Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR


MANUSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
DI RUANG MELATI
RST dr.Soedjono MAGELANG

Disusun Oleh :

NASWA SALSABILA

P1337420520067

PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN MAGELANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2022
I. JUDUL : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Kebutuhan
Dasar Manusia dengan Gangguan Pemenuhan Istirahat dan Tidur

II. KONSEP DASAR


1. Definisi Istirahat & Tidur
Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional,
bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang
membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk
melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri atau melepaskan diri dari
segala hal yang membosankan, menyulitkan bahkan menjengkelkan
(Hidayat,2018).
Terdapat beberapa karakteristik yang berhubungan dengan istirahat
diantaranya Narrow (1645 – 1967) :
1. Merasa segala sesuatu dapat di atasi
2. Merasa diterima
3. Mengetahui apa yang terjadi
4. Bebas dari ganguan ketidak nyamanan
5. Mempunyai sejumlah kepuasasn terhadap aktivitas yang mempunyai
tujuan.
6. Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan
kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tidur ditandai dengan
aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan
proses fisiologis tubuh serta penurunan respon terhadap rangsangan dari luar
(Asmadi, 2018). Tidur dapat juga di katakan sebagai keadaan tidak sadarkan
diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan,
namun lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya
aktivitas yang minim memiliki kesadaran yang bervariasi terdapat perubahan
proses fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.
Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur jika terdapat tanda-tanda
sebagai berikut:
1. Aktivitas fisik minimal
2. Tingkat kesadaran yang bervariasi
3. Terjadi berbagai perubahan fisiologis tubuh
4. Penurunan respon terhadap rangsaan dari luar.

Selama tidur maka dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses


fisiologis, antara lain :
1. Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
2. Diatasi pembuluh darah perifer
3. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal.
4. Relaksasi otot-otot rangka
5. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%
Terdapat dua jenis tidur yaitu :
1. Tidur NREM (Norapid Eye Movement)/ Tidur gelombang lambat
Tidur NREM merupakan yang nyaman dan dalam. Dalam tidur ini
gelombanng otak lebih lebih lambat di bandingkan pada orang yang sadar
atau tidak tidur. Dengan tanda : mimpi berkurang, keadaan istirahat,
tekanan darah turun, kecepatan pernafasan turun, metabolisme turun dan
gerakan bola mata lambat.
a. Tahap I
Merupakan tahap transmisi antara bangun dan tidur dengn ciri:
rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola
mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan nafas
seadikit menurun, dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung
selama lima menit.
b. Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun
berciri : mata umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi
nafas menurun, temperature tubuh menurun, metabolisme
menurun, berlangsung pendek dan berakhir 5-10 menit
c. Tahap III
Merupakan tahap tidur berciri : denyut nadi dan frekuensi nafas
dan proses tubuh lainnya lambat, di sebabkan oleh dominasi
system saraf parasimpatis dan sulit bangun.
d. Tahap IV
Merupakan tahap tidur berciri : kecepatan jantung dan pernafasan
turun, jaranng bergerak dan sulit di bangunkan, gerak bola mata
cepat, sekresi lambunng turun, tonus otot turun.

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur NREM, maka akan


menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut :
1. Menarik diri, apatis dan respons menurun
2. Merasa tidak enak badan
3. Ekspresi wajah layu
4. Malas bicara
5. Kantuk yang berlebihan

2. Tidur REM (Rapid Eye Movement)


Berlangsung pada tidur malam selama 5-20 menit, rata-rata 90
menit. Periode pertama terjadi selama 80-100 menit, namun bila kondisi
seseorang sangat lelah maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini
tidak ada. Tidur REM memiki karakteristik sebagai berikut :
a. Biasanya di sertai dengan mimpi aktif
b. Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak gelombang
lambat.
c. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertentu.
d. Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur.
e. Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.
f. Mata cepat tertutup dan cepat terbuka, nadi cepat dan inregular,
tekanan darah meningkat dan fluktuasi, sekresi gaster meningkat,
metabolisme meningkat.
g. Pada tidur ini sangat penting untuk keseimbangan mental, emosi dan
berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan


menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut:
1. Cenderung Hiperaktif.
2. Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil).
3. Nafsu makan bertambah.
4. Bingung dan curiga.

