Naskah Publikasi P1337434117022 (18)
Naskah Publikasi P1337434117022 (18)
Naskah Publikasi
Diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kesehatan Program Pendidikan Diploma III
Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang
Oleh:
ADAMAL KAHFI
NIM.P1337434117022
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing
HALAMAN PENGESAHAN
Penguji I
Abstrak
Penggunaan pestisida sebagai pembasmi hama pada tanaman mejadi salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu dan produktivitas hasil pertanian. Penggunaan pestisida bisa
mengontaminasi pengguna secara langsung sehingga mengakibatkan keracunan. Petani
mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar oleh pestisida. Pemeriksaan cholinesterase
dalam serum darah merupakan salah satu cara untuk mengetahui tingkat keracunan dalam
darah petani. Masa kerja, lama penyemprotan, frekuensi penyemprotan, penggunaan APD.
Petani penyemprot yang terkontaminasi pestisida melalui mulut, terhirup, inhalasi, dan
absorspi melalui kulit dapat memengaruhi kerja enzim cholinesterase sehingga sistem kerja
saraf dapat terhambat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendiskripsikan penelitian
terdahulu, tentang gambaran kadar enzim kolinesterase dalam darah pada petani yang terpapar
pestisida. Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi literature, yaitu serangkaian penelitian
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, atau penelitian yang obyek
penelitiannya digali melalui beragam informasi kepustakaan. Hasil penelitian yang diambil
berdasarkan penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
diperiksa kadar enzim kolinesterase darahnya mengalami penurunan. Penelitian pertama
diperoleh kadar tidak normal sebanyak 22 orang (73,3%) sedangkan hasil kadar normal
sebanyak 8 orang (26,7%). Penelitian kedua diperoleh kadar normal dan tidak normal masing-
masing sebanyak 25 orang (50%). Penelitian ketiga diperoleh diperoleh kadar tidak normal
sebanyak 51 orang (85%) sedangkan hasil yang normal sebanyak 9 orang (15%).
1. Pendahuluan
Pertanian di Indonesia merupakan sektor yang menyerap paling banyak tenaga kerja.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah survei angkatan kerja
nasional (Sakernas), pertanian merupakan pekerjaan utama di Indonesia walaupun pada
tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 tetapi bidang pertanian masih
merupakan pekerjaan utama yang paling banyak di Indonesia yaitu berjumlah 38,97%
(Badan Pusat Statistik, 2014). Menurut Kementerian Pertanian tahun 2011, sebagian besar
tenaga kerja pertanian menggunakan pestisida untuk memberantas hama karena peranan
pestisida sangat besar dalam upaya penyelamatan produksi pertanian dari gangguan hama
dan penyakit tanaman (Ginting, 2014).
Petani di Indonesia banyak yang mengetahui pestisida, namun mereka tidak peduli
dengan akibat pestisida. Pada tahun 1996, Departemen Kesehatan RI memonitoring
keracunan pestisida dengan melakukan pemeriksaan kadar cholinesterase darah dan
memperhatikan gejala keracunan yang muncul pada petani pengguna pestisida di 27
provinsi Indonesia,menunjukan 61,82% petani dengan aktivitas cholinesterase normal dan
38,18% mengalami keracunan (Raini, 2007).
Pestisida yang menghambat enzim kolinesterase adalah pestisida golongan
organofosfat dan golongan karbamat. Sewaktu terpajan insektisida organofosfat dan
karbamat, asetikolinesterase (AChE) dihambat sehingga terjadi akumulasi Asetikolin
(ACh). Asetikolin yang ditimbun dalam sistem saraf pusat (SSP) akan menginduksi
tremor, inkoordinasi, kejang-kejang, dan lainlain. Dalam sistem saraf autonomi akumulasi
ini akan menyebabkan diare, urinasi tanpa sadar, bronkokonstriksi, miosis, dan lain-lain.
Akumulasinya pada taut neuromuskuler akan mengakibatkan kontraksi otot yang diikuti
dengan kelemahan, hilangnya refleks, dan paralisis. Penghambatan AChE yang diinduksi
oleh karbamat dapat pulih dengan mudah, sedangkan pajanan berikutnya terhadap
senyawa organofosfat (OP) biasanya lebih sulit pulih. Sebenarnya, senyawa Organofosfat
tertentu, misalnya DFP (Disopropil Fluorofosfat), menyebabkan penghambatan yang tak
dapat pulih, penyembuhannya hanya melalui sintestis AChE baru (Lu, 2010).
Frekuensi penyemprotan serta tingginya volume pestisida yang digunakan
menunjukkan adanya peranan yang menentukan dari pestisida ini terhadap produksi
tanaman sehingga pestisida ini tidak dapat dilepaskan dari penanaman sayuran. Sebagian
besar petani melakukan penyemprotan sendiri (terutama yang lahan garapannya kecil) dan
memiliki alat penyemprot sendiri sehingga mereka mempunyai keleluasaan untuk
melakukan penyemprotan (Hana, 2010).
Menurut Budiyono tahun 2004 pada penelitiannya, bahwa semakin lama para petani
melakukan penyemprotan maka akan semakin banyak pestisida yang menempel dalam
tubuh, sehingga terjadi pengikatan cholinesterase darah oleh pestisida tersebut. Apabila
melakukan penyemprotan selama satu jam tidak memakai alat pelindung diri saat
penyemprotan dan tidak mengganti pakaian setelah penyemprotan maka penurunan
cholinesterase sebesar 939,049 Unit per Liter (U/L). Dibandingkan kadar normal
cholinesterase (3500 Unit per Liter (U/L)) maka telah terjadi penurunan lebih dari 25%
sehingga waktu penyemprotan tidak diperkenankan lebih dari satu jam per minggu
(Budiawan, 2014).
Data Sentra Informasi Keracunan Nasional (Sikernas) pada tahun 2016 terdapat 771
kasus keracunan pestisida diberbagai wilayah di Indonesia karena terpapar pestisida baik
dengan disengaja maupun tidak disengaja. Kasus keracunan pestisida di Jawa Timur pada
bulan April – Juni 2017 dengan korban sebanyak 9 orang dengan 1 orang diantaranya
meninggal dunia dikarenakan karyawan di tempat pengolahan pupuk cair menghirup gas
amoniak dan karbon dioksida serta pada karyawan juga tidak dilengkapi dengan APD (Alat
Pelindung Diri).
2. Metode
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan data sekunder yang
diambil dari penelitian terdahulu. Desain penelitian yang digunakan adalah studi literatur
Jaringan Laboratorium Medis 5
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000
1) Hasil terdahulu berjudul “Gambaran Kadar Enzim Kolinesterase Dalam Darah Pada
Kelompok Tani Mekar Nadi Di Desa Batunya Kecamatan Baturiti”.
Penelitian terdahulu dengan judul Gambaran Kadar Enzim Kolinesterase
Dalam Darah Pada Kelompok Tani Mekar Nadi Di Desa Batunya Kecamatan Baturiti
oleh Ni Kadek Meriana Sari, Dkk(2018), merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran kadar enzim kolinesterase dalam darah pada kelompok tani
mekar nadi di Desa Batunya Kecamatan Baturiti. Penelitian dilakukan terhadap 30
sampel pada kelompok tani mekar nadi di Desa Batunya Kecamatan Baturiti. Data
dalam penelitian tersebut berdasarkan karakteristik responden disajikan pada tabel
berikut.
Data tabel 4.1.1 menunjukkan distribusi sampel pada kelompok tani mekar
nadi di Desa Batunya Kecamatan Baturiti. Responden berdasarkan masa kerja
terdapat sebagian besar lebih dari 5 tahun berjumlah 27 orang(90%), sedangkan
kurang dari 5 tahun berjumlah 3 orang(3%). Responden berdasarkan lama
menyemprot pestisida, semuanya menyemprot kurang dari 3 jam berjumlah 30
orang(100%). Responden berdasarkan penggunaan APD, sebagian responden
menggunakan alat pelindung diri tidak lengkap sebanyak 20 orang(66,6%).
Jaringan Laboratorium Medis 6
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000
2) Hasil penelitian terdahulu berjudul “Faktor Risiko Cholinesterase Rendah Pada Petani
Bawang Merah”.
Penelitian kedua yang digunakan sebagai data sekunder dalam Karya Tulis
Ilmiah ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh Budiawan(2012) dengan judul
Faktor Risiko Cholinesterase Rendah Pada Petani Bawang Merah. Penelitian
dilakukan terhadap kelompok tani bawang merah “Ngudi Makmur” di Ngurensiti Pati
Jaringan Laboratorium Medis 7
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000
Ngurensiti Pati. Berdasarkan masa kerja paling banyak responden mempunyai masa
kerja lama, dengan kadar normal 20 orang dan tidak normal 21 orang. Berdasarkan
lamanya penyemprotan paling banyak dengan lama penyemprotan rendah, dengan
kadar normal 24 dan tidak normal 23 orang. Berdasarkan kelengkapan alat pelindung
diri paling banyak responden tidak menggunakan APD tidak lengkap, dengan kadar
normal 10 orang dan tidak normal 17 orang. Berdasarkan frekuensi penyemprotan,
paling dengan frekuensi penyemprotan tinggi dengan kadar normal 9 orang dan tidak
normal 18 orang.
Tabel 4.2.3 Kadar enzim kloinesterase dalam darah responden petani
bawang merah Ngurensiti Pati
Kategori Jumlah Presentase (%)
Normal 25 50
Tidak Normal 25 50
Total 50 100
Sumber: Penelitian Budiawan(2012)
Berdasarkan tabel 4.2.3. hasil pemeriksaan kadar enzim kolinesterase
dalam darah pada 50 responden Kelompok Petani Ngudi Makmur diperoleh kadar
normal dan tidak normal masing-masing sebanyak 25 orang (50%).
diperoleh diperoleh kadar tidak normal sebanyak 51 orang (85%) sedangkan hasil
yang normal sebanyak 9 orang (15%).
Faktor yang mempengaruhi penurunan kadar cholinesterase pada petani
yang terpapar pestisida salah satunya yaitu, penggunaan APD secara lengkap
mempunyai pengaruh secara bermakna terhadap kadar cholinesterase darah
responden. Salah satu faktor yang sering dilupakan oleh petani, apabila terjadi
kelainan pada kulit dan atau bersama keringat, penyerapan pestisida melalui kulit
akan lebih efektif. Selain melalui kulit pestisida juga dapat masuk ke dalam tubuh
melalui berbagai jalan yaitu terhisap masuk ke dalam saluran pernafasan dan
masuk ke dalam saluran pencernaan makanan lewat mulut (Faidah dan Sunarno,
2016). Hasil penelitian dari ketiga jurnal tersebut semuanya diperoleh hasil kadar
tidak normal paling banyak pada responden yang tidak menggunakan alat
pelindung diri lengkap. Hasil dari penelitian Meiriana(2018), terdapat 30
responden kadar enzim kolinesterase dalam darah paling banyak ditemukan pada
responden yang tidak menggunakan alat pelindung diri yaitu sebanyak 20 orang,
dengan kadar normal sebanyak 4 orang dan tidak normal 16 orang, sedangkan
yang menggunakan alat pelindung diri lengkap sebanyak 10 orang, dengan kadar
normal 4 orang dan tidak normal 6 orang. Hasil dari penelitian Budiawan(2012),
terdapat 50 responden kadar enzim kolinesterase dalam darah paling banyak
ditemukan pada responden yang tidak menggunakan alat pelindung diri yaitu
sebanyak 27 orang, dengan kadar normal sebanyak 10 orang dan tidak normal 17
orang, sedangkan yang menggunakan alat pelindung diri lengkap sebanyak 23
orang, dengan kadar normal 15 orang dan tidak normal 8 orang. Hasil dari
penelitian Sylpanus(2012), terdapat 60 responden kadar enzim kolinesterase
dalam darah paling banyak ditemukan pada responden dengan penggunaan alat
pelindung diri tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 52 orang, dengan kadar
normal sebanyak 7 orang dan tidak normal 45 orang, sedangkan yang
menggunakan alat pelindung diri memenuhi syarat sebanyak 8 orang, dengan
kadar normal 2 orang dan tidak normal 6 orang.
Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja
di suatu tempat, Semakin lama masa kerja petani semakin tinggi kemungkinan
keracunan pestisida dalam tubuh(Wudianto, 2010). Hasil penelitian
Meriana,(2018), terdapat 30 responden kadar enzim kolinesterase dalam darah
paling banyak ditemukan pada responden yang bekerja ≥ 5 tahun yaitu sebanyak
27 orang, dengan kadar normal sebanyak 6 orang dan tidak normal 21 orang,
sedangkan yang masa kerjanya < 5 tahun sebanyak 3 orang, dengan kadar normal
2 orang dan tidak normal 1 orang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
pernah dilakukan oleh Budiawan(2012) dan penelitian Sylpanus(2010). Hasil
penelitian Budiawan diperoleh dari 50 responden kadar enzim kolinesterase
dalam darah paling banyak ditemukan pada responden yang yang masa kerja
kategori lama yaitu sebanyak 41 orang, dengan kadar normal sebanyak 20 orang
dan tidak normal 21 orang, sedangkan yang masa kerjanya kategori baru sebanyak
9 orang, dengan kadar normal 5 orang dan tidak normal 4 orang. Penelitian yang
dilakukan Sylpanus(2010), diperoleh hasil dari 60 responden kadar enzim
kolinesterase dalam darah paling banyak ditemukan pada responden yang yang
masa kerja kategori lama yaitu sebanyak 49 orang, dengan kadar normal sebanyak
45 orang dan tidak normal 4 orang, sedangkan yang masa kerjanya kategori baru
sebanyak 11 orang, dengan kadar normal 6 orang dan tidak normal 5 orang.
Rustia menyatakan, semakin lama melakukan penyemprotan per hari maka
akan semakin tinggi intensitas pemaparan yang terjadi. Semakin lama waktu
bekerja seseorang di lingkungan yang mengandung pestisida semakin besar
kemungkinan untuk terjadinya pajanan oleh pestisida semakin besar pula
kemungkinan terjadinya keracunan, disebabkan karena banyak kontak dan
menghirupnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Meiriana(2018)
Jaringan Laboratorium Medis 11
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga jurnal terdahulu menunjukkan responden petani
penyemprot pestisida mengalami keracunan pestisida, dibuktikkan oleh kadar enzim
kolinesterase dalam darahnya mengalami penurunan atau tidak normal. Berdasarkan hasil
penelitian Meiriana(2018), diperoleh kadar tidak normal sebanyak 22 orang (73,3%) sedangkan
hasil yang normal sebanyak 8 orang (26,7%). Hasil Penelitian Budiawan diperoleh kadar
normal dan tidak normal masing-masing sebanyak 25 orang (50%). Hasil Penelitian
Sylpanus(2010), diperoleh diperoleh kadar tidak normal sebanyak 51 orang (85%) sedangkan
hasil yang normal sebanyak 9 orang (15%).
Hasil pemeriksaan enzim kolinesterase berdasarkan karakteristik petani penyemprot
pestisida yang diperoleh pada penelitian terdahulu, yaitu:
a. Berdasarkan penggunaan APD, hasil dari penelitian Meiriana(2018), diperoleh
kadar enzim kolinesterase responden dengan APD tidak lengkap sebanyak 20
orang, dengan kadar normal 4 orang dan tidak normal 16 orang. Hasil dari
penelitian Budiawan(2012), diperoleh kadar enzim kolinesterase paling banyak
responden tidak menggunakan APD sebanyak 27 orang, dengan kadar normal
10 orang dan tidak normal 17 orang. Hasil dari penelitian Sylpanus(2010),
diperoleh kadar enzim kolinesterase paling banyak responden menggunakan
APD tidak memenuhi syarat sebanyak 52 orang, dengan kadar normal 7 orang
dan tidak normal 45 orang.
b. Berdasarkan masa kerja, hasil dari penelitian Meiriana(2018), diperoleh paling
banyak ditemukan pada responden yang sudah lama bekerja yaitu sebanyak 27,
dengan kadar normal sebanyak 6 orang dan tidak normal 21 orang. Hasil dari
penelitian Budiawan(2012), diperoleh paling banyak ditemukan pada responden
yang sudah lama bekerja yaitu sebanyak 41, dengan kadar normal sebanyak 20
orang dan tidak normal 21 orang. Hasil dari penelitian Sylpanus(2010),
diperoleh paling banyak ditemukan pada responden yang sudah lama bekerja
yaitu sebanyak 49, dengan kadar normal sebanyak 45 orang dan tidak normal 4
orang.
c. Berdasarkan lama penyemprotan, hasil penelitian Meiriana(2018),
menunjukkan bahwa semua responden melakukan penyemprotan tidak lama
dengan kadar normal sebanyak 8 orang dan tidak normal sebanyak 22 orang.
Hasil dari penelitian Budiawan(2012), diperoleh paling banyak ditemukan pada
responden melakukan penyemprotan rendah yaitu sebanyak 47, dengan kadar
normal 24 orang dan tidak normal 23 orang. Hasil dari penelitian
Sylpanus(2010), diperoleh paling banyak ditemukan pada responden melakukan
penyemprotan tidak sering yaitu sebanyak 52, dengan kadar normal 9 orang dan
tidak normal 43 orang.
d. Berdasarkan frekuensi penyemprotan, hasil dari penelitian Budiawan(2012),
diperoleh paling banyak ditemukan pada responden yang memiliki frekuensi
penyemprotan dengan kategori tinggi yaitu sebanyak 27 orang, dengan kadar
normal sebanyak 18 orang dan tidak normal 9 orang. Hasil dari penelitian
Jaringan Laboratorium Medis 13
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/JLM/
Jurnal Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495
Vol. 00 No. 00 Bulan Bulan Tahun 0000
Saran
Petani diharapkan selalu mematuhi aturan pada saat melakukan penyemprotan
pestisida, hendaknya ketika melakukan penyemprotan disarankan melakukan
medical check up apabila adanya gejala keracunan, untuk mengantisipasi terjadinya
masalah kesehatan yang lebih buruk.
5. Daftar Pustaka
Budiawan, A.R. (2013). Faktor Risiko Cholinesterase Rendah Pada Petani Bawang
Merah. 8(2). 198-206
C. Lu, F. (2010). Toksikologi Dasar : Asas, Organ, Sasaran, dan Penilaian Risiko.
Jakarta: UI Press.
Rustia, Hana Nika. dkk. (2010). Lama Pajanan Organofosfat Terhadap Penurunan
Aktivitas Enzim Kolinesterase Dalam Darah Petani Sayuraan. 14(2). 95-101