LP KDM Istirahat Tidur Naswa
LP KDM Istirahat Tidur Naswa
Disusun Oleh :
NASWA SALSABILA
P1337420520067
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan
kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tidur ditandai dengan
aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan
proses fisiologis tubuh serta penurunan respon terhadap rangsangan dari luar
(Asmadi, 2018). Tidur dapat juga di katakan sebagai keadaan tidak sadarkan
diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan,
namun lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya
aktivitas yang minim memiliki kesadaran yang bervariasi terdapat perubahan
proses fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.
Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur jika terdapat tanda-tanda
sebagai berikut:
1. Aktivitas fisik minimal
2. Tingkat kesadaran yang bervariasi
3. Terjadi berbagai perubahan fisiologis tubuh
4. Penurunan respon terhadap rangsaan dari luar.
Keterangan :
Masa
3-6 tahun Prasekolah 11 jam/hari 20% REM
12-18
tahun Masa Remaja 8,5 jam/hari 20% REM
18-40
tahun Masa Dewasa
Muda 7-8 jam/hari 20-25% REM
40-60 Masa Paruh Baya 20% REM dan sering sulit tidur
tahun 7 jam/hari
60 tahun keatas
Masa Dewasa Tua 20-25% REM dan
6 jam/hari sering sulit tidur
2. Fungsi Tidur
Tidur berfungsi dalam restoratif dan homeostatik serta penting dalam
termoregulasi dan cadangan energi. Tidur berguna untuk memulihkan
energi yang telah hilang ketika melakukan aktivitas dalam memenuhi
kebutuhan hidup, memperlancar produksi hormone pertumbuhan tubuh,
meningkatkan kekebalan tubuh, dan meregenerasi sel-sel yang rusak.
5. Etiologi
Kebanyakan orang dewasa memiliki pola tidur yang buruk dalam
hal kuantitas maupun kualitas tidur malamnya. Selain itu juga dapat
disebabkan oleh penyakit yang diderita, kelelahan, stres emosional,
gangguan fisik, kecemasan, ketakutan, depresi dan perubahan suhu tubuh.
6. Manifestasi Klinik
Gejala klinik ditandai dengan perasaan lelah dan lemas. Gelisah
emosi apatis adanya kehitaman didaerah sekitar mata bengkak konjungtiva
merah, mata perih, perhatian tidak fokus dan sakit kepala.
7. Patofisiologi
Tidur merupakan peangaturan kegiatan tidur oleh adanya
hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan
dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Tidur merupakan
aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer Endokrin
kardiosvakuler, respirasi muskuloskeletal (Robinson 1993,dalam potter).
Setiap kejadian tersebut dapat di identifikasi atau di rekam dengan
electreoencephalogram (EEG) untuk aktifitas listrik otak, pengukran tonus
otot dengan meggunakan elektromiogram(EMG) dan elektroculogram
(EOG) untuk mengukur pergeraka mata.
Pengaturan dan control tidur tergantung dari hubungan antara dua
mekanisme selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan
pusat oak untuk tidur dan bangun. Recticular activating system (RAS) di
bagian batang otak atas di yakini mampunyai sel-sel khusus dalam
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus
visual,audiotori,nyeri dan ensori raba. Juga menerima stimulus dari
korteks serebri. (emosi,proses,pikir).
Pada keadaan sadar mengkibtkan neuron-neuron dalam RAS
melepakan katekolamin misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin di
sebabkan oleh pelepasan serum serotinin dari sel-sel spesifikdipons dan
batang otak tengah yaitu Bulbarsyncronizing regional (BSR) bangun dan
tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan implus yang di terima
dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya
dan system limbiks seperti emosi.
Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya
dan berusaha dalam posisi rileks, jika ruangan gelap dan tenang aktifitas
RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin.
III. Pathway
Kecemasan Penyakit : Lingkungan : 1.
Lingkungan bising
1. Demam Nyeri Penyakit yang 2. Lingkungan ramai
2. diderita
3.
3. INTERVENSI
Kaji keluhan pasien.
Monitor keadaan umum dan TTV.
Atur posisi klien pada posisi fowler .Rasional : posisi fowler
mempermudah pernapasan saat tidur.
Ajarkan klien untuk relaksasi sebelum tidur.Rasional: relaksasi
mengurangi peningkatan tonus simpatik
Kendalikan sumber penyebab sulit tidur.
Berikan terapi sesuai advise dokter
Pastikan kamar tidur memiliki ventilasi yang baik.Rasional :
ventilasi yang baik mempermudah pertukaran udara.
Berikan fasilitas tidur senyaman mungkin (kasur, bantal,
slimut).Rasional : memberikan kenyamanan untuk
meningkatkan kualitas tidur.
DAFTAR PUSTAKA