Anda di halaman 1dari 5

LEARNING OBJECTIVE

SKENARIO 6
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF
”NAPASKU TIDAK SEPERTI BIASANYA”

Nama : Isra Nur Hidayah

Stambuk : N 101 20 053

Kelompok : 14

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
Learning Objective

1. Epidemiologi dari dasar diagnosis?


Prevalensi PPOK meningkat tajam seiiring meningkatnya umur dengan
prevelensi tertinggi pada kelompok usia 60-an. Prevalensinya jauh lebih tinggi
pada pria dibandingkan wanita Prevalensi PPOK tertinggi di DKI
Jakarta,Banten,dan Jawa Barat sekitar 5,4% dan di pedesaan sekitar 7,2%.
(Liwang,2020)
2. Diagnosis banding dari diagnosis scenario?
Asma,bronliektasis,gagal jantung,tuberculosis paru dan bronkiolitis
obliterana (Liwang,2020)
3. Bagaimana rujukan dari diagnosis skenario ini?
Pasien PPOK harus dirujuk ke ahli paru atau spesialis penyakit dalam
untuk evaluasi dan inisiasi tata laksana lanjutan. Selanjutnya pasien dapat
dirujuk balik setelah selesai dan teapi dilanjutkan di fasyankes yang merujuk.
(Liwang,2020)
4. Interpretasi X-ray dari penyakit paru obstruktif?
Dapat dicurigia PPOK ketika adanya gambaran hiperinflasi dan oligemia
pada pasien emfisema atau peningkatan corak paru pada pasien bronchitis
kronis. Inflitrat tanpa batas tegas atau berupa flek putih gambaran radiopaque
juga dapat menjadi penanda pada gambaran radiologi. (Liwang,2020)
5. Patofisiologi dari penyakit paru obstruktif?
Invasi dari patogen kuman atau benda asing menyebabkan inflamasi pada
saluran napas bawah dan memicu datangnya neutrophil ke bronkiolus untuk
dieksekusi. Hal ini meningkatkan pengeluaran enzim neutrophil etalase yang
nantinya akan mengurangi keelastisan paru karena aktifnya neutrophil
memengaruhi pengeluaran elastin. Paru menjadi kaku dan menyempit
sehingga terjadinya obstruksi secara mekanis. (Liwang,2020)
6. Menjelaskan kondisi kegawatdaruratan kasus asma tikus?

Dilakukan pemeriksaan fisis dengan frekuensi napas identic leboh dari


30x/menit, denyut jantung sekitar 90-120x/menit dan tata laksana emergensi
fokus dalam menurunkan denyut jantung melalui pemberian pengobatan,
meskipun ada pasien yang tetap mengalami takikardia akibat bronkotropik dan
bronkodilator.Dilakukan pemeriksaan pulse oximetry, analisa gas darag
(AGD),foto thorax. Melalui spirometry dan gejala klinis dipakai untuk
memngambil keputusan terkait memulangkan atau merawat pasien. Umumnya 3-4
jam di IGD sudah cukup untuk menentukan jika pasien asma dapat membaik atau
aman untuk dipulangkan. Pasien dalam ICU memiliki tanda seperti gagal napas,
status mental berubah, spO2<90%,dan kenaikan paCO2 disertai dengan keadaan
klinis yang memburuk. (Siti,2017)

7. Tata laksana non farmakoterapi?

Edukasi pasien, pengukuran peak flow meter, identifikasi dan mengendalikan


faktor pencetus, pemberian oksigen, banyak minum untuk menghindari dehidrasi
terutama pada anak-anak, kontrol secara teratur dan pola hidup sehat (penghentian
merokok, menghindari kegemukan,Pemberian oksigen dengan target saturasi 88-92% lalu
lakukan analisa gas darah selama 30-60 menit, (Siti,2017)

8. Menjelaskan sindrom tumpang tindih, asma, dan penyakit paru obstruktif


akut
Asma merupakan penyakit gangguan inflamasi kronis salurna pernapasan
yang dihubungkan dengan hiperresponsif,keterbatasan aliran udara yang
irreversible dan gejala pernapasan.Asma sendiri ada gejala berulang dari mengi
atau wheezing,batuk dan terasa sesak khususnya malam hari.Asma merupakan
gangguan inflamasi kronis saluran pernapasan saluran pernapasan.Penyempitan
saluran pernapasan yang berisfat progresif yang disebabkan oleh inflamasi
saluran pernapasan dana tau karena peningkatan tonus otot bronkhioler terhadap
peningkatan resistensi aliran,hiperinflasi pulmoner dan ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi (V/Q).Apabila tidak dilakukan koreksi pada obstruksi
saluran pernapasan ini maka akan menyebabkan gagal napas yang merupakan
konsekuensi dari peningkatan kerja saluran pernapasan. Obstruksi aliran udara
merupakan gangguan fisiologis terpenting pada asma akut yang mana akan
menghambat aliran udara selama inspirasi danekspirasi. (Siti,2017)
DAFTAR PUSTAKA

Liwang, F., et all. 2020. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Depok: Media
Aesculapius

Siti,Selistiawati.,et al.2017.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1.Edisi


IV.Jakarta:Interna Publishing

Anda mungkin juga menyukai