Anda di halaman 1dari 2

SOP

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PERPELONCOAN

OLEH KELOMPOK : 5
ANGGOTA :
1. SMPN 1 MOJOAGUNG
2. SMPN 1 NGORO
3. SMPN 2 PERAK
4. SMPN 1 PLANDAAN

LANDASAN HUKUM :

1. Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak


Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan
2. Edaran Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab.Jombang Nomor:
421.3/350/415.16/2023 tentang Penanganan Perundungan dan Pelecehan Seksual
3. Pasal 335 KUHP Bab XVIII tentang Kejahatan Terhadap Kemerdekaan Orang
4. Permendikbud Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi
Siswa Baru

A. PENCEGAHAN
1. Setiap warga sekolah wajib saling menghormati dan menghargai
2. Setiap warga sekolah wajib menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari tindak
perpeloncoan
3. Membangun lingkungan satuan pendidikan yang aman, nyaman dan menyenangkan
termasuk larangan kegiatan perpeloncoan di sekolah
4. Kepala Sekolah membentuk tim satgas anti perpeloncoan melalui penetapan SK
Kepala Sekolah
5. Tim Satgas membuat larangan perpeloncoan
6. Sosialisasi tentang larangan perpeloncoan kepada seluruh warga sekolah dan wali
murid (Pembina ekstrakurikuler dan osis)
7. Membuat keyakinan sekolah antara lain : poster tentang larangan perpeloncoan
8. Menyediakan kotak pengaduan

B. PENANGGULANGAN
1. Apabila ada aduan tentang kegiatan perpeloncoan maka wali kelas/guru/warga
sekolah lainnya melakukan identifikasi masalah setelah menerima laporan
2. Wali kelas/guru/warga sekolah lainnya bersama kesiswaan dan guru BK berdiskusi
untuk mencari solusi, jika diperlukan melibatkan pihak-pihak terkait

 Untuk kasus ringan : guru BK/kesiswaan mengadakan pertemuan dengan murid


bersangkutan untuk diberi nasehat, bimbingan, dan arahan
 Untuk kasus berat : Kepala sekolah, guru BK dan kesiswaaan akan menghubungi
orangtua murid agar hadir ke sekolah untuk memberikan penjelasan terkait
peristiwa dan mencari solusi.
 Bagi pelaku akan diberikan surat peringatan (SP 1). Setelah itu pelaku akan
mendapatkan bimbingan khusus. Jika masalah tertangani kasus selesai.
 Bagi korban akan mendapatkan konseling individu oleh guru BK sampai kondisi
psikologisnya pulih.

3. Jika masalah tidak terselesaikan warga sekolah menilai murid tersebut tidak ada
perubahan perilaku maka dibuatlah surat peringatan ke-2 (SP 2)
4. Kepala sekolah mengadakan konferensi kasus dengan pihak-pihak terkait membahas
surat peringatan ke-3 (SP 3) alias dibina lagi atau dikembalikan kepada orang tua
5. Seluruh kasus dan penangannya disusun dalam bentuk laporan tertulis oleh kesiswaan
dan guru BK.

Anda mungkin juga menyukai