Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840

I ILM
GG U
IN K
E
T

S
EH
A
S EK O L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
Volume 6 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI PASIEN DENGAN PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

Mersi Ekaputri1*
Institut Kesehatan dan Teknologi Al Insyirah Pekanbaru
Email : mersiputri7@gmail.com, 085274049636

ABSTRAK
Penyakit paru obstrukstif kronik (PPOK) ditandai dengan adanya keterbatasan aliran udara persisten
bersifat progresif karena respon inflamasi kronik berlebihan saluran napas dan parenkim paru akibat gas
maupun partikel berbahaya. PPOK juga merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas di
seluruh dunia. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi karakteristik demografi pasien dengan PPOK.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif retrospektif. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua pasien PPOK diruang rawat jalan Poli Klinik Paru Rumah Sakit Paru Sumatera Barat, jenis
sampling yang digunakan consecutive sampling. Jumlah sampel 48. Hasil penelitian didapatkan
karakteristik demografi responden dalam penelitian bahwa umur responden lebih banyak lansia akhir
(52.10%), jenis kelamin mayoritas adalah lakilaki (93.80%), pendidikan responden lebih banyak tamatan
sekolah dasar/SD (47.90%), pekerjaan lebih dari separoh responden bekerja sebagai petani (64.60%), lama
menderita PPOK mayoritas < 10 tahun (81.20%) responden, jumlah merokok mayoritas < 1 bungkus per
hari (68.80%) responden, lama merokok mayoritas ≥ 20 tahun (91.60%) responden, jenis rokok mayoritas
menggunakan rokok filter (68.80). Perlu upaya promotif, preventif dan edukatif ke masyarakat melalui
tenaga kesehatan sedangkan bagi masyarakat atau individu sendiri dengan adanya penelitian demografi
karakteristik responden ini agar mawas diri sendiri agar terhindar dari penyakit PPOK dikemudian hari.
Kata Kunci : Karakteristik Demografi, PPOK

ABSTRACT
Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is characterized by persistent progressive airflow
limitation due to an exaggerated chronic inflammatory response of the airways and parenchyma. Lungs
due to harmful gases or particles. COPD is also one of the leading causes of morbidity and mortality
worldwide. The aim of the study was to identify the demographic characteristics of patients with COPD.
The type of research used is a retrospective descriptive study. The population in this study were all COPD
patients in the outpatient room of the Pulmonary Clinic Clinic at the West Sumatra Lung Hospital, the
type of sampling used was consecutive sampling. The number of samples is 48. The results showed that
the demographic characteristics of the respondents in the study were that the age of the respondents was
more elderly (52.10%), the majority sex was male (93.80%), the education of the respondents was mostly
elementary school graduates (47.90%), jobs more than half of the respondents work as farmers (64.60%),
the majority have suffered from COPD for < 10 years (81.20%) respondents, the majority smoked < 1
pack per day (68.80%) respondents, the majority smoked for ≥ 20 years (91.60%) respondents , the
majority of cigarette types use filter cigarettes (68.80). Promotive, preventive and educative efforts are
needed to the community through health workers while for the community or individuals themselves with
the demographic research on the characteristics of these respondents so that they are self-aware so as to
avoid COPD in the future
Keywords : Demographic Characteristics, COPD

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 85


Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840
I ILM
GG U
IN K
E
T

S
EH
A
S EK O L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
Volume 6 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
PENDAHULUAN (8,0%), Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan
Secara fisiologi tubuh membutuhkan 6,7%. Berdasarkan jenis kelamin kejadian PPOK
asupan oksigen untuk proses respirasi dengan tinggi pada jenis kelamin pria dari pada jenis
cara menghirup oksigen dari luar kedalam tubuh kelamin wanitasedangkan untuk kondisi wilayah
dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa lebih tinggi diperdesaan dibandingkan perkotaan.
dari proses oksidasi, ketika fungsi sistim Sedangkan berdasarkan kejadian PPOK lebih
respirasi mengalami gangguan akan tinggi pada masyarakat dengan pendidikan
mempengaruhi fungsi sirkulasi udara didalam rendah (IDI, 2014).
tubuh (Ekaputri et al., 2022). Dalam kondisi Berdasarkan latar belakang yang telah
normal manusia membutuhkan ±300 liter diuraikan, peneliti merasa perlu melakukan
oksigen dalam sehari, sementara pada kondisi penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi
tubuh dengan aktifitas yang berat, oksigen yang karakteristik demografi pasien dengan Penyakit
dibutuhkan akan meningkat 10 hingga 15 kali Paru Obstruktif Kronik (PPOK.
lipat (Sunaryanti et al., 2023).
Beberapa jenis penyakit terkait penyakit BAHAN DAN METODE
sistim pernapasan salah satunya adalah penyakit Jenis penelitian yang digunakan dalam
paru obstrukstif kronik (PPOK) yang ditandai penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan adanya keterbatasan aliran udara retrospektif, dengan tujuan supaya variabel yang
persisten bersifat progresif karena respon akan diteliti dapat memberikan suatu informasi
inflamasi kronik berlebihan saluran napas dan bahkan penjelasan yang dapat dengan mudah
parenkim paru akibat gas maupun partikel dipahami tentang karakteristik demografi pasien
berbahaya (Van Gemert et al., 2015). dengan PPOK diruang rawat jalan Poli Klinik
Menurut World Health Organization Paru Rumah Sakit Paru Sumatera Barat.
(WHO) menyatakan bahwa penyakit PPOK Populasi dalam penelitian ini adalah semua data
masuk dalam golongan empat besar penyakit pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
tidak menular dimana angka kematian dan beban diruang rawat jalan Poli Klinik Paru Rumah
kesehatan setelah penyakit jantung, keganasan Sakit Paru Sumatera Barat.
dan diabetes mellitus (Soeroto & Suryadinata, Sampel yaitu elemen populasi yang dapat
2014). Data WHO memaparkan bahwa PPOK mewakili karakteristik suatu populasi. Dalam
sebagai penyebab kematian, pada tahun 1990 penelitian ini, jenis sampling yang digunakan
menempati urutan ke-6, tahun 2002 urutan ke-5 consecutive sampling dimana sampel diambil
sedangkan pada tahun 2030 diprediksi akan dengan menetapkan subjek yang memenuhi
menjadi penyebab kematian ke-3 diseluruh dunia kriteria sampel penelitian sehingga jumlah
setelah penyakit jantung dan keganasan (PDPI, sampel yang ditentukan dapat terpenuhi (Polit &
2016). Beck, 2012). Perhitungan jumlah sampel
Adapun yang menjadi penyebab memakai tabel Power Analysis dengan power (1-
terjadinya PPOK disebabkan beberapa faktor β) = .80, effect size (γ) = .60 dan α = .05.
seperti peningkatan umur harapan hidup serta sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini
tingginya paparan faktor risiko: jumlah perokok yaitu 44 orang. Untuk mengantisipasi
dan pencemaran udara (PDPI, 2016). Faktor kemungkinan subjek atau sampel yang terpilih
merokok menjadi faktor terpenting penyebab kurang maka perlu penambahan jumlah sampel
penyakit PPOK dengan gejala respirasi dan 10% sehingga total sampel sebanyak 48
gangguan fungsi paru dan kejadian PPOK responden. Yang termasuk dalam kriteria inklusi
mengalami peningkatan seiringan dengan adalah derajat sesak PPOK yaitu derajat berat
meningkatnya perokok karena 90% penderita dan sangat berat berdasarkan kuesioner modified
PPOK adalah perokok atau mantan perokok Medical Research Council (mMRC), tidak
(Ekaputri & Ariani, 2018). mengalami gangguan kognitif. Adapun variabel-
Kejadian PPOK tertinggi di Nusa variabel yang akan diteliti yaitu karakteristik
Tenggara Timur (10,0%), Sulawesi Tengah

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 86


Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840
I ILM
GG U
IN K
E
T

S
EH
A
S EK O L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
Volume 6 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
demografi pasien dengan PPOK yang terdiri dari
usia, Jenis kelamin, tingkat pendidikan, Tabel 5.
Karakteristik Demografi Responden PPOK Berdasarkan
pekerjaan, lama menderita penyakit PPOK, lama menderita penyakit di Poliklinik Paru (n=48)
riwayat jumlah merokok, lama merokok serta Lama Menderita Penyakit F %
jenis rokok. ˂ 10 tahun 39 81.20
HASIL ˃ 10 tahun 9 18.80
Berdasarkan penelitian yang sudah Tabel 5. Menggambarkan bahwa lama
dilakukan didapatkan data karakteristik menderita penyakit responden sebagian besar
demografi responden sebagai berikut: (81,20%) dibawah 10 tahun
Tabel 6.
Tabel 1. Karakteristik Demografi Responden PPOK Berdasarkan
Karakteristik Demografi Responden PPOK Berdasarkan riwayat jumlah merokok di Poliklinik Paru (n=48)
Usia di Poliklinik Paru (n=48) Jumlah Merokok f %
Usia f % Tidak ada 2 4.20
36-45 tahun (dewasa akhir) 3 6.20 ≥ 1 bungkus/hari 13 27.10
46 – 55 tahun (Lansia Awal) 8 16.70 ˂ 1 bungkus/hari 33 68.80
Tabel 6. Menggambarkan bahwa riwayat jumlah
56 – 65 tahun (Lansia Akhir) 25 52.10
merokok responden lebih dari separoh (68,80%) < 1
˃ 65 tahun (Manula) 12 25.00 bungkus/hari.
Tabel 1. Menggambarkan bahwa umur
responden lebih dari separoh (52,10%) lansia Tabel 7.
Karakteristik Demografi Responden PPOK
akhir. Berdasarkan riwayat lama merokok di Poliklinik Paru
Tabel 2. (n=48)
Karakteristik Demografi Responden PPOK Berdasarkan Lama Merokok f %
Jenis kelamin di Poliklinik Paru (n=48) Tidak ada 2 4.20
Jenis kelamin F % ≥ 20 tahun 44 91.60
Laki-laki 45 93.80 ˂ 20 tahun 2 4.20
Perempuan 3 6.20
Tabel 7. Menggambarkan bahwa riwayat
Tabel 2. Menggambarkan bahwa jenis lama merokok responden sebagian besar
kelamin responden sebagian besar (93,80%) (91,60%) ≥ 20 tahun.
berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 8.
Tabel 3. Karakteristik Demografi Responden PPOK
Karakteristik Demografi Responden PPOK Berdasarkan Berdasarkan riwayat jenis rokok di Poliklinik Paru (n=48)
tingkat pendidikan di Poliklinik Paru (n=48) Jenis Rokok f %
Tingkat pendidikan F % Tidak merokok 2 4.17
SD 23 47,90 Rokok filter 33 68.75
SMP 8 8,30 Rokok nonfilter 13 27.08
SMA 17 35,40 Tabel 8. Menggambarkan bahwa riwayat
PT 4 8,30 jenis rokok yang digunakan responden lebih
Tabel 3. Menggambarkan bahwa tingkat dari separoh (68,75%) menggunakan rokok filter
pendidikan responden lebih banyak SD (47,90%).
Tabel 4.
Karakteristik Demografi Responden PPOK Berdasarkan PEMBAHASAN
pekerjaan di Poliklinik Paru (n=48) Umur
Pekerjaan F %
Petani 31 64.60
Dari hasil penelitian tabel 1.
Swasta 14 29.20 menggambarkan responden yang menderita
IRT 3 6.20 penyakit PPOK bervariasi dimana terdapat lebih
Tabel 4. Menggambarkan bahwa dari separoh 52.10% responde rentang umur 56-
pekerjaan responden lebih dari saparoh (64,60%) 65 tahun (lansia akhir). Hasil penelitian ini sama
petani. dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sharif et

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 87


Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840
I ILM
GG U
IN K
E
T

S
EH
A
S EK O L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
Volume 6 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
al., 2015) bahwa usia responden dengan penyakit penyakit PPOK mayoritas dengan jenis kelamin
PPOK berada pada rentang umur 40-64 tahun. laki-laki (71.00%). Hasil penelitian (Castelino et
Begitu juga dengan penelitian (Sandhaus et al., al., 2017) kejadian PPOK terdapat pada
2015), hasil penelitiannya pasien PPOK berada mayoritas laki-laki 90.70%. penelitian lain juga
pada rentang umur 32–84 tahun dan sama hasilnya yang dilakukan oleh (Asyrofy et
menyimpulkan bahwa faktor usia ditemukan al., 2021) pasien PPOK sebagian besar adalah
sebagai faktor yang mempengaruhi terjadinya laki-laki (57,1%)
depresi, cemas, penurunan kualitas hidup dan Hasil penelitian ini juga sama dengan
sesak pada pasien dengan PPOK. penelitian (YJG Korpershoek, ID Bos-Touwen,
Pada tahap awal PPOK belum 2016) bahwa PPOK mayoritas dialami oleh laki-
menggambarkan gejala yang memberatkan bagi laki 63.40% responden dan perempuan 36.20%
penderitanya namun seiring waktu keluhan dan responden. Penelitian (Sorheim, I.C.,
angka kejadiannya akan terus meningkat sesuai Johannessen, A., Gulsvik, A., Bakke, P.S,
pertambahan umur walaupun pada dasarnya Silverman, E.K. & Demeo, 2015) bahwa
secara fisiologi bahwa faktor umur didapatkan perbedaan jenis kelamin yang rentan
mempengaruhi aspek-aspek fungsi paru tertentu: penyakit PPOK yaitu laki-laki berada pada porsi
kapasitas vital dan volume ekspansi paru tertinggi mengalami PPOK dari pada wanita
menurun tetapi dengan kondisi PPOK proses serta perbandingan hasil penurunan fungsi paru
tersebut akan lebih cepat terjadi (Smeltzer, S.C., antara wanita dan laki-laki yang sama perokok
2008). ternyata laki-laki juga mengalami penurunan
Prevalensi penyakit kronik meningkat, fungsi paru yang lebih besar dari pada
sebuah kecendrungan yang diprediksi akan terus perempuan.
berlanjut dimana yang berperan untuk Hasil penelitian yang berbeda ditemukan
peningkatan insiden penyakit kronik adalah pada penelitian (Fuller-thomson et al., 2016)
populasi lansia, penyakit akibat gaya hidup, bahwa wanita kemungkinan cendrung lebih
perilaku (merokok) dan faktor lingkungan besar menderita PPOK dari pada laki-laki dan
(Lemone, P., Burke, K, M., & Bauldoff, 2016). perbedaan ini disebabkan oleh faktor
Meningkatnya umur harapan hidup tentu kesenjangan tingkat sosial ekonomi. Hasil
akan meningkatkan jumlah lansia sehingga penelitian lain yang berbeda dengan hasil
berefek pada peningkatan jumlah kasus penyakit penelitian ini yaitu penelitian (Jordan, R. E.,
kronik salah satunya adalah penyakit PPOK Cheng, K. K., Miller, M. R., & Adab, 2011)
apabila tidak diantisipasi dengan baik dari awal dengan hasil jenis kelamin wanita mempunyai
berupa tindakan pencegahan bagi yang belum resiko lebih tinggi 25%-30% menderita PPOK
menderita penyakit dan rehabilitasi penyakit untuk kondisi yang sama dalam merokok.
perlu dilakukan sedini mungkin mengingat Menurut (PDPI, 2016) bahwa hubungan
banyaknya penyakit yang ditimbulkan akibat antara jenis kelamin dengan kejadian PPOK
faktor penuaan dan gaya hidup yang berdampak masih belum jelas, penelitian terdahulu
meningkatnya kejadian penyakit kronik. menyatakan bahwa kesakitan dan kematian
akibat PPOK lebih sering terjadi pada laki-laki
Jenis Kelamin
dibanding perempuan namun saat ini angka
Tabel 2. Menggambarkan mayoritas yang
kejadian PPOK hampir sama antara laki-laki dan
menderita PPOK dengan jenis kelamin laki-laki
perempuan sehubungan dengan bertambahnya
93.80% responden. Penelitian lain yang sejalan
jumlah perokok perempuan. Pernyataan ini sama
dengan hasil penelitian ini adalah penelitian
dengan hasil penelitian (Diaz-guzman &
(Terzikhan et al., 2016) bahwa kejadian PPOK
Mannino, 2014) bahwa pengaruh jenis kelamin
terjadi lebih banyak pada laki-laki dari pada
terhadap resiko PPOK disebabkan oleh
wanita. Hasil penelitian lain juga sejalan dengan
kombinasi faktor lingkungan atau perilaku dan
hasil penelitian (Abedi, H., Salimi, S., Feizi, A.,
faktor genetik atau biofisiologis.
& Safari, 2013) bahwa responden dengan

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 88


Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840
I ILM
GG U
IN K
E
T

S
EH
A
S EK O L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
Volume 6 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
Selain itu, peran yang dimainkan adalah petani. Hasil penelitian ini sama dengan
perempuan dalam masyarakat, seiring dengan penelitian (Gemert et al., 2016) bahwa
norma dan harapan budaya, perkembangannya responden sebagian besar 75%) bekerja sebagai
yang berubah dengan cepat. Resiko seseorang petani. Hasil penelitian (Szczyrek et al., 2011)
menderita penyakit PPOK baik itu resiko tinggi juga menyatakan bahwa petani mengalami
atau tidaknya dipengaruhi faktor gaya hidup dari peningkatan resiko terjadinya penyakit
pada individu itu sendiri baik lakilaki ataupun pernapasan seperti bronkitis kronis, PPOK dan
perempuan yang merokok karena kembali lagi penurunan volume ekspirasi paksa (FEVI).
kepada faktor penyebab utama seseorang PPOK pada petani berhubungan dengan
menderita penyakit PPOK adalah faktor paparan debu organik. Hasil penelitian yang
merokok sama juga didapatkan hasil oleh (Chullinan,
2012) menyimpulkan bahwa jenis pekerjaan
Pendidikan meningkatkan resiko seseorang terkena penyakit
Hasil penelitian pada tabel 3. PPOK diantaranya pekerjaan petani karena
menunjukkan tingkat pendidikan responden paparan debu pertanian. Pekerjaan sebagai petani
mayoritas sekolah dasar (SD) 47.90% responden. mempunyai resiko tinggi paparan spesifik seperti
Hasil penelitian yang sama dengan penelitian amonia, hidrogen sulfida dan debu organik
(Sharma, M.K., Kumar, A., & Venkateshan, sebagai penyebab. Pekerjaan sebagai petani
2016) bahwa dalam penelitian tersebut juga menyebabkan peluang untuk terpapar dengan zat
mendapatkan responden PPOK mayoritas kimia tidak dapat dihindari dimana dengan
berpendidikan sekolah dasar 76.70%. hasil penggunaan berbagai zat kimia dapat
penelitian yang sama ditemukan pada penelitian memberikan banyak keuntungan salah satunya
(Gerungan et al., 2020) kejadian PPOK adalah dapat membantu upaya agar tanaman
terbanyak pada yang pendidikan SD tidak rusak oleh hama dan penyakit,
77,3%.Tingkat pendidikan mempengaruhi meningkatkan hasil pertanian serta dapat
kemampuan untuk memahami dan mengikuti membuat biaya pengelolaan pertanian menjadi
petunjuk agar sehat, apabila seseorang buta lebih efisien dan ekonomis.
huruf informasi tertulis tentang perilaku sehat Penggunaan salah satu jenis bahan kimia
dan sumber sehat menjadi tidak berharga seperti pestisida ternyata disamping memberikan
(Lemone, P., Burke, K, M., & Bauldoff, 2016) keuntungan namun juga memberikan efek
Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku berbahaya bagi petani yang dapat menyebabkan
seseorang terhadap pola hidupnya, apabila gangguan terhadap berbagai sistim tubuh baik
semakin tinggi pendidikan maka akan semakin bersifat akut, kronik maupun sistemik. Hasil
mudah untuk memperoleh informasi yang dapat peneltian yang dilakukan oleh (Samosir, K.,
merubah perilaku (Notoadmodjo, 2010). Tingkat Setiani, O., 2017) 14,30% petani mengalami
pendidikan adalah indikator seseorang bahwa keracunan pestisida dan 34,30% petani dari hasil
sudah menyelesaikan jenjang pendidikan formal pemeriksaan romberg test mengalami gangguan
dan umumnya dapat berpengaruh terhadap keseimbangan.
kemampuan seseorang dalam mengelola Hasil penelitian yang dilakukan oleh
informasi baik itu terhadap perkembangan (Mahawati, E., Husodo, A.H., Astuti, I., 2017)
informasi dan teknologi yang dapat tentang pengaruh teknik aplikasi pestisida
mempercepat ataupun malahan menghambat terhadap derajat keparahan penyakit paru
suatu perubahan kemajuan kesehatan pada obstruktif kronis (PPOK) pada petani didapatkan
akhirnya dapat mempengaruhi perilaku hasil penelitian 23% responden termasuk PPOK
seseorang terhadap kesehatan individu. Sedang, 17% PPOK sangat berat, 7% PPOK
ringan dan 3% PPOK berat dengan kesimpulan
Pekerjaan teknik aplikasi pestisida yang terbukti
Hasil penelitian pada tabel 4. berpengaruh terhadap derajat PPOK adalah lama
menggambarkan pekerjaan responden 64.60%

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 89


Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840
I ILM
GG U
IN K
E
T

S
EH
A
S EK O L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
Volume 6 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
paparan per hari dan kesesuaian arah dan lama sakit mempengaruhi kualitas hidup
penyemprotan pestisida. pasien PPOK. Hasil penelitian (Uppal et al.,
Hasil penelitian yang dilakukan oleh 2014) menyatakan bahwa lamanya waktu
(Perwitasari, D.A., Prasasti, D., Supadmi, seseorang menderita penyakit PPOK
Jaikishin W, S.A.D.,Wiraagni, 2017) berhubungan dengan kualitas hidup dimana
menyatakan bahwa paparan tubuh terhadap semakin lama menderita penyakit PPOK
organofosfat ternyata dapat diserap lewat mengakibatkan kondisi pasien akan semakin
beberapa bagian tubuh dalam hal ini adalah menurun dan tentunya mempengaruhi terhadap
bagian kulit dan sistim nafas sehingga paparan penurunan kualitas hidup.
organofosfat dapat mempengaruhi kesehatan
fisik dan kualitas hidup petani. Hasil penelitian Jumlah Merokok
yang dilakukan oleh (Kra et al., 2016) Hasil penelitian pada tabel 6.
menyimpulkan bahwa faktor pekerjaan menunjukkan bahwa jumlah rokok yang dihisap
merupakan faktor penting sebagai penyebab responden yaitu mayoritas kurang dari satu
terjadinya penyakit paru obstruksi kronik bungkus per hari 68.80% responden. Menurut
(PPOK). (PDPI, 2016) menyatakan bahwa resiko
Faktor pekerjaan lebih dihubungkan terjadinya PPOK pada perokok tergantung dari
dengan kondisi kerja itu sendiri sehingga jumlah rokok yang dihisap, usia mulai merokok,
menjadi faktor resiko atau penyebab terjadinya jumlah batang rokok pertahun serta lamanya
suatu penyakit dalam hal ini penyakit PPOK merokok (Indeks Brikman).
berkisar 20% penyakit atau kematian disebabkan Jumlah batang rokok yang dihisap dapat
oleh faktor pekerjaan. Angka kejadian penyakit menjadi tolak ukur individu apakah individu
berkaitan dengan pajanan pekerjaan itu sendiri, tersebut termasuk kategori perokok ringan,
pekerja yang bekerja terpapar dengan zat kimia, sedang dan berat. Jika dihitung berdasarkan
radiasi dan materi berbahaya lainnya cendrung Indeks Brikman (jumlah rata-rata rokok yang
lebih rentan terhadap kondisi penyakit akut dan dihisap perhari (batang) dikalikan dengan lama
kronik (Rosdahl, C, B., & Kowalski, M, 2014). merokok (tahun) didapatkan bahwa separoh 24
Faktor pekerjaan salah satunya pekerjaan (50.00%) responden dengan perokok berat.
sebagai petani dapat menjadi salah satu faktor Hasil penelitian (Naser & Medison, 2013)
pendukung terjadinya penyakit PPOK karena bahwa dari 20 sampel yang diteliti terdapat 15
secara tidak langsung petani terpajan dengan responden dengan Indeks Brikman kategori berat
beberapa zat kimia seperti pupuk atau paparan dan menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
zat untuk membunuh hama tanaman, debu dan yang signifikan antara derajat merokok dengan
asap untuk itu perlu upaya preventif untuk derajat keparahan PPOK. Hasil penelitian lain
mengurangi dan menghindari akibat dari yang sama dengan pernyataan (Forey, B.A.,
pekerjaan tersebut. Thornton, A.J., & Lee, 2011) bahwa hubungan
antara faktor merokok dengan PPOK merupakan
Lama Menderita Penyakit suatu hubungan antara dosis dengan respons
Hasil penelitian pada tabel 5. dimana semakin banyak jumlah batang rokok
menunjukkan bahwa lama menderita penyakit yang dihisap dan semakin lama kebiasaan
PPOK mayoritas kurang dari 10 tahun 81.20%. merokok dilakukan maka akan semakin tinggi
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian resiko untuk terjadi PPOK.
yang dilakukan oleh (Sharma, M.K., Kumar, A., Jumlah batang rokok yang dihisap
& Venkateshan, 2016) bahwa lama menderita menyumbang terhadap berisiko atau tidaknya
penyakit PPOK ditemukan kurang dari 10 tahun seseorang menderita PPOK karena dalam asap
90.00%. rokok mengandung susunan senyawa gas dan
Hasil penelitian (Ritianingsih, N., & partikel seperti karbon dioksida, air, karbon
Nurhayati, 2017) bahwa lama sakit pasien PPOK monoksida, partikular (kebanyakan tar), nikotin,
lebih dari 24 bulan yaitu (53.30%) responden nirtogen oksida, hidrogen sianida, amoniak,

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 90


Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840
I ILM
GG U
IN K
E
T

S
EH
A
S EK O L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
Volume 6 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
formaldehida, fenol dan senyawa beracun penelitian Indonesia Pneumobile Project tahun
lainnya. Partikel asap rokok dan zat iritan 1989 dalam jenis rokok yang dihisap
lainnya mengaktifkan makrofag alveolar dan zat mempengaruhi besar atau kecilnya resiko
epitel jalan napas dalam membentuk faktor terkena penyakit PPOK bahwa perokok non
kemotaktik, pelepasan kemotaktik mengindeksi kretek 5 kali lebih tinggi dan perokok kretek 13
mekanisme infiltrasi sel-sel kemotaktik pada kali lebih tinggi meningkatkan resiko
paru yang dapat menimbulkan kerusakan abnormalitas fungsi paru (PDPI, 2016).
struktur paru.
KESIMPULAN DAN SARAN
Lama Merokok Dapat disimpulkan bahwa deskripsi
Hasil penelitian pada tabel 7. karakteristik demografi responden dalam
menunjukkan bahwa mayoritas responden sudah penelitian bahwa umur responden lebih banyak
merokok lebih dari 20 tahun 91.60% responden. lansia akhir (52.10%). jenis kelamin mayoritas
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang adalah lakilaki (93.80%). Pendidikan responden
dilakukan oleh (Daldoul et al., 2013) bahwa lebih banyak adalah tamatan sekolah dasar/SD
lama merokok pasien PPOK yang didapatkan (47.90%), pekerjaan lebih dari separoh
adalah mayoritas lebih dari 20 tahun 93.30% responden bekerja sebagai petani (64.60%).
responden. Lama menderita PPOK mayoritas < 10 tahun
Penelitian lain yang dilakukan oleh (Liu et (81.20%) responden. jumlah merokok mayoritas
al., 2015) sebagian besar yaitu 59.20% < 1 bungkus per hari (68.80%) responden, lama
responden yang menderita PPOK dengan merokok mayoritas ≥ 20 tahun (91.60%)
riwayat lama merokok lebih dari 20 tahun. responden, jenis rokok mayoritas menggunakan
Penggunaan tembakau yang berkepanjangan rokok filter (68.80%).
dalam hal ini merokok sangat berhubungan erat Berdasarkan hasil penelitian dan telaah
dengan gangguan gejala pernafasan dan PPOK. konsep yang telah dilakukan maka penting
Merokok adalah resiko utama terjadinya memperhatikan faktor karakteristik demografi
PPOK, sejumlah zat iritan yang terkandung responden sebagai salah satu penyebab penyakit
didalam rokok menstimulasi produksi mukus PPOK untuk itu perlu upaya promotif, preventif
yang berlebihan, batuk, merusak fungsi silia, dan edukatif ke masyarakat melalui tenaga
menyebabkan inflamasi, kerusakan bronkiolus kesehatan terkait. Sedangkan bagi masyarakat
dan dinding alveolus (Black, J, M., & Hawks, J, atau individu sendiri dengan adanya penelitian
2014). karakteristik demografi responden ini supaya
mawas diri sendiri agar terhindar dari penyakit
Jenis Rokok PPOK dikemudian hari.
Hasil penelitian pada tabel 8.
menunjukkan bahwa jenis rokok yang DAFTAR PUSTAKA
dikonsumsi oleh responden mayoritas jenis
rokok filter 68.80% responden. Bahaya rokok Abedi, H., Salimi, S., Feizi, A., & Safari, S.
filter mentol yang rendah tar tidak jauh berbeda (2013). Effect of self-efficacy enhancement
dengan rokok yang biasa. Tembakau tanpa asap program on self-care behaviors in chronic
juga sangat berbahaya. obstructive pulmonary disease. Iranian
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa Journal of Nursing and Midwifery
tembakau tanpa asap dapat menyebabkan kanker Research.
mulut, kanker laring dan kanker esofagus serta Asyrofy, A., Arisdiani, T., Aspihan, M., Tinggi,
dapat berkontribusi untuk terjadinya kanker S., & Kesehatan, I. (2021). Karakteristik
lambung (Rosdahl, C, B., & Kowalski, M, 2014). dan kualitas hidup pasien Penyakit Paru
Perokok dengan pipa dan cerutu mempunyai Obstruksi Konik ( PPOK ). 7(1), 13–21.
morbiditas dan mortalitas lebih tinggi Black, J, M., & Hawks, J, H. (2014).
dibandingkan dengan bukan perokok, Hasil Keperawatan medikal bedah manajemen

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 91


Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840
I ILM
GG U
IN K
E
T

S
EH
A
S EK O L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
Volume 6 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
klinis untuk hasil yang diharapkan. elsevier. Saharan Africa : FRESH AIR Uganda.
Castelino, F., Prabhu, M., Pai, M. S., Kamath, A., September 2015.
Aswini, K., Devi, E. S., George, A., & https://doi.org/10.1038/npjpcrm.2016.50
Nayak, S. G. (2017). Original article Gerungan, G., Runtu, F. B., Studi, P., Kesehatan,
Socio-demographic and clinical I., Ilmu, F., Universitas, K., & Manado, N.
characteristics of Chronic Obstructive (2020). Karakteristik penderita penyakit
Pulmonary Disease ( COPD ) patients. paru obstruktif kronis yang di rawat inap
3(2), 55–58. di rumah sakit budi setia langowan. 01(01).
Chullinan, P. (2012). Occupation and chronic IDI. (2014). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
obstructive pulmonary disease (COPD). Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
British Medical Bulletin. (revisi 201).
https://doi.org/10.1093/bmb/lds028 Jordan, R. E., Cheng, K. K., Miller, M. R., &
Daldoul, H., Denguezli, M., Jithoo, A., Gnatiuc, Adab, P. (2011). Passive smoking and
L., & Buist, S. (2013). Prevalence of chronic obstructive pulmonary disease:
COPD and Tobacco Smoking in Tunisia — cross-sectional analysis of data from the
Results from the BOLD Study. 661, 7257– Health Survey for England. BMJ Open.
7271. https://doi.org/10.1136/bmjopen2011-
https://doi.org/10.3390/ijerph10127257 000153 _
Diaz-guzman, E., & Mannino, D. M. (2014). Kra, M., Lesage, F., & Drame, M. (2016).
Influence of sex on chronic obstructive Occupational Risk Factors for COPD : A
pulmonary disease risk and treatment Case-Control Study. 1–11.
outcomes. 1145–1154. https://doi.org/10.1371/journal.pone.01587
Ekaputri, M., & Ariani, Y. (2018). Upaya 19
Berhenti Merokok Terhadap Peningkatan Lemone, P., Burke, K, M., & Bauldoff, G.
Perawatan Diri Pasien dengan Penyakit (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Talenta Bedah Dimensi Keperawatan Medikal
Conference Series: Tropical Medicine Bedah Gangguan Pola Kesehatan
(TM), 1(2), 387–390. Patofisiologi dan Pola Kesehatan. EGC.
https://doi.org/10.32734/tm.v1i2.221 Liu, Y., Pleasants, R. A., Croft, J. B., Anne, G.,
Ekaputri, M., Kurniyanti, W. S., Putri, A. E. D., Malarcher, A. M., Ohar, J. A., Kraft, M., &
Setiani, D. Y., Sriwiyati, L., Sartika, D., Mannino, D. M. (2015). Smoking duration ,
Mahardini, F., Kristanto, B., & Siswandi, I. respiratory symptoms , and COPD in
(2022). Keperawatan Medikal Bedah 1. adults aged $ 45 years with a smoking
Penerbit Tahta Media. history. 1409–1416.
Forey, B.A., Thornton, A.J., & Lee, P. N. (2011). Mahawati, E., Husodo, A.H., Astuti, I., & S.
Systematic review with meta_analysis of (2017). Pengaruh Teknik Aplikasi Pestisida
the epidemiological evidence relating terhadap Derajat Keparahan Penyakit Paru
smoking to COPD, chronic bronchitis and Obstruktif Kronis (PPOK) pada Petani.
emphysema. BMC Pulmonary Medicine. Urnal Kesehatan Lingkungan Indonesia.
Fuller-thomson, E., Chisholm, R. S., & Naser, F., & Medison, I. (2013). Artikel
Brennenstuhl, S. (2016). COPD in a Penelitian Gambaran Derajat Merokok
Population-Based Sample of Never- Pada Penderita PPOK di Bagian. 5(2),
Smokers : Interactions among Sex , 306–311.
Gender , and Race. 2016. Notoadmodjo, S. (2010). Promosi kesehatan:
Gemert, F. Van, Chavannes, N., Kirenga, B., Teori dan aplikasi. Rineka Cipta.
Jones, R., Williams, S., Tsiligianni, I., & PDPI. (2016). PPPOK (Penyakit Paru Obstruktif
Vonk, J. (2016). Socio-economic factors , Kronik ) Diagnosis dan Penatalaksanaan.
gender and smoking as determinants of Universitas Indonesia (UI- Press).
COPD in a low-income country of sub- Perwitasari, D.A., Prasasti, D., Supadmi,

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 92


Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840
I ILM
GG U
IN K
E
T

S
EH
A
S EK O L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
Volume 6 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
Jaikishin W, S.A.D.,Wiraagni, I. A. (2017). D. . (2015). Gender differences in COPD:
Impact of organophosphate exposure on are women more susceptible to smoking
farmers‘ health in Kulon Progo, effects than men? Thorax, 65.
Yogyakarta: Perspectives of physical, https://doi.org/10.1136/thx.2009.122002
emotional and social health. SAGE Open Sunaryanti, B., Ramadini, I., Lestari, S.,
Medicine, 5. Susyanti, D., Olivia, N., Roza, A., Jundapri,
Ritianingsih, N., & Nurhayati, F. (2017). Lama K., Handayani, R., & Fitria, A. (2023).
sakit berhubungan dengan kualitas hidup ASUHAN KEPERAWATAN PADA
pasien penyakit paru obstruksi kronis KLIEN GANGGUAN SISTEM
(PPOK). Jurnal Kesehatan Bakti Tunas RESPIRASI DILENGKAPI CONTOH
Husada., 17. STUDI KASUS DENGAN APLIKASI 3S
Rosdahl, C, B., & Kowalski, M, T. (2014). Buku (SDKI, SLKI, dan SIKI). In Mersi Ekaputri
Ajar Keperawatan Dasar. EGC. (Institut Kesehatan dan Teknologi Al
Samosir, K., Setiani, O., & N. (2017). (2017). Insyirah Pekanbaru) (Ed.), Penerbit Tahta
Hubungan Pajanan Pestisida dengan Media.
Gangguan Keseimbangan Tubuh Petani Szczyrek, M., Krawczyk, P., Milanowski, J.,
Hortikultura di Kecamatan Ngablak Jastrzębska, I., Zwolak, A., & Daniluk, J.
Kabupaten Magelang. (2011). Chronic obstructive pulmonary
Sandhaus, A., Strand, M., Strange, C., & disease in farmers and agricultural
Frederick, S. (2015). Pulmonary Disease workers – an overview. 18(2), 310–313.
Differs by Relationship Status. 37(4), 654– Terzikhan, N., Verhamme, K. M. C., Hofman,
663. https://doi.org/10.1007/s10865-013- A., Stricker, B. H., Brusselle, G. G., &
9516-7.The Lahousse, L. (2016). Prevalence and
Sharif, R., Parekh, T. M., Pierson, K. S., Kuo, Y., incidence of COPD in smokers and non-
& Sharma, G. (2015). Predictors of Early smokers : the Rotterdam Study. European
Readmission among Patients 40 to 64 Journal of Epidemiology, 31(8), 785–792.
Years of Age Hospitalized for Chronic https://doi.org/10.1007/s10654-016-0132-z
Obstructive Pulmonary Disease. 8, 685– Uppal, M., Gupta, B., Suri, J. C., & Mittal, V.
694. (2014). Factors affecting severity ,
https://doi.org/10.1513/AnnalsATS.201310 functional parameters , and quality of life
-358OC in COPD patients. 15(1), 42–46.
Sharma, M.K., Kumar, A., & Venkateshan, M. Van Gemert, F., Kirenga, B., Chavannes, N.,
(2016). Effectiveness of self_instructional Kamya, M., Luzige, S., Musinguzi, P.,
module on knowledge of self-care Turyagaruka, J., Jones, R., Tsiligianni, I.,
management of chronic obstructive Williams, S., de Jong, C., & van der Molen,
pulmonary disease among patients with T. (2015). Prevalence of chronic
chronic obstructive pulmonary disease. obstructive pulmonary disease and
International Journal of Research in associated risk factors in Uganda (FRESH
Medical Sciences., 4. AIR Uganda): A prospective cross-
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.18203/2 sectional observational study. The Lancet
320-6012.ijrms20161234 Global Health, 3(1), e44–e51.
Smeltzer, S.C., & B. G. (2008). Brunner and https://doi.org/10.1016/S2214-
Suddarth’s tex book of medical surgical 109X(14)70337-7
nursing (11 th ed). Philadelpia: Lippincott. YJG Korpershoek, ID Bos-Touwen, J. de M. G.
Soeroto, A. Y., & Suryadinata, H. (2014). (2016). Determinants of activation for self-
Penyakit Paru Obstruktif Kronik. 2013, management in patients with COPD. 1757–
83–88. 1766.
Sorheim, I.C., Johannessen, A., Gulsvik, A.,
Bakke, P.S, Silverman, E.K., &, & Demeo,

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 93

Anda mungkin juga menyukai