Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan “shopia”. Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan shopia artinya kearifan atau kebijakan. Jadi, arti filsaafat secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Istilah filsafat sering dipergunakan secara popular dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dalam penggunaan secara popular, filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu), dan dapat juga disebut pandangan hidup (masyarakat).[1]
Pengertian filsafat menurut para filosof antara lain
1. menurut Plato ialah “pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli.” 2. Menurut Aristoteles mengartikan filsafat sebagai “ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik, dan estetika.” 3. menurut Al-Farabi memaknai filsafat sebagai “pengetahuan tentang hakikat sebagai yang sebenarnya”. 4. Immanuel Kant mengartikan filsafat sebagai “pengetahuan yang menjadi pangkal pokok segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya: apa yang dapat diketahui (metafisika), apa yang seharusnya diketahui (etika), sampai di mana harapan kita (agama), apa itu manusia (antropologi).”[2] Orang-orang Yunani, lebih kurang 600 tahun SM, telah menyatakan bahwa pendidikan ialah uasaha membantu manusia menjadi manusia. Ada dua kata yang penting dalam kalimat itu, pertama “membantu” dan kedua “manusia”. Manusia perlu dibantu agar ia berhasil menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan telah menjadi manusia bila telah memiliki nilai (sifat) kemanusiaan.
Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan
adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaanya. Dalam arti luas, pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam GBHN 1973 dikemukakan pengertian pendidikan bahwa, “pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan didalam maupun diluar sekolah, dan berlangsung seumur hidup”.[4] Lebih lanjut, Soegarda Poerwakawatja menguraikan bahwa pengertian pendidikan dalam arti yang luas sebagai semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan, dan keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkan generasi muda agar dapat memahami fungsi hidupnya, baik jasmani maupun rohani. Upaya ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kedewasaan dan kemampuan anak untuk memikul tanggung jawab moral dari segala perbuatannya. Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang bertujuan. Dan tujuan dari proses perkembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan, kematangan, dari kepribadian manusia. Dengan demikian, jelaslah bahwa pengertian pendidikan itu erat kaitannya dengan masalah yang dihadapi dalam kehidupan manusia.[5] Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany adalah “pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan.
Abdul Munir Mulkhan, bahwa Filsafat Pendidikan Islam adalah
usaha mencari asas-asas fundamental pendidikan Islam.[9]
2. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
a. Hakikat para pendidik dan anak didik. b. Hakikat materi pendidikan dan metode penyampaian materi. c. Hakikat tujuan pendidikan dan alat-alat pendidikan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. d. Hakikat model-model pendidikan. e. Hakikat lembaga formal dan nonformal dalam pendidikan. f. Hakikat sistem pendidikan. g. Hakikat evaluasi pendidikan. h. Hakikat hasil-hasil pendidikan.[11]
Dalam filsafat pendidikan Islam, selain ruang lingkup yang
diterangkan di atas, terdapat substansi pendidikan yang sangat penting, bahkan menentukan nilai sebuah proses pendidikan, yaitu: a. Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber ajaran dalam pendidikan Islam. b. Akhlak Nabi Muhammad SAW yang dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga untuk membentuk akhlak anak didik.
c. Keimanan kepada seluruh ajaran Islam yang dapat diterima
oleh hati dan akal yang sehat. d. Kehidupan dunia yang oleh ajaran Islam dibebaskan pengembangannya. e. Alam semesta yang diciptakan untuk kemakmuran manusia. f. Baik dan buruk. g. Pahala dan dosa. h. Ikhtiar dan takdir yang menjadi bagian dari rencana kehidupan manusia dan kehendak Allah SWT yang pasti adanya.[12] Dari penjelasan di atas dapat ditarik pemahaman bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan Islam berkaitan dengan pendekatan yang diterapkan adalah sebagai berikut: a. Ontologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan Islam. b. Epistemologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat objek formal dan materi ilmu pendidikan Islam. c. Metodologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat cara- cara kerja dalam menyusun ilmu pendidikan Islam. d. Aksiologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu pendidikan Islam.[13]
3. Tujuan Filsafat Pendidikan Islam
Omar Mohammad al-Taumy al-Syaibany, bahwa filsafat pendidikan Islam harus mampu memberikan kemanfaatan bagi khasanah pendidikan Islam berupa: a. Membantu para perancang dan pelaksana pendidikan dalam membentuk pemikiran yang benar terhadap proses pendidikan. b. Memberi dasar bagi pengkajian pendidikan secara umum dan khusus. c.Menjadi dasar penilaian pendidikan secara menyeluruh. d.Memberi sandaran intelektual, bimbingan bagi pelaksana pendidikan untuk menghadapi tantangan yang muncul dalam bidang pendidikan, sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang timbul dalam bidang pendidikan. e. Memberikan pendalaman pemikiran tentang pendidikan dan hubungannya dengan faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik dan berbagai kehidupan lainnya.[14]
D. PENUTUP KESIMPULAN
1. Filsafat pendidikan islam adalah “usaha untuk membimbing
manusia secara mendalam, baik itu jasmani maupun rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam supaya terbentuk pribadi yang utama sesuai dengan ajaran Islam”. 2. Ruang lingkup filsafat pendidikan islam berkaitan dengan pendekatan yang diterapkan adalah sebagai berikut: a. Ontologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan Islam. b. Epistemologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat objek formal dan materi ilmu pendidikan Islam. c. Metodologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pendidikan Islam. d. Aksiologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu pendidikan Islam.
3. Peranan filsafat pendidikan islam adalah memberikan kemanfaatan
bagi khasanah pendidikan Islam berupa: a. Membantu para perancang dan pelaksana pendidikan dalam membentuk pemikiran yang benar terhadap proses pendidikan. b. Memberi dasar bagi pengkajian pendidikan secara umum dan khusus. c. Menjadi dasar penilaian pendidikan secara menyeluruh. d. Memberi sandaran intelektual, bimbingan bagi pelaksana pendidikan untuk menghadapi tantangan yang muncul dalam bidang pendidikan, sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang timbul dalam bidang pendidikan. e. Memberikan pendalaman pemikiran tentang pendidikan dan hubungannya dengan faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik dan berbagai kehidupan lainnya.