Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUBUNGAN KORUPSI DENGAN


GRATIFIKASI

Disusun Oleh :

Nama : Dwi Amsoni


NIM : 22120020
Dosen Pengampu: Dr. Suandi,S.Pd.M.Si

UNIVERSITAS SJAKHYAKIRTI
FAKULTAS PERTANIAN
2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan meyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan pujadan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Hubungan Korupsi Dengan Gratifikasi.

Adapun makalah Hubungan Korupsi Dengan Gratifikasi ini telah kami


usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun, tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun yang lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah Hubungan Korupsi Dengan
Gratifikasi.

Palembang, maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KataPengantar.......................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar belakang....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah..................................................................................................2

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Gratifikasi.........................................................................................3

2.2 Landasan Hukum Tentang Gratifikasi Sebagai Tindak Pidana Korupsi...........3

2.3 Kategori Gratifikasi............................................................................................4

2.4 Dampak Gratifikasi............................................................................................5

2.5 Contoh Gratifikasi..............................................................................................5

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan........................................................................................................7

3.2 Saran...................................................................................................................7

Daftar Pustaka.......................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

korupsi merupakan salah satu kata yang cukup populer di masyarakat dan
telah menjadi tema pembicaraan sehari-hari. Namun demikian, ternyata masih
banyak masyarakat yang belum mengetahui apa itu korupsi. Pada umumnya,
masyarakat memahami korupsi sebagai sesuatu yang merugikan keuangan negara
semata. Padahal dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 joncto Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
ada 30 jenis tindakan korupsi. Ke-30 jeis tindak pidana korupsi tersebut pada
dasarnya dapat dikelompokkan mnjadi tujuh, yaitu: i) kerugian keuangan Negara;
ii) suap-menyuap; iii) penggelapan dalam jabatan; iv) pemerasan; v) perbuatan
curang; vi) benturan kepentingan dalam pengadaan; dan vii) gratifikasi.

Dari berbagai jenis korupsi yang diatur dalam undang-undang, gratifikasi


merupakan salah satu hal yang relatif baru dalam penegakan hukum tindak pidana
korupsi di Indonesia. Gratifikasi diatur dalam Pasal 12B Undang-Undang tersebut
di atas. Dalam penjelasan pasal tersebut, gratifikasi didefinisikan sebagai suatu
pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat, komisi,
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan Cuma-Cuma, dan fasilitas lainnya, yang diterima di dalam negeri
maupun yang di luar ngeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronika maupun tanpa elektronika. Meskipun sudah diterangkan di dalam
undag-undang, ternyata masih banyak masyarakat Indonesia yang belum
memahami definisi gratifikasi, bahkan para pakar pun maih memprdebatkan hal
ini.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan gratifikasi ?


2. Apa landasan hukum tentang gratifikasi sebagai tindak pidana korupsi ?
3. Apa saja kategori gratifikasi ?
4. Apa saja dmpak dari gratifikasi ?
5. Apa saja contoh gratifikasi ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Agar mahasiswa dapat mengerti dan memhami arti gratifikasi.


2. Agar mahasiswa dapat mengetahui landasan hukum tentang gratifikasi
sebagai tindak pidana korupsi.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui kategori dari gratifikasi.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui dampak dari gratifikasi.
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui contoh gratifikasi agar terhindar dari
tindakan gratifikasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gratifikasi

Salah satu bentuk korupsi yang paling banyak diungkap saaat ini adalah
korupsi dalam bentuk gratifikasi. Gratifikasi adalah suatu pemberian, imbalan atau
hadiah oleh orang yang pernah mendapat jasa atau keuntungan atau oleh orang
yang telah atau sedang berurusan dengan sutau lembaga publik atau pemerintah
dalam misalnya untuk mendapatkan suatu kontrak.

Pelarangan atas segala bentuk pemberian hadiah atau gratifikasi kepada


seseorag terkait kapaitasnya sebagai pejabat atau penyelenggara negara bukanlah
sesuatu yang baru. Gratifikasi menjadi perhatian khusus, karena merupakan
ketentuan yang baru dalam perundang-undangan dan perlu sosialisasi yang lebih
optimal. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi mendifinisikan gratifikasi sebagai pemberian dalam arti luas,
yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat atau diskon, komisis, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, perjalana wisata, pengobatan Cuma-Cuma, dan
fasilitas lainnya.

