a.
b.
c.
Nasionalisme dan patriotisme sangat penting bagi kelestarian kehidupan bangsa Indonesia.
Hal ini mengingat kondisi :
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk atau keanekaragaman dalam suku,
ras, golongan, agama, budaya dan wilayah.
Alam Indonesia, dimana kepualauan nusantara terletak pada posisi silang yang dapat
mengandung kerawanan bahaya dari negara lain.
Adanya bahaya disintegrasi (perpecahan bangsa) dan gerakan separatisme (gerakan untuk
memisahkan diri dari suatu bangsa), apabila pemerintah tidak bersikap bijaksana.
Semangat kebangsaan dapat diwujudkan dengan adanya sikap patriotisme dan
nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari. Warga negar yang emmiliki semangat
kebansgaan yang tinggi akan memiliki nasionalisme dan patriotisme yang tinggi pula.
kemerdekaan, maka perlunya dipahami, dimenegrti akan arti perjuangan para pejuang,
niscaya tujuan negara yang diidam-idamkan akan segera terwujud.
3. Perwujudan Patriotisme dan Nasionalisme dalam kehidupan
Sikap patriotisme dan nasionalisme dapat diwujudkan dalam berbagai lingkungan
kehidupan :
a.
Lingkungan keluarga
Jiwa dan semangat patriotisme dapat ditanamkan dan dimulai di lingkungan keluarga,
misalnya kita harus selalu berbuat bai kdi lingkungan kita untuk menjaga nama baik keluarga,
meelstarikan ketenttraman keluarga, emmbantu meringankan beban keluarga.
b. Lingkungan sekolah
Berbagai macam tingkah laku atau kegiatan yang mengacu pada nilai kesopanan dan
kebaikan, baik terhadap guru, karyawan maupun teman, mengikuti upacar dengan tertib.
Menajdi anggota OSIS, menjaga nama baik sekolah, menjadi team olah raga, menghidnari
tawuran pelajar, menjaga kebersihan dan ketertiban sekolah dan lain sebagainya.
c. Lingkungan masyarakat
Sikap patriotisme di masyarakat dapat ditumbuhkan dan dilaksanakan melalui menjaga
keamanan lingkungan, menaikkan bendera di depan rumah pada hari besar nasional,
membersihkan lignkungan, aktif dalam kegiatan desa dan ikut membela negara bila
diperlukan.
Rangkuman
1. Nasionalisme dapat dibedakan menjadi dua yaitu nasionalisme dalam arti luas dan dalam arti
sempit.
2. Nasionalisme yang dikembanghkan di Indonesia adalah Nasionalisme yang berdasarkan
Pancasila.
3. Patriotisme mengandung arti yang lebih luas dari ansionalisme, hal ini dapat dilihat dari ciriciri patriotisme.
4. Karena kondisi bangsa Indonesia maka nasionalisme dan patriotisme sangat penting untuk
kelesatrian kehidupan bangsa Indonesia.
5. Perjalanan sejarah bansga Indonesai dalam membina dan mengembangkan nasionalisme
maupun patriotisme, dan sebelum kebangkitan nasional sampai proklamasi kemerdekaan.
6. Perwujudan sikap nasionalisme dan patriotisme dalam kehidupan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat.
Uji Kompetensi
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan tepat !
1. Nasionalisme dibedakan menjadi nasionalisme dalam arti sempit dan nasionalisme dalam arti
luas. Apa yang dimaksud dengan ansionalisme dalam arti luas !
2. Pandangan bangsa Indonesai terhadap nasionalsime adalah...
3. Sebutkan daktor-faktor yan gmenyebabkan kegagalan perlawanan rakyat di daerah pada
masa perjuangan !
4. Sebutkan contoh patriotisme dalam lingkungan sekolah !
5. Masa kebangkitan nasional disebut sebagai angkatan perintis, jelaskan sebabnya !
Sumber : blog.umy.ac.id
Apabila kita berbicara tentang cinta tanah air, mungkin yang terbersit
dipikiran kita adalah bagaimana bentuk cinta tanah air itu sebenarnya,
bagaimana cara kita untuk mencerminkan bahwa kita mencintai tanah air
kita, apa pentingnya cinta terhadap tanah air bagi seluruh rakyat
indonesia. Sebelumnya, kita harus mengetahui apa sesungguhnya arti
dari cinta tanah air itu sendiri. Menurut beberapa sumber yang telah saya
baca, pengertian dari cinta tanah air adalah perasaan bangga menjadi
warga negara Indonesia, dengan khasanah budaya yang ada dan
menerima segala konsekuennya, yakni menjadi warga negara yang baik,
patuh terhadap peraturan berupa norma maupun hukum yang tertulis,
dan ikut serta dalam usaha pembelaan terhadap negaranya. Cinta tanah
air itu sendiri merupakan pandangan kebangsaan kita terhadap negara ini
yang sangat penting, karena merupakan senyawa dari kemerdekaan dan
demokrasi yang ada di Indonesia, dengan mensinergikan ketiganya akan
terjadi keharmonisan dalam bernegara.
Cinta tanah air merupakan pandangan kebangsaan karena cara pandang kita tegantung sajauh
mana kita memiliki rasa cinta terhadap tanah air, yang kemudian selanjutnya akan
menimbulkan sikap yang biasa disebut patriotisme dan nasionalisme yaitu sikap-sikap yang
ada dalam diri pejuang yang karena memiliki rasa cinta tanah air yang sangat besar mereka
rela berkorban demi negara ini. Dengan cinta tanah air maka harapannya generasi penerus
yang akan menjalankan tampu roda pemerintahan akan lebih baik lagi tanpa adanya nafsu
pribadi dan lain sebagainya. Kecintaan kepada tanah air mencakup empat aspek penting yaitu
identitas bangsa, wujud cinta tanah air, realitas bangsa, dan visi kebangsaan.
1. Identitas bangsa (identitas bangsa kita tecermin dalam pancasila)
Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan
pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-
sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri, serta karakter dari bangsa tersebut. Jadi
Identitas nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan wilayah (tanah tumpah darah
mereka sendiri), kesamaan sejarah, sistem hukum/perundang-undangan, hak dan kewajiban,
serta pembagian kerja berdasarkan profesi. Demikian pula hal ini juga sangat ditentukan oleh
proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat pengertian
identitas nasional sebagaimana dijelaskan di atas maka identitas nasional suatu bangsa
tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut sebagai
kepribadian suatu bangsa.
Pengertian kepribadian suatu identitas sebenarnya pertama kali muncul dari pakar psikologi.
Manusia sebagai individu sulit dipahami jika terlepas dari manusia lainnya. Oleh karena itu
manusia dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki suatu sifat
kebiasaan, tingkah laku, serta karakter yang khas yang membedakan manusia tersebut dengan
manusia lainnya. Namun demikian pada umumnya pengertian atau istilah kepribadian
sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari faktor-faktor biologis,
psikologis, dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu. Tingkah laku tersebut terdiri
atas kebiasaan, sikap, sifat-sifat, serta karakter yang berada pada seseorang sehingga
seseorang tersebut berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu kepribadian adalah
tecermin pada keseluruhan tingkah laku seseorang dalam hubungan dengan manusia lain
(Ismaun, 1981: 6).
Jika kepribadian sebagai suatu identitas dari suatu bangsa, maka persoalannya adalah
bagaimana pengertian suatu bangsa itu. Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar
manusia yang mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup
bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu kesatuan nasional. Para tokoh
besar ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang hakikat kepribadian bangsa tersebut adalah
dari beberapa disiplin ilmu, antara lain antropologi, psikologi dan sosiologi. Tokoh-tokoh
tersebut antara lain Margareth Mead, Ruth Benedict, Ralph Linton, Abraham Kardiner.
Pancasila sebagai kepribadian dan identitas nasional
Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memiliki sejarah
serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala
bangsa Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakkanlah prinsipprinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam hidup berbangsa dan bernegara. Prinsip-prinsip
dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa, yang diangkat dari filsafat hidup atau
pandangan hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip
dasar filsafat negara yaitu Pancasila. Jadi dasar filsafat suatu bangsa dan negara berakar pada
pandangan hidup yang bersumber kepada kepribadiannya sendiri. Nilai-nilai esensial yang
terkandung dalam Pancasila yaitu : ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, serta
keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala sebelum mendirikan negara. Dasar-dasar pembentukan nasionalisme
modern menurut Yamin dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan
yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian
dicetuskan pada Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah
perjuangan bangsa Indonesia untuk menemukan identitas nasionalnya sendiri, membentuk
suatu bangsa dan negara Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945, yang kemudian
diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu akar-akar
nasionalisme Indonesia yang berkembang dalam perspektif sejarah sekaligus juga merupakan
unsur-unsur identitas nasional, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam sejarah
terbentuknya bangsa Indonesia.
Identitas bangsa adalah tanda pengenal yang melekat atau ciri khas yang membedakan bangsa
Indonesia dengan bangsa lain. Disini kita dituntut untuk mencintai tanah air karena memang
tanah air adalah identitas yang melekat pada diri kita. Jika kita sudah mampu berpikir seperti
itu maka segala realitas yang terjadi di tanah air tidak akan menggoyahkan kecintaan kita
terhadap tanah air. Artinya kita menerima apa adanya dan terus memperjuangkan tanah air
karena memang itulah identitas kita, bagian dari diri kita. Oleh sebab itu, mencintai negara
Indonesia bukan hanya mencintai karena keindahan dan berbagai kelebihan yang dimiliki
negara ini, tapi juga mencintai karena berbagai kekurangan yang harus dibenahi oleh
masyarakatnya. Analogikan seperti hubungan antara ibu dan anak. Ibu sebagai orang tua kita
merupakan identitas atau bagian dari hidup kita. Kita mencintai ibu apa adanya tanpa pamrih,
tanpa memandang kekurangannya, dan apa pun yang terjadi pada ibu, kita siap berbakti dan
melakukan yang terbaik untuknya. Seperti itulah perumpamaan cinta tanah air.
2.
Wujud
cinta
tanah
air
Di setiap jenjang pendidikan di Indonesia, materi ajar cinta tanah air menjadi hal yang tak
terpisahkan. Upaya menanamkan rasa nasionalisme tersebut bagi seluruh rakyat Indonesia
dilakukan sejak usia dini, khususnya melalui jalur pendidikan. Namun sudahkah hal itu
berhasil menciptakan warga negara yang berkarakter cinta tanah air? Entahlah! Untuk
menjawab hal tersebut, rasanya kita harus mengadakan penelitian yang ilmiah dulu. Tapi
sebelum itu, ada baiknya kita bercermin dulu tentang rasa nasionalisme di dalam diri.
Sudahkah kita benar-benar menumbuhkan sikap itu? Mungkin empat hal berikut bisa menjadi
indikatornya :
Sebagai warga negara, membela tanah air bukan hanya berjuang mengangkat senjata,
melakukan perang, atau menyerbu kelompok pembangkang. Rasa nasionalisme dalam diri
seseorang dengan semangat membela tanah air paling tidak dapat dilihat dari raut wajahnya
yang terlihat geram ketika negaranya dihina, emosi ketika bendera negaranya dilecehkan,
melaporkan tindakan-tindakan yang mengancam keutuhan negara dan bangsa, mendukung
timnas saat bertanding, menjaga persatuan kesatuan bangsa dan sebagainya.
Wujud cinta tanah air yang lain adalah rasa bangga menjadi bagian dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Rasa bangga tersebut misalnya dapat dilihat sejauh mana ia suka dengan
kebudayaan bangsanya, seberapa besar ia bangga memakai produk dalam negeri, dan
seberapa luas wawasan kebangsaannya.
Partisipasi diri
Wujud nyata dari rasa cinta terhadap tanah airnya dapat dilihat dari segala bentuk
perbuatannya. Cinta tanah air akan mendorong peran serta dan partisipasi dalam diri untuk
terlibat dan mendukung program-program pemerintah yang bertujuan membangun bangsa.
Misalnya berpartisipasi dalam Pemilu, ikut serta gotong royong membangunan sarana publik,
taat membayar pajak, mematuhi peraturan dan undang-undang yang berlaku, membantu
pelaksanaan program pemerintah, belajar yang giat, dan sebagainya.
Rela berkorban
Nilai tertinggi dari nasionalisme adalah rela berkorban. Tindakan rela berkorban untuk
bangsa dan negara memang menjadi hal yang paling sulit dilakukan. Orang yang bisa
mengorbankan miliknya (harta, kepentingan, hingga nyawa) untuk kepentingan negara dapat
dikatakan
sebagai
orang
yang
mempunyai
nasionalisme
tinggi.
3.
Pancasila,
Realitas
UUD
1945,
dan
bangsa
realitas
bangsa
Indonesia
Realita bangsa Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Banyak polemik yang terjadi,
seperti KKN, multikulturalisme yang memicu perang antarsuku-agama, sentralisasi
pembangunan hanya di pulau Jawa dan kota besar sehingga kurang memerhatikan wilayah
lain yang memicu pertikaian untuk melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
seperti kasus Timor-Timur dan kericuhan pemilu tahun 2009 akibat tata pelaksanaan yang
semrawut.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dirancang oleh para founding fathers di antaranya
Soekarno dan Mohammad Hatta yang tergabung dalam suatu badan yang bernama Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang dibentuk pada tanggal 29
April 1945 dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang dibentuk pada tanggal 7
Agustus 1945. UUD 1945 disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945, dan Pancasila pertama
kali dikemukakan oleh Ir. Soekarno dalam sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945,
merupakan konstitusi dan ideologi dasar Negara Indonesia : rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal-hal yang sangat
mendasar dirumuskan secara cermat baik dalam teks proklamasi kemerdekaan, Pancasila
maupun dalam UUD 1945, terutama pembukaannya yang berisi konsep, prinsip, dan nilainilai yang sangat mendasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep, prinsip, dan
nilai tersebut menjadi dasar dalam menentukan kelembagaan negara serta dalam menyusun
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Pancasila, Kelima sila dibuat
berdasarkan pada kesesuaian perilaku manusia Indonesia yang memiliki kemajemukan atau
heterogenitas suku, pandangan hidup, nilai (value) seperti nilai religius, moral (etika),
kebersamaan dan toleransi, kemanusiaan, pluralitas, keadilan intelektualitas, nasionalisme,
dan kebangsaan. (Buku Mata Kuliah Pengembangan Terintegrasi) Ternyata dalam perjalanan
sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan
implementasi UUD 45 dan Pancasila, sebagai fungsi regulatif dan konstitusif.
Demokrasi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara, yang merupakan agenda
utama reformasi, ternyata telah dilakukan oleh para politikus dengan kurang
mempertimbangkan kepentingan rakyat dan bangsa. Dalam praktiknya, mereka lebih
mengacu pada sistem liberal daripada sistem sila ke-4. Pemilihan umum yang diberi predikat
sebagai indikator implementasi demokrasi sering berakhir kericuhan. Prinsip kebersamaan
dalam sila ke-3 dan ke-2 yang harus ditegakkan tak diacuhkan dan diperhatikan.
Pada era reformasi, KKN lebih menggebu-gebu, jumlah pengangguran meningkat akibatnya
kemiskinan akan meningkat pula. Ini bertentangan dengan sila keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Tingkah laku yang tidak didasari oleh rasa kasih sayang dan humanis :
Angkuh, merasa menang sendiri, kebencian, balas dendam, mencaci, menjelekkan, dan
memfitnah dianggap sebagai perbuatan yang lazim dan hebat. Sikap hospitalitas berubah
menjadi
hostilitas.
Pancasila dan UUD 45 seharusnya dimengerti secara kontekstual bukan tekstual sehingga
timbulnya perilaku menyimpang dapat diminimalisir dan dicegah. Penurunan pemahaman
Pancasila menimbulkan kesalahan persepsi bahwa era reformasi adalah sebagai kebebasan :
dapat melakukan apa saja menurut pemahaman individual bukan sebagai kebebasan yang
bertanggung jawab mengakibatkan mulai tumbuhnya budaya anarkisme. Kebebasan
bertanggung jawab ialah kebebasan yang masih berdasar pada nilai-nilai yang terkandung
dalam UUD 1945 dan Pancasila. Perilaku makin menyimpang ditambah dengan globalisasi
memungkinkan terjadinya akulturasi budaya, menimbulkan ketidakserasian dan
ketidaksepahaman antara individu dengan negaranya. Pemerintah seharusnya lebih
menyosialisasikan pemahaman mengenai makna UUD 45, Pancasila, dan sistem
pemerintahan
yang
sedang
dianut,
yaitu
demokrasi.
Pancasila
dan
realitas
bangsa
Kondisi bangsa saat ini mencerminkan bahwa Pancasila dirasakan belum dipraktikkan secara
langsung. Segala perpecahan dan konflik yang terjadi sungguh tidak mencerminkan jati diri
bangsa. Peta perpolitikan dan budaya di Indonesia akhir-akhir ini sangat marak diwarnai
dengan isu konflik etnis dan juga bahaya disintegrasi yang mulai pelan-pelan merambah
keseluruh wilayah Indonesia. Akhir-akhir ini berbagai konflik tidak lagi bersifat konflik
pribadi, namun sudah merambah ke antaretnis, agama, ras, dan golongan. Ditambah lagi
dengan tidak sedikitnya calon eksekutif atau legislatif yang memanfaatkan hal ini sebagai
jalan untuk merebut hati masyarakat yang sebenarnya efeknya bisa berdampak lain. Indonesia
yang sangat pluralistik disatu pihak dapat merupakan potensi yang sangat besar dalam
pembangunan bangsa, namun dilain pihak juga merupakan sumber potensial bagi munculnya
berbagai
konflik
yang
mengarah
pada
disintegrasi
bangsa.
