Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIKUM

HEMATOLOGI DASAR

DOSEN PENGAMPU:

1. Ririh Jatmi Wikandari, SST, M.Si


2. Rachmad Bayu Kuncara, SST, M.Imun
3. Lilik Setyowatiningsih, S.SiT, M.Si
4. Moch. Rizal Maulana, SKM, M.KL
5. Putri Kurniasiwi, M.Kes
6. Retno Susilowati, S.SiT

DISUSUN OLEH:

Ubaydillah Syafiq Fahlevi

P1337434121009

Regular A

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI D III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

2022/2023
I. Pertemuan/praktek ke:
1 (satu)
II. Hari/Tanggal:
Jum’at, 12 Agustus 2022
III. Judul praktek :
Teknik Pengambilan Darah Vena
IV. Tujuan:
Dapat melakukan pengambilan sampel darah vena dengan benar
V. Prinsip
Darah vena diambil dengan cara melakukan penusukan pada pembuluh darah
vena, darah akan masuk pada ujung spuit, kemudian dilanjutkan dengan menarik
torak/piston sampai volume darah yang dikehendaki.
VI. Dasar teori : (disertai gambar)
Darah vena adalah darah yang berasal dari pembuluh darah vena, membawa
darah miskin akan oksigen menuju ke jantung. Pembuluh darah vena juga
berdinding tiga lapis seperti arteri, tetapi lapisan tengah berotot lebih tipis, kurang
kuat, lebih mudah kempes, dan kurang elastis daripada arteri. Pada umumnya
semua pembuluh vena cukup besar dan letaknya superficial dapat dipergunakan
pengambilan darah.Tetapi pada praktiknya yang sering digunakan adalah vena
difosa cubiti. Pada anak kecil atau bayi darah dapat diambil pada vena jugularis
externa, vena femoralis, bahkan dari sinus sagitalis superior (Evelyn, 2006).
Pada umumnya pengambilan darah vena dilakukan pada vena lipat siku (fossa
cubiti) yang lebih jelas terlihat, maka bisa dicoba pada sisi lengan yang lain. Bila
perlu pungsi vena dapat dilakukan di punggung tangan (dorsum manus) yang
tampak lebih jelas tetapi lebih sering menimbulkan bengkak.

Gambar 1 Cara pengambilan darah melalui pembuluh darah vena (Evelyn, 2006)
VII. Prosedur (disertai gambar video)
1. Siapkan alat dan bahan
2. Lakukan komunikasi dengan pasien agar pasien merasa nyaman dan tenang
3. Minta pasien untuk meluruskan tangan
4. Pasang tourniquet dan lakukan palpasi
5. Sterilkan area penusukan dengan alkohol swab (tunggu hingga kering)
6. Mulai lakukan penusukan di area vena lalu lepaskan torniquet
7. Jika darah mulai masuk di spuit, tarik hingga mencapai volume yang
diinginkan
8. Sebelum menarik jarum letakkan kapas di atas area penusukan (jangan
ditekan)
9. Tarik jarum perlahan lalu tekan sedikit kapas di area penusukan
10. Tusukkan jarum spuit ke lubang vacutainner
11. Setelah semua darah masuk lalu homogenkan sebanyak 5-8 kali
VIII. Hasil
Nama Probandu: Maulida R
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur: 19 tahun

Gambar 2
IX. Pembahasan
Dari prosedur yang dilakukan flebotomis berhasil mengambil darah lebih dari
3CC dan memasukkannya ke dalam tabung vacutainner. Hal ini tidak dibenarkan
karena dapat menyebabkan pengumpalan darah akibat rasio antikoagulan dan
darah yang tidak tepat.

X. Kesimpulan
Berdasarkan Praktikum yang telah dilakukan ,bahwa praktikum berhasil
melakukan pengambilan darah vena sebanyak 3 cc menggunakan metode spuit
dengan 1 kali penusukan.

XI. Daftar pustaka


Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

WHO. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. 2nd ed.
Jakarta: EGC.
I. Pertemuan/praktek ke :
2 (Dua)
II. Hari/Tanggal :
Selasa, 20 September 2022
III. Judul praktek :
Pemeriksaan Hemoglobin Metode Sahli
IV. Tujuan Praktikum :
Untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah
V. Prinsip
Hemoglobin darah diubah menjadi asam hematin dengan pertolongan larutan
HCL yang merubah warna menjadi coklat tua. Warna coklat tua akan disamakan
dengan warna pembanding/warna standar dengan penambahan aquadest.
Kemudian tinggi miniskus yang terjadi adalah kadar hemoglobin (gr/dl).

VI. Dasar teori : (disertai gambar)


Hemoglobin (Hb) merupakan komponen utama dari sel darah merah (RBC),
berupa protein terkonjugasi yang berfungsi untuk transportasi oksigen (O2) dan
karbon dioksida (CO2)). Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin
membuat darah berwarna merah, salah satu penyakit yang berhubungan dengan
kadar hemoglobin adalah anemia
Terdapat bermacam-macam cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi
yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik
visual cara Sahli . Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin
diubah menjadi hematin asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan
sulfhemoglobin . Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak
dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya ±10%. 
Pemeriksaan kadar Hb metode sahli merupakan metode manual karena warna
yang terbentuk dibandingkan dengan standart dalam alat secara visual. Metode
sahli bukanlah metode yang sangat teliti dan memiliki kelemahan yaitu tidak
semua macam Hb dapat diubah menjadi hematin asam, seperti
karboxyhemoglobin, methemoglobin, dan sulfhemoglobin (Gandasoebrata 2010).
.
Gambar 1
Sumber:
https://onlinelearning.uhamka.ac.id/pluginfile.php/551058/mod_resource/
content/1/Pemeriksaan%20Sel%20Darah.pdf

VII. Prosedur
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Lakukan pengambilan darah makrosampling
3. Tuangkan darah ke botol vacutainner berlabel (identitas pasien) yang
sudah berisi antikoagulan, kemudian homogenkan
4. Teteskan larutan HCl 0,1 N kedalam tabung Hb Sahli sampai skala 2,0
dengan pipet pastur.
5. Pasang aspirator pada pipet Hb Sahli yang bersih dan kering
6. Homogenkan sampel lalu hisap darah dengan pipet Hb sampai tanda
diatas skala 20 mm³
7. Bersihkan bagian luar pipet dan ujung pipet dengan tissue sampai tepat
pada skala 20 mm³
8. Masukkan pipet kedalam larutan HCl 0,1 N yang ada dalam tabung Hb
Sahli
dengan tidak menyentuhkan ujung pipet sampai dasar. Kemudian darah
dikeluarkan pelan – pelan dari pipet
9. Sisa darah dibilas dengan larutan HCl 0,1 N yang masih jernih (yang
tidak bercampur dengan darah)
10. Kemudian keluarkan melalui dinding tabung Hb Sahli, tindakan ini
diulang sampai ± 2 – 3 kali
11. Aduk dengan batang pengaduk agar tercampur rata tanpa menimbulkan
buih, tunggu selama 10 menit, supaya terbentuk asam hematin (95%)
12. Mulai pengenceran dengan meneteskan aquadest tetes demi tetes sambil
diaduk pelan – pelan dengan batang pengaduk. Pengenceran dilakukan
sampai warna asam hematin pada sampel sama dengan warna standart
pembanding
13. Baca tinggi miniskus dan hasilnya dinyatakan dalam gram/dl.

VIII. Hasil

Nama Probandus : Noviolita


Umur : 19 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal pemeriksaan : 20 September 2022
Hasil : 12 g/dl

IX. Pembahasan
Praktikum kali ini dimulai dengan melakukan sampling darah vena sebanyak
3 CC yang kemudian di masukkan dalam tabung vacutainner. Lalu teteskan larutan
HCN ke dalam tabung sahli hingga skala 2,0 dengan skala kuning. Setelahnya
masukkan darah lewat dinding tabung dengan pipet HB hingga skala 20 dan
homogenkan. Tunggu sampai 2-3 menit kemudian lakukan pembacaan dengan
melihat tinggi meniskus pada dinding tabung. Nilai Normal HB Pria : 14-18 g%
Wanita : 12-16 g%
Didapat kadar Hemoglobin dalam sampel darah sebesar 12 g/d ini menunjukan
hasil normal pada hemoglobin probandus(wanita). Namun hasil yang didapat
dirasa kurang akurat karena setelah penambahan darah pada HCl warna larutan
menjadi merah muda/pink yang seharusnya berwarna coklat tua. Sehingga saat
dilakukan penambahan aquadest sedikit demi sedikit sulit dicapai kesamaan warna
dengan tabung standart.
X. Kesimpulan
Dapat disimpulkan, melalui serangkaian proses di atas diperoleh kadar
Hemoglobin pada sampel darah sebesar 12 g/dL,ini menunjukan hasil
normal .Namun hasil ini dirasa kurang akurat dikarenakan rusaknya reagen HCL .

I. Daftar pustaka
Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

Kee, J.L. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Dan Diagnostik. 6th ed.
Jakarta: EGC.
I. Pertemuan/praktek ke :
3 (Tiga)
II. Hari/Tanggal :
Selasa, 20 September 2022
III. Judul praktek :
Pemeriksaan Hemoglobin Metode Cyanmeth
IV. Prinsip
Metode Cyanmet Hemoglobin darah diubah menjadi sianmethemoglobin
(hemoglobinsianida) dalam larutan yang berisi Kalium ferrisianida dan kalium
sianida. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 546 nm atau filter
hijau. Larutan drabkins yang dipakai pada cara ini mengubah hemoglobin,
oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi
sianmethemoglobin. Sulfhemoglobin tidak berubah dan karena itu tidak ikut
diukur (R.Gandasoebrata, 2010).
V. Dasar teori : (disertai gambar)
Hemoglobin (Hb) adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi
sebagai media transport karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru.
Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna
merah. Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting
dalam diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein
khusus yang ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut
O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan
dari pemeriksaan hemoglobin ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan
kesehatan pada pasien, misalnya kekurangan hemoglobin yang biasa disebut
anemia.
Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara.
Yang banyak dipakai dalam laboratorium klinik ialah cara fotoelektrik dan
kolorimetrik visual. Cara fotoelektrik yaitu dengan metode sianmethemoglobin
sedangkan cara kolorimetrik visual adalah metode sahli (R.Gandasoebrata, 2007).
Gambar 1
Hasil spektrofotometer

VI. Prosedur
1. Siapkan alat
2. 3 buah tabung reaksi diisi dengan 5 ml larutan drabkins: tabung 1 (sebagai
blako), tabung 2 (standart Hb), tabung 3 (sampel pemeriksaan Hb)
3. Pipet 20 mikroliter darah kemudian dimasukkan kedalam tabung yang no.3,
bilas pipet 3-5 kali sampai bersih.
4. Dengan cara yang sama masukkan larutan standart kedalam tabung no. 2
5. Kemudian pindahkan tabung no:1 sebagai blanko (yang berisi larutan
drabkins saja) kedalam kuvet, begitu juga tabung 2 dan tabung 3, masing –
masing dipindahkan ke kuvet yang berbeda.
6. Baca hasilnya di spectofotometer dan lakukan perhitungan
perhitungan: :
Kadar HB Sampel OD Test
=
Kadar HB standart OD Standart
atau = Abs sampel x Faktor (36,77) gr/dl

VII. Hasil
Abs sampel x Faktor (36,77) gr/dl
Nama Probandus : Noviolita
Umur : 19 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal pemeriksaan : 20 September 2022
Hasil : 11,5 gr/dL
VIII. Pembahasan
Metode Cyanmet sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat
dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standar
sianmethemoglobin yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat
dibeli. Ketelitian cara ini mencapai ± 2% (R. Gandasoebrata, 2010).
3 tabung yang disiapkan, satu diantaranya berisi drabkin, tabung kedua berisi
drabkin dan sampel, kemudian tabung ketiga berisi larutan standar. Proses
selanjutnya adalah menunggu kurang lebuh 10-15 menit agar tabung yang berisi
larutan drabkin dan sampel menjadi cyanmethemoglobin.
Alat spektrofotometer digunakan dengan memasukkan cairan dari tabung
pertama yang berisi drabkin kemudian dilanjutkan dengan tabung berisi sampel.
Jenis perhitungan yang dilakukan adalah perhitungan yang kedua yaitu, Abs
sampel x Faktor (36,77) gr/dl. Faktor didapatkan berdasarkan apa yang tertera
pada alat. Absorbansi sampel berada pada nilai 0,245 kemudian dikalikan faktor
dan mendapat hasil 11,18 yang dibulatkan menjadi 11 g/dl.
IX. Kesimpulan
Probandus Noviolita, umur 19 tahun, jenis kelamin perempuan, setelah
dihitung konsentrasi haemoglobin dengan cara cyanmeth didapatkan hasil
11g/dL ini menunjukan bahwa konsentrai Hemoglobin abnormal
X. Daftar pustaka
Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
WHO. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. 2nd ed.
Jakarta: EGC.
Evelyn C, Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta: PT Gramedia,
2006.

Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Edisi V, 88, Penerbit ITB, Bandung.

Bachyar. (2002). Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC


I. Pertemuan/praktek ke :
4 (empat)
II. Hari/Tanggal:
Jum’at, 12 Agustus 2022
III. Judul praktek
Laju Endap Darah
IV. Tujuan:
Untuk mengukur kecepatan mengendapnya sel – sel darah
V. Prinsip
Prinsip kerja LED dengan metode manual adalah darah dengan antikoagulan
dengan perbandingan tertentu dan dimasukkan dalam tabung khusus (Westergren)
yang diletakkan tegak lurus dan dibiarkan selama 1 jam, maka eritrosit akan
mengendap.
VI. Dasar teori :
Darah adalah media kompleks non-Newtonian yang terdiri dari plasma darah
dan selsel darah. Sel darah merah (eritrosit) menempati 30-50% dari volume
darah dan memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan sifat mekanik
darah sebagai media partikulat. Laju endap darah merupakan waktu dimana sel –
sel darah merah dengan antikoagulan jatuh dalam tabung vertical setelah 1 jam.
Perbedaan hasil LED tergantung pada kondisi fisiologis, seperti tingkat protein
plasma dan hematocrit
Selain itu, LED merupakan indicator RBC (Red Blood Cell) agregasi dan
vsikositas darah pada kondisi laju geser rendah. (Iomicrofluidics, 2014) Pada
tahun 1897 dokter Polandia Edmund Faustyn Biernacki menemukan sebuah
metode untuk mengukur LED. Kemudian, metode yang serupa juga dilaporkan
oleh Robert Sanno Fahraeus pada tahun 1918 dan Alf Vilhelm Albertsson
Westergren. Metode ini dinamakan metode Westergreen. Dalam metode
Westergreen, digunakan campuran 4:1 antara darah vena dengan natrium sitrat
dan dimasukkan dalam tabung dengan skala sedimentasi 200 mm. Tabung ini
diletakkan vertical dalam rak westergreen dalam suhu kamar. Setelah 1 jam, jarak
dari meniscus permukaan ke tingkat atas sedimen sel darah merah tercatat sebagai
LED dalam satuan mm/jam
Gambar 1

VII. Prosedur
1. Siapkan alat ,bahan ,dan sampel darah
2. Pipet darah sampai tanda 1,6 ml masukkan ke tabung reaksi
3. Pipet NaCl sampai tanda 0,4 masukkan ke tabung reaksi lalu homogenkan
4. Pipet (darah + NaCl) dengan tabung westergreen sampai tanda 0
5. Letakkan pipet di rak westergreen dengan posisi vertikal/tegak lurus pada suhu
18-25 derajat
6. Setelah tepat satu jam pertama baca tinggi plasma dan dilaporkan dengan satuan
mm/jam.
VIII. Hasil
Nama Probandus :Maulida R
Jenis Kelamin :Perempuan
Umur :19
Hasil : 30 mm/Jam

IX. Pembahasan
Di laboratorium cara untuk memeriksa Laju Endap Darah (LED) yang sering
dipakai adalah cara Wintrobe dan cara Weetergren. Pada cara Wintrobe nilai
rujukan untuk wanita 0-20 mm⁄jam dan untuk pria 0-10 mm⁄jam, sedang pada
cara Westergren nilai rujukan untuk wanita 0- 15 mm⁄jam dan untuk pria 0 10
mm⁄jam. Hasil pemeriksaan LED kali ini mendapatkan hasil laju endap darah 30
mm/jam .Hasil yang didapat termasuk dalam kategori lebih dari
normal.Peningkatan nilai LED menunjukkan suatu proses inflamasi dalam tubuh
seseorang, baik inflamasi akut maupun kronis, atau adanya kerusakan jaringan.
Hasil pemeriksaan LED walaupun tidak dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis etiologik, tetapi secara praktis masih rutin digunakan di klinik, karena
selain prosedurnya sederhana dan mudah, juga ekonomis, praktis, dan dapat
sebagai pemeriksaan point-of-care (dekat pasien), dan tetap mempunyai arti klinis
yang penting
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah
faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang
kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit
yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan Laju Endap Darah (LED) cepat.
X. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa nilai laju endap darah (LED)
probandus yang diukur dengan menggunakan metode Westergreen mengalami
nilai tidak normal, Hal ini terjadi disebabkan keadaan probandus dalam keadaan
menstruasi atau haid
XI. Daftar pustaka
Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

WHO. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. 2nd ed.
Jakarta: EGC.
I. Pertemuan/praktek ke :
5(lima)
II. Hari/Tanggal :
Rabu, 24 Agustus 2022
III. Judul praktek :
Pembuatan Sediaan Apusan Darah Tepi
IV. Tujuan:
Pembuatan Sediaan Apusan Darah Tepi
V. Prinsip :
. Darah + antikoagulan diteteskan pada objek glass dan dibuat hapusan
menyerupai lidah,kemudian sediaan diwarnai dengan giemsa dan wright 

VI. Dasar teori : (disertai gambar)


Fungsi utama dari darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh
sel-seldiseluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi,
mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan
penyusun sistem imunyang bertujuan mempertahankan tubuh dari
berbagai penyakit.Pada manusia umumnya memiliki volume darah sebanyak
kurang lebih 5 liter dengan unsur-unsur pembentuknya yaitu sel-sel darah,
platelet, dan plasma. Sel darah terdiri dari eritrosit dan leukosit, platelet yang
merupakan trombosit atau keping darah, sedangkan plasma darah pada
dasarnya adalah larutan air yang mengandung : Air (90%) zat terlarut(10%)
yang terdiri dari : Protein plasma (albumin, globulin, fibrinogen) 7%,
SenyawaOrganik (As. Amino, glukosa, vitamin, lemak) 2.1%, Garam organik
(sodium,pottasium, calcium) 0.9%.

Untuk melihat struktur sel-sel darah dengan mikroskop cahaya pada


umumnya dibuat sediaan apus darah. Sediaan hapusan darah ini tidakhanya
digunakan untuk mempelajari sel darah tapi juga digunakan untuk
menghitungperbandingan jumlah masing-masing sel darah. Pembuatan
preparat hapusan darah inimenggunakan suatu metode yang disebut
metode oles (metode smear) yang merupakan suatu sediaan dengan jalan
mengoles atau membuat selaput (film) dan substansi yang berupa cairan atau
bukan cairan di atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak untuk
kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup.Film
darah (sediaan oles) dapat diwarnai dengan berbagai macam metode termasuk
larutan-larutan yang sederhana antara lain: pewarnaan Giemsa, pewarnaanacid
fast, pewarnaan garam, pewarnaan wright, dan lain-lain.( Cahya
Aulia,2013 ).Persyaratan pembuatan hapusan darah yaitu objek glass harus
bersih, kering,bebas lemak. Sediaan hapusan yang baik adalah yang
ketebalannya cukup danbergradasi dari kepala (awal) sampai ke ekor (akhir)

Gambar 1
Sumber:
https://onlinelearning.uhamka.ac.id/pluginfile.php/561133/mod_resource/
content/1/P11%20Sediaan%20Apus%20Darah.pdf

VII. Prosedur :
a. Pembuatan Apusan
1. Siapkan alat dan bahan
2. Diteteskan sampel darah pada objek glass
3. Diratakan darah dengan objek glass yang lain.
4. letakan objek glass lain dengan membentuk sudut 30-40 derajat
5. Dengan segera obyek glass penggeser digerakkan ke depan dengan
kecepatan konstan sampai berhenti di ujung obyek glass tempat tetesan darah
hingga membentuk lapisan darah yang tipis dan merata

6. Dikering anginkan sediaan yang telah dibuat

b. Pewarnaan Apusan
1. Diletakkan sediaan darah pada rak pewarnaan
2. Diteteskan methanol pada sediaan selama 5 menit
3. Diteteskan sediaan dengan giemsa + buffer fosfat( 1 : 3 )
4. Didiamkan larutan pewarna pada sediaan selama 15 menit
5. Dibilas sediaan yang diwarnai dengan aquadest
6. Dikering anginkan sediaan
Catatan:
1) Hapusan darah yang berkualitas baik adalah : pangkal agak tebal
kemudian makin menipis ke ujungnya, melekat rata tanpa ada lubang
– lubang (yang disebabkan obyek glass berlemak), tidak terlalu
panjang, tidak terdapat garis-garis yang melewati maupun berada di
bawah hapusan, tidak berbentuk garis – garis tajam pada ujungnya
dan tidak terdapat penebalan diujung hapusan.

2) Gerakan yang tersendat – sendat menyebabkan hapusan tidak rata.

3) Kecepatan mendorong, besarnya tekanan yang diberikan dan sudut


antara obyek glass dengan penggeser diusahakan ± 25o – 30o harus
diatur agar sediaan tidak terlalu tipis atau terlalu tebal.

VIII. Hasil

Gambar 2
Morfologi apusan:
1 Kepala : tebal
2 Badan : lebih tipis dari bagian kepala
3 Ekor : tipis
IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini,dilakukan pembuatan dan pewarnaan sediaan hapusan
darah tepi yang bertujuan agar praktikan dapat mengetahui cara pembuatan dan
pewarnaan sediaan hapusan darah.Sediaan hapusan darah tepi dilakukan dengan
menggunakan sampel darah segar yang berasal dari vena. Pertama praktikan
mengambil darah dari vena tangan kiri dari probandus Budiman Tri ( pria,20
tahun ) menggunakan tabung vacum ungu yang isinya adalah EDTA agar darah
tidak cepat membeku. Setelah itu praktikan memipet sampel darah
danmenaruhnya ke kaca objek. Kemudian menyentuhkan kaca objek lain ke
tetesan darah hingga darah melebar. Selanjutnya kaca objek dibuat membentuk
sudut 30-40 derajat dengan kaca objek lainnya, lalu digerakkan atau di dorong
secara cepat namun lembut ke arah kiri membentukhapusan darah yang tidak
terlalu tipis ataupun terlalu tebal karena jika terlalu tebal maka saatpengamatan di
bawah mikroskop akan terlihat tidak jelas karena sel darah
bertumpuk.Hapusandarah tepi yang baik adalah menyerupai bentuk lidah,dimana
ujung sediaan akan semakin tipis sebab bagian itulah yang akan digunakan
sebagai counting area a.

Setelah beberapa kali pembuatan,di dapatkan hasil hapusan yang cukup


baik,sehingga praktikan melanjutkan praktikum dengan meneteskan methanol ke
semua bagian hapusan tanpa terkecualidan mendiamkannya selama 5
menit.Pemberian methanol ini merupakan proses fiksasi untuk menghentikan
proses metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan,
mengawetkankomponen-komponen sitologis dan histologist, mengawetkan
keadaan sebenarnya dari hapusanagar darah tidak hilang saat diamati tanpa
mengubah susunan struktur hapusan.Kemudianhapusan dilanjutkan dengan proses
pewarnaan agar mudah diamati di bawah mikroskop.Dalampraktikum kali
ini,dilakukan dua jenis pengecatan atau pewarnaan,yaitu pengecatan Giemsa
danWright.

X. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum,dapat didapatkan sediaan apusan darah tepi yang baik
.Hapusan yang baik memiliki bentuk yang tidak terputus-putus atau berlubangdan
menyerupai bentuk lidah dengan panjang ± 2/3 objek glass dimana pengecatan
yangpaling lumrah digunakan adalah pengecatan Giemsa dan Wright.
XI. Daftar pustaka
Freund, M. 2011. Atlas Hematologi Heckner : Praktikum Hematologi Dengan
Mikroskop. 11th ed. Jakarta: EGC.
Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
WHO. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. 2nd ed.
Jakarta: EGC.
I. Pertemuan/Praktek Ke:
6(Enam)
II. Hari, Tanggal
Selasa, 8 November 2022
III. Judul Praktik
Hitung Jenis Leukosit
IV. Prinsip
Apusan darah diamati dengan mikroskop binokuler pada pembesaran objektif
100x dengan penambahan oil imersi. Diff count dilakukan pada counting area
dimana eritrosit menyebar merata. Bentuk-bentuk leukosit dihitung hingga 100 sel
V. Dasar Teori (disertai gambar)
Leukosit atau sel darah putih memiliki ciri khas sel yang berbeda-beda, secara
umum leukosit memiliki ukuran lebih besar dari eritrosit, tidak berwarna dan dapat
melakukan pergerakan dengan adanya kaki semu dengan masa hidup 13-20 hari.
Jumlah leukosit paling sedikit di antara ketiga jenis sel darah di dalam tubuh,
sekitar 4.000- 11.000/mm3. Terdapat lima jenis leukosit yaitu neutrofil, eosinofil,
basofil, monosit dan limfosit (Nugraha, 2017).

Sebagai alat pertahanan tubuh, sel darah putih berfungsi membantu tubuh
melawan berbagai penyakit infeksi. Ada dua jenis sel darah putih, yaitu granulosit
dan agranulosit. Granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil dan basofil. Neutrofil
berfungsi melawan bakteri dan jamur, eosinofil melawan parasit yang lebih besar
dan memodulasi respon inflamasi dengan alergi, dan basofil melepaskan histamin
untuk menginduksi respon inflamasi (Jitowiyono, 2018).

Agranulosit jenis ini terdiri dari limfosit dan monosit. Ada tiga jenis limfosit:
sel B, Sel T dan Sel pembunuh alami (NK, natural killer). Sel B melepaskan
antibodi. Sementara itu, sel T berfungsi membuat tubuh kembali normal setelah
mendapat respons inflamasi, mereka dapat mengaktifkan dan mengatur sel B dan
T, atau mereka dapat menyerang sel-sel yang terinfeksi virus. Sel pembunuh alami
menyerang sel-sel yang terinfeksi virus. Monosit pindah ke jaringan dan kemudian
berdiferensiasi menjadi makrofag. Makrofag adalah sel fagositik, yang memakan
limbah seluler dan patogen. Makrofag juga berfungsi merangsang limfosit
(Jitowiyono, 2018).
Gambar 1 jenis leukosit
(a) Neutrofil batang (b) Neutrofil segmen(c) Eosinofil (d) Basofil
(e) Monosit (f) Limfosit, 100x Sumber: Arif, 2015

VI. Prosedur (disertai alur/gambar/video)


A. Pembuatan Sediaan Apusan Darah Tepi

1. Siapkan alat dan bahan yang dibtuhkan seperti sampel darah vena EDTA,
object glass, deck glass, pipet tetes, rak tabung reaksi.
2. Satu tetes kecil darah diletakkan pada ± 2 –3 mm dari ujung object glass.
3. Dengan object glass lain/ spreader diletakkan dengan sudut 30 – 450 terhadap
object glass di depan tetes darah.
4. Object glass/ spreader ditarik ke belakang hingga menyentuh tetesan darah,
tunggu sampai darah menyebar pada sudut tersebut.
5. Dengan gerak yang mantap, object glass/ spreader didorong sehingga terbentuk
apusan darah sepanjang 3 – 4 cm pada object glass. Darah harus habis sebelum
spreader mencapai ujung lain dari object glass. Apusan darah tidak boleh
terlalu tipis atau terlalu tebal, ketebalan ini dapat diatur dengan mengubah
sudut antara kedua object glass dan kecepatan menggeser. Makin besar sudut
atau makin cepat menggeser, maka makin tipis apusan darah yang dihasilkan.
6. Apusan darah dibiarkan mengering di udara. Identitas pasien ditulis pada
bagian tebal apusan.
B. Pewarnaan Giemsa

1. Siapkan alat dan bahan seperti yang dibutuhkan seperti sediaan apusan darah
tepi, pipet tetes, bak pewarnaan, stopwatch, giemsa, dan metanol.
2. Letakkan sediaan apusan darah tepi di atas bak tempat pewarnaan.
3. Fiksasi sediaan apusan darah tepi yang telah kering dengan metanol 2 – 3
menit.
4. Rendam sediaan apusan darah tepi dengan larutan Giemsa 3% selama 20 – 30
menit.
5. Bilas dengan air mengalir dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat
warna. Letakkan sediaan hapus dalam rak dalam posisi tegak dan biarkan
mengering.
C. Pengamatan Mikroskop

1. Tetesi Sediaan Apusan Darah Tepi (SADT) dengan minyak imersi.


2. Amati Sediaan Apusan Darah Tepi (SADT) dengan mikroskop pada
perbesaran lensa objektif 100x.
3. Identifikasi dilakukan di daerah penghitungan/ morfologi (counting area)
bagian V dan VI.
4. Identifikasi sel dimulai dari satu sisi bergerak ke sisi lain, kemudian kembali
ke sisi semula dengan arah zig-zag naik turun atau kanan kiri.
5. Untuk memudahkan penghitungan, maka buatlah kotak-kotak.
6. Jenis leukosit yang mula-mula terlihat dimasukkan dari kolom-1, bila jumlah
sel sudah 10 pindah ke kolom-2.
7. Tiap kolom mengandung 10 sel yang sudah diidentifikasi, dan bila ke 10
kolom sudah terisi berarti sudah 100 lekosit yang diidentifikasi dan dihitung,
catat hasil dinyatakan dalam satuan persen (%).

Nilai rujukan hasil hitung jenis lekosit

Eosinofil :1–3%

Basofil :0–1%

Neutrofil Batang : 2 – 6 %

Neutrofil Segmen : 50 - 70 %

Limfosit : 20 – 40 %

Monosit :2–8%
VII. Hasil

Jenis I II III IV V VI VII VIII IX X %


Eosinofil 1 1
Basofil 0
Neutrofil Batang 1 1 2
Neutrofil Segmen 7 6 7 5 7 6 5 6 8 8 65
Limfosit 1 2 2 2 3 3 4 4 1 2 24
Monosit 1 2 1 3 1 8
10 10 10 10 10 10 10 10 10 1 100
0

Lampiran foto hasil hitung jenis leukosit

Gambar: Limfosit, perbesaran 100x

Gambar:Neutrofil Segmen, Perbesaran 100x

Gambar: Neutrofil Batang, Perbesaran 100x


VIII. Pembahasan
Pada praktikum Hitung Jenis Leukosit praktikan dapat melakukan pemeriksaan
hitung jenis leukosit pada Sediaan Apusan Darah Tepi dengan pengamatan di
bawah mikroskop perbesaran lensa objektif 100x dengan baik dan benar. Leukosit
atau sel darah putih memiliki ciri khas sel yang berbeda-beda, secara umum
leukosit memiliki ukuran lebih besar dari eritrosit, tidak berwarna dan dapat
melakukan pergerakan dengan adanya kaki semu dengan masa hidup 13-20 hari.
Jumlah leukosit paling sedikit di antara ketiga jenis sel darah di dalam tubuh,
sekitar 4.000- 11.000/mm3. Terdapat lima jenis leukosit yaitu neutrofil, eosinofil,
basofil, monosit dan limfosit (Nugraha, 2017).

Proses yang pertama yaitu sediaan apusan darah tepi dibuat kemudian
dilakukan pengecatan dengan larutan giemsa selama 20-30 menit, lalu bilas dan
tunggu hingga kering. Setelah itu, liat dibawah mikroskop pada perbesaran lensa
objektif 100x. Identifikasi dilakukan di daerah penghitungan/ morfologi (counting
area) bagian V dan VI. Identifikasi sel dimulai dari satu sisi bergerak ke sisi lain,
kemudian kembali ke sisi semula dengan arah zig-zag naik turun atau kanan kiri.
Untuk memudahkan penghitungan, maka dibuat kotak-kotak. Jenis leukosit yang
mula-mula terlihat dimasukkan dari kolom-1, bila jumlah sel sudah 10 pindah ke
kolom-2. Tiap kolom mengandung 10 sel yang sudah diidentifikasi, dan bila ke 10
kolom sudah terisi berarti sudah 100 lekosit yang diidentifikasi dan dihitung, catat
hasil dinyatakan dalam satuan persen (%).

Berdasarkan hasil praktikum hitung jenis leukosit ditemukan sel leukosit


berjenis eosinofil sebanyak 1% yang berarti normal dari nilai normal eosinofil 1-
3%. Peningkatan eosinofil disebut dengan eosinofilia. Penyebab tingginya jumlah
eosinofil dikarenakan adanya alergi khususnya hipersensitivitas jenis atopik seperti
asma, penyakit parasit misalnya amubiasis, cacing tambang, askariasis, pemulihan
dan infeksi akut, penyakit kulit seperti psoriasis, pemfigus dan dermatitis
herpetiformis juga dapat menyebabkan eosinofilia. Dengan pemberian steroid,
jumlah eosinofil akan menurun. Penurunan eosinofil ditemukan pada hiperfungsi
adreno kortikol, stress, shock dan luka bakar (Hoffbrand, dkk. 2012 hal. 105).
Basofil 0% yang berarti darah normal karena nilai normal dari sel basofil yaitu 0-
1%. Peningkatan jumlah basofil dalam darah jarang terjadi. Namun apabila terjadi
peningkatan tersebut dikarenakan kelainan mieloproliteratif seperti leukemia
myeloid kronik atau polisitemia vera. Peningkatan basofil reaktif kadang-kadang
ditemukan pada miksedema, selama infeksi cacar atau cacar air dan pada kolitis
ulseratif (Hoffbrand, dkk, 2012 hal. 106). Penurunan basofil terjadi pada penderita
stres dan kehamilan (Nugraha,2015). Neutrofil batang ditemukan sebanyak 2%
berarti normal dengan nilai normal 2-6 %. Neutrofil batang merupakan bentuk
muda dari neutrofil segmen. Peningkatan jumlah neutrofil biasanya pada kasus
infeksi akut, penyakit radang, kerusakan jaringan, penyakit Hodkin’s hemolitik
pada bayi baru lahir, apendiksitis akut, dan pankreatitis akut. Penurunan jumlah
neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, granulositosis, anemia aplastik dan
anemia defisiensi besi. Neutrophil segmen ditemukan sebanyak 65% yang berarti
normal dari nilai normal neutrofil segment aitu 50-70%. Limfosit ditemukan
sebanyak 24% termasuk normal dilihat dari nilai normal 20-40%. Limfosit dalam
darah adalah sel T dan sel B. limfosit T berperan dalam imunitas selular dan
memodulasi responsivitas imun. Limfosit B terutama bertanggungjawab untuk
imunitas humoral dan membentuk antibody (Sacher, 2004). Peningkatan limfosit
terdapat pada leukemia limpositik, infeksi virus dan infeksi kronik. Sedangkan
penurunan limfosit terjadi pada penderita kanker, anemia aplastik dan gagal ginjal
(Nugraha, 2015). Monosit ditemukan sebanyak 8% termasuk normal dilihat dari
nilai normal 2-8%. Peningkatan monosit terjadi pada infeksi virus, dan bakteri
Jumlah monosit akan mengalami penurunan pada penderita leukemia limposit dan
anemia aplastic (Nugraha, 2015).

IX. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Hitung Jenis Leukosit yang sudah dilaksanakan dapat
disimpulkan bahwa praktikan berhasil membuat sediaan apusan darah tepi dengan
cukup baik dan berhasil melakukan pewarnan giemsa pada sediaan, sehingga
SADT dapat digunakan untuk hitung jenis leukosit dan didapatkan sampel tersebut
memiliki hasil yang normal pada jenis sel leukosit yaitu eosinofil 1%, basofil 0%,
neutrofil batang 2%, neutrofil segmen 65%, limfosit 24%, dan monosit 8%.
X. Daftar Pustaka
Hamid, G.A. 2014. Clinical Hematology. University Of Aden:Faculty Of
Medicine & Health Sciences
Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta. 2004.
Kee, J.L. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Dan Diagnostik. 6th ed.
Jakarta: EGC.
WHO. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. 2nd ed.
Jakarta: EGC.
I. Pertemuan/Praktik Ke
7(Tujuh)
II. Hari, Tanggal
Selasa,11 Oktober 2022
III. Judul Praktik
Hitung Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit)
IV. Prinsip
Darah diencerkanakan menghancurkan eritrosit dan trombosit dan gentian
violet mewarnai inti leukosit, jumlah sel dihitungdengankamar hitung Improved
Neurbaueri.
V. Dasar Teori
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.
Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik
(granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam
sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, Yang tidak mempunyai
granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal.
Granula dianggap spesifik bila secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu
dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya) (Caroline, Astrid. 2013).
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asing. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan
melalui proses diapedesis. Leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan
menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung.
Bila memeriksa variasi Fisiologi dan Patologi sel-sel darah tidak hanya persentase
tetapi juga jumlah absolut masing-masing jenis per unit volume darah harus
diambil (Caroline, Astrid. 2013).

VI. Prosedur
Mengisi pipet thoma
1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Hisap darah sampai garis angka 0,5 ( sesuai pengenceran yang diingkan )
3. Bersihkan sisa darah pada bagian luar pipet tissue,jangan sampai darah dalam
pipet ikut terserap
4. Hisap larutan turk sampai garis angka 11,perlahan tidak ada gelembung udara
5. Lepas karet penghisap dan menutup ujung pipet dengan jari telunjuk,
homogenkan darah dan pengencer dengan baik.
Mengisi kamar hitung

1. Kamar hitung sudah disiapkan pada mikroskop sebelum melakukan


pengenceran.
2. Buang 3-4 tetes untuk membuang larutan yang tersisa di bagian ujung pipet
supaya campuran yang dimasukkan dalam kamar hitung benar-benar tercampur
dengan darah.
3. Isi kamar hitung dengan menempelkan ujung pipet di tepi kaca penutup dan
biarkan kamar hitung terisi perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya ( jangan
sampai berlebihan ).
4. Biarkan selama 3 menit untuk memberikan kesempatan leukosit mengendap.

VII. Hasil

Hasil Pemeriksaan :
a. Nama pasien : Budiman Tri Ardiyanto
b. Umur : 20 th
c. Jenis kelamin : Laki Laki
d. Tangal pemeriksaan : 11 oktober 2022
e. Hasil : -kotak besar kamar hitung pojok kiri: 36
-kotak besar kamar hitung pojok kanan: 23
-kotak besar kamar hitung bawah kiri: 36
-kotak besar kamar hitung bawah kanan: 31
______________________________________+
N: 126
f. Pengenceran: 20x
g. Perhitungan:

h. Jumlah Leukosit: 6.300 sel


VIII. Pembahasan
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme
terhadap zat-zat asing. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui
proses diapedesis
.Leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel sel endotel
dan menembus kedalam jaringan penyambung. Leukosit memiliki bentuk khas,
nukleus, sitoplasma dan organel, semuanya bersifat mampu bergerak pada keadaan
tertentu. Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh
Pemeriksaan hitung jumlah lekosit dapat dilakukan dengan cara manual
menggunakan bilik hitung, dan cara otomatis menggunakan Hematology analyzer.
Hitung jumlah lekosit cara manual, sampel darah diencerkan dengan larutan Turk
yang mengandung asam lemah (asam asetat glasial) menyebabkan eritrosit
hemolisis dan lekosit menjadi lebih mudah dihitung. Pengenceran yang digunakan
biasanya 10x atau 20x. Pengenceran dilakukan dengan menggunakan pipet lekosit
atau tabung (Gandasoebrata, 2010).
Nilai Normal Leukosit :
a. Dewasa : 4000-10.000/ mm³
b. Bayi/ anak : 9000-12.000/ mm³
c. Bayi Baru Lahir : 9000 -30.000 / mm³.
Terjadinya peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) menunjukkan adanya
proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia, meningitis, tuberculosis,
tonsillitis, apendiktis, dll. Sedangkan penurunan jumlah leukosit (leucopenia)
dapat terjadi pada infeksi virus, malaria, dan alkoholik. Selain itu penurunan dan
peningkatan jumlah leukosit dapat disebabkan oleh mengkonsumsi jenis obat-
obatan tertentu
Pada praktikum kali ini didapatkan jumlah leukosit sebanyak 6.300 ul/darah,
menandakan bahwa jumlah leukosit normal.
IX. Kesimpulan
Didapatkan hasil hitung jumlah leukosit sebanyak 5.350 ul/darah, menandakan
bahwa jumlah leukosit normal. Jumlah normal leukosit dalam darah yaitu sekitar
4.000 – 10.000/ul darah.
X. Daftar Pustaka
Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
Caroline, Astrid. 2013. Hitung Kenis Leukosit. [online]. Tersedia:
https://www.scribd. com/doc/304833313/Laporan-Praktikum-Patologi-Klinik-
Hitung-Jumlah-Leukosit. (Diakses tanggal 11 November 2022).
I. Pertemuan/Praktik Ke
8(Delapan)
II. Hari, Tanggal
Selasa,11 Oktober 2022
III. Judul Praktik
Hitung Jumlah Sel Darah Merah (Eritrosit)
IV. Prinsip
Darah yang diencerkan serta diwarnai dengan larutan hayem, lalu sel-sel
darahyang dihitung dalam kamar hitung dibawah mikroskop dengan perbesaran
objektif 40x
V. Dasar Teori
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter
dalah.Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua
metode, yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama
dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit
lebih sukar daripada hitung leukosit.Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah
diencerkan dalam larutan isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan
mencegah hemolisis.Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan,
kemudian dirombak di dalam hati dan limpa.Sebagian hemoglobin diubah menjadi
bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna empedu.Zat besi
hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya digunakan
untuk membentuk eritrosit baru.Kira-kira setiap hari ada 200.000 eritrosit yang
dibentuk dan dirombak.Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah eritrosit secara
keseluruhan.

Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter


dalah.Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua
metode, yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama
dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit
lebih sukar daripada hitung leukosit.
Sumber:
http://www.atlm-edu.id/2020/11/menghitung-jumlah-sel-eritrosit-metode.html

VI. Prosedur
1. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dipipet darah dengan pipet thoma eritrosit hingga skala 0,5
3. Dipipet larutan hayem hinggan skala 101
4. Dihomogenkan campuran tersebut dengan membentuk angka 8
5. Dibuang 3 sampai 4 tetes
6. Diletakkan objek glass pada kamar hitung kemudian larutan tadi diteteskan
pada kamar hitung.
7. Ditunggu 1 sampai 2 menit
8. Diamati dibawah mikroskop pada kotak
VII. Hasil

Hasil Pemeriksaan :
a. Nama pasien : Budiman Tri Ardiyanto
b. Umur : 20 th
c. Jenis kelamin : Laki Laki
d. Tangal pemeriksaan : 11 oktober 2022
e. Hasil : Dari kelima kotak eritrosit ditemukan 650 sel
f. Pengenceran : 200x
g. Perhitungan

h. Jumlah Eritrosit : 6.500.000 sel eritrosit


VIII. Pembahasan
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang ada
di dalam tubuh. Eritrosit merupakan sel terbanyak dalam tubuh darah dan sangat
diperlukan dalam proses oksigenasi organ tubuh. Dengan mengetahui keadaan
eritrosit dapat mengetahui juga keadaan organ tubuh seseorang.

Dalam praktikum ini hal pertama yang dilakukan adalah mengambil darah
vena pasien yang ditempatkan dalam tabung berantikoagulan EDTA. Kemudian
darah diambil dengan pipet pengencer Thoma hingga batas 0,5 dan diambil larutan
Hayem hingga batas 101. Setelah itu pipet digoyangkan agar larutan homogen dan
sel-sel darah lain selain eritrosit lisis. Lalu dibuang 3-4 tetes pertama dan tetesan
selanjutnya diteteskan pada Rule Area kamar hitung. Setelah itu diletakan dibawah
mikroskop dan dihitung jumlah eritrositnya pada kotak Eritrosit.Pada praktikum
kali ini ditemukan eritrosit sebesar 6.500.000 sel eritrosit. Hal ini menunjukan
ketidaknormalan jumlah eritrosit/ naiknya jumlah normal ,karena nilai rujukan
normal sel eritrosit pada laki laki ialah 4,6-6,2 juta sel.
Hal lain yang memperngaruhi hasil praktikum adalah :

 Jumlah darah dan larutan Hayem yang dihisap ke dalm pipet tidak tepat
 Terjadinya gelembung udara dalam pipet pada waktu menghisap darah atau
pengencer

 Darah tidak homogeny

 Ada gelembungudara yang masuk pada waktu pengisian kamar hitung

Menghitung sel yang menyinggung faris batas tidak benar

IX. Kesimpulan
Didapatkan hasil hitung jumlah eritosit sebanyak 6.500.000 ul/darah,
menandakan bahwa jumlah eritrosit mengalami peningkatan/tidak normal. Jumlah
normal eritrosit dalam darah yaitu 4,6-6,2 juta sel.

X. Daftar Pustaka
Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
DEPKES RI. 1989. Hematologi. Pusdikenes Depkes RI. Jakarta
I. Pertemuan/ praktek ke-:
Pertemuan 9
II. Hari, tanggal
Rabu, 9 November 2022
III.Judul Praktik
Hitung Jumlah Trombosit
IV. Tujuan
Untuk mengetahui jumlah trombosit seseorang dalam sel/mm3 darah menggunakan
berbagai metode.
V. Prinsip
Darah diencerkan dengan larutan yang mengandung brilliant cresyl blue
sehingga trombosit berwarna biru cerah. Perhitungan didasarkan pada pengenceran
dan volume cairan dalam kamar hitung Menghitung jumlah trombosit diantara eritrosit
yang penyebarannya merata dimana pada setiap lapang pandang besar trombosit yang
ditemukan dikalikan dengan faktor perkalian

VI. Dasar Teori

Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh
manusia sebagai alat transportasi (Swastini dkk, 2016). Darah mempunyai dua komponen
utama, plasma dan sel darah. Plasma yaitu bagian darah terdiri atas air, elektrolit dan
protein darah. Sel darah yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit (Indah, 2011).
Trombosit merupakan pecahan granular sel yang merupakan bagian terkecil dari
unsur seluler sumsum tulang dan sangat penting peranannya dalam hemostasis dan
pembekuan darah. Trombosit bukan merupakan sel melainkan pecahan granular sel
(Marzuki dkk, 2012).
Hitung jumlah trombosit merupakan bagian dari pemeriksaan hematologi rutin
yang dapat memberikan informasi mengenai kondisi hematologik seseorang. Hasil dari
pemeriksaan hitung jumlah trombosit mempunyai arti klinis yang sangat penting untuk
berbagai kasus baik menyangkut hemostasis maupun yang lainnya dalam penegakan
diagnosis, memantau perjalanan penyakit, menilai respon terhadap pengobatan dan masa
pemulihan (Sujud dkk, 2015). Hasil hitung jumlah trombosit diperlukan oleh klinisi untuk
menentukan langkah penanganan selanjutnya terhadap pasien sehingga pemeriksaan
hitung jumlah trombosit yang akurat sangat diperlukan terutama pada sampel
trombositopenia karena berkaitan erat dengan resiko perdarahan (Rohmawati, 2003).
Pemeriksaan hitung jumlah trombosit sedikit lebih sulit dibandingkan dengan
pemeriksaan sel darah lainnya oleh karena ukuran yang lebih kecil dan sifat trombosit
yang mudah bergerombol sehingga diperlukan ketelitian dan keakuratan dalam
pemeriksaannya. Pemeriksaan di laboratorium sering dijumpai hasil trombositopenia yaitu
jumlah trombosit di bawah nilai normal yang hasilnya terkadang dipertanyakan oleh
pengguna sehingga memerlukan konfirmasi lanjutan untuk membandingkannya dengan
laboratorium lain untuk memastikan apakah sampel yang diperiksa memang benar-benar
trombositopenia atau karena faktor lainnya.
Pemeriksaan hitung jumlah trombosit terdiri dari beberapa metode. Seiring
dengan dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya permintaan pemeriksaan hitung sel
darah, saat ini di sebagian besar laboratorium klinik lebih banyak menggunakan alat
hematologi otomatis. Kelebihan pada metode otomatis adalah mampu mengerjakan
beberapa parameter pemeriksaan dalam waktu bersamaan, hasil pemeriksaan valid karena
terstandarisasi dan proses pengerjaan lebih cepat dibanding manual sehingga lebih efektif
dan efisien (Harjo, 2011). Namun menurut Kiswari kelemahan alat otomatis adalah tidak
dapat menghitung dengan baik apabila ada trombosit besar, trombosit bergerombol atau
pecahan eritrosit dan pecahan leukosit. Hal ini dapat dilihat dengan adanya tanda flagging
pada alat. Dengan demikian cross check menggunakan manual sangat berarti (Kiswari,
2014).
Pemeriksaan hitung jumlah trombosit juga dapat dilakukan dengan metode
manual baik secara langsung maupun tidak langsung. Hitung trombosit cara langsung
dapat menggunakan larutan Rees Ecker atau larutan ammonium oksalat 1%. Metode ini
juga merupakan metode rujukan yang direkomendasikan. Kelebihan metode ini adalah
peralatan yang lebih sederhana jika dibanding dengan metode otomatis sehingga biaya
lebih murah, selain itu pemeriksaan dapat dilakukan dengan mikroskop cahaya sehingga
tidak tergantung aliran listrik. Kelemahan metode langsung adalah pada ketelitian dan
ketepatan yang kurang baik. Kemungkinan kesalahan pada metode ini adalah 8-25%
(Kiswari, 2014).
Sedangkan metode tidak langsung dapat dilakukan dengan cara estimasi pada
sediaan apus darah tepi yang dikenal dengan metode Barbara Brown. Prinsipnya adalah
menghitung jumlah trombosit diantara eritrosit yang penyebarannya merata dimana pada
setiap lapang pandang besar trombosit yang ditemukan dikalikan dengan faktor perkalian
menurut Barbara Brown yaitu 20.000 sel/ul darah (Kiswari, 2014). Selain mudah
dilakukan, kelebihan metode ini adalah dapat melihat kelainan morfologi sel-sel darah.
Walaupun metode ini lebih kasar dibanding cara langsung, namun paling sering dilakukan
sebagai konfirmasi terhadap pemeriksaan hitung jumlah trombosit metode otomatis
terutama bila ditemukan trombositopenia.
Penelitian sebelumnya tentang`perbedaan hasil hitung jumlah trombosit metode
otomatis dan manual menunjukkan hasil tidak terdapat perbedaan bermakna pada sampel
normal (Harjo, 2011, Afiq, 2015). Namun belum ada laporan pada sampel
trombositopenia sehingga menarik untuk diteliti apakah terdapat perbedaan hasil hitung
jumlah trombosit menggunakan sampel trombositopenia yaitu jumlah trombosit di bawah
nilai normal rujukan.
VII. Alat dan Bahan
Alat
Mikroskop
Kamar hitung neubeaur
Object glass
Spuit
Tourniquet
Alcohol swab
Kapas
Tisu

Tabung EDTA
Rak pewarnaan
Cawan petri
Pipet thoma
Bahan
Darah
Cat giemsa
Aquades
Larutan MgSO4
Larutan Rees Ecker

Prosedur Kerja
A. Rees Ecker
1. Larutan Rees Ecker dihisap ke dalam pipet eritrosit sampai garis tanda “1” dan
dibuang kembali cairan tersebut
2. Darah dihisap sampai garis tanda”0,5” dan cairan Rees Ecker sampai “101”,
lalu homogenkan selama 3 menit
3. Kamar hitung diisi hati-hati
4. Kamar hitung yang telah diisi, dibiarkan dengan sikap datar dalam cawan petri
yang tertutup selama 10 menit agar trombosit mengendap
5. Semua trombosit dihitung dalam seluruh bidang besar ditengah-tengah (1
mm2) memakai lensa objektif besar
6. Jumlah trombosit yang diperoleh dikalikan 2.000, sehingga dihasilkan jumlah
trombosit per mm3 darah
B. Brecher Chondrite (Ammonium Oxalat 1%)
1. Larutan ammonium oksalat 1% dihisap ke dalam pipet eritrosit sampai garis
tanda ”1” dan dibuang kembali cairan tersebut
2. Darah dihisap sampai garis tanda “0,5” dan cairan amonium oksalat 1%
sampai garis tanda “101”, lalu homogenkan selama 3 menit
3. Kamar hitung diisi hati-hati
4. Kamar hitung yang telah diisi, dibiarkan dengan sikap datar dalam cawan petri
yang tertutup selama 10 menit agar trombosit mengendap
5. Semua trombosit dihitung dalam seluruh bidang besar ditengah-tengah (1
mm2) memakai lensa objektif besar
6. Jumlah trombosit yang diperoleh dikalikan 2.000, sehingga dihasilkan jumlah
trombosit per mm3 darah
C. Barbara Brown (SADT)
1. Teteskan darah pada objek glass
2. Buat apusan darah dengan object glass yang lain menggunakan sudut 45˚
3. Dorong hingga membentuk bagian yang tipis
4. Tunggu hingga kering lalu diwarnai
5. SAD yang telah kering difiksasi dengan metanol selama 2-3 menit
6. Direndam pada larutan giemsa 3% selama 20-30 menit, lalu dicuci dan
ditiriskan
7. Dikeringkan dan dihitung jumlah trombosit yang dilihat bersama dengan 1.000
eritrosit
8. Dilakukan tindakan menghitung jumlah eritrosit per µl darah
D. Fonio
1. Teteskan 2 tetes darah pada object glass dan tambahkan MgSO 4 20 µl, lalu
homogenkan
2. Buat apusan darah dengan object glass yang lain menggunakan sudut 45˚
3. Dorong hingga membentuk bagian yang tipis
4. Tunggu hingga kering lalu diwarnai
5. SAD yang telah kering difiksasi dengan metanol selama 2-3 menit
6. Direndam pada larutan giemsa 3% selama 20-30 menit, lalu dicuci dan
ditiriskan
7. Dikeringkan dan dihitung jumlah trombosit yang dilihat bersama dengan 1.000
eritrosit
8. Dilakukan tindakan menghitung jumlah eritrosit per µl darah
E. Hematology Analyzer
1. Siapkan tabung EDTA yang sudah terisi darah
2. Sampel darah yang sudah dicampur dengan reagent didilusi sebanyak 200x dan
didilusi lagi sebanyak 200x (jadi 40.000x) untuk mengukur kadar jumlah
platelet
3. Diproses pada blok data processing
Hasilnya akan ditampilkan pada display dan print out.
Hasil
Rees Ecker

6 4 2 4 5

7 9 11 7 3

8 9 10 9 8

5 7 8 8 9

9 8 6 7 8

Kamar Hitung
Rumus
n = jumlah sel
n x pengenceran
jumlah kamar x volume

1 x 200
¿
25 x ( 0,2 x 0,2 x 0,1 )

1 x 200 x 250
¿
25
3
¿ 354.000 sel /mm

Brecher Chondrite (Ammonium Oxalat 1%)

Kamar Hitung
Barbara Brown (SADT)

LAPANG TROMBOSIT
PANDANG

1. 11

2. 9

3. 10

4. 6

5. 10

6. 10

7. 8

8. 20

9. 13

10. 14

JUMLAH 111

Rumus
Ʃ = jumlah sel
n = jumlah lapang pandang


x 20.000
n

111
¿ x 20.000
10

¿ 11,1 x 20.000

= 222.000 sel/mm3
Fonio

TROMBOSI ERITROSIT
T

9 110

7 100

5 90

8 120

6 85

7 80

7 137

5 120

8 95

5 93

Ʃ = 67 Ʃ = 1.030

Rumus

Ʃtrombosit
x AE
Ʃeritrosit

67
¿ x 4.450.000
1.030
3
¿ 289.466 sel /mm

Hematology analyzer
226 x 103 sel/mm3
Pembahasan
Trombosit merupakan pecahan granular sel yang merupakan bagian terkecil dari
unsur seluler sumsum tulang dan sangat penting peranannya dalam hemostasis dan
pembekuan darah. Trombosit bukan merupakan sel melainkan pecahan granular sel.
Hitung jumlah trombosit merupakan bagian dari pemeriksaan hematologi rutin
yang dapat memberikan informasi mengenai kondisi hematologik seseorang. Hasil dari
pemeriksaan hitung jumlah trombosit mempunyai arti klinis yang sangat penting untuk
berbagai kasus baik menyangkut hemostasis maupun yang lainnya dalam penegakan
diagnosis, memantau perjalanan penyakit, menilai respon terhadap pengobatan dan masa
pemulihan.
Penentuan jumlah trombosit pada dasarnya sama dengan hitung jumlah eritrosit,
sehingga cara yang dapat digunakan yaitu menggunakan hemositometer (kamar hitung)
pada kotak eritrosit atau secara otomatis menggunakan hematology analyzer. Pengenceran
yang digunakan sama dengan hitung jumlah eritrosit, perbedaannya terletak pada
penggunaan reagen.
Nilai rujukan trombosit pada manusia:
Prematur : 100.000 - 300.000 sel/mm3
Bayi Baru Lahir : 150.000 - 300.000 sel/mm3
Bayi : 200.000 - 475.000 sel/mm3
Dewasa : 150.000 - 450.000 sel/mm3
Pada pemeriksaan kali ini yang jauh hasilnya dibandingkan dengan yang lain
adalah pada metode ammonium oksalat, hasilnya mencapai 1.424.000 sel/mm3.
Sedangkan metode lain hampir mendekati hasilnya dengan metode hematology analyzer
yaitu 226.000 sel/mm3

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum hitung jumlah trombosit dapat disimpulkan bahwa pada
metode ammonium oksalat mendapati hasil yang cukup signifikan terhadap hasil dari
metode lain dikarenakan praktikan kurang mampu melihat pada mikroskop apakah itu
trombosit atau hanya sekedar gelembung. Sedangkan pada metode lain hanya selisih
sedikit terhadap hasil pada hematology analyzer yaitu 226 x 103 sel/mm3.

Daftar Pustaka
Nugraha, G & Badrawi, I. 2018. Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium Klinik
Untuk Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik. Trans Info Media : Jakarta
Oktafirani, A. 2015. Hand Out AAK AN Nasher. Cirebon
Berbagi Info Teknologi Alat Kesehatan. (2017). Hematologi Analyzer.
Khasanah, U. (2016). Perbedaan hasil pemeriksaan hitung jumlah trombosit pada
darahvena dan darah kapiler dengan metode tabung. Skripsi.
Rahayu, H. (2016). PERBEDAAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT
MENGGUNAKAN LARUTAN REES ECKER, AMONIUM OKSALAT 1%
DAN SEDIAAN APUS DARAH TEPI. Skripsi.
Praptomo, A. J. (2018). Perbandingan Hasil Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit
Metode Langsung (Rees Ecker), Metode Tidak Langsung (Fonio), Dan Metode
Automatik (Hematologi Analyzer). Jurnal Medika: Karya Ilmiah Kesehatan,
1(1), 1-12.
I. Pertemuan/praktek ke :
11 (sebelas)
II. Hari/Tanggal :
Selasa, 03 Oktober 2022
III. Judul praktek :
Hitung Jumlah Eosinophil
IV. Prinsip
Eosinofil dihitung tersendiri dengan larutan pengencer yang dapat mewarnai
eosinofil. Sel-sel leukosit yang lain serta eritrosit lysis perhitungan
didasarkan atas penipisan dan volume cairan dalam kamar hitung.
V. Dasar teori
Eosinofil merupakan salah satu dari seri leukosit yang memiliki granula
dan tergolong dalam granulosit. Granula dalam sel ini mempunyai afinitas
yang tinggi terhadap eosin sehingga pada pewarnaan mengambil zat warna asam
eosin dan berwarna merah orange. Jumlah normal eosinofil berkisar antara 1-3 sel
per 100 leukosit. Mempunyai sedikit kemampuan phagositosis. Peranan
utama dari eosinofil masih belum jelas. Hanya dikatakan terjadi peningkatan
jumlahnya apabila tubuh kemasukkan benda-benda asing, baik suatu protein
asing ataupun parasit yaitu disebut keadaan allergi. Selain terdapat disirkulasi
juga dapat tinggal di jaringan-jaringan pada keadaan alergi, misalnya di
mukosa usus, jaringan paru-paru.Morfologi dan ciri eosinofil :
-Besarnya sel : 10 –15 mikron
-Inti :
a.Letaknya dalam sel : Sentral / Eksentrik
b.Bentuk inti : Bersegmen (2 –3 lobi)
c.Warna inti : Kebiru-biruan (agak pucat)
d.Kromatin : Kasar
e.Membran inti : ada
f.Butir inti (nucleoli) : Tidak ada
-Sitoplasma:
a.Luasnya / lebarnya : Relatif lebih besar/lebih lebar
b.Warna sitoplasma : Oxyphil / Eosinophil/ kemerahan
c.Perinuklear Zone : Tidak ada
d.Granula dalam sitoplasma : Banyak, sama besar , bulat, warna orange
e.Granula : Mengandung enzim yang menghambat mediator
inflamasi
Hitung eosinofil(absolut) adalah jumlah eosinofil absolut adalah ukuran
jumlah eosinofildi dalam darah berdasarkan pengukuran eosinofil diferensial dan
jumlah total sel darah putih. Jumlah eosinofil absolut meningkat pada reaksi
alergidan hipersensitivitas dan infeksi parasit.Sel ini juga banyak dijumpai pada
infeksi parasite

Gambar 1
Sumber:
https://1.bp.blogspot.com/-rwNIxcOfM68/WNjQoX_aHuI/AAAAAAAAB_M/iP
3NPJSnAmMxED1pGPS0XVx5vcdcjyHMACLcB/s640/eo.jpg

VI. Prosedur
1)Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2)Menghomogenkan spesiment darah vena
3)Menghisap spesiment darah vena dengan pipet thoma leukosit sampai tanda
1 kemudian sisusul larutan pengencer dungren sampai tanda 11
4)Mengocok pipet thomaselama3-5 menit,buang 1-3 tetesan pertama
5)Teteskan pada kamar hitung lalu letakkan kamar hitung pada petridish dengan
dasar tissue/ kapas basah selama 15 menit.Menghitungnya pada mikroskop
pada perbesaran 40x (pada seluruh kamar hitung
6)Hitung eosinofil dalam 9 kotak kamar hitung.
VII. Hasil

Hasil Pemeriksaan :
a. Nama pasien : Budiman Tri Ardiyanto
b. Umur : 20 th
c. Jenis kelamin : Laki Laki
d. Tangal pemeriksaan : 3 Oktober 2022
e. Hasil : - (negatif)

VIII. Pembahasan
Pastikan alat dan bahan yang digunakan sudah benar sesuai dengan
pemeriksaan yang akan dilakukan. Homogenkan sampel sebelum dilakukan
pemipetan, jangan lupa untuk membersihkan ujung pipet sebelum memipet eosin.
Pemberian tissue basah di bawah kamar hitung yang didiamkan di dalam
cawan petri bertujuan agar darah di dalam kamar hitung tidak kering.
Kemudian segera amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x – 40x
(perhatikan bahwa distribusi sel dalam kamar hitung merata). Hitung eusinophil
pada semua kotak pada kamar hitung.

IX. Kesimpulan
Dari pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil (-)
dikarenakan kesalahan pemakaian pipet dimana seharusnya menggunakan pipet
leukosit.
X. Daftar pustaka
Freund, M. 2011. Atlas Hematologi Heckner : Praktikum Hematologi Dengan Mikroskop.
11th ed. Jakarta: EGC.

Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

Kee, J.L. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Dan Diagnostik. 6th ed. Jakarta: EGC.

WHO. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. 2nd ed. Jakarta: EGC.
I. Pertemuan Praktik Ke-11

II. Hari, Tanggal


III. Judul Praktik


Hitung Jumlah Retikulosit

IV. Prinsip

V. Dasar Teori (disertai gambar)

VI. Prosedur (disertai alur/gambar/video)

VII. Hasil

VIII. Pembahasan

IX. Kesimpulan

X. Daftar Pustaka
I. Pertemuan Praktik Ke-12

II. Hari, Tanggal


III. Judul Praktik


Sampling Darah Kapiler, Pemeriksaan Hematokrit dan Indeks Eritrosit.

IV. Prinsip

V. Dasar Teori (disertai gambar)

VI. Prosedur (disertai alur/gambar/video)

VII. Hasil

VIII. Pembahasan

IX. Kesimpulan

X. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai