Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

KECAMBAH

Disusun oleh :
1. Adel Lidya Maesya Zayyan
2. Anindya Marsha Ariefiandina
3. M. Farix Alfarezi
4. M. Putra Aryansyah
5. Nadine Audya
6. Satria Putra Ramadhan
Guru Pembimbing : Dra. Ganesya H, M.M

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 PALEMBANG
TAHUN PELAJARAN 2023/2024

2
3
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan Penelitian
Pertumbuhan dan Perkembangan Kecambah” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
pelajaran biologi. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
pertumbuhan dan perkembangan di kehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Ganesya H, M.M,
selaku Guru Biologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas ini.
Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palembang, 24 Juli 2023

Penulis

i
Judul Penelitian : LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN KECAMBAH
Nama Peneliti : 1. Aditya Ramadhan
2. Aisyah Rahma Tri M.P
3. Azizah Medina Maharani
4. M. Rafi Defriansya
5. Nadhira Putri Syabita
6. Nyayu Naila
Pembimbing : Dra. Ganesya H, M.M

ABSTRAK

Perkecambahan adalah berkembangnya struktur-struktur penting dari embrio benih


yang ditandai dengan munculnya radikula yang menembus kulit biji. Perkecambahan
menyebabkan peningkatan kandungan total fenolik pada tumbuhan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu perkecambahan dan
iradiasi sinar UV C (sinar matahari) terhadap persen perkecambahan.
Metode yang digunakan meliputi preparasi sampel untuk perkecambahan, dengan
menggunakan dua variabel yaitu jenis, tempat dan waktu. Dengan meletakan 3 jenis biji
yaitu kacang hijau, kacang merah dan jagung kedalam 2 wadah yang akan di letakan di
tempat terang dan gelap, untuk mencari tahu perbedaan pertumbuhan dan perkecambahan
ditempat yang berbeda namun di waktu yang sama.
Analisis meliputi analisis secara fisik. Secara fisik dilihat dari kondisi kecambah dan
persen perkecambahan. Hasil penelitian menunjukkan persen perkecambahan tanpa disinari
sinar matahari cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya waktu perkecambahan.
Persen perkecambahan beras yang tidak terkena sinar matahari lebih lambat dari pada
perkecambahan tanpa sinar matahari.

ii
Kata Kunci : Perkecambahan, Pertumbuhan dan Perkembangan, Kacang hijau, Kacang
merah, Jagung

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................0


KATA PENGANTAR ...................................................................................................................i
ABSTRAK .................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................................2
A. Pengumpulan Data .............................................................................................................2
B. Hipotesis ..............................................................................................................................2
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................................................3
A. Metode Penelitian ..............................................................................................................3
B. Variabel Pengamatan ..........................................................................................................3
C. Sasaran Penelitian ...............................................................................................................3
D. Alat dan Bahan ....................................................................................................................3
E. Langkah Kerja ......................................................................................................................3
F. Grafik Pertumbuhan Tumbuhan .........................................................................................5
G. Interprestasi Data ...............................................................................................................6
H. Uji Potesis ............................................................................................................................7
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................................................8
A. Analisis Data ........................................................................................................................8
B. Pembahasan ........................................................................................................................8
BAB V PENUTUP ....................................................................................................................10
A. Kesimpulan ........................................................................................................................10
B. Teori ..................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................12
LAMPIRAN ............................................................................................................................13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan dan pertumbuhan merupakan hal penting pada
makhluk hidup. Makhluk hidup dikatakan tumbuh apabila mengalami
perubahan fisik yang berkaitan dengan pertambahan ukuran, bentuk dan
volume yang bersifat irreversible. Sedangkan dikatakan berkembang jika
mahluk hidup mengalami tingkat kedewasaan yang menjadikannya lebih
sempurna. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui zat pengatur tumbuh
terhadap pertumbuhan organ akar, serta pengaruh cahaya terhadap
perkecambahan dan arah tumbuh batang. Proses ini dilakukan dengan tiga
percobaan yaitu pengaruh auksin terhadap pertumbuhan akar, pengaruh
cahaya terhadap perkecambahan serta pengamatan fototropisme. Hasil yang
didapatkan yaitu perkecambahan pada kacang hijau lebih cepat terjadi pada
kondisi gelap dibandingkan dengan kondisi mendapatkan cahaya, dengan
warna daun yang kekuningan dengan batang yang tidak lurus sementara pada
kondisi mendapatkan cahaya memiliki daun yang hijau segar dan batang yang
lurus serta lebih keras. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat zat pengatur
tumbuh terhadap pertumbuhan organ akar yaitu hormon auksin. Cahaya dapat
mempengaruhi proses perkecambahan baik dari segi tinggi, jumlah akar, dan
klorofil yang dimiliki. Proses perkecambahan di tempat yang gelap prosesnya
terjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan perkecambahan di tempat yang
terang karena produksi auksin yang terhambat oleh cahaya. Cahaya juga
dapat mempengaruhi arah tumbuh batang, pada kondisi cahaya yang baik
arah tumbuh batang cenderung lurus dan kokoh sementara pada kondisi gelap
arah tumbuh batang tidak dapat lurus karena mengalami abnormal etiolasi.

1
Proses perkembangan dan pertumbuhan merupakan hal yang paling
penting pada makhluk hidup. Suatu makhluk hidup dikatakan tumbuh apabila
mengalami perubahan fisik yang berkaitan dengan pertambahan ukuran,
bentuk dan volume yang bersifat tidak kembali lagi ke asalnya. Sedangkan
dikatakan berkembang jika mahluk hidup mengalami tingkat kedewasaan yang menjadikannya
lebih sempurna. Pertumbuhan dan perkembangan
merupakan dua aktifitas kehidupan yang tidak dapat dipisahkan, karena
prosesnya berjalan bersamaan. Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses
pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible, atau
tidak dapat kembali ke bentuk semula. Sedangkan Perkembangan adalah
peristiwa perubahan biologis menuju kedewasaan tidak dapat dinyatakan
dengan ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh (metamorfosis) dan
tingkat kedewasaan.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kecambah?
2. Apa perbedaan perkecambahan epigeal dan hipogeal?
3. Apa perbedaan tumbuhan monokotil dan dikotil?

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab
permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, yaitu :
1.Untuk mengetahui pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan kacang hijau,
kacang merah dan biji jagung.
2.Untuk mengetahui perbedaan perkecambahan epigeal dengan perkecambahan hipogeal.

2
3. Untuk mengetahui perbedaan tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil.

E. Hipotesis
1.Menurut dugaan kami cahaya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Tumbuhan biji kacang hijau, merah maupun jagung yang berada di lingkungan
yang intensitas cahayanya berbeda akan menghasilkan tinggi yang berbeda. Tumbuhan di
tempat gelap akan lebih cepat tinggi dari pada tumbuhan ditempat terang namun akan
mengalami layu semu.
2.
Tumbuhan kacang hijau lebih cepat tumbuh dari pada kacang merah dan jagung sebab
ukuran kacang hijau < dari pada kacang merah dan jagung sehingga proses imbibisi terjadi
dengan cepat (masuknya air ke suatu zat melalui pori-pori / penyerapan air)

3
BAB II
PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perkecambahan


Menurut Elisa (2006), perkecambahan adalah proses pengaktifan kembali aktivitas
pertumbuhan embryonic axis di dalam biji yang terhenti untuk kemudian
membentuk bibit. Selama proses pertumbuhan dan pemasakan biji, embryonic axis
juga tumbuh. Secara visual dan morfologis, suatu biji yang berkecambah umumnya
ditandai dengan terlihatnya radikel atau plumula yang menonjol keluar dari biji.
Perkecambahan memiliki banyak arti yang di definisikan oleh banyak ilmuwan.
Misalnya, perkecambahan adalah munculnya pertumbuhan aktif yang menyebabkan
pecahnya kulit biji dan munculnya semai (Amen, 1963). Perkecambahan merupakan
tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam
tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami
sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi
tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Perkecambahan
adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki
kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji
tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan
plumula (Bagod Sudjadi, 2006).
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil
perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses
perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang
menjadi batang, dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar (Istamar
Syamsuri, 2004). Perkecambahan merupakan sustu proses dimana radikula (akar
embrionik) memanjang ke luar menembus kulit biji. Di balik gejala morfologi dengan
pemunculan radikula tersebut, terjadi proses fisiologi-biokemis yang kompleks,
dikenal sebagai proses perkecambahan fisiologis (Salisbury, 1985).
Perkecambahan terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan
plumula (calon batang). Para ahli fisiologis benih menyatakan bahwa
perkecambahan adalah munculnya radikel menembus kulit benih. Sedangkan para
agronomis menyatakan bahwa perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya
struktur penting embrio dari dalam benih dan menunjukkan kemampuannya untuk
menghasilkan kecambah normal pada kondisi lingkungan yang optimum.

2.2 Pengertian Benih


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa benih

4
tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang
digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman. Dalam
buku lain tertulis benih disini dimaksudkan sebagai biji tanaman yang dipergunakan
untuk tujuan pertanaman (Sutopo, 2004).
Benih juga diartikan sebagai biji tanaman yang tumbuh menjadi tanaman muda
(bibit), kemudian dewasa dan menghasilkan bunga. Melalui penyerbukaan bunga
berkembang menjadi buah atau polong, lalu menghasilkan biji kembali. Benih dapat
dikatakan pula sebagai ovul masak yang terdiri dari embrio tanaman, jaringan
cadangan makanan, dan selubung penutup yang berbentuk vegetatif. Benih berasal
dari biji yang dikecambahkan atau dari umbi, setek batang, setek daun, dan setek
pucuk untuk dikembangkan dan diusahakan menjadi tanaman dewasa (Sumpena,
2005).
Menurut Sadjad, dalam “Dasar-dasar Teknologi Benih”.(1975, Biro Penataran IPB-
Bogor), yang dimaksudkan dengan benih ialah biji tanaman yang dipergunakan untuk
keperluan pengembangan usaha tani, memiliki fungsi agronomis atau merupakan
komponen agronomi.
Dari beberapa definisi di atas beberapa berpendapat bahwa benih merupakan hasil
perkembangbiakan secara generatif namun ada pula yang mengatakan bahwa benih
merupakan hasil dari perkembangbiakan secara vegetatif maupun generatif. Terkait
dengan hal itu pengertian benih lebih cenderung kepada hasil perkembangbiakan
tanaman secara vegetatif maupun generatif sebagaimana yang telah tercantum dalam
Undang-Undang Republik Indonesia no.12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4.

2.3 Perbedaan Struktur Benih Monokotil dan Dikotil


Monokotil
Dikotil
Cadangan makanan berupa endosperm
Cadangan makanan berupa kotiledon
Mempunyai hilum tapi tidak terlihat
Hilum terlihat jelas
Endosperm merupakan bagian terbesar
Endosperm merupakan bagian terkecil
Cadangan makanan baru dapat dicerna dan diserap embrio setelah biji masak
Cadangan makanan sudah mulai dapat dicerna dan diserap embrio sebelum biji
masak

2.4 Tipe Perkecambahan


Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan terbagi atas :
a. Perkecambahan Epigeal
Perkecambahan epigeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan bagian
hipokotil terangkat keatas permukaan tanah. Hipokotil benih memanjang dan
mengangkat keping biji menembus permukaan tanah, kemudian keping biji membuka

5
dan epikotil benih tumbuh menjadi tunas. Kotiledon sebagai cadangan energi akan
melakukan proses pembelahan dengan sangat cepat untuk membentuk daun.
Perkecambahan ini misalnya terjadi pada kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan
tanaman jarak.

b. Perkecambahan hypogeal
Perkecambahan hipogeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan
terbentuknya bakal batang yang muncul ke permukaan tanah, sedangkan kotiledon
tetap berada di dalam tanah (hipokotil tetap berada di dalam tanah). Tipe
perkecambahan hipogeus hipokotil benih tidak memanjang tetapi epikotil benih yang
memanjang menembus permukaan tanah. Contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri
dan jagung.

