dengan menunjukkan

kriteria “Valid” dan respon siswa yang menunjukkan kriteria “Sangat

Baik”, maka modul tersebut dapatdinyatakan layak dengan kualitas yang

sangat baik.16

16
Citra Ayu Dewi, Mery Andriani, Muhali, ‘Pengembangan Modul Kimia Berbasis
Kontekstual Untuk Membangun Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi Asam Basa’, Dalam
Jurnal Hydrogen: Jurnal Kependidikan Kimia, 7.1 (2019), 25.

Anda mungkin juga menyukai