2.2 Landasan Hukum Tentang Gratifikasi Sebagai Tindak Pidana Korupsi

Tindak pidana gratifikasi merupakan bagian dari tindak pidana korupsi yang
terdiri dari pmberi dan penerima gratifikasi. Ketentuan hukum terhadap penerima
gratifikasi terdapat pada Pasal No. 20 Tahun 2001 yaitu :

1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara


dianggap pemberian suap apabila berhubungan dengan jabatan dan yang
berlawanan dengan kewajiban dan tugasnya, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Yang nilainya Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih,
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap
dilakukan oleh penerima gratifikasi.

3
b. Yang nilainya kurang dari Rp. 10.000.000.00 (sepuluh juta
rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan
oleh penuntut umum.
2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Keberadaan Pasal 5 dan Pasal 12B ini masih membingungkan dan dalam
penerapannya akan terjadi tumpang tindih dengan ketentuan hukum yang lain. Hal
ini terlihat dalam dari ketentuan Pasal 12C Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang menyatakan:

1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Psal 12B, ayat (1) tidak berlaku,
jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.
3) Komisi pemberantasan tindak pidana korupsi dalam waktu Paling lambat
30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan wajib
menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau milik negara.
4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimaa dimaksud
dalam ayat (2) dan penentuan status gratifikasi sebagaimana diamksud
dalam ayat (3)diatur dalam Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.

Tindak pidana korupsi berasal dari dua kata yaitu tindak pidana dan korupsi.
Istilah tindak pidana berasal dari istilah hukum Belanda yaitu strafbaar feit. Pada
dasarnya istilah strafbaar feit ini berasal dari tiga kata yaitu straf, baar, feit. Straf
diartiakn dengan pidana atau hukum, baar diartikan dengan dapat atau boleh, dan
feit diterjemahkan dengan tindaka, peristiwa atau perbuatan. Dengan demikian

4
strafbaar feit diartikan sebagai suatu tindakan yang menurut rumusan Undang-
Undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum, artinya perbuatan
yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam dengan pidana, di mana pengertian
perbuatan disini selain perbuatan yang bersifat aktif (melakukan sesuatu perbuatan
yang sebenarnya dilarang oleh hukum) juga perbuatan yang bersifat pasif (tidak
berbuat sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh hukum).

2.3 Kategori Gratifikasi

Penerimaan gratifikasi dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu


gratifikasi yang dianggap suap dan gratifikasi yang tidak dianggap suap, yaitu :

1) Gratifikasi yang Dianggap Suap


Yaitu gratifikasi yang diterima oleh pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang berhubungan dengan kewajuban atau tugasnya, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999ntentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
2) Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap
Yaitu gratifikasi yang diterima oleh pegawai ngeriatau penyelenggara
negara yang berhubungan dngan jabatan dan tidak berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Kegiatan resmi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang sah dalam
pelaksanaan tugas, fungsi dan jabatannya dikenal dengan kedinasan.
Dalam menjalankan kedinasannya pegawai negeri atau penyelenggara
negara sering dihadapkan pada peritiwa gratifikasi sehingga gratifikasi
yang tidak dianggap suap dapat dibagi menjadi 2 sub yaitu gratifikasi yang

5
tidak dianggap suap yang terkait kedinasan dan gratifikasi yang tidak
dianggap suap yang tidak terkait kedinasan.

Gratifikasi yang tidak dianggap suap yang terkait dengan kegiatan


kedinasan meliputi penerimaan dari:
a) Pihak lain berupa cinderamata dalam kegiatan resmi kedinasan
seperti rapat, seminar, workshop, konferensi, pelatihan atau
kegiatan lain sejenis;
b) Pihak lain berupa kompensasi yang diterima terkait kegiatan
kedinasan, seperti honorarium, transportasi, akomodasi dan
pembiayaan lainnya sebagaimana diatur pada standar biaya yang
berlaku di instansi penerima, sepanjang tidak terdapat pembiayaan
ganda, tidak terdapat konflik kepentingan, atau tidak melanggar
ketentuan yang berlaku di instansi penerima.

2.4 Dampak Gratifikasi

1) Si pegawai akan lebih cenderung dan lebih senang untuk melayani orang
yang memberikan hadian kepadanya hadiah. Sebaliknya dia malas untuk
melayani orang-orang yang tidak memberikan kepaddanya hadiah, padahal
semua konsumen mempunyai hak yang sama, yaitu mendapatkan
pelayanan dari pgawai tersebut secara adil dan profesional, karena
pegawai tersebut sudah mendapatkan gaji secara rutin dari perusahaan
yang mengirimnya.
2) Si pegawai ketika mendapat hadiah dari salah satu konsumen,
mengakibatkan dia bekerja tidak profesional lagi. Dia merasa tidak
mewakili perusahaan yang mengirimnya, tetapi merasa bahwa dia bekerja
untuk dirinya sendiri.
3) Si pegawai ketika bekerja selalu dalam keadaan mengharap-harap hadiah
dai konsumen.

6
2.5 Contoh Gratifikasi

1) Pemberian pinjaman barang dari rekanan kepada pejabat atau pegawai


negeri secara Cuma-Cuma;
2) Pemberian tiket perjalanan oleh rekanan kepada penyelenggara negara
atau pegawai negeri atau keluarganya untuk keperluan atau dinas secara
Cuma-Cuma;
3) Pemberian tiket perjalanan oleh pihak ketiga kepada penyelenggara
negara atau pegawai negeri atau keluarganya untuk keperluan dinas atau
pribadi secara Cuma-Cuma;
4) Pemberian insentif oleh BUMN atau BUMD kepada pihak swasta karena
target penjualannya berhasil dicapai;
5) Penerimaan honor sebagai narasumber oleh seorang penyelenggara negara
atau pegawai negeri dalam suatu acara;
6) Pemberian sumbangan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam
acara khusus
7) Pemberrian barang (suvenir, makanan, dll) oleh kawan lama atau
tetangga;
8) Pemberian oleh rekanan melalui pihak ketiga;
9) Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terimakasih atas jasa yang
diberikan;
10) Pemberian hadiah atau uang oleh debitur kepada pegawai bank
BUMN/BUMD;
11) Pemberian cash back kepada nasabah oleh bank BUMN/BUMD;
12) Pemberian fasilitas penginapan oleh pemda setempat kepada
penyelenggara ngara atau pegawai negri pada saat kunjungan di daerah;
13) Pemberian sumbangan atau hadiah pernikahan penyelenggara negara atau
pegawai negeri pada saat penyelenggra negara/pegawai negeri
menikahkan anaknya;
14) Pemberian kepada pensiunan pegawai negeri atau janda pensiunan; dan
15) Hadiah karena prestasi

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gratifikasi adalah suatu pemberian, imbalan atau hadiah oleh orang yang
pernah mendapat jasa atau keuntungan atau oleh orang yang telah atau sedang
berurusan dengan sutau lembaga publik atau pemerintah dalam misalnya untuk
mendapatkan suatu kontrak. Dimana gratifikasi sudah dilandaskan dalam pasal
No. 20 Tahun 2001. Gratifikasi itu sendiri ada yang dianggap suap maupun tidak.
Gratifikasi juga berdampak buruk, serta banyaknya contoh yangbisa kita lihat
sekarang gratifikasi yang dilakukan.

3.2 Saran

kita sebagai seorang mahasiswa dan terpalajar hendaknya bisa


membedakan gratifikasi dan korupsi dan bisa menghindari gratifikasi dimana pun
kita berada dan pelajari sehingga kita tidak menyimpang serta pahami tentang
gratifikasi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mauliddar, N. Din, M. Rinaldi, Y. 2017. Gratifikasi Sebagai Tindak pidana


Korupsi Terkait Adanya Laporan Penerima Gratifikasi. Kanun Jurnal
Ilmu Hukum, Vol 19(1),pp 155-173. Magister Ilmu Hukm Fakultas
Hukum: Universitas Syiah Kuala.

Direktorat Gratifikasi. 2014. Buku Saku Memahami Gratifikasi. Komisi


Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai