Anda di halaman 1dari 3

Berani Gagal

Written by
Tuesday, 21 April 2009 04:30 - Last Updated Saturday, 25 April 2009 04:39

"Hanya orang yang berani gagal total, akan meraih keberhasilan total." John F Kennedy

PERNYATAAN John. F. Kennedy ini saya yakini kebenarannya. Itu bukan sekedar retorika,
tetapi memang sudah terbukti dalam perjalanan hidup saya. Gagal total itulah awal karier bisnis
saya.

Pada akhir 1981, saya merasa tak puas dengan pola kuliah yang membosankan. Saya nekad
meninggalkan kehidupan kampus. Saat itu saya berpikir, bahwa gagal meraih gelar sarjana
bukan berarti gagal dalam mengejar cita-cita lain. Di tahun 1982, saya kemudian mulai merintis
bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan
Belajar Primagama.

Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Dari awalnya yang sangat sepi peminat -
hanya 2 orang - sampai akhirnya peminatnya membludak hingga Primagama dapat membuka
cabang di ratusan kota, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia.

Dalam kehidupan sosial, memang kegagalan itu adalah sebuah kata yang tidak begitu enak
untuk didengar. Kegagalan bukan sesuatu yang disukai, dan suatu kejadian yang setiap orang
tidak menginginkannya. Kita tidak bisa memungkiri diri kita, yang nyata-nyata masih lebih suka
melihat orang yang sukses dari pada melihat orang yang gagal, bahkan tidak menyukai orang
yang gagal.

Maka, bila Anda seorang entrepreneur yang menemui kegagalan dalam usaha, maka jangan
berharap orang akan memuji Anda. Jangan berharap pula orang di sekitar anda maupun relasi
Anda akan memahami mengapa Anda gagal.

Jangan berharap Anda tidak disalahkan. Jangan berharap juga semua sahabat masih tetap
berada di sekeliling Anda. Jangan berharap Anda akan mendapat dukungan moral dari teman
yang lain. Jangan berharap pula ada orang yang akan meminjami uang sebagai bantuan
sementara. Jangan berharap bank akan memberikan pinjaman selanjutnya.

1/3
Berani Gagal

Written by
Tuesday, 21 April 2009 04:30 - Last Updated Saturday, 25 April 2009 04:39

Mengapa saya melukiskan gambaran yang begitu buruk bagi seorang entrepreneur yang
gagal? Begitulah masyarakat kita, cenderung memuji yang sukses dan menang. Sebaliknya,
menghujat yang kalah dan gagal. Kita sebaiknya mengubah budaya seperti itu, dan
memberikan kesempatan kepada setiap orang pada peluang yang kedua.

Menurut pengalaman saya, apabila orang gagal, maka tidak ada gunanya murung dan
memikirkan kegagalannya. Tetapi perlu mencari penyebabnya. Dan justru kita harus lebih
tertantang lagi dengan usaha yang sedang kita jalani yang mengalami kegagalan itu. Saya
sendiri lebih suka mempergunakan kegagalan atau pengalaman negatif itu untuk menemukan
kekuatan-kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali.

Sudah tentu, kasus kegagalan dalam bisnis maupun dunia kerja, saat krisis ekonomi kian
merebak dan bertambah. Ribuan orang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan
kehilangan mata pencahariannya. Sungguh ironis, seperti halnya kita, suka atau tidak suka,
setiap manusia pasti akan mengalami berbagai masalah, bahkan mungkin penderitaan.

Bagi seorang entrepreneur, sebaiknya jangan sampai terpuruk dengan kondisi dan suasana
seperti itu. Kita harus berani menghadapi kegagalan, dan ambil saja hikmahnya (kejadian
dibalik itu). Mungkin saja kegagalan itu datang untuk memuliakan hati kita, membersihkan
pikiran kita dari keangkuhan dan kepicikan, memperluas wawasan kita, serta untuk lebih
mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Untuk mengajarkan kita menjadi gagah, tatkala lemah.
Menjadi berani ketika kita takut. Itu sebabnya mengapa saya juga sepakat dengan pendapat
Richard Gere, aktor terkemuka Hollywood, yang mengatakan bahwa kegagalan itu penting bagi
karier siapapun.

Mengapa demikian? Karena selama ini banyak orang membuat kesalahan sama, dengan
menganggap kegagalan sebagai musuh kesuksesan. Justru sebaliknya, kita seharusnya
menganggap kegagalan itu dapat mendatangkan hasil. Ingat, kita harus yakin akan
menemukan kesuksesan di penghujung kegagalan.

Ada beberapa sebab dari kegagalan itu sendiri. Pertama, kita ini sering menilai kemampuan diri
kita terlalu rendah. Kedua, setiap bertindak, kita sering terpengaruh oleh mitos yang muncul di
masyarakat sekitar kita. Ketiga, biasanya kita terlalu “melankolis” dan suka memvonis diri
terlebih dahulu, bahwa kita ini dilahirkan dengan nasib buruk. Keempat, kita cenderung masih
memiliki sikap, tidak mau atau tidak mau tahu dari mana kita harus memulai kembali suatu
usaha.

2/3
Berani Gagal

Written by
Tuesday, 21 April 2009 04:30 - Last Updated Saturday, 25 April 2009 04:39

Dengan mengetahui sebab kegagalan itu, tentunya akan membuat kita yakin untuk bisa
mengatasinya. Bila kita mengalami sembilan dari sepuluh hal yang kita lakukan menemui
kegagalan, maka sebaiknya kia bekerja sepuluh kali lebih giat. Dengan memiliki sikap dan
pemikiran semacam itu, maka akan tetap menjadikan kita sebagai sosok entrepreneur yang
selalu optimis akan masa depan. Maka, sebaiknya janganlah kita suka mengukur seorang
entrepreneur dengan menghitung berapa kali dia jatuh. Tapi ukurlah, berapa kali ia bangkit
kembali.

3/3

Anda mungkin juga menyukai