Sedangkan apabila seseorang kehilangan tidur kedua – duanya,


yakni tidur REM dan NREM maka akan menunjukkan manifestasi
sebagai berikut :
1. Kemampuan memberikan keputusan atau pertimbangan menurun.
2. Tidak mampu untuk konsentrasi ( kurang perhatian ).
3. Terlihat tanda – tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual
dan pusing.
4. Sulit melakukan aktivitas sehari – hari.
5. Daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi
penglihatan atau pendengaran.(Asmadi, 2018)

Gambar 1.1 Siklus tidur

Sumber Hidayat, 2018

Keterangan :

Kondisi pre-sleep merupakan keadaan dimana seseorang masih


dalam keadaan sadar penuh, namun mulai ada keinginan untuk tidur.
Pada perilaku pre-sleep ini, misalnya seseorang pergi ke kamar tidur
lalu berbaring di kasur atau berdiam diri merebahkan dan melemaskan
otot, namun belum tidur. Selanjutnya mulai merasa kantuk, maka orang
tersebut memasuki tahap I. Bila tidak bangun baik disengaja maupun
tidak disengaja, maka selanjutnya ia memasuki tahap II. Begitu
seterusnya sampai tahap IV, ia kembali memasuki tahap III dan
selanjutnya tahap II. Ini adalah fase tidur NREM. Selanjutnya ia akan
memasuki tahap V, ini disebut tidur REM. Bila ini telah dilalui semua,
maka orang tersebut telah melalui siklus tidur pertama baik tidur
NREM maupun REM. Siklus ini terus berlanjut selama orang tersebut
tidur. Namun, pergantian siklus tidur ini tidak lagi dimulai dari awal
tidur, yaitu pre-sleep dan tahap I, tetapi langsung tahap II ke tahap
selanjutnya seperti pada siklus pertama. Semua siklus ini berakhir bila
orang tersebut terbangun dari tidurnya (Asmadi, 2018).

Jika orang tersebut terbangun dan kembali tidur, yang merupakan


hal yang sering terjadi pada lansia, maka tahap I akan dimulai kembali.
Dalam pola tidur normal, sekitar 70 sampai 90 menit setelah awitan
tidur dimulailah periode REM pertama, bergantian dengan tidur NREM
pada siklus 90 menit selama periode tidur nocturnal. Konsekuensi dari
terbangun, seperti untuk ke toilet pada malam hari atau prosedur
keperawatan dapat menimbulkan efek buruk pada fisiologis dan fungsi
mental lansia ( Stanley dan Bear, 2017).

Tabel pola tidur normal berdasarkan tingkat usia


Tingkat
USIA Perkembangan Kebutuhan Tidur Pola Tidur Normal

50% REM dan 1 siklus


0–1 Masa 14-18 jam/hari tidur rata-rata 45-60
bulan Neonatus menit

11 – 18 20-30% REM dan tidur


bulan Masa Bayi 12-14 jam/hari sepanjangmalam

25% REM dan tidur


18 bulan – Masa Anak 11-12 jam/hari sepanjang malam +
3 tahun tidur siang

Masa
3-6 tahun Prasekolah 11 jam/hari 20% REM

6-12 tahunMasa Sekolah10 jam/hari 18,5% REM

12-18
tahun Masa Remaja 8,5 jam/hari 20% REM
18-40
tahun Masa Dewasa
Muda 7-8 jam/hari 20-25% REM
40-60 Masa Paruh Baya 20% REM dan sering sulit tidur
tahun 7 jam/hari
60 tahun keatas
Masa Dewasa Tua 20-25% REM dan
6 jam/hari sering sulit tidur

2. Fungsi Tidur
Tidur berfungsi dalam restoratif dan homeostatik serta penting dalam
termoregulasi dan cadangan energi. Tidur berguna untuk memulihkan
energi yang telah hilang ketika melakukan aktivitas dalam memenuhi
kebutuhan hidup, memperlancar produksi hormone pertumbuhan tubuh,
meningkatkan kekebalan tubuh, dan meregenerasi sel-sel yang rusak.

3. Jenis-jenis Gangguan Tidur


1) Disomnia
Merupakan kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya
yaitu jumlah, kualitas, atau waktu tidur yang disebabkan oleh faktor-
faktor emosi. Termasuk dalam gangguan ini:
a. Insomnia, merupakan kondisi dimana seseorang sulit untuk memulai
atau mempertahankan tidur.
b. Hipersomnia, merupakan kondisi yang ditandai dengan rasa kantuk
yang berlebihan yang menyebabkan keinginan untuk tidur yang
lama, yaitu sekitar 20 jam sehari.
c. Narkolepsi, merupan gangguan tidur yang gejala awalnya ditandai
dengan rasa kantuk yang tidak tertahankan di siang hari, lalu pada
umumnya berlanjut dengan serangan tidur atau tidur secara tiba-tiba
tanpa mengenal waktu dan tempat.
d. Gangguan siklus sirkardian, merupakan pola persisten atau berulang
gangguan tidur yang dihasilkan baik dari jadwal tidur-bangun yang
berubah atau kesenjangan antara siklus alami tidur-bangun dan
tuntutan terkait tidur seseorang.
2) Parasomnia
Merupakan peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur.
Dikaitkan dengan perilaku tidur atau peristiwa fisiologis yang dikaitkan
dengan tidur, stadium tertentu atau berpindah tidur-bangun. Parasomnia
ini dapat berupa:
a. Somnabolisme, merupakan suatu kondisi di mana seseorang berjalan
atau bergerak ke sekeliling tempat tidur padahal sedang tertidur
lelap.
b. Teror tidur atau night terorris, merupakan episode berteriak disertai
dengan rasa takut yang intens dan memukul saat seseorang masih
tertidur.
c. Nightmare, merupakan sebuah gangguan ansietas mimpi yang terjadi
dan juga ditandai dengan munculnya mimpi yang terus berulang dan
berulang selama tidur dan mimpi terasa mengancam dan menakutkan
sehingga membuat tidur menjadi tidak aman dan nyaman.
4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tidur
a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur yang
lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan
seseorang kurang tidur bahkan tidak dapat tidur.
b. Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Seseorang
dengan kelelahan tingkat menengah dapat tidur nyeyak, sedangkan
pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM
lebih pendek.
c. Stres Psikologi
Depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal
ini disebabkan oleh kondisi cemas yang meningkatkan norepirefin
darah melalui sistem saraf simpatis dan akan mengurangi tahap REM
dan NREM.
d. Obat-Obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur
yaitu:
 Diuretik
 Antidepresan
 Kafein
 Betabloker
 Narkotika
 Amfetamin
e. Nutrisi
Makanan seperti keju, susu, daging dan ikan tuna dapat
mempercepat tidur.
f. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang
untuk tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang
dapat tidur nyenyak dansebaliknya.
g. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan menahan tidak tidur sehingga dapat
menimbulkan gangguan proses tidur.

5. Etiologi
Kebanyakan orang dewasa memiliki pola tidur yang buruk dalam
hal kuantitas maupun kualitas tidur malamnya. Selain itu juga dapat
disebabkan oleh penyakit yang diderita, kelelahan, stres emosional,
gangguan fisik, kecemasan, ketakutan, depresi dan perubahan suhu tubuh.

6. Manifestasi Klinik
Gejala klinik ditandai dengan perasaan lelah dan lemas. Gelisah
emosi apatis adanya kehitaman didaerah sekitar mata bengkak konjungtiva
merah, mata perih, perhatian tidak fokus dan sakit kepala.
7. Patofisiologi
Tidur merupakan peangaturan kegiatan tidur oleh adanya
hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan
dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Tidur merupakan
aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer Endokrin
kardiosvakuler, respirasi muskuloskeletal (Robinson 1993,dalam potter).
Setiap kejadian tersebut dapat di identifikasi atau di rekam dengan
electreoencephalogram (EEG) untuk aktifitas listrik otak, pengukran tonus
otot dengan meggunakan elektromiogram(EMG) dan elektroculogram
(EOG) untuk mengukur pergeraka mata.
Pengaturan dan control tidur tergantung dari hubungan antara dua
mekanisme selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan
pusat oak untuk tidur dan bangun. Recticular activating system (RAS) di
bagian batang otak atas di yakini mampunyai sel-sel khusus dalam
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus
visual,audiotori,nyeri dan ensori raba. Juga menerima stimulus dari
korteks serebri. (emosi,proses,pikir).
Pada keadaan sadar mengkibtkan neuron-neuron dalam RAS
melepakan katekolamin misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin di
sebabkan oleh pelepasan serum serotinin dari sel-sel spesifikdipons dan
batang otak tengah yaitu Bulbarsyncronizing regional (BSR) bangun dan
tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan implus yang di terima
dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya
dan system limbiks seperti emosi.
Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya
dan berusaha dalam posisi rileks, jika ruangan gelap dan tenang aktifitas
RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin.
III. Pathway
Kecemasan Penyakit : Lingkungan : 1.
Lingkungan bising
1. Demam Nyeri Penyakit yang 2. Lingkungan ramai
2. diderita
3.

Meningkatnya saraf simpatis sehingga dapat mengganggu Terjadinya perubahan suasana


Dampak dari sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapatsepert
tidur
proses tidur tidur

Kesulitan memulai tidur


Tidur tidak memuaskan
Menyatakan tidak merasa cukup istirahat
Kesulitan mempertahankan tidur nyenyak
Kekurangan energi
Kelelahan
Peningkatan keluhan fisik
Pola tidur tidak menyehatkan

Gangguan Pola Insomnia


Tidur
IV. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (DAFTAR MASALAH)
1. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik yang ditandai
dengan kesulitan tidur nyenyak (hal.211)
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak
menyehatkan (hal.214)
3. Keletihan berhubungan dengan malnutrisi (hal.224)
(Buku Ajar NANDA ed. 11, 2018-2020)
V. PERENCANAAN (Nursing Care Plan)
1. PRIORITAS MASALAH
Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik yang ditandai
dengan kesulitan tidur nyenyak
Batasan karakteristik :
- Klien mengatakan bahwa kesulitan tidur
- Klien mengaku tidak beristirahat dengan baik
- Klien memperlihatkan perasaan lelah
- Lesu, gelisah, dan apatis
- Klien mengatakan muntah 9x sehari dan lebih sering terjadi di
malam hari

2. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL


Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien diharapkan mampu
membentuk kembali pola tidur dan istirahat klien (kebiasaan klien)
yang sesuai dengan kebutuhan.
Kriteria hasil:
 Klien melaporkan perasaan segar disaat terbangun di pagi hari.
 Badan tampak segar dan tidak lesu.
 Pola, kualitas dan rutinitas tidur yang baik
 Klien melaporkan dapat memulai tidur dengan mudah dan
tidur dengan nyenyak

3. INTERVENSI
 Kaji keluhan pasien.
 Monitor keadaan umum dan TTV.
 Atur posisi klien pada posisi fowler .Rasional : posisi fowler
mempermudah pernapasan saat tidur.
 Ajarkan klien untuk relaksasi sebelum tidur.Rasional: relaksasi
mengurangi peningkatan tonus simpatik
 Kendalikan sumber penyebab sulit tidur.
 Berikan terapi sesuai advise dokter
 Pastikan kamar tidur memiliki ventilasi yang baik.Rasional :
ventilasi yang baik mempermudah pertukaran udara.
 Berikan fasilitas tidur senyaman mungkin (kasur, bantal,
slimut).Rasional : memberikan kenyamanan untuk
meningkatkan kualitas tidur.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria, dkk. 2018. Nursing Intervention Classification. Singapore:


Elsevier Global Right
Herdman, T. Heather. 2018. NANDA International Inc. Nursing Diagnoses:
Definitions & Classifications 2018-2020, Ed. 11. Jakarta: EGC
Moorhead, Sue, dkk. 2017. Nursing Outcome Classification. Singapore: Elseiver
Global Right
Potter dan Perry. 2017. Fundamental Keperawatan II edisi 4. Jakarta: EGC
dr. Suparyanto, M.Kes. 2011. Konsep Dasar Istirahat Tidur. Diakses pada 21 mei
2021, dari http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/10/konsep-dasar-
istirahat-tidur.html

Anda mungkin juga menyukai