Anda di halaman 1dari 4

Menemukan Keselarasan antara Luas Daerah Dibawah Kurva yang

Diformulasikan Melalui Jumlah Riemann (Riemann Sum)


n b
A=lim ∑ f ( x k ) Δ x k =∫ f ( x ) d x
n →∞ k=1 a

dengan Luas Dibawah Kurva Normal Baku pada Ilmu Statistika I


Luas Daerah Dibawah Kurva (Area Under the Curve)

U NTUK memberikan sebuah ide tentang luas daerah dibawah kurva adalah dengan dan
melalui jumlah Riemann atau yang sering disebut sebagai Riemann sum. Untuk itu, mari kita
mulai dengan mensketsa grafik sederhana yang secara visualisasi membantu kita memahami
hal ini dengan jelas.
Gambar berikut ini merupakan grafik sederhana yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan
ide tentang luas dibawah kurva, dimana kurva pada gambar tersebut adalah kurva parabola yakni, y =
x2.
Nah sekarang, untuk mendapatkan idenya mari kita asumsikan bahwa kita akan menentukan
luas daerah A yang dibatasi oleh parabola y = f(x) = x2 pada
sumbu-x dan garis tegak x = 2 dengan interval [a, b].
Pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat menentukan luas dari
kurva tersebut? Kalau iya, apa rumus luasnya karena secara dasar
kita telah mengenal luas bangun datar? Namun pertanyaan yang
lebih intens adalah bangun datar macam apa kurva tersebut?
Secara bentuk kurva diatas tidak berbentuk layaknya bentuk
datar pada umumnya, dan kita juga tidak dapat menebak bahwa
kurva diatas adalah segitiga, karena segitiga adalah dengan sisi
yang memiliki garis tegak lurus. Untuk itu apa yang harus kita
lakukan untuk menghitung luas daerah A tersebut? Yang harus
kita lakukan adalah dengan melakukan perkiraan atau
approximation dengan menggunakan persegi panjang.
Dalam prakalkulus, kita mengenal bahwa rumus dari luas persegi panjang adalah sebagai
berikut.
A=l× w
dimana, A merepresentasikan sebagai luas atau area, sedangkan ℓ adalah tinggi persegi panjang
(length) dan w adalah lebar dari suatu persegi panjang atau dapat dibuat seperti berikut.
Luas=panjang× lebar
Nah kita dapat memperluas rumus tersebut untuk konsep ini.
Asumsikan bahwa titik pembagi yang kita miliki adalah n, sehingga
kita akan membagi interval a dan b menjadi n subinterval yang sama
lebarnya. Untuk lebarnya, kita dapat memperluas lambang w menjadi
Δx (Delta).
b−a
Δ x=
n
Selanjutnya adalah kita memilih salah satu titik yang mewakili
setiap subintervalnya, pada kasus ini mari kita asumsikan bahwa titik
yang kita maksudkan adalah xk dimana
a = x0 < x1 < x2 < ... < xn ‒ 1 < xn = b
adalah titik-titik pada interval [a, b]. Untuk memberikan kemudahan dalam menangkap maksud dari
pernyataan tersebut, perhatikanlah gambar berikut dengan saksama.
xn
xn ‒ 1
ℓ = f (xk)
x2
x1
x0
w = Δxk
Dari luas persegi panjang yang secara dasat telah ditunjukkan sebelumnya itu telah
memberikan kita landasan untuk hal ini. Jadi, luas daerah pada kurva tersebut dapat dengan rumus
tersebut kita interpretasi menjadi seperti berikut.
A=l× w ≈ f ( x k ) Δ x k
Karena terdapat banyaknya jumlah persegi panjang yang kita beri untuk memperkirakan,
maka kita juga dapat melakukan penjumlahan terhadap luas daerah dibawah kurva untuk subinterval
dari k = 1 hingga k = n. Dalam matematika, penjumlahan seperti ini biasanya diwakili dengan
lambang huruf besar Yunani, Σ (Sigma) yang senada dengan kata jumlah dalam bahasa Latin
“summa” yang artinya juga senada dengan istilah bahasa Inggris, yakni “sum” atau “jumlah” kalau
dalam bahasa Indonesia. Berikut adalah apa yang dimaksudkan,
n
A=l× w ≈ f ( x k ) Δ x k ≈ f ( x 1 ) Δ x 1+ f ( x 2 ) Δ x 2+ ⋯+ f ( x k−1 ) Δ k−1+ f ( x k ) Δ x k ≈ ∑ f ( x k ) Δ xk
k=1
Pada kurva yang ditunjukkan tersebut apabila kita menambahkan banyak persegi panjang
yang merepresentasikan bahwa semakin kita membagi interval tersebut, maka subintervalnya akan
menjadi lebih kecil. Hal ini memberikan keakuratan terhadap perkiraan akan luas daerah dibawah
kurva dan dalam hal ini jika mengambil batas atau limit dari jumlah subinterval menjadi tak terhingga
(∞) dan lebar dari setiap subinterval menjadi sangat kecil hingga mendekati 0, maka hal itu akan
memberikan keakuratan karena kita telah mencakup seluruh luas daerah dibawah kurva fungsi f (x)
tersebut secara tepat seperti yang ditunjukkan oleh animasi berikut.

Maka, kita dapat memberikan kesimpulan dengan informasi yang kita dapatkan sebelumnya
yakni sebagai berikut.
n b
A ≈ lim ∑ f ( x k ) Δ x k =∫ f ( x ) d x
n →∞ k=1 a

Maka tercetuslah definisi integral tentu (definite integral) dari luas daerah dibawah kurva
yang didefinisikan oleh Riemann sum atau jumlah Riemann karena bentuk tersebut memang
merupakan bentuk umum yang mendefinisikan integral tentu secara intuitif.
Misalkan f (x) didefinisikan sebagai fungsi yang memiliki kontinu pada interval tertutup
[a, b] dan limit dari jumlah Riemann pada partitisi Δ ada, maka fungsi tersebut juga dapat
dikatakan sebagai fungsi integran yang dapat diintegralkan pada interval tersebut dan luas daerah
dibawah kurva yang oleh limit didefinisikan sebagai berikut.
n b
A=lim ∑ f ( x k ) Δ x k =∫ f ( x ) d x
n →∞ k=1 a
Dalam perkembangan kalkulus, konsep area di bawah kurva menggunakan integral tentu
seperti yang dijelaskan sebelumnya adalah sebuah ide yang sangat berharga untuk memperkenalkan
dan memahami definisi integral tentu dalam kalkulus. Namun, pada praktiknya, kita lebih sering
menggunakan Teorema Dasar Kalkulus karena memiliki hubungan yang kuat dengan integral tak
tentu. Teorema Dasar Kalkulus memungkinkan kita untuk menentukan integral tentu atau menghitung
luas area di bawah kurva secara lebih mudah dan efisien daripada menggunakan Riemann sum.
Dengan teorema dasar kalkulus atau fundamental theorem of calculus, kita diberikan
pengertian secara sederhana tentang bagaimana korelasinya antara integral tentu dengan integral tak
tentu (indefinite integral) yang merepresentasikan antiturunan atau antidifferentiation karena integral
tentu dan integral tak tentu menggunakan simbol yang sama inilah yang menjadikan mereka berdua
saling berelasi. Dengan demikian, teorema dasar kalkulus memungkinkan kita untuk menentukan
integral tentu dengan aturan-aturan yang ada pada integral tak tentu atau antiturunan baik fungsi
aljabar maupun fungsi trigonometri. Oleh sebab itu, definisi teorema dasar kalkulus untuk
menentukan hasil dari integral tentu atau menentukan luas daerah yang merupakan pengaplikasian
luas daerah dibawah kurva adalah sebagai berikut.

Jika fungsi f (x) adalah suatu fungsi kontinus pada interval tertutup dan F (x) adalah suatu fungsi
antiturunan dari f (x) pada interval tersebut, maka
b
b
∫ f ( x ) d x= F ( x )|a=F ( b )−F ( a )
a

Bukti:
Asumsikan bahwa Δx menjadi partitisi apapun dari interval [a, b].
a = x0 < x1 < x2 < ... < xn ‒ 1 < xn = b
Dengan melakukan penjumlahan dan pengurangan yang dilakukan secara berpasangan pada suku-
suku, maka dapat dilakukan seperti berikut ini.
n
F ( b )−F ( a )=F ( x n ) −F ( x n−1 )+ F ( x n−1 )−⋯−F ( x1 ) + F ( x1 ) −F ( x 0 )¿ ∑ [ F ( x k ) −F ( x k−1 ) ]
k=1

Dengan menggunakan teorema nilai rata-rata (mean value theorem) yang diketahui bahwa akan ada
bilangan ck dalam subinterval ke-k sehingga

d F ( x k ) −F ( x k−1 )
d ck
[ F (ck )] =
x k −x k−1
d
d ck [
Kita tahu bahwa, F ( c k ) ] =f ( c k ), maka dengan memberikan asumsi bahwa Δxk = xk ‒ xk ‒ 1, maka

kita mendapati bahwa


n

∑ f ( c k ) Δ x k =F ( b )−F ( a )
k =1

Dan rumus tersebut memberitahukan kepada kita bahwa kita dapat melakukan secara berulang pada
teorema nilai rata-rata tersebut dan memberikan limit pada jumlah Riemann, sehingga.
n b
lim ∑ f ( c k ) Δ x k =F ( b )−F ( a )∫ f ( x ) d x=F ( b )−F ( a )
n → ∞ k=1 a

=======
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa konsep jumlah Riemann tetap sangat penting dan
memiliki peranan dalam memahami dasar integral tentu. Jumlah Riemann membantu kita
mengenalkan konsep dasar integral dan mendapatkan intuisi tentang bagaimana luas area di bawah
kurva dapat dihitung dengan cara mendekati. Jadi, meskipun kita lebih sering menggunakan Teorema
Dasar Kalkulus dalam praktek, pemahaman tentang jumlah Riemann tetaplah penting sebagai dasar
dari konsep integral dalam kalkulus.

Distribusi Normal Baku atau Luas Daerah Dibawah Kurva Normal

S etelah membahas tentang luas daerah dibawah kurva sebelumnya melalui sudut pandang
kalkulus dan secara intuitif, kita dapat melihat bahwa konsep statistika ini memiliki keselarasan
dengan sebelumnya. Distribusi normal baku adalah distribusi probabilitas yang memiliki rata-
rata (μ) = 0 dan simpangan baku (σ) =1.
Kurva distribusi normal ini berbentuk simetris terhadap garis vertikal yang menggambarkan sumbu y
(sumbu ordinat) dan sering kali dikenal sebagai "bell curve" atau "kurva lonceng." Misalkan Z adalah
variabel acak yang mengikuti distribusi normal baku. Kita ingin menghitung probabilitas bahwa Z
berada di antara dua titik a dan b, atau secara matematis ditulis sebagai P(a ≤ Z ≤ b). Untuk
menghitung probabilitas ini, kita dapat menggunakan integral tentu. Mari kita anggap F(z) sebagai
fungsi distribusi kumulatif dari Z, yakni F(z) = P(Z ≤ z). Dalam kasus distribusi normal baku ini dapat
kita kembangkan dengan mengulang P(a ≤ Z ≤ b) maka dengan rumus sebelumnya,
n b
P ( a ≤ Z ≤ b )=lim ∑ F ( z k ) Δ z k =∫ F ( z ) d z
n → ∞ k=1 a

Anda mungkin juga menyukai