Dari lirik lagu tersebut kita bisa mengambil makna betapa luas dan indahnya Indonesia dari
Sabang sampai Merauke sampai-sampai tak akan terlupakan oleh kita walaupun suatu saat kita
tak lagi menempati tanah air Indonesia. Dari kecintaan terhadap tanah air pun menunjukkan
bahwa tanah air Indonesia begitu berharga dan patut dilestarikan serta menjadi kebanggaan
bagi kita yang memilikinya dan kita memiliki kenangan tak terlupakan disini yang membuat
bahagia karena keindahan tanah air. Oleh karena itu, kita patut menjaga kelestarian dan
keindahan tanah air dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa bangga
#pertanyaan
1. Bagaimana membangun kecintaan generasi muda Pada tanah air ?
2. Bagaimana Sikap Cinta terhadap Tanah Air?
3. Bagaimana cara kita untuk mempertahankan bangsa tanah air Indonesia?
4. Bagaimana pengakuan generasi muda sebagai bangsa Indonesia?
Jawab:
1.•Bersikap patriotisme
• Cintai produk Indonesia
2. kita sebagai generasi penerus bangsa Indonesia harus memiliki rasa cinta kepada tanah air
Indonesia dengan cara memiliki rasa nasionalisme.Cinta terhadap tanah air diperlukan karena
dengan adanya rasa cinta kepada tanah air maka kita dapat memajukan serta membangun
bangsa Indonesia ini menjadi suatu negara yang terpandang dan bermanfaat bagi negara lain .
3.1) Cinta Tanah Air
Sebagai warga negara Indonesia kita wajibmempunyai rasa cinta terhadap tanah air
Pembinaan persatuan dan kesatuan harus dilakukan di manapun kita berada, baik di lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara.
3) Rela Berkorban
Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan keikhlasan memberikan
sesuatu yang dimiliki untuk orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri.
Para pejuang mereka bertekad dengan satu cita-cita, semangat yang sama melahirkan satu visi
dan perjuangan bersama, yakni satu tanah air, satu bahasa dan satu bangsa yakni
Indonesia.Makna dari semua itu tercatat sebuah jalan panjang anak-anak muda ketika itu
memperjuangkan terciptanya nilai persatuan di Republik ini dan sejarah panjang telah
mencatat, apa yang mereka lakukan semata-mata untuk kepentingan bangsa dan rakyat
Indonesia.Pertanyaannya, apa yang terjadi di era milenial ini, apakah pemuda masih
memikirkan hal yang sama ketika Boedi Oetomo, Wage Roedolf Soepratman dan kawan-kawan
tergerak melalui karyanya Ataukah justru mereka terperangkap dalam hedonisme dan
pragmatisme pada zaman sekarang ini.Tidak dipungkiri, era milenial yang ditandai dengan
pesatnya perkembangan teknologi telah mengubah kebiasaan-kebiasaan anak muda atau yang
disebut “Zaman Now” ini cenderung lebih soliter, asyik dengan dirinya sendiri, asyik dengan
dunianya.Teknologi juga telah mengubah perilaku dan pola kehidupan anak-anak muda
sekarang menjadi lebih sulit berinteraksi dengan orang lain, karena dengan teknologi semuanya
serba mudah, membuat manusia merasa lebih bisa memenuhi kebutuhan sendiri tanpa
memerlukan interaksi dengan banyak orang. Interaksi sosial antar individu justru terjadi lebih
banyak di dunia maya ketimbang nyata.Keadaan seperti ini dikhawatirkan menjadikan generasi
muda menjadi apatis dan kehilangan kepekaan pada kondisi sosial masyarakat.