Selain itu, kondisi perkonomian kita sekarang juga sangat kritis tapi terselubung. Berita
peningkatan ekonomi dan kesejahteraan yang ternyata jauh dari kenyataan, hanya bualan
untuk menaikan popularitas dengan pencitraan. Belum lagi kapitalisme dan neoliberalisme
yang pelan-pelan mulai merambah dan mengancam. Ditengah kondisi seperti ini, malah
tercipta gap antara si kaya dengan si miskin. Dimana keadilan? Benarkah nilai-nilai luhur
Pancasila
telah
diamalkan
seluruh
komponen
bangsa?
Jika nilai-nilai universal sudah diamalkan, mengapa negara Indonesia yang menjunjung
moralitas justru marak praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme sampai Indonesia dicap sebagai
negara korup. Nilai-nilai luhur Pancasila yang seharusnya dijadikan acuan seperti dilupakan.
Akibatnya, korupsi marak di mana-mana. Ironisnya, tindak korupsi itu dilakukan elite politik
yang seharusnya memberikan contoh dalam menjunjung moralitas. Terkuaknya kasus korupsi
di hampir semua lembaga atau departemen pemerintahan seakan meneguhkan bahwa
kekuasaan cenderung korup. Fenomena itu menegaskan bahwa Pancasila selama ini hanya
dijadikan slogan, tak dijiwai sebagai nilai luhur yang patut dijunjung tinggi.
Bagaimanapun negara ini didirikan atas landasan moral yang luhur. Sebelum terbentuk
negara Indonesia, etika dan moral dalam kehidupan sehari-hari warga di bumi Nusantara
sudah menjadi pegangan yang dimaklumatkan penguasa kerajaan besar mulai dari Kerajaan
Sriwijaya, Majapahit, hingga Mataram. Hidup penuh toleransi, tolong-menolong, gotongroyong, bermusyawarah untuk menciptakan rasa aman, tenteram, dan sejahtera seperti
diungkapkan dengan semboyan Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata Tentrem Kerta Raharjo
sudah menjadi harapan semua orang yang belakangan populer disebut masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila. Tapi sangat begitu disayangkan, nilai-nilai itu tampaknya
belum diamalkan dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Pancasila kerap kali
ditafsirkan sepihak dan cenderung diselewengkan sejumlah oknum dan pejabat negara.
Nurani sebagian pejabat di Indonesia tidak lagi berjiwa Pancasilais. Tak heran, jika korupsi
merajalela dan merebak di mana-mana. Pancasila yang memuat nilai-nilai moral dan etis
seakan menjadi pepesan kosong yang tak bermakna dan cenderung dilupakan. Karena itu,
kini waktunya menjadikan Pancasila sebagai rumah bagi mentalitas semua komponen
masyarakat. Pancasila harus kembali dijadikan sebagai pedoman untuk bertindak dan
berperilaku agar tak melenceng dari nilai-nilai yang telah dijadikan sebagai kontrak sosial
bersama sejak Indonesia merdeka. Selain itu, Pancasila harus kembali dijadikan acuan hukum
atau sumber dari segala sumber hukum. Dengan cara itu, Indonesia benar-benar menjadi
negara hukum, tidak lagi menjadikan ego pribadi, ego kelompok, atau golongan di balik
kepentingan setiap perundang-undangan atau konstitusi. Bahkan yang lebih ironis sekarang
ini konstitusi yang dibuat kerap ditengarai hanya untuk mencari celah pembenaran atas
kehendak kelompok, golongan, atau pribadi tertentu, tetap saja marak. Tak sedikit perundangundangan dibuat dengan mencederai prinsip Pancasila, yang lebih mengedepankan
musyawarah-mufakat tapi lebih mengedepankan kepentingan pribadi, kelompok dan
golongan.
Fakta bahwa banyak di antara elite politik dan pejabat negeri ini ramai-ramai korupsi, tak
dapat disangkal, tidak sesuai acuan nilai-nilai luhur universal Pancasila. Perilaku pemimpin
korup demikian jelas merupakan pengkhianatan terhadap Pancasila. Hal ini tak bisa terus
dibiarkan, sangat perlu kesatuan hati membendung kebobrokan ini dan membangkitkan
kembali
nilai-nilai
pancasila
yang
luhur.
Kiranya semua paparan diatas sudah mencerminkan penyimpangan yang ada. Nilai-nilai
Pancasila belum direalisasikan secara nyata. Kita semua berharap melalui pertikaian yang
ada, serta kondisi bangsa saat ini menjadi yang terakhir menimpa bangsa kita. Kita juga
melihat dari masalah-masalah tersebut, kita bisa belajar dan mencoba untuk mengamalkan
dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila karena Pancasila sudah sempurna tinggal
pencerminannya saja yang perlu kita lakukan.
from the willingness of self is based on sincerity or willingness to act for the good
of the Nation and state of Indonesia.
Many problems related to awareness of national and state should receive
attention and responsibility for our people. So that the mandate of the 1945
Constitution to preserve and maintain the Unitary State of the Republic of
Indonesia and the welfare of the people can be realized.
Pembahasan :
Indonesia adalah wilayah kepulauan yang terintergrasi secara nasional dari
daerah daratan dan lautan kedalam organisasi berbentuk negara kesatuan untuk
melaksanakan pembangunan ekonomi dalam mewujudkan masyarakat sejahtera
sebagai realisasi impian yang di amanatkan oleh UUD 1945. Berdasarkan
pendekatan yang diuraikan diatas, diharapkan dapat dipergunakan untuk
menyusun suatu konsepsi yang dapat dipergunakan untuk menyatukan sudut
pandang dalam kita merumuskan, apa yang telah tertuang dalam pasa 32 UUD
45 sebelum diadakan perubahan. Dengan sudut pandang itu, diharapkan kita
dapat menyatukan pola berpikir dalam merumuskan visi, misi, tujuan, strategi
dalam mengaktualisasikan BERBANGSA, BERNEGARA, INDONESIA sebagai
pedoman dalam kita bersikap dan berperilaku dalam menjalankan fungsi,
pekerjaan, kerja, jabatan, peran dan tanggung jawab dalam berbangsan dan
bernegara.
Bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat,
bahasa, sejarah serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan berbangsa adalah
manusia yang mempunyai landasan etika, bermoral , dan ber-aqlak mulia dalam
bersikap mewujudkan makna sosial dan adil. Negara adalah suatu organisasi dari
sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami
satu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan yang mengurus
tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia
tersebut. Sedangkan bernegara adalah manusia yang mempunyai kepentingan
yang sama dan menyatakan dirinya sebagai satu bangsa serta berproses di
dalam satu wilayah nusantara atau Indonesia dan mempunyai cita-cita yang
berlandaskan niat untuk bersatu secara emosional dan rasional dalam
membangun rasa nasionalisme secara eklektis kedalam sikap dan perilaku antar
yang berbeda ras, agama, asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarah.
Membangun Kesadaran Berbangsa dan Bernegara kepada pemuda merupakan
hal penting yang tidak dapat dilupakan oleh bangsa ini, karena pemuda
merupakan penerus bangsa yang tidak dapat dipisahkan dari perjalan panjang
bangsa ini. Akan tetapi kesadaran berbangsa dan bernegara ini jangan ditafsir
hanya berlaku pada pemerintah saja, tetapi harus lebih luas memandangnya,
sehingga dalam implementasinya, pemuda lebih kreatif menerapkan arti sadar
berbangsa dan bernegara ini dalam kehidupannya tanpa menghilangkan hakekat
kesadaran berbangsa dan bernegara itu sendiri.
Kesadaran berbangsa dan bernegara sesuai dengan perkembangan bangsa
mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara yang tidak akan selalu
positif. Bisa saja pada suatu masa kesadaran tersebut tidak seutuh dengan masa
sebelumnya.
Bermacam-macam hal yang dapat berpengaruh terhadap kesadaran berbangsa
dan bernegara. Berbagai faktor dalam negeri seperti dinamika kehidupan warga
negara, telah ikut memberi warna terhadap kesadaran berbangsa dan bernegara
tersebut. Demikian pula perkembangan dan dinamika kehidupan bangsa-bangsa
lain di berbagai belahan dunia, tentu berpengaruh pula terhadap kesadaran itu.
Menjadi sebuah keharusan bagi pemuda untuk ikut bertanggung jawab
mengemban amanat penting ini, bila pemuda sudah tidak memiliki kesadaran
berbangsa dan bernegara, maka ini merupakan bahaya besar bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara, yang mengakibatkan bangsa ini akan jatuh ke dalam
kondisi yang sangat parah bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa yang lain
yang telah mempersiapkan diri dari gangguan bangsa lain.
Kondisi bangsa kita sekarang, merupakan salah satu indikator bahwa sebagian
pemuda di negeri ini telah mengalami penurunan kesadaran berbangsa dan
bernegara.Hal ini bias kita lihat dari segelintir persoalan ini,saya ambil contoh di
perkotaan, karena bagian yang sangat cepat dengan informasi walaupun desa
juga tidak bisa dilepakan dari konteks ini, hal ini bisa kita lihat semakin
minimnya pemuda di perkotaan yang menghormati nilai-nilai budaya bangsa
sendiri dan lebih bangga dengan budaya atau simbol-simbol bangsa lain,
semakin banyaknya pemuda yang melakukan perilaku menyimpang dan
penggunaan narkoba, dan kondisi ini diperparah dengan minimnya kesadaran
sosial dan perhatian kepada sesama yang ditunjukkan dengan semakin
individualisnya pemuda itu sendiri di tengah-tengah masyarakat, penguasaan
IPTEK yang terbatas.
Budaya yang mereka tiru di perkotaan merupakan salah satu indikasi betapa
kuatnya budaya asing merubah budaya kita dalam kehidupan pemuda lewat
arus besar globalisasi. Pemuda kita tidak lagi bangga dengan kekayaan budaya
yang dimilikinya, seolah-olah, segala sesuatu yang datangnya dari luar
merupakan sesuatu yang paling baik, berupa bahasa, bertutur dan berpikir,tanpa
melakukan penyaringan lebih dahulu. Kecenderungan pemuda menyebutnya
dengan trend saat ini, padahal tidak kita disadari, ini merupakan bahaya laten
yang akan merusak generasi kita (pemuda). Hal ini menandakan lemahnya
kesadaran pemuda kita mempertahankan kekayaan nilai bangsa yang kita miliki.
Perilaku menyimpang lainnya, seperti free sex dan penggunaan narkoba,minumminuman yang memabukan ini juga merupakan salah satu lemahnya pemuda
dalam menyadari apa yang dilakukan dan apa dampaknya. Setiap hari kita
mendengar, membaca dan melihat di media cetak dan elektronik bahwa selalu
saja ada pemuda yang diringkus oleh aparat keamanan akibat perilaku diatas,
bila hal ini terus menerus berlanjut dan tidak diantisipasi maka ketahanan
negara ini ke depan sudah pasti terganggu.
Hal lain yang dapat mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara di tingkat
pemuda yang perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya
kesadaran dan kepekaan sosial di tingkat pemuda, padahal banyak persoalanpersoalan masyarakat yang membutuhkan peranan pemuda untuk membantu
memediasi masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah
sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat dari semua
lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa ini tentunya menjadi
bangsa yang kuat dan tidak dapat di intervensi oleh negara apapun, karena
masyarakat itu sendiri yng harus disejahterakan dan jangan sampai mengalami
penderitaan. disitu pemuda telah melakukan langkah konkrit dalam melakukan
bela negara. Akan tetapi, kondisi itu nampaknya masih jauh dari apa yang
diharapkan dari pemuda itu sesungguhnya, kebanyakan pemuda saat ini lebih
cenderung untuk bersikap individualis atau mementingkan diri sendiri tanpa mau
tahu akan persoalan di sekitarnya.
Penguasan IPTEK yang tidak merata bagi pemuda juga merupakan salah satu
tantangan bagi kita, mau tidak mau segala sesuatu dalam hal penguasan
informasi, jika pemuda kita tidak memiliki kompetensi dibidang ini, maka kita
akan terus tertinggal dan digilas zaman sehingga dominasi negara luar semakin
kuat menguasai negara kita.
Pemuda tidak dapat dilupakan dan dihilangkan dari perjalanan panjang bangsa
ini. Sumpah pemuda sebagaimana telah diikrarkan oleh pendahulu kita pada
tanggal 28 oktober 1928, merupakan salah satu bukti betapa peranan pemuda
itu sangat vital dalam mempersatukan pemuda dan bangsa ini dan yang lahir
dari pikiran-pikiran kaum muda adalah juga suatu peristiwa sejarah, peristiwa
yang merupakan klimaks dari pencarian identitas baru yang telah bermula sejak
awal abad ini dan manifestasi dari puncak peranan pemuda sebagai aktor
sejarah yang sadar.
Fenomena-fenomena yang disinggung diatas merupakan tantangan bagi kita dan
akan cenderung menjadi pemecah bila tidak segera diatasi, dicari jalan
keluarnya. Kondisi pemuda yang seperti itu juga akan menjadikan pemuda kita
menjadi pemuda yang kehilangan identitas dan krakter yang berdampak pada
hilangnya perekat di masyarakat yaitu pemuda itu sendiri.
Pemuda harus mengambil posisi terdepan dalam mengatasi persoalan-persoalan
yang terjadi di tengah masyarakat, dan terdepan pula menyuarakan kritik yang
membangun, kepada pemerintah dalam rangka menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), karena ini merupakan harga mati yang tidak
dapat ditawar-tawar, untuk menahan laju pengaruh asing yang mau menjajah
atau membelenggu kita sehingga berdampak pada perpecahan ditengah
masyarakat.
Persoalan yang sedang dialami oleh pemuda saat ini, tidak ada kata lain bahwa
pemuda harus mempersiapkan diri dalam segala hal yang serta merta juga harus
membangun kesadaran bahwa dengan mampu menjaga citra pemuda sudah
merupakan bagian dari menjaga negara ini dari keterpurukanan tentunya
memperkuat identitas kita.
Hal penting yang tidak bisa dlupakan oleh pemuda adalah bahwa Pancasila telah
merumuskan semua pengalaman, pandangan hidup dan harapan bangsa. Tugas
pemuda adalah untuk tetap menjaga Pancasila dan menjalankan amanat yang
terkandung didalamnya. Tentunya,bagaimana menjalankan yang diamanatkan
oleh Pancasila tersebut tidaklah hanya mengetahui saja dan menghafalnya, akan
tetapi mengimplementasikannya dalam kehidupan kita sehinga menjadi
Pancasila yang hidup. Tidak ada lagi kata lain, bahwa untuk menghidupkan
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini, maka pemuda harus
turun ke tengah masyarakat membantu menyelesaikan persolan-persoalan yang
ada karena disana banyak persolan yang membutuhkan perhatian para pemuda.
Pemuda harus terdepan menyatakan penghormatan terhadap kemajemukan di
negeri ini, terdepan dalam menghormati toleransi, dan banyak hal lagi yang
dilakukan pemuda dalam mengimplementasikan Pancasila, satu hal penting
yang harus disadari pemuda adalah bahwa pemuda tidak dapat melepaskan diri
dari tanggung jawab atas problematika bangsa yang dihadapi saat ini.
Pemuda harus berperan serta dan berada dalam garis terdepan, dalam
melakukan perubahan, hanya dengan demikianlah pemuda menjaga keutuhan
bangsa ini, mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan yang lebih besar,
untuk mengantisipasi terjadinya penjajahan gaya baru disegala aspek, atas
derasnya arus globalisasi yang tak terbendung juga merupakan salah satu
menjaga negara ini.
Hal lain yang tak kalah pentingnya, pemuda harus memiliki kepekaan sosial dan
memiliki tanggung jawab atas kondisi masyarakat saat ini, maka harus turut
serta mencari solusinya.
Apabila kita membangun kesadaran berbangsa, bernegara, memahami hukum
yang berlaku, dan pancasila sebagai pedoman hidup, tentu tidak akan ada
generasi yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang untuk memecahkan bangsa
dan negaranya sendiri serta tidak ada generasi muda yang memiliki perlakuan
yang menyimpang dari norma-norma umum dimasyarakat. Dengan membangun
kesadaran berbangsa dan bernegara itulah, maka pemuda telah melakukan
salah satu dari sekian banyak aspek untuk menjaga keutuhan Negara ini yaitu
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk mempertahankan
negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup
bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara
juga dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam diri
masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar juga merupakan
kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh
kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada
negara dan bangsa. Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk
cinta terhadap tanah air kita.
Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya dalam
kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:
1.
Cinta Tanah Air
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai. Kesadaran bela
negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan pada kecintaan kita kepada
tanah air kita. Kita dapat mewujudkan itu semua dengan cara kita mengetahui
sejarah negara kita sendiri, melestarikan budaya-budaya yang ada, menjaga
lingkungan kita dan pastinya menjaga nama baik negara kita.
2.
Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang harus sesuai
dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan
hidup bangsanya. Kita dapat mewujudkannya dengan cara mencegah
perkelahian antar perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak bangsa
yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.
3.
Pancasila
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh luar biasa,
pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja tapi juga diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu
keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama,
etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat mematahkan setiap
ancaman, tantangan, dan hambatan.
4.
Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban untuk bangsa dan
negara. Contoh nyatanya seperti sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para
atlet bekerja keras untuk bisa mengharumkan nama negaranya walaupun
mereka harus merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja
sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi seorang atlet
saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela
berlama-lama menghabiskan waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket
demi mendukung langsung para atlet yang berlaga demi mengharumkan nama
bangsa.
5.
Memiliki Kemampuan Bela Negara
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan tetap menjaga
kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi masing-masing.
Kesadaran bela negara dapat diwujudkan dengan cara ikut dalam mengamankan
lingkungan sekitar seperti menjadi bagian dari siskamling, membantu korban
bencana sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia sering sekali mengalami
bencana alam, menjaga kebersihan minimal kebersihan tempat tinggal kita
sendiri, mencegah bahaya narkoba yang merupakan musuh besar bagi generasi
penerus bangsa, mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok
karena di Indonesia sering sekali terjadi perkelahian yang justru dilakukan oleh
para pemuda, cinta produksi dalam negeri agar Indonesia tidak terus menerus
mengimpor barang dari luar negeri, melestarikan budaya Indonesia dan tampil
sebagai anak bangsa yang berprestasi baik pada tingkat nasional maupun
internasional.
Faktor-Faktor Pendukung Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
Beberapa faktor pendukung untuk terciptanya kesadaran berbangsa dan
bernegara :
1.Tingkat ke-amanahan seorang pejabat.
2.Pemerataan kesejahteraan setiap daerah.
3.Keadilan dalm memberikan hak dan kewajiban semua rakyat
4.Kepercayaan kepada wakil rakyat atau pemerintahan
5.Tegasnya hukum dan aturan pemerintahan.
6.Rasa memiliki dan bangga berbangsa Indonesia.
7.Menyadari bahwa berbangsa dan bernegara yang satu.
8.Mengetahui lebih banyak nilai positif dan kekayaan bangsa.
Kesimpulan:
Apabila kita mengajarkan dan melaksanakan apa yang mrnjadi faktor-faktor
pendukung kesadaran berbangsa dan bernegara sejak dini, yakni dengan
mengembalikan sosialisasi pendidikan kewarganegaraan di sekolah-sekolah, juga
sosialisasi di masyarakat,niscaya akan terwujud.. Pada pendidikan
kewarganegaraan ditanamkan prinsip etik multikulturalisme, yaitu kesadaran
perbedaan satu dengan yang lain menuju sikap toleran yaitu menghargai dan
mengormati perbedaan yang ada. Perbedaan yang ada pada etnis dan religi
sudah harusnya menjadi bahan perekat kebangsaan apabila antar warganegara
memiliki sikap toleran.
Institusi di masyarakat, baik di partai, lembaga, yayasan, organisasi sosial,
Pengertian Nasionalisme :
1. Secara etimologi : Nasionalisme berasal dari kata nasional dan isme yaitu
paham kebangsaan yang mengandung makna : kesadaran dan semangat cinta tanah
air; memiliki kebanggaan sebagai bangsa, atau memelihara kehormatan bangsa;
memiliki rasa solidaritas terhadap musibah dan kekurangberuntungan saudara
setanah air, sebangsa dan senegara; persatuan dan kesatuan
2. Menurut Ensiklopedi Indonesia : Nasionalisme adalah sikap politik dan sosial dari
sekelompok bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, bahasa dan wilayah
serta kesamaan cita-cita dan tujuan dengan meletakkan kesetiaan yang mendalam
terhadap kelompok bangsanya.
3. Nasionalisme dapat juga diartikan sebagai paham yang menciptakan dan
mempertahankan kedaulatan negara (nation) dengan mewujudkan suatu konsep
identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Bertolak dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa nasionalisme adalah paham
yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu yang harus diberikankepada negara dan
bangsanya, dengan maksud bahwa individu sebagai warga negara memiliki suatu sikap atau
perbuatan untuk mencurahkan segala tenaga dan pikirannya demi kemajuan, kehormatan dan
tegaknya kedaulatan negara dan bangsa.
Ada 2 (dua) macam nasionalisme :
1. Nasionalisme dalam arti sempit : paham kebangsaan yang berlebihan dengan
memandang bangsa sendiri lebih tinggi (unggul) dari bangsa lain. Paham ini sering
disebut dengan istilah Chauvinisme. Chauvinisme pernah dianut di Italia (masa
Bennito Mussolini); Jepang (masa Tenno Haika) dan Jerman (masa Adolf Hitler).
2. Nasionalisme dalam arti luas : paham kebangsaan yang meletakkan kesetiaan tertinggi
individu terhadap bangsa dan tanah airnnya dengan memandang bangsanya itu
merupakan bagian dari bangsa lain di dunia. Nasionalisme arti luas mengandung
prinsip-prinsip :
(demokratis).
Pengertian Patriotisme :
Patriotisme berasal dari kata :
Patriot dan isme (bahasa Indonesia) yang berarti sifat kepahlawanan atau jiwa
kepahlawanan.
Patriotism (bahasa Inggris), yang berarti sikap gagah berani, pantang menyerah
dan rela berkorban demi bangsa dan negara.
Patriotisme adalah sikap yang bersumber dari perasaan cinta tanah air (semangat kebangsaan
atau nasionalisme), sehingga menimbulkan kerelaan berkorban untuk bangsa dan negaranya.
Ada 2 (dua) bentuk Patriotisme :
1. Patriotisme Buta (Blind Patriotism) : keterikatan kepada bangsa dan negara tanpa
mengenal toleran terhadap kritik, seperti dalam ungkapan : right or wrong is my
country (benar atau salah, apapun yang dilakukan bangsa harus didukung
sepenuhnya).
2. Patriotisme Konstruktif (Constructive Patriotisme) : keterikatan kepada bangsa dan
negara dengan tetap menjunjung tinggi toleran terhadap kritik, sehingga dapat
membawa perubahan positif bagi kesejahteraan bersama.
Perwujudan sikap patriotisme dapat dilaksanakan pada :
Masa Darurat (Perang) : Sikap patriotism pada masa darurat (perang) dapat
diwujudkan dengan cara : mengangkat senjata, ikut berperang secara fisik melawan
penjajah, menjadi petugas dapur umum, petugas logistik, menolong yang terluka, dsb.
Masa Damai (Pasca kemerdekaan) : Sikap patriotism pada masa damai dapat
diwujudkan dengan cara : menegakkan hokum dan kebenaran, memajukan
pendidikan, memberantas kebodohan dan kemiskinan, meningkatkan kemampuan diri
secara optimal, memelihara persaudaraan dan persatuan, dsb.
Keteladanan;
Pewarisan;
Ketokohan.
Di tahun 2010 ini, atau 65 tahun setelah Perang Surabaya, semangat patriotisme tersebut
tentu perlu kita revitalisasi melalui upaya kontekstualisasi dengan kondisi bangsa dan negara
kita saat ini. Perwujudan patriotisme dengan membela bangsa dan negara secara buta,
terlebih lagi dengan kekerasan, tentu tidak pantas dilakukan lagi karena dengan demikian
patriotisme bisa menjadi paradoks yang sangat rawan bertentangan dengan hukum moral.
Dalam suasana Hari Pahlawan, momen seperti ini merupakan saat yang tepat untuk
merenungkan kembali persoalan-persoalan kebangsaan kita khususnya mengenai jiwa dan
semangat patriotisme yang makin lama makin luntur dari hati segenap rakyat Indonesia.
Patriotisme merupakan sikap kecintaan terhadap bangsa dan negara yang diwujudkan dalam
bentuk rasa bangga sebagai warga negara. Implementasinya adalah kerelaan untuk
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Namun, jiwa patriotisme ini sepertinya sudah mulai luntur dari hati dan sanubari rakyat
Indonesia. Konflik antargolongan, kejahatan korupsi, dan kecenderungan masyarakat untuk
mengikuti western style, merupakan sebagian kecil dari fenomena di masyarakat yang
menunjukkan lunturnya jiwa patriotisme tersebut. Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan begitu
saja karena jiwa patriotisme bagaimana pun sangat diperlukan karena menjadi pengikat
warga negara dengan negara yang didirikannya.
Menilik pada peristiwa 10 November 1945, yang menjadi nilai dasar (core value) dari sikap
patriotisme pejuang waktu itu adalah kedaulatan dan harga diri NKRI yang baru saja
diproklamasikan. Kedatangan tentara Inggris yang diboncengi oleh NICA dianggap sebagai
bentuk pelecehan terhadap kedaulatan negara Indonesia sehingga pejuang berusaha
membelanya meskipun jiwa yang harus menjadi korbannya.
''Membela harga diri dan kedaulatan negara'' adalah sikap yang jelas patut kita teladani
hingga saat ini, namun sikap ini tentu perlu kita aktualisasikan. Maksudnya perlu ada core
value yang baru, yang membuat jiwa patriotisme kita lebih universal sehingga tidak
bertentangan dengan nilai humanitas secara universal. Nilai tersebut adalah nilai dalam
Pancasila yang menjadi dasar negara kita saat ini.
Pancasila dapat dijadikan sebagai core value atau landasan utama bagi kecintaan kita
terhadap bangsa dan negara karena Pancasila memuat nilai-nilai yang cukup universal dan
masih relevan hingga saat ini. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
adalah nilai-nilai yang juga digunakan sebagai filosofi dasar oleh negara-negara lain.
Kita, oleh karenanya, pantas berbangga terhadap negara kita karena negara ini didirikan di
atas nilai yang menghargai manusia dengan segala dimensi yang ada di dalamnya, seperti
dimensi religius (ketuhanan), dimensi sosial-politik-ekonomi (persatuan, kerakyatan, dan
keadilan). Negara ini tidak didasarkan atas nilai religius saja (ketuhanan) atau humanitas saja
(kemanusiaan), tetapi kesemuanya disusun dan ditempatkan dalam satu kesatuan yang saling
berkaitan.
Ketika kita menempatkan Pancasila sebagai nilai dasar bagi semangat patriotisme, berarti ada
kejelasan ketika kita dihadapkan pada pertanyaan mengenai nilai dasar di atas. Artinya ketika
kita masing-masing dihadapkan pada pertanyaan: apa keunggulan dari Indonesia sehingga ia
pantas kita cintai, kita bisa dengan mantap melontarkan jawaban, yaitu bahwa negara ini
didirikan di atas Pancasila, landasan filosofis yang berisikan nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Itulah Pancasila: dasar negara dan dasar filosofis negara
yang menunjukkan keunggulan kita sebagai bangsa Indonesia.
Penulis, mahasiswa Program Studi Master (S-2) Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, asisten pengajar, dan peneliti di Institute for Research and Development of
Philosophy (IRDP), Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada
----------------------
* Yang perlu dilakukan saat ini adalah membangun patriotisme di atas nilai yang baru, yaitu
nilai yang aktual dan selalu kontekstual dengan dinamika perkembangan rakyat Indonesia.
* Patriotisme yang diaktualisasi dan dikontekstualisasi ini akan berkaitan dengan rasa
kecintaan terhadap bangsa dan negara.
* Kita perlu menilik kembali nilai positif apa yang membuat bangsa dan negara Indonesia ini
pantas untuk kita cintai, kita bela, dan kemudian kita bangga menjadi warga negaranya.