Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR RASA AMAN DAN
NYAMAN (NYERI)
DI RUANG RS KAB.

Disusun Oleh :
Nama
NIM

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2023
I. KONSEP DASAR GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN
NYAMAN
1. Definisi Keamanan dan Kenyamanan
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau
bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2018).
Kebutuhan akan keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi diri
dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat
dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, retmal dan bakteriologis.
Kebutuhan akan keamanan terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan
interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang
mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman itu bisa nyata atau
hanya imajinasi (misalnya: penyakit, nyeri, cemas, dan sebaginya). Dalam
konteks hubungan interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti
kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah, kemampuan
memahami, tingkah laku yang konsisten dengan orang lain, serta kemampuan
memahami orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya. Ketidaktahuan
akan sesuatu kadang membuat perasaan cemas dan tidak aman. (Asmadi,
2018)
Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan.
Donahue (2017) meringkaskan “melalui rasa nyaman dan tindakan untuk
mengupayakan kenyamanan, perawat memberikan kekuatan, harapan,
hiburan, dukungan, dorongan dan bantuan.” Berbagai teori keperawatan
menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien yang merupakan
tujuan pemberian asuhan keperawatan. Kolcaba (2015) mendefinisikan
kenyamanan dengan cara yang konsisten pada pengalaman subjektif klien.
Kolcaba mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia baik berupa ketentraman, kelegaan
dan transcenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri).
Suatu cara pandang yang holistik tentang kenyamanan membantu
dalam upaya mengidentifikasi 4 konteks :
 Fisik → Berhubungan dengan sensasi tubuh.
 Sosial → Berhubungan dengan kewaspadaan interpersonal, keluarga
dan sosial.
 Psikospiritual → Berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam
diri sendiri, meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.
 Lingkungan → Berhubungan dengan latar belakang pengalaman
eksternal manusia : cahaya, bunyi, temperatur, warna dan unsur-unsur
alamiah.

2. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu perasaan atau pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan, yang bersumber dari kerusakan aktual
atau potensial dari jaringan. Untuk nyeri akut, sifatnya tiba-tiba dengan slow
onset yang berlangsung kurang dari enam bulan. Sedangkan nyeri kronis,
sifatnya konstan dan berlangsung lebih dari enam bulan. Singkatnya, antara
nyeri akut dan kronis yang membedakan adalah durasinya: kurang dan lebih
dari enam bulan. (NANDA, 2018)
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak
menyenangkan dan meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang
actual atau potensial. (Judith M. Wilkinson, 2022)
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subyektif dan
hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi
perasaan tersebut. (Long, 2015)

3. Etiologi Nyeri
 Agen cedera biologis
Agen cedera biologis (misalnya infeksi, iskemia, neuplasma),
 Agen cedera fisik
agen cedera fisik (misalnya: abses, amputasi, luka bakar, trauma bedah)
 Agen cedera kimiawi
agen cedera kimiawi (misalnya luka bakar, kapsaisin, dan agen mustard),
agen pencedera, dilatasi serviks, ekspulsi fetal,dan faktor pencetus
lainnya yang dapat menciptakan perasaan yang tidak mnyenangkan bagi
seseorang.

4. Tanda dan Gejala


a. Posisi yang memperlihatkan pasien
Pasien tampak takut bergerak, dan berusaha merusak posisi yang
memberikan rasa nyaman
b. Ekspresi umum
1) Tampak meringis, merintih
2) Cemas, wajah pucat
3) Ketakutan bila nyeri timbul mendadak
4) Keluar keringat dingin
5) Kedua rahang dikatupkan erat-erat dan kedua tangan tampak dalam
posisi menggenggam
6) Pasien tampak mengeliat karena kesakitan
c. Pasien dengan nyeri perlu diperhatikan saat pengkajian adalah:
1) Lokasi nyeri
2) Waktu timbulnya nyeri
3) Reaksi fisik/psikologis pasien terhadap nyeri
4) Karakteristik nyeri
5) Faktor pencetus timbulnya nyeri
6) Cara-cara yang pernah dilakukan untuk mengatasi nyeri

5. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri


 Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang
ditemukan di antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana
anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.
 Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa
yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana
bereaksi terhadap nyeri.
 Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi
pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabaila
nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman dan
tantangan. Misalnya seorang wanita yang sedang bersalin akan
mempersepsikan nyeri berbeda dengan wanita yang nyeri akibat pukulan.
 Perhatian
Tingkat perhatian seseorang dalam memfokuskan perhatiannya
terhadap nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri.
 Ansietas
Ansieta seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga
dapat menimbulkan ansietas.
 Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping.
 Pengalaman sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu
tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan
datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian
episode nyeri yang berat, maka ansietas/rasa takut dapat muncul.
Sebaliknya, apabila individu merasakan nyeri tetapi kemudian nyeri
tersebut dengan berhasil dihilangkan, akan lebih mudah bagi individu
untuk menginterprestasikan rasa nyeri.
 Dukungan keluarga dan sosial
Faktor lain yang bermakna mempengarui respon nyeri adalah
kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka
terhadap klien. (Calvillo dan Flaskuerd, 2019).
6. Klasifikasi Nyeri
a. Klasifikasi Nyeri secara umum
1) Nyeri Akut
Etiologi yang bisa digunakan dari NANDA adalah nyeri akut
berhubungan dengan agen injuri (biologis, kimiawi, fisik, psikologi).
Tandanya adalah perubahan otot, perubahan mood/minat, perubahan
tekanan darah, nadi, frekuensi nafas, diaporesis, perubahan wajah,
fokus pada diri sendiri, reaksi melindungi diri atau bagian yang sakit,
gangguan tidur, dll. Utamanya adalah klien menyatakan secara verbal
tentang rasa sakitnya.
2) Nyeri Kronik
Intinya sama dengan nyeri akut. Sekali lagi perbedaannya adalah
di durasi waktu nyerinya. Etiologi menurut NANDA adalah
ketidakmampuan fisik kronis dan ketidakmampuan psikologis kronis.
Sedangkan tanda-gejalanya: depresi, anoreksia, perubahan raut wajah,
kelemahan, menjadi sangat peka (sensitif), tidak cukup istirahat, fokus
diri, dll (sama dengan nyeri akut). Mempunyai selang waktu yang lebih
lama dan dapat berlangsung lebih dari enam bulan. (NANDA, 2018)
b. Nyeri berdasarkan intensitasnya
1) Skala 0 → tidak nyeri sama sekali
2) Skala 1 - 3 → nyeri ringan
3) Skala 4 – 6 → nyeri sedang
4) Skala 7 – 9 → nyeri berat
5) Skala 10 → nyeri tak tertahankan
c. Nyeri berdasarkan tempatnya
1) Peripheral pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh
misalnya pada kulit, mukosa
2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang
lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral
3) Refered pain, yakni nyeri  dalam  yang  disebabkan karena penyakit
organ/struktur dalam tubuh yang
4) ditransmisikan kebagian tubuh didaerah yang berbeda, bukan
daerah asal nyeri.
5) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada
sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus dan lain-lain.
d. Nyeri berdasarkan sifatnya
1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu
menghilang.
2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan
dalam waktu lama
3) Proxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan
kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya ± 10-15 menit, lalu
menghilang,kemudian timbul lagi.

7. Penanganan Nyeri
a. Farmakologi
a)    Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium seperti
morfin dan kodein. Narkotik dapat memberikan efek penurunan
nyeri dan kegembiraan karena obat ini mengadakan ikatan dengan
reseptor opiat dan mengaktifkan penekan nyeri endogen pada
susunan saraf pusat (Tamsuri, 2017).
b)    Analgesik Non Narkotik
Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan
ibuprofen selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti
inflamasi dan anti piretik. Obat golongan ini menyebabkan
penurunan nyeri dengan menghambat produksi prostalglandin dari
jaringan yang mengalami trauma atau inflamasi (Smeltzer & Bare,
2020).
b. Non Farmakologi
a)     Relaksasi progresif
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan
stres. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika
terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik, dan emosi pada nyeri
(Potter & Perry, 2016).
b)     Stimulasi Kutaneus Plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam
bentuk yang dikenal oleh klien sebagai obat seperti kapsul, cairan
injeksi, dan sebagainya. Placebo umumnya terdiri dari larutan gula,
larutan salin normal, atau air biasa (Tamsuri, 2017).
c)      Teknik Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri
dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal yang lain
sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami ( Priharjo,
2020).
d) Terapi es dan panas.
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat
sensitivitas reseptor nyeri dan sub kutan lain pada tempat cedera
dengan menghambat proses inflamasi. Penggunaan panas
mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu areadan
kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat
penyembuhan. Baik terapi es maupun terapi panas harus digunakan
dengan hati – hati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari
cedera kulit ( Smeltzer dan Bare, 2022 )
e)       Imajinasi terbimbing.
Menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang
dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.
II. PATHWAY NYERI
Trauma jaringan,
Infeksi

Kerusakan sel

Pelepasan mediator nyeri


(histamin, bradikinin,
Prostaglandin, serotonin, ion
Kalium, dll)
Tekanan mekanis,
Deformasi, suhu ekstrim

Merangsang nosiseptor
(reseptor nyeri)

Dihantarkan serabut tipe A, tipe C

Medula spinalis

sistem aktivasi sistem aktivasi area grisea


retikuler retikuler periakuoduktus

talamus hipotalamus dan sistem talamus


limbik

otak (korteks somatosensorik)


persepsi nyeri

NYERI AKUT

III. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedara fisiologis.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kegelisahan.

IV. PERENCANAAN
A. Prioritas Masalah
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis.
B. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x24
jam diharapkan masalah kebutuhan rasa nyaman dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis, sikap protektif menurun
c. Gelisah, kesulitan tidur menurun
C. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis.
Intervensi :
a. Manajemen nyeri
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
Terapeutik
Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi
Ajarkan tehnik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Pemberian analgetik
Observasi
1) Identifikasi karakteristik nyeri
2) Monitor tanda – tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgesik
Terapeutik

Dokumentasikan respon terhadap efek analgesik dan efek yang


tidak diinginkan

Edukasi

Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik sesuai indikasi


Daftar Pustaka

Perry, Potter . 2015 . Fundamental Of Nursing . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran


EGC
Blackwell Wiley 2015. Diagnosa Keperawatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Gordon Marjory.2019. Manual of Nursing Diagnosis, United States of America :year
Book, Inc
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma.2018. Aplikasi NANDA NIC-NOC.
Mediaction Jogja
Asmidi. 2018. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba medik
Willkinson Judith M. 2017. Diagnosa Keperawatan, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran Kozier Fundamental of Nursing
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai