Anda di halaman 1dari 14

GAMBARAN KADAR ENZIM KOLINESTERASE DALAM DARAH

PADA PETANI PENYEMPROT PESTISIDA

Naskah Publikasi

Diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kesehatan Program Pendidikan Diploma III
Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang

Oleh:
ADAMAL KAHFI
NIM.P1337434117022

PROGRAM STUDI D III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2020
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000

HALAMAN PERSETUJUAN

Naskah Publikasi dengan judul “GAMBARAN KADAR ENZIM


KOLINESTERASE DALAM DARAH PADA PETANI PENYEMPROT
PESTISIDA” telah mendapat persetujuan.

Pembimbing

Eka Sudarsana, S.KM., M. Kes.

HALAMAN PENGESAHAN

Jaringan Laboratorium Medis 2


http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000

Naskah Publikasi dengan judul “GAMBARAN KADAR ENZIM


KOLINESTERASE DALAM DARAH PADA PETANI PENYEMPROT
PESTISIDA” telah mendapat.

Penguji I

Teguh Budiharjo, STP, M.Si


Penguji II Penguji III

Sudarwin, ST., M. Kes. Eka Sudarsana, S.KM., M. Kes.

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang


Jurusan Analis Kesehatan Program Studi D III
Teknologi Laboratorium Medis
Ketua,
Ketua,

Teguh Budiharjo, STP., M. Si.


NIP. 19681209 198903 1 002 Surati, ST., M. Si. Med.
NIP. 19750605 200604 2 014

Jaringan Laboratorium Medis 3


http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000

Gambaran Kadar Enzim Kolinesterase Dalam Darah


Pada Petani Penyemprot Pestisida
ADAMAL KAHFI

Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Semarang


Jl. Wolter Monginsidi Pedurungan Tengah Semarang
Email :adamkahfi5@gmail.com

Abstrak
Penggunaan pestisida sebagai pembasmi hama pada tanaman mejadi salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu dan produktivitas hasil pertanian. Penggunaan pestisida bisa
mengontaminasi pengguna secara langsung sehingga mengakibatkan keracunan. Petani
mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar oleh pestisida. Pemeriksaan cholinesterase
dalam serum darah merupakan salah satu cara untuk mengetahui tingkat keracunan dalam
darah petani. Masa kerja, lama penyemprotan, frekuensi penyemprotan, penggunaan APD.
Petani penyemprot yang terkontaminasi pestisida melalui mulut, terhirup, inhalasi, dan
absorspi melalui kulit dapat memengaruhi kerja enzim cholinesterase sehingga sistem kerja
saraf dapat terhambat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendiskripsikan penelitian
terdahulu, tentang gambaran kadar enzim kolinesterase dalam darah pada petani yang terpapar
pestisida. Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi literature, yaitu serangkaian penelitian
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, atau penelitian yang obyek
penelitiannya digali melalui beragam informasi kepustakaan. Hasil penelitian yang diambil
berdasarkan penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
diperiksa kadar enzim kolinesterase darahnya mengalami penurunan. Penelitian pertama
diperoleh kadar tidak normal sebanyak 22 orang (73,3%) sedangkan hasil kadar normal
sebanyak 8 orang (26,7%). Penelitian kedua diperoleh kadar normal dan tidak normal masing-
masing sebanyak 25 orang (50%). Penelitian ketiga diperoleh diperoleh kadar tidak normal
sebanyak 51 orang (85%) sedangkan hasil yang normal sebanyak 9 orang (15%).

Kata Kunci : Petani, Pestisida, Enzim Kolinesterase.


Abstrack
The use of pesticides as pest control on plants is an effort to improve the quality and
productivity of agricultural products. The use of pesticides can contaminate users directly,
resulting in poisoning. Farmers have a greater risk of exposure to pesticides. Examination of
cholinesterase in blood serum is one way to determine the level of poisoning in the blood of
farmers. Working period, duration of spraying, frequency of spraying, use of PPE. Spraying
farmers who are contaminated with pesticides by mouth, inhaled, inhaled, and absorbed
through the skin can affect the work of the cholinesterase enzyme so that the nervous system
can be inhibited. The purpose of thi study was to know and describe previous research, about
the description of the level of the enzyme cholinesterase in the blood of farmers exposed to
pesticides. this research is a type of literature study, a series of studies relating to library data
collection methods, or research whose research objects are extracted through a variety of
library information. The result of this research based on previous research, showed that the
majority of respondents who examined their blood cholinesterase enzyme levels decreased.
The first study obtained abnormal levels of 22 people (73.3%) while the results of normal levels
were 8 people (26.7%). The second study obtained normal and abnormal levels of 25 people
(50%) each. While the third study obtained abnormal levels of 51 people (85%) while the
normal results were 9 people (15%).
Keywords : Farmers, Pesticides, Cholinesterase Enzymes.

Jaringan Laboratorium Medis 4


http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000

1. Pendahuluan
Pertanian di Indonesia merupakan sektor yang menyerap paling banyak tenaga kerja.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah survei angkatan kerja
nasional (Sakernas), pertanian merupakan pekerjaan utama di Indonesia walaupun pada
tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 tetapi bidang pertanian masih
merupakan pekerjaan utama yang paling banyak di Indonesia yaitu berjumlah 38,97%
(Badan Pusat Statistik, 2014). Menurut Kementerian Pertanian tahun 2011, sebagian besar
tenaga kerja pertanian menggunakan pestisida untuk memberantas hama karena peranan
pestisida sangat besar dalam upaya penyelamatan produksi pertanian dari gangguan hama
dan penyakit tanaman (Ginting, 2014).
Petani di Indonesia banyak yang mengetahui pestisida, namun mereka tidak peduli
dengan akibat pestisida. Pada tahun 1996, Departemen Kesehatan RI memonitoring
keracunan pestisida dengan melakukan pemeriksaan kadar cholinesterase darah dan
memperhatikan gejala keracunan yang muncul pada petani pengguna pestisida di 27
provinsi Indonesia,menunjukan 61,82% petani dengan aktivitas cholinesterase normal dan
38,18% mengalami keracunan (Raini, 2007).
Pestisida yang menghambat enzim kolinesterase adalah pestisida golongan
organofosfat dan golongan karbamat. Sewaktu terpajan insektisida organofosfat dan
karbamat, asetikolinesterase (AChE) dihambat sehingga terjadi akumulasi Asetikolin
(ACh). Asetikolin yang ditimbun dalam sistem saraf pusat (SSP) akan menginduksi
tremor, inkoordinasi, kejang-kejang, dan lainlain. Dalam sistem saraf autonomi akumulasi
ini akan menyebabkan diare, urinasi tanpa sadar, bronkokonstriksi, miosis, dan lain-lain.
Akumulasinya pada taut neuromuskuler akan mengakibatkan kontraksi otot yang diikuti
dengan kelemahan, hilangnya refleks, dan paralisis. Penghambatan AChE yang diinduksi
oleh karbamat dapat pulih dengan mudah, sedangkan pajanan berikutnya terhadap
senyawa organofosfat (OP) biasanya lebih sulit pulih. Sebenarnya, senyawa Organofosfat
tertentu, misalnya DFP (Disopropil Fluorofosfat), menyebabkan penghambatan yang tak
dapat pulih, penyembuhannya hanya melalui sintestis AChE baru (Lu, 2010).
Frekuensi penyemprotan serta tingginya volume pestisida yang digunakan
menunjukkan adanya peranan yang menentukan dari pestisida ini terhadap produksi
tanaman sehingga pestisida ini tidak dapat dilepaskan dari penanaman sayuran. Sebagian
besar petani melakukan penyemprotan sendiri (terutama yang lahan garapannya kecil) dan
memiliki alat penyemprot sendiri sehingga mereka mempunyai keleluasaan untuk
melakukan penyemprotan (Hana, 2010).
Menurut Budiyono tahun 2004 pada penelitiannya, bahwa semakin lama para petani
melakukan penyemprotan maka akan semakin banyak pestisida yang menempel dalam
tubuh, sehingga terjadi pengikatan cholinesterase darah oleh pestisida tersebut. Apabila
melakukan penyemprotan selama satu jam tidak memakai alat pelindung diri saat
penyemprotan dan tidak mengganti pakaian setelah penyemprotan maka penurunan
cholinesterase sebesar 939,049 Unit per Liter (U/L). Dibandingkan kadar normal
cholinesterase (3500 Unit per Liter (U/L)) maka telah terjadi penurunan lebih dari 25%
sehingga waktu penyemprotan tidak diperkenankan lebih dari satu jam per minggu
(Budiawan, 2014).
Data Sentra Informasi Keracunan Nasional (Sikernas) pada tahun 2016 terdapat 771
kasus keracunan pestisida diberbagai wilayah di Indonesia karena terpapar pestisida baik
dengan disengaja maupun tidak disengaja. Kasus keracunan pestisida di Jawa Timur pada
bulan April – Juni 2017 dengan korban sebanyak 9 orang dengan 1 orang diantaranya
meninggal dunia dikarenakan karyawan di tempat pengolahan pupuk cair menghirup gas
amoniak dan karbon dioksida serta pada karyawan juga tidak dilengkapi dengan APD (Alat
Pelindung Diri).

2. Metode
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan data sekunder yang
diambil dari penelitian terdahulu. Desain penelitian yang digunakan adalah studi literatur
Jaringan Laboratorium Medis 5
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000

dengan cara mendeskripsikan hasil pemeriksaan kolinesterase darah pada petani


penyemprot pestisida. Populasi dan sampel dalam penelitian merupakan responden dalam
jurnal terkait, yaitu petani penyemprot pestisida. Data hasil penelitian dianalisis secara
deskriptif dengan menggambarkan hasil penelitian dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selanjutnya disajikan dalam bentuk
tabel kemudian dijelaskan dalam bentuk narasi.

3. Hasi Penelitian dan Pembahasan


Hasil penelitian dalam karya tulis ilmiah ini merupakan hasil yang diambil dari
beberapa jurnal dan penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan variabel dengan judul
Karya Tulis Ilmiah dan data yang diambil terfokus pada data yang dibutuhkan untuk
menunjang hasil penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

1) Hasil terdahulu berjudul “Gambaran Kadar Enzim Kolinesterase Dalam Darah Pada
Kelompok Tani Mekar Nadi Di Desa Batunya Kecamatan Baturiti”.
Penelitian terdahulu dengan judul Gambaran Kadar Enzim Kolinesterase
Dalam Darah Pada Kelompok Tani Mekar Nadi Di Desa Batunya Kecamatan Baturiti
oleh Ni Kadek Meriana Sari, Dkk(2018), merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran kadar enzim kolinesterase dalam darah pada kelompok tani
mekar nadi di Desa Batunya Kecamatan Baturiti. Penelitian dilakukan terhadap 30
sampel pada kelompok tani mekar nadi di Desa Batunya Kecamatan Baturiti. Data
dalam penelitian tersebut berdasarkan karakteristik responden disajikan pada tabel
berikut.

Tabel 4.1.1. Karakteristik Responden Kelompok Tani Mekar Nadi Di


Desa Batunya Kecamatan Baturiti
Karakteristik Jumlah Persentase (%)
Total 30 100
Masa kerja
Baru(<5 tahun) 3 10
Lama(≥5 tahun) 27 90
Lama Penyemprotan
Tidak lama(<3 jam) 30 100
Lama(≥3jam) - -
Penggunaan APD
Lengkap (≥5) 10 33,4
Tidak lengkap (<5) 20 66,6
Sumber: Penelitian Meiriana(2018)

Data tabel 4.1.1 menunjukkan distribusi sampel pada kelompok tani mekar
nadi di Desa Batunya Kecamatan Baturiti. Responden berdasarkan masa kerja
terdapat sebagian besar lebih dari 5 tahun berjumlah 27 orang(90%), sedangkan
kurang dari 5 tahun berjumlah 3 orang(3%). Responden berdasarkan lama
menyemprot pestisida, semuanya menyemprot kurang dari 3 jam berjumlah 30
orang(100%). Responden berdasarkan penggunaan APD, sebagian responden
menggunakan alat pelindung diri tidak lengkap sebanyak 20 orang(66,6%).
Jaringan Laboratorium Medis 6
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000

Penelitian Meiriana ini tidak menggunakan karakteristik segi frekuensi


penyemprotan, sehingga tidak bahas pada pembahasan.

Tabel 4.1.2. Hasil Pemeriksaan kadar enzim kolinesterase dalam darah


berdasarkan karakterisitik pada kelompok tani mekar nadi
di Desa Batunya Kecamatan Baturiti
Kadar Kolinesterase
Karakteristik Normal Tidak Normal Total
Masa Kerja
Baru (<5 tahun) 2 1 3
Lama (≥5 tahun) 6 21 27
Lamanya Penyemprotan
Tidak lama (<3 jam) 8 22 30
Lama (≥3 jam) - - -
Kelengkapan APD
Lengkap (APD ≥5) 4 6 10
Tidak lengkap (APD <5) 4 16 20
Sumber: Penelitian Meiriana(2018)
Data tabel 4.1.2 menunjukkan distribusi hasil pemeriksaan kadar enzim
kolinesterase dalam darah pada kelompok tani mekar nadi di Desa Batunya
Kecamatan Baturiti. Berdasarkan masa kerja paling banyak responden bekerja ≥ 5
tahun, dengan kadar normal 6 orang dan tidak normal 21 orang. Berdasarkan lamanya
penyemprotan semuanya <3 jam, dengan kadar normal 8 dan tidak normal 22 orang.
Berdasarkan kelengkapan alat pelindung diri paling banyak responden tidak
menggunakan APD tidak lengkap, dengan kadar normal 4 orang dan tidak normal 16
orang.

Tabel 4.1.3 Kadar enzim kloinesterase dalam darah responden


Kategori Jumlah Presentase (%)
Normal 8 26,7
Tidak Normal 22 73,3
Total 30 100
Sumber: Penelitian Meiriana(2018)
Berdasarkan tabel 4.1.3. hasil pemeriksaan kadar enzim kolinesterase
dalam darah pada Kelompok Tani Mekar Nadi diperoleh kadar tidak normal
sebanyak 22 orang (73,3%) dan hasil yang normal sebanyak 8 orang (26,7%).

2) Hasil penelitian terdahulu berjudul “Faktor Risiko Cholinesterase Rendah Pada Petani
Bawang Merah”.
Penelitian kedua yang digunakan sebagai data sekunder dalam Karya Tulis
Ilmiah ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh Budiawan(2012) dengan judul
Faktor Risiko Cholinesterase Rendah Pada Petani Bawang Merah. Penelitian
dilakukan terhadap kelompok tani bawang merah “Ngudi Makmur” di Ngurensiti Pati
Jaringan Laboratorium Medis 7
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000

berjumlah 50 sampel. Data dalam penelitian tersebut berdasarkan karakteristik


responden disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.2.1 Karakteristik Responden kelompok tani bawang merah
“Ngudi Makmur” di Ngurensiti Pati
Jumlah Persen (%)
Total 50 100
Frekuensi Penyemprotan
Tinggi 27 54
Rendah 23 46
Lama Penyemprotan
Tinggi 3 6
Rendah 47 94
Pemakaian APD
Lengkap 23 46
Tidak Lengkap 27 54
Masa Kerja
Lama 41 82
Baru 9 18
Sumber: Penelitian Budiawan(2012)
Data tabel 4.2.1. menunjukkan distribusi sampel berdasarkan lama kerja,
lamanya penyemprotan, dan Kelengkapan APD, dan frekuensi penyemprotan pada
responden kelompok tani bawang merah “Ngudi Makmur” di Ngurensiti Pati.
Responden berdasarkan masa kerja terdapat sebagian besar lama berjumlah 41
orang(82%), sedangkan masa kerja baru berjumlah 9 orang(18%). Responden
berdasarkan lama menyemprot pestisida, responden lama menyemprot rendah
menyemprot berjumlah 47 orang(94%) dan responden lama menyemprot tinggi
berjumlah 3 orang(6%). Berdasarkan penggunaan APD, responden menggunakan alat
pelindung tidak lengkap sebanyak 27 orang(54%) dan responden menggunakan alat
pelindung diri lengkap berjumlah 23 orang(46%). Berdasarkan frekuensi
penyemprotan pestisida, responden dengan frekuensi penyemprotan tinggi berjumlah
27 orang(54%) dan responden dengan frekuensi rendah berjumlah 23 orang(47%).
Tabel 4.2.2. Hasil Pemeriksaan kadar enzim kolinesterase berdasarkan
pada kelompok tani bawang merah “Ngudi Makmur”
di Ngurensiti Pati
Kadar Kolinesterase
Tidak normal Normal Total
Frekuensi Penyemprotan
Tinggi 18 9 27
Rendah 7 26 23
Lama Penyemprotan
Tinggi 2 1 3
Rendah 23 24 47
Pemakaian APD
Tidak Lengkap 17 10 27
Lengkap 8 15 23
Masa Kerja
Lama 21 20 41
Baru 4 5 9
Sumber: Penelitian Budiawan(2012)
Data tabel 4.2.2. menunjukkan distribusi hasil pemeriksaan kadar enzim
kolinesterase dalam darah pada kelompok tani bawang merah “Ngudi Makmur” di
Jaringan Laboratorium Medis 8
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000

Ngurensiti Pati. Berdasarkan masa kerja paling banyak responden mempunyai masa
kerja lama, dengan kadar normal 20 orang dan tidak normal 21 orang. Berdasarkan
lamanya penyemprotan paling banyak dengan lama penyemprotan rendah, dengan
kadar normal 24 dan tidak normal 23 orang. Berdasarkan kelengkapan alat pelindung
diri paling banyak responden tidak menggunakan APD tidak lengkap, dengan kadar
normal 10 orang dan tidak normal 17 orang. Berdasarkan frekuensi penyemprotan,
paling dengan frekuensi penyemprotan tinggi dengan kadar normal 9 orang dan tidak
normal 18 orang.
Tabel 4.2.3 Kadar enzim kloinesterase dalam darah responden petani
bawang merah Ngurensiti Pati
Kategori Jumlah Presentase (%)
Normal 25 50
Tidak Normal 25 50
Total 50 100
Sumber: Penelitian Budiawan(2012)
Berdasarkan tabel 4.2.3. hasil pemeriksaan kadar enzim kolinesterase
dalam darah pada 50 responden Kelompok Petani Ngudi Makmur diperoleh kadar
normal dan tidak normal masing-masing sebanyak 25 orang (50%).

3) Hasil penelitian terdahulu yang berjudul “Gambaran Kadar Cholinesterase Darah


Petani Penyemprot Pestisida Di Desa Minasa Baji Kab. Maros”.
Penelitian yang ketiga dengan judul Gambaran Kadar Cholinesterase Darah
Petani Penyemprot Pestisida Di Desa Minasa Baji Kab. Maros oleh Sypanus Tampudu,
Dkk(2010). Penelitian dilakukan terhadap 60 sampel pada petani penyemprot pestisida
di Desa Menasa Baji Kab. Maros. Data dalam penelitian tersebut berdasarkan
karakteristik responden disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.3.1. Karakteristik Petani Penyemprot Pestisida


Di Desa MinasaBaji Kab. Maros
Jumlah Persen (%)
Total 60 100,0
Lama Kontak
Lama 8 13,3
Tidak lama 52 86,7
Masa Kerja
Lama 49 81,7
Baru 11 18,3
Frekuensi Penyemprotan
Sering 7 11,7
Tidak sering 53 88,3
Penggunaan APD
Tidak memenuhi syarat 52 86,7
Memenuhi syarat 8 13,3
Sumber: Penelitian Sylpanus(2010)
Data tabel 4.3.1 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan lama kerja,
lamanya penyemprotan, dan Kelengkapan APD, dan frekuensi penyemprotan pada
responden petani penyemprot pestisida di Desa Minasa Baji Kab. Maros. Responden
berdasarkan masa kerja terdapat sebagian besar lama berjumlah 49 orang(81,7%),
sedangkan masa kerja baru berjumlah 11 orang(18,3%). Responden berdasarkan
Jaringan Laboratorium Medis 9
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000

lama menyemprot pestisida, responden lama menyemprot rendah menyemprot


berjumlah 52 orang(86,7%) dan responden lama menyemprot tinggi berjumlah 2
orang(13,3%). Berdasarkan penggunaan APD, responden menggunakan alat
pelindung tidak lengkap sebanyak 52 orang(86,7%) dan responden menggunakan
alat pelindung diri lengkap berjumlah 2 orang(13,3%). Berdasarkan frekuensi
penyemprotan pestisida, responden dengan frekuensi penyemprotan tidak sering
berjumlah 7 orang(11,7%) dan responden dengan frekuensi sering berjumlah 53
orang(88,3%).
Tabel 4.3.2. Hasil Pemeriksaan kadar enzim kolinesterase pada Petani
Penyemprot Pestisida Di Desa Minasa Baji Kab. Maros
Kadar cholinesterase
Tidak normal Normal Total
Lama Kontak
Lama 8 0 8
Tidak lama 43 9 52
Masa Kerja
Lama 45 4 49
Baru 6 5 11
Frekuensi Penyemprotan
Sering 7 0 7
Tidak sering 44 9 53
Penggunaan APD
Tidak memenuhi syarat 45 7 52
Memenuhi syarat 6 2 8
Sumber: Penelitian Sylpanus(2010)

Data tabel 4.3.2. menunjukkan distribusi hasil pemeriksaan kadar enzim


kolinesterase dalam darah pada petani penyemprot pestisida di Desa Minasa Baji
Kab. Maros. Berdasarkan masa kerja paling banyak responden mempunyai masa
kerja lama, dengan kadar normal 4 orang dan tidak normal 45 orang. Berdasarkan
lamanya penyemprotan paling banyak dengan lama penyemprotan rendah, dengan
kadar normal 9 dan tidak normal 45 orang. Berdasarkan kelengkapan alat pelindung
diri paling banyak responden tidak menggunakan APD tidak lengkap, dengan kadar
normal 7 orang dan tidak normal 45 orang. Berdasarkan frekuensi penyemprotan,
paling banyak dengan frekuensi penyemprotan tidak sering dengan kadar normal 9
orang dan tidak normal 49 orang.
Tabel 4.3.3 Kadar enzim kloinesterase dalam darah petani penyemprot
pestisida di Desa Minasa Baji Kab. Maros
Kategori Jumlah Presentase (%)
Normal 9 15
Tidak Normal 51 85
Total 60 100
Sumber: penelitian Sylpanus(2010)
Berdasarkan tabel 4.3.3. hasil pemeriksaan kadar enzim kolinesterase
dalam darah pada petani penyemprot pestisida di Desa Minasa Baji Kab. Maros,
diperoleh kadar tidak normal sebanyak 51 orang (85%) dan hasil yang normal
sebanyak 9 orang (15%).
Berdasarkan penelitian Meiriana(2018), diperoleh kadar tidak normal
sebanyak 22 orang (73,3%) sedangkan hasil yang normal sebanyak 8 orang
(26,7%). Hasil Penelitian Budiawan diperoleh kadar normal dan tidak normal
masing-masing sebanyak 25 orang (50%). Hasil Penelitian Sylpanus(2010),

Jaringan Laboratorium Medis 10


http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000

diperoleh diperoleh kadar tidak normal sebanyak 51 orang (85%) sedangkan hasil
yang normal sebanyak 9 orang (15%).
Faktor yang mempengaruhi penurunan kadar cholinesterase pada petani
yang terpapar pestisida salah satunya yaitu, penggunaan APD secara lengkap
mempunyai pengaruh secara bermakna terhadap kadar cholinesterase darah
responden. Salah satu faktor yang sering dilupakan oleh petani, apabila terjadi
kelainan pada kulit dan atau bersama keringat, penyerapan pestisida melalui kulit
akan lebih efektif. Selain melalui kulit pestisida juga dapat masuk ke dalam tubuh
melalui berbagai jalan yaitu terhisap masuk ke dalam saluran pernafasan dan
masuk ke dalam saluran pencernaan makanan lewat mulut (Faidah dan Sunarno,
2016). Hasil penelitian dari ketiga jurnal tersebut semuanya diperoleh hasil kadar
tidak normal paling banyak pada responden yang tidak menggunakan alat
pelindung diri lengkap. Hasil dari penelitian Meiriana(2018), terdapat 30
responden kadar enzim kolinesterase dalam darah paling banyak ditemukan pada
responden yang tidak menggunakan alat pelindung diri yaitu sebanyak 20 orang,
dengan kadar normal sebanyak 4 orang dan tidak normal 16 orang, sedangkan
yang menggunakan alat pelindung diri lengkap sebanyak 10 orang, dengan kadar
normal 4 orang dan tidak normal 6 orang. Hasil dari penelitian Budiawan(2012),
terdapat 50 responden kadar enzim kolinesterase dalam darah paling banyak
ditemukan pada responden yang tidak menggunakan alat pelindung diri yaitu
sebanyak 27 orang, dengan kadar normal sebanyak 10 orang dan tidak normal 17
orang, sedangkan yang menggunakan alat pelindung diri lengkap sebanyak 23
orang, dengan kadar normal 15 orang dan tidak normal 8 orang. Hasil dari
penelitian Sylpanus(2012), terdapat 60 responden kadar enzim kolinesterase
dalam darah paling banyak ditemukan pada responden dengan penggunaan alat
pelindung diri tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 52 orang, dengan kadar
normal sebanyak 7 orang dan tidak normal 45 orang, sedangkan yang
menggunakan alat pelindung diri memenuhi syarat sebanyak 8 orang, dengan
kadar normal 2 orang dan tidak normal 6 orang.
Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja
di suatu tempat, Semakin lama masa kerja petani semakin tinggi kemungkinan
keracunan pestisida dalam tubuh(Wudianto, 2010). Hasil penelitian
Meriana,(2018), terdapat 30 responden kadar enzim kolinesterase dalam darah
paling banyak ditemukan pada responden yang bekerja ≥ 5 tahun yaitu sebanyak
27 orang, dengan kadar normal sebanyak 6 orang dan tidak normal 21 orang,
sedangkan yang masa kerjanya < 5 tahun sebanyak 3 orang, dengan kadar normal
2 orang dan tidak normal 1 orang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
pernah dilakukan oleh Budiawan(2012) dan penelitian Sylpanus(2010). Hasil
penelitian Budiawan diperoleh dari 50 responden kadar enzim kolinesterase
dalam darah paling banyak ditemukan pada responden yang yang masa kerja
kategori lama yaitu sebanyak 41 orang, dengan kadar normal sebanyak 20 orang
dan tidak normal 21 orang, sedangkan yang masa kerjanya kategori baru sebanyak
9 orang, dengan kadar normal 5 orang dan tidak normal 4 orang. Penelitian yang
dilakukan Sylpanus(2010), diperoleh hasil dari 60 responden kadar enzim
kolinesterase dalam darah paling banyak ditemukan pada responden yang yang
masa kerja kategori lama yaitu sebanyak 49 orang, dengan kadar normal sebanyak
45 orang dan tidak normal 4 orang, sedangkan yang masa kerjanya kategori baru
sebanyak 11 orang, dengan kadar normal 6 orang dan tidak normal 5 orang.
Rustia menyatakan, semakin lama melakukan penyemprotan per hari maka
akan semakin tinggi intensitas pemaparan yang terjadi. Semakin lama waktu
bekerja seseorang di lingkungan yang mengandung pestisida semakin besar
kemungkinan untuk terjadinya pajanan oleh pestisida semakin besar pula
kemungkinan terjadinya keracunan, disebabkan karena banyak kontak dan
menghirupnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Meiriana(2018)
Jaringan Laboratorium Medis 11
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000

didapatkan 30 responden dengan lamanya penyemprotan tidak lama (>3 jam),


didapatkan hasil kadar normal sebanyak 8 orang dan tidak normal sebanyak 22
orang. Hasil penelitian yang diperoleh Budiawan(2012), didapatkan hasil dari 50
responden, reponden dengan lama penyemprotan tinggi berjumlah 3 orang
dengan kadar kolinesterase tidak normal 2 orang dan normal 1 orang, sedangkan
responden dengan lama penyemprotan rendah berjumlah 47 orang dengan kadar
kolinesterase tidak normal 23 orang dan normal 24 orang. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Sylpanus(2010), didapatkan hasil dari 60 reponden, reponden
dengan lama penyemprotan sering berjumlah 8 orang dengan kadar kolinesterase
semuanya tidak normal, sedangkan responden dengan lama penyemprotan tidak
sering berjumlah 52 orang dengan kadar kolinesterase tidak normal 43 orang dan
normal 9 orang. Hal ini menunujukkan bahwa walaupun petani memiliki kontak
dengan pestisida rendah atau tidak lama, reponden tetap memiliki risiko untuk
terjadinya penurunan kadar kolinesterase darah. Lama penyemprotan dipengaruhi
juga dengan banyaknya frekuensi penyemprotan yang dilakukan serta pemakaian
alat pelindung diri petani tersebut.
Frekuensi penyemprotan adalah sejumlah berapa kali petani melakukan
penyemprotan terhadap tanaman setiap minggu/bulannya, semakin sering
menyemprot maka semakin tinggi pula resiko keracunannya.(Wudianto, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian Budiawan(2010), diperoleh hasil dari 50 responden
kadar enzim kolinesterase dalam darah paling banyak ditemukan pada responden
yang memiliki frekuensi penyemprotan dengan kategori tinggi yaitu sebanyak 27
orang, dengan kadar normal sebanyak 18 orang dan tidak normal 9 orang,
sedangkan yang memiliki frekuensi penyemprotan dengan kategori rendah
sebanyak 23 orang, dengan kadar normal 7 orang dan tidak normal 26 orang.
Penelitian ini berbanding berlawanan dengan penelitian Sylpanus(2010), hasil
penelitian diperoleh dari 60 responden kadar enzim kolinesterase dalam darah
paling banyak ditemukan pada responden yang memiliki frekuensi penyemprotan
kategori tidak sering yaitu sebanyak 53 orang, dengan kadar normal sebanyak 9
orang dan tidak normal 44 orang, sedangkan yang memiliki frekuensi
penyemprotan kategori sering sebanyak 7 orang, dengan kadar tidak normal
sebanyak 5 orang. Agung Rosyid Budiawan(2014) menyatakan, penyemprotan
pestisida biasanyan berpatokan pada keadaan tanaman di lapangan, petani
melakukan penyemprotan 2 kali dalam seminggu atau bahkan lebih dari 2 kali
dalam sehari apabila musim penghujan, sehingga menyebabkan penurunan kadar
cholinesterase. Frekuensi penyemprotan sebaiknya tetap dilakukan sesuai dengan
ketentuan agar keracunan akibat pestisida dapat diminimalisir. Frekuensi
penyemprotan yang dianjurkan adalah maksimal 2 kali dalam satu minggu.
Pestisida masuk kedalam tubuh manusia secara sedikit demi sedikit dan akan
mengkibatkan keracunan akut yang dapat mengakibatkan kematian. Pada
penderita keracunan kronis biasanya tidak memperdulikan gejala keracunan di
tubuhnya beberapa jam setelah menggunakan pestisida.
Tingkat toksisitas pestisida, jenis dan formulasi pestisida yang digunakan
oleh petani pada penelitian ini tidak diketahui. Tes kolinesterase hanya berguna
untuk mendeteksi tingkat kontaminasi yang disebabkan oleh pestisida yang
bekerja dengan cara menghambat enzim kolinesterase, misalnya senyawa
organofosfat dan karbamat. Namun, kontaminasi pestisida yang bukan
penghambat kolinesterase (misalnya IGR, tiourea, sulfonylurea, piretroid,
abamektin, triazin,dsb) tidak bisa dideteksi dengan uji kolinesterase.
Petani yang terpapar pestisida aktivitas cholinesterase dari golongan
organofosfat dan karbamat dapat dilakukan perbaikan apabila penyemprotan
diistirahatkan selama beberapa minggu dan selama itu tubuh akan berusaha
mengembalikan kadar enzim cholinesterase ke semula. Hal ini juga dipertegas
oleh Ali (2015), kadar cholinesterase dalam plasma akan kembali normal
Jaringan Laboratorium Medis 12
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000

memerlukan waktu selama 3 minggu, sedangkan dalam sel darah merah


membutuhkan waktu 2 minggu untuk golongan organofosfat dan karbamat.
Pestisida golongan organofosfat dan karbamat dapat menurunkan kadar
cholinesterase dalam serum darah dan eritrosit sampai 50%, 25% kadar
cholinesterase dalam serum darah baru dibentuk kembali dalam waktu 7-10 hari
dan kembali pulih dalam waktu 4 minggu, sedangkan enzim cholinesterase dalam
eritrosit memerlukan waktu yang lebih lama untuk kembali pulih, dengan
dibentuknya eritrosit baru 1% setiap hari, maka pemulihan kembali seluruhnya
diperkirakan dalam waktu 3 bulan.

4. Simpulan dan Saran

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga jurnal terdahulu menunjukkan responden petani
penyemprot pestisida mengalami keracunan pestisida, dibuktikkan oleh kadar enzim
kolinesterase dalam darahnya mengalami penurunan atau tidak normal. Berdasarkan hasil
penelitian Meiriana(2018), diperoleh kadar tidak normal sebanyak 22 orang (73,3%) sedangkan
hasil yang normal sebanyak 8 orang (26,7%). Hasil Penelitian Budiawan diperoleh kadar
normal dan tidak normal masing-masing sebanyak 25 orang (50%). Hasil Penelitian
Sylpanus(2010), diperoleh diperoleh kadar tidak normal sebanyak 51 orang (85%) sedangkan
hasil yang normal sebanyak 9 orang (15%).
Hasil pemeriksaan enzim kolinesterase berdasarkan karakteristik petani penyemprot
pestisida yang diperoleh pada penelitian terdahulu, yaitu:
a. Berdasarkan penggunaan APD, hasil dari penelitian Meiriana(2018), diperoleh
kadar enzim kolinesterase responden dengan APD tidak lengkap sebanyak 20
orang, dengan kadar normal 4 orang dan tidak normal 16 orang. Hasil dari
penelitian Budiawan(2012), diperoleh kadar enzim kolinesterase paling banyak
responden tidak menggunakan APD sebanyak 27 orang, dengan kadar normal
10 orang dan tidak normal 17 orang. Hasil dari penelitian Sylpanus(2010),
diperoleh kadar enzim kolinesterase paling banyak responden menggunakan
APD tidak memenuhi syarat sebanyak 52 orang, dengan kadar normal 7 orang
dan tidak normal 45 orang.
b. Berdasarkan masa kerja, hasil dari penelitian Meiriana(2018), diperoleh paling
banyak ditemukan pada responden yang sudah lama bekerja yaitu sebanyak 27,
dengan kadar normal sebanyak 6 orang dan tidak normal 21 orang. Hasil dari
penelitian Budiawan(2012), diperoleh paling banyak ditemukan pada responden
yang sudah lama bekerja yaitu sebanyak 41, dengan kadar normal sebanyak 20
orang dan tidak normal 21 orang. Hasil dari penelitian Sylpanus(2010),
diperoleh paling banyak ditemukan pada responden yang sudah lama bekerja
yaitu sebanyak 49, dengan kadar normal sebanyak 45 orang dan tidak normal 4
orang.
c. Berdasarkan lama penyemprotan, hasil penelitian Meiriana(2018),
menunjukkan bahwa semua responden melakukan penyemprotan tidak lama
dengan kadar normal sebanyak 8 orang dan tidak normal sebanyak 22 orang.
Hasil dari penelitian Budiawan(2012), diperoleh paling banyak ditemukan pada
responden melakukan penyemprotan rendah yaitu sebanyak 47, dengan kadar
normal 24 orang dan tidak normal 23 orang. Hasil dari penelitian
Sylpanus(2010), diperoleh paling banyak ditemukan pada responden melakukan
penyemprotan tidak sering yaitu sebanyak 52, dengan kadar normal 9 orang dan
tidak normal 43 orang.
d. Berdasarkan frekuensi penyemprotan, hasil dari penelitian Budiawan(2012),
diperoleh paling banyak ditemukan pada responden yang memiliki frekuensi
penyemprotan dengan kategori tinggi yaitu sebanyak 27 orang, dengan kadar
normal sebanyak 18 orang dan tidak normal 9 orang. Hasil dari penelitian
Jaringan Laboratorium Medis 13
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000

Sylpanus(2010), diperoleh paling banyak ditemukan pada responden yang


memiliki frekuensi penyemprotan tidak sering yaitu sebanyak 53 orang, dengan
kadar normal sebanyak 9 orang dan tidak normal 44 orang.

Saran
Petani diharapkan selalu mematuhi aturan pada saat melakukan penyemprotan
pestisida, hendaknya ketika melakukan penyemprotan disarankan melakukan
medical check up apabila adanya gejala keracunan, untuk mengantisipasi terjadinya
masalah kesehatan yang lebih buruk.

5. Daftar Pustaka
Budiawan, A.R. (2013). Faktor Risiko Cholinesterase Rendah Pada Petani Bawang
Merah. 8(2). 198-206

C. Lu, F. (2010). Toksikologi Dasar : Asas, Organ, Sasaran, dan Penilaian Risiko.
Jakarta: UI Press.

Ginting Marsella. (2014). Gambaran Pengetahuan Petani Jeruk Tentang Keracunan


Akibat Penggunaan Pestisida di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.
Universitas Sumatera Utara.

Raini, M. (2007). Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida.


Jakarta: Depkes.

Rustia, Hana Nika. dkk. (2010). Lama Pajanan Organofosfat Terhadap Penurunan
Aktivitas Enzim Kolinesterase Dalam Darah Petani Sayuraan. 14(2). 95-101

Ni Kadek Meiriana Sari, Dkk.(2018). Gambaran Kadar Enzim Kolinesterase Dalam


Darah Pada Kelompok Tani Mekar Nadi Di Desa Batunya Kecamatan Baturiti.
Jurnal Poltekkes Denpasar, 6(2).108-115.

Sylpanus Tampudu, Dkk. (2010) Gambaran Kadar Cholinesterase Darah Petani


Penyemprot Pestisida Di Desa Minasa Baji Kab. Maros. 6(2). 102-107.

Wudianto, R (2010). Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya.

Jaringan Laboratorium Medis 14


http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/

Anda mungkin juga menyukai