2.5 Proses dan Metabolisme Perkecambahan


Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil
perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses
perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang
menjadi batang, dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar.
Embrio yang tumbuh belum memiliki klorofil, sehingga embrio belum dapat
membuat makanan sendiri. Pada tumbuhan, secara umum makanan untuk
pertumbuhan embrio berasal dari endosperma. Proses perkecambahan benih
merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi
dan biokimia. Pada tanaman, tahapan dalam perkecambahannya terdiri dari:
1. Proses penyerapan air (imbibisi)
Perembesan air kedalam benih (imbibisi), merupakan proses penyerapan air yang
berguna untuk melunakkan kulit benih dan menyebabkan pengembagan embrio dan
endosperma. Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih permeabel terhadap
air dan tersedia cukup air dengan tekanan osmosis tertentu. Dalam tahap ini, kadar air
benih naik menjadi 25-35 %, sehingga kadar air didalam benih itu mencapai 50-60%
dan hal ini menyebabkan pecah atau robeknya kulit benih. Selain itu, air memberikan
fasilitas untuk masuknya oksigen kedalam benih. Dinding sel yang kering hampir
tidak permeabel untuk gas, tetapi apabila dinding sel diimbibisi oleh air maka gas
akan masuk ke dalam sel secara difusi. Hal tersebut dikarenakan selain membutuhkan
air, benih yang berkecambah juga memerlukan suhu sekitar 10-40°C dan oksigen.
Apabila dinding sel kulit benih dan embrio menyerap air, maka suplai oksigen
meningkat pada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya pernapasan.
Sebaliknya, CO2 yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih mudah mendifusi
keluar (Manurung dan Ismunadii, 1988 : Kozlowski 1972)
2. Aktivasi enzim
Aktivasi enzim terjadi setelah benih berimbibisi dengan cukup. Enzim-enzim yang
teraktivasi pada proses perkecambahan ini adalah enzim hidrolitik seperti α-amilase
yang merombak amylase menjadi glukosa, ribonuklease yang merombak
ribonukleotida, endo-β-glukanase yang merombak senyawa glukan, fosfatase yang

6
merombak senyawa yang mengandung P, lipase yang merombak senyawa lipid,
peptidase yang merombak senyawa protein.
3. Perombakan cadangan makanan
Terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi
bentuk-bentuk yang terlarut.
4. Translokasi makanan ke titik tumbuh
Setelah penguraian bahan-bahan karbohidrat,protein,lemak menjadi bentuk-bentuk
yang terlarut kemudian ditranslokasikan ke titik tumbuh.
5. Pembelahan dan Pembesaran Sel
Assimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik
menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel
baru. Merupakan tahap terakhir dalam penggunaan cadangan makanan dan
merupakan suatu proses pembangunan kembali.
6. Munculnya radikal dan pertumbuhan kecambah
Munculnya radikal adalah tanda bahwa proses perkecambahan telah sempurna. Proses
ini akan diikuti oleh pemanjangan dan pembelahan sel-sel. Proses pemanjangan sel
ada dua fase yakni; fase 1 (fase lambat) dimana pemanjangan sel tidak diikuti dengan
penambahan bobot kering dan fase 2 (fase cepat), yang diikuti oleh penambahan
bobot segar dan bobot kering. Pertumbuhan dari kecambah melalui proses
pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh, pertumbuhan
kecambah ini tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji. Kecambah
mulai mantap setelah ia dapat menyerap air dan berfotosintesis (autotrof). Semula,
ada masa transisi antara masih disuplai oleh cadangan makanan sampai mampu
autotrof. Saat autotrof dicapai proses perkecambahan telah sempurna.

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan


Benih dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama terjadinya
proses perkecambahan. Perkembangan benih dipengaruhi oleh faktor dalam (internal)
dan faktor luar (eksternal).
2.6.1 Faktor Dalam (internal)
Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :
a. Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak
mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang
cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002). Pada umumnya
sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut
juga telah mencapai masak fisiologis atau masak fungsional dan pada saat itu benih
mencapai berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya
kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu
tertinggi (Kamil, 1979).
b. Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih
banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan

7
yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi
embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap
kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya
kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman,
dalam Sutopo, 2002).
c. Dormansi Benih
Dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah
memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi
benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal
berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk
berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai
(Lambers 1992, Schmidt 2002).
d. Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa
kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan
dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik
atau menghambat laju respirasi.

2.6.2 Faktor Luar


Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya :
a. Air
Air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya
dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang
diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air
turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai
bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen
(Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen
(Kamil, 1979). Benih mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia.
Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan
merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri
(Sutopo, 2002).
Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari air
dan fungsi air antara lain:
1. Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi
pengembangan embrio dan endosperm.
2. Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
3. Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai
fungsinya.
4. Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik
tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.
b. Suhu

8
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan
benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran
suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo, 2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses
permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi
benih, cahaya dan zat tumbuh gibberallin.
c. Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan
meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas.
Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan
benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan
dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto.
1996). Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang
mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen CO2. Namun untuk benih yang
dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih
ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio
kurang dari 3 persen.
d. Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi tergantung pada
jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh cahanya terhadap
perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya
penyinaran (Kamil, 1979). Menurut Adriance and Brison dalam Sutopo (2002)
pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu
golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk
mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat
perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat
gelap maupun ada cahaya. Klasifikasi benih berdasar pengaruh cahaya :
1. Memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan. Misalnya : selada
2. Tidak memerlukan cahaya. Misalnya : bayam
3. Dapat berkecambah pada tempat gelap ataupun terang. Misalnya : kubis,
kacang-kacangan
e. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik,
gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab
penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Pengujian viabilitas benih dapat
digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan tanah.

9
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode yang kami gunakan untuk penelitian pada perkecambahan ini adalah dengan
cara eksperimen

B. Variabel Pengamatan
1. Variabel Bebas : cahaya matahari, suhu

10
2. Variabel Terikat : kacang hijau, kacang merah, jagung
3. Variabel Kontrol : pertumbuhan dan perkembangan yang diamati

C. Sasaran Penelitian
1. Populasi : Semua biji kacang hijau, kacang merah, jagung
2. Sampel : 7 biji kacang hijau, merah dan jagung

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. 2 buah cangkir aqua gelas yang diberi tanda “X” dan “O”. X sebagai tanda untuk
cangkir di ruang gelap dan O sebagai tanda untuk cangkir yang diletakan di ruang
terang
b. Penggaris
2. Bahan
a. Kapas
b. Air
c. 7 biji kacang hijau

E. Langkah Kerja
1. Siapkan biji

2. Rendam biji selama semalaman

3. 2 wadah beri label X, O

4. Masukan kepas secukupnya kedalam wadah masing-masing

11
5. Beri air secukupnya

6. Masukan biji kedalam wadah yang sudah diberi kapas

7. Wadah “O’ terang


8. Wadah “X” gelap
9. Sirami tanaman yang mulai terlihat kekurangan air
10. Amati dan catat! panjang batang, warna daun, keadaan batang

F. Grafik Pertumbuhan Tumbuhan

12
GRAFIK PERTUMBUHAN KACANG HIJAU
25

20

15

10

0
Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 Hari ke 5 Hari ke 6 Hari ke 7

TERANG GELAP

GRAFIK PERTUMBUHAN KACANG MERAH


18

16

14

12

10

0
Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 Hari ke 5 Hari ke 6 Hari ke 7

Terang Gelap

13
GRAFIK PERTUMBUHAN JAGUNG
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 Hari ke 5 Hari ke 6 Hari ke 7

Terang Gelap

G. Interprestasi Data

Terang Kacang hijau


Hari ke 1 : Belum terlihat ada pertumbuhan
Hari ke 2-3 : tumbuhan mulai terlihat batang yang menguncup
Hari ke 4 : batang mulai meninggi daun mulai tumbuh
Hari ke 5 : tumbuhan memiliki batang yang berwarna hijau
Hari ke 6 : tumbuhan semakin tinggi
Hari ke 7 : tumbuhan semakin tinggi dan daun semakin melebar
Gelap Kacang Hijau
Hari ke 1 : belum tumbuh
Hari ke 2 : tumbuhan mulai terlihat batang menguncup
Hari ke 3 : tumbuhan mulai sedikit tinggi namun warna batang sedikit pucat
Hari ke 4 - 6 : tumbuhan semakin tinggi daun mulai terlihat namun warna daun
kekuningan
Hari ke 7 : tumbuhan semakin tinggi namun kondisi tubuh tetap pucat dan rapuh

(Terang) kacang merah


Hari ke 1 – 3 : belum terlihat adanya pertumbuhan
Hari ke 4 : kuncup batang telihat
Hari ke 5-6 : batang memanjang daun mulai tumbuh
Hari ke 7 : tumbuhan meninggi
(Gelap) kacang merah
Hari ke 1-7 : tidak tumbuh

14
(Terang) Jagung
Hari ke 1-7 : tidak tumbuh
(Gelap) Jagung
Hari ke 1-7 : tidak tumbuh

H. Uji Potesis
Teori yang ada membuktikan bahwa adanya pengaruh intensitas cahaya dapat
mempengaruhi pertumbuhan perkecambahan.

15
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Analisis Data
Penelitian yang telah kami lakukan ini membuktikan bahwa intensitas cahaya
sangat berpenngaruh terhadap kecepatan perkecambahan biji kacang hijau, kacang merah
dan jagung. Dapat dilihat dari data hasil penelitian menunjukan reaksi di tempat yang
tidak terkena cahaya metahari secara langsung lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan
reaksi ditempat yang terkena cahaya matahari secara langsung.

1. Data pengukuran Batang Perkecambahan


Terang Gelap
Hari Kacang Kacang Kacang Kacang
Jagung Jagung
Hijau Merah Hijau Merah
1. 0 0 0 0 0 0
2. 0 0 0 0.5 0 0
3. 1 0 0 1 0 0
4. 1,5 1 0 6 0 0
5. 2,2 4,5 0 9 0 0
6. 5 14,9 0 16 0 0
7. 19 16 0 22 0 0

2. Hasil Pengamatan Keadaan Tumbuhan


Terang Gelap
Keadaan tanaman K. K. K. K.
Jagung Jagung
Hijau Merah Hijau Merah
Hijau Hijau
Warna daun - - - -
tua muda
Warna batang Hijau hijau - Kuning - -
Kuat / lemahnya batang kuat kuat - lemah - -

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, tanaman kacang hijau mulai berkecambah saat
usia 1 hingga 3 hari sedangkan kacang merah mulai berkecambah saat usia 1 hingga 4
hari namun pada eksperimen kami jagung tidak berhasil (gagal) . Saat itu terlihat kuncup
batang mulai terlihat diatas permukaan tanah dengan panjang rata-rata 1cm.
Tumbuhan kacang hijau, kacang merah dan jagugn seharusnya mengalami
pertumbuhan dan perkembangan paling cepat saat berada di tempat gelap. Akar, batang,
dan daunnya paling panjang diantara yang lainnya. Namun kecepatan pertumbuhan
tersebut mempengaruhi kualitas tanaman. Hal ini dapat dilihat dari daun dan batangnya.

16
Bentuk daun tipis dengan warna hijau muda, dan ukuran batang yang kecil dengan
ukuran yang panjanga dan berwarna kekuningan.
Kondisi diatas berbanding terbalik dengan kondisi tanaman kacang hijau yang
terdapat pada tempat terang. Pada tempat terang, tumbuhan tumbuh dengan warna daun
yang lebih hijau dan batang yang kokoh.

17
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pertumbuhaan yang dihasilkan pada batang justru lebih cepat yang tidak terkena oleh
cahaya matahari langsung
2. Keadaan warna daun yang terkena cahaya lebih segar dibanding yang tidak terkena
cahaya
3. Tumbuhan yang terkena cahaya matahari menghasilkan batang yang kokoh namun
pertumbuhan lebih lambat dibanding yang tidak terkena cahaya matahari
4. Ukuran benih juga mempengaruhi pertumbuhan karna semakin kecil benih semakin
cepat proses imbibisi
5. Terlalu banyak air dan suhu yang lembab dapat menyebabkan tumbuhan mati dan
berjamur.
B. Teori
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, volume, masa. Perkembangan adalah
pertambahan kedewasaan organ tubuh makhluk hidup. Penelitian kali ini membahas
tentang pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan salah satunya ada ‘perkecambahan’.
Perkecambahan adalah pertumbuhan awal pada tumbuhan, sebelum terjadinya dormansi.
3 bagian penting perkecambahan: plumulae (pucuk lembaga), kotiledon (keping
cadangan makanan), radikula (akar lembaga).
Pada bab II sedikit menyinggung tentang ‘kotiledon’, pada bab ini kami akan
menjelaskan lebih rinci mengenai kotiledon pada tumbuhan yang kami tanam. Kotiledon
adalah kepingan tempat tumbuhan menyimpan cadangan makanan, berdasarkan letaknya
kotiledon dibedakan menjadi 2 tipe yaitu; ‘epigeal’ dan ‘hipogeal’. Epigeal biasanya
terjadi pada tumbuhan dikotil, dimana kotiledon dan plumulaenya terdorong keatas
permukaan tanah. Hal ini karena hipokotil lebih aktif tumbuh daripada epikotil.
Contohnya pada kacang hijau dan kacang merah. Sedangkan hipogeal biasa terjadi di
tumbuhan monokotil dimana plumulaenya keluar dari tanah tetapi kotiledonnya tetap
berada dibawah tanah. Hal ini karena bagian epikotil lebih aktif tumbuh dari pada bagian
hipokotil. Contohnya pada jagung.
Fase fase pertumbuhan dapat digambarkan dengan kurva, dapat dilihat pada bab III
dimana masing-masing tumbuhan pasti mengalami fase pertumbuhan walau dengan
waktu yang berbeda.
berikut adalah 4 fase pertumbuhan;
1. Fase lag : pertumbuhan terjadi secara lamban
2. Fase log : pertumbuhan terjadi secara cepat
3. Fase stationer : pertumbuhan terhenti
4. Fase kematian : tumbuhan mengalami penuaan.
Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan;
1. Faktor dalam (internal)

18
a. Gen, bibit yang bagus akan menghasilkan tumbuhan yang bagus pula. Untuk
membedakan bibit yang bagus dapat dilakukan dengan merendam biji
selama kurang lebih semalaman..
b. Hormon, salah satu hormon yang berpengaruh cukup besar pada eksperimen
ini merupakan hormon ‘auksin’ hormon auksin merupakan hormon yang
berfungsi untuk mendorong pertumbuhan tanaman dengan pemanjangan dan
pertumbuhan akar, dan pembentukan buah dan bunga namun hormon auksin
tidak dapat bekerja secara optimal jika terkena sinar matahari. Itulah
mengapa tumbuhan yang tidak terkena sinar matahari dapat tumbuh lebih
cepat
2. Faktor luar (eksternal)
a. Cahaya
Pengaruh cahaya pada pertumbuhan adalah bersifat menghambat
pertumbuhan tanaman. Bukti yang sangat jelas dapat dilihat dari hasil
eksperimen yang kami lakukan, dimana tumbuhan yang hidup ditempat
gelap mengalami etiolasi yaitu pertumbuhan yang cepat dengan batang yang
lebih panjang, namun daun yang tidak lebar dan pucat sedangkan tumbuhan
yang tumbuh di tempat terang batang lebih pendek, kokoh, dan daun lebar
berwarna hijau. Hal ini karna ada hubungannya dengan hormon auksin
dimana jika hormon auksin terkena cahaya maka strukturnya akan rusak
sehingga tidak dapat berfungsi lagi sebagai hormon penumbuh. Namun
cahaya sangat diperlukan tumbuhan hijau untuk kelangsungan hidupnya,
sebab sinar matahari merupakan sumber energi yang digunakan untuk proses
berlangsungnya fotosintesis di dalam daun-daun tumbuhan hijau. Dari proses
fotosintesis akan dihasilkan zat makanan yang sangat berpengaruh terhadap
pembelahan sel pada pertumbuhan tanaman. Dalam fotosintesis, cahaya
berpengaruh langsung terhadap ketersediaan makanan. Tumbuhan yang
menjadi pucat karena tidak terkena cahaya, sehingga tidak dapat membentuk
klorofil.
b. Suhu
Setiap proses pertumbuhan selalu dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
c. Kelembaban
Kelembaban atau kadar air berpengaruh pada pertumbuhan sebab jika
berlebihan tumbuhan dapat mati.
d. Air
Air merupakan syarat mutlak yang diperlukan oleh tumbuh untuk
pertumbuhan.
e. Oksigen
Oksigen dibutuhkan tumbuhan tumbuhan untuk proses respirasi aerob, guna
untuk pembebasan energi sebagai pengatur suhu dan proses kehidupan.
Tumbuhan yang kekurangan oksigen juga dapat menyebabkan kematian

19
20
DAFTAR PUSTAKA

academia.edu. (2017). LAPORAN PENELITIAN PERKECAMBAHAN KACANG HIJAU DAN JAGUNG.


academia.edu. Retrieved juli 19, 2023

academia.edu. (n.d.). penelitian kacang hijau lengkap. academia.edu. Retrieved juli 19, 2023

academia.edu. (n.d.). PENERAPAN LANGKAH LANGKAH METODE ILMIAH Pengaruh Cahaya terhadap
Pertumbuhan Kacang Hijau. Retrieved juli 19, 2023

blogspot. (2013, september 05). laporan penelitian perkecambahan biji kacang hijau. Retrieved juli 19,
2023

scribd.com. (2013). metode ilmiah kacang hijau (tugas biologi). scribd.comm. Retrieved juli 19, 2023

slideshare. (2013, oct 18). laporan penelitian perkecambahan. slideshare. Retrieved juli 19, 2023

slideshare. (2014, sep 13). Metode ilmiah kacang hijau. slideshare. Retrieved juli 19, 2023

21
LAMPIRAN
Gelap

H-1 H-6

H-2 H-7

H-3

H-4

H-5

22
Terang

H-1

H-2

H-3

H-4

H-5

23
H-6

H-7

24

Anda mungkin juga menyukai