Makalah 01 Harga Diri
Makalah 01 Harga Diri
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah atas selesainya makalah yang berjudul
"HARGA DIRI". Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih
Kami menyadari bahwa makalah ini belum maksimal dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharap masukan, kritikan dan saran para
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, semoga amal baik semua pihak diterima oleh Allah dan mendapatkan
balasan darinya dengan pahala yang setimpal dan semoga makalah ini bermanfaat
bagi kami dan juga bagi pembaca sekalian.Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………...
BAB I……………………………………………………………....
PENDAHULUAN………………………………………………...
1.1 Latar Belakang………………………………………………….
1.2 Rumusan masalah……………………………………………
1.3 Tujuan……………………………………………………………
BAB II……………………………………………………………..
PEMBAHASAN…………………………………………………..
2.1 Pengertian Harga Diri……………………………………….
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ……………………….
2.3 Faktor Harga diri menurut para ahli………………………….
2.4 Harga diri dapat diperoleh melalui SAPTONOKO………….
2.5 Contoh Harga Diri dalam Kehidupan……………………
BAB III……………………………………………………………...
Kesimpulan………………………………………………….....
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Kecenderungan meningkatnya angka gangguan mental psikiatri di kalangan
masyarakat saat ini terus menjadi masalah sekaligus tantangan bagi tenaga kesehatan
khusunya komunitas profesi kesehatan.
Di dunia, menurut WHO, masalah gangguan jiwa telah menjadi masalah yang serius.
Masalah gangguan jiwa ini ternyata hamper diseluruh Negara di dunia, Tahun 2001 lalu
ditemukan ada 450 juta orang menderita gangguan jiwa.
Sebagai gambaran menurut WHO, jika prevelensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa per !
000 penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000 penduduk yang
merupakan anggota keluarga, data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 1995, artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO. Ini sesuatu yang sangat
serius dan World Bank menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat mengakibatkan
penurunan produktivitas sampai dengan 8,5 % saat ini. Saat ini gangguan jiwa
menempati urutan kedua setelah penyakit infeksi dengan 11,5 %.
Di Indonesia, menurut Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, didalam setiap
rumah tangga paling tidak ada satu orang yang mengalami gangguan jiwa dan
membutuhkan pelayanan kesehatan jiwa. Hal ini didasarkan pada hasil Survei
kesehatan. Mental Rumah Tngga (SKMRT) yang dilakukan pada penduduk di 11
kotamadya oleh jaringan Epidomologi Psikiatri Indonesia tahun 1995 di mana di
temukan 185 per 1000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala
gangguan kesehatan jiwa.
Jumlah penderita gangguan jiwa di Jawa Barat diperkirakan lebih dari 30% dari jumlah
penduduk dewasa. Jumlah tersebut bakal semakin bertambah dengan kesulitan
ekonomi yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Bahkan di
Cirebon, kenaikan penderita gangguan kejiwaan setelah kenaikan harga BBM,
mencapai 250 hingga 350 persen.Menurut Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bandung,
dr. Machmud, Sp.K.J. dampak nyata dari kenaikan harga BBM terhadap penambahan
jumlah warga yang mengalami gangguan jiwa, baru akan bisa dilihat pada tiga bulan
atau enam bulan ke depan."Sejauh ini, belum ada peningkatan signifikan antara
kesulitan ekonomi yang disebabkan kenaikan harga BBM dengan jumlah pasien Rumah
Sakit Jiwa (RSJ) Bandung, baik yang rawat jalan maupun rawat inap," ujarnya. Angka
prediksi tersebut, didasarkan beberapa kali survei yang dilakukan RSJ Bandung yang
bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Jabar.
Menurut Machmud, sampai dengan bulan September 2005, jumlah pasien gangguan
jiwa yang dirawat di RSJ Bandung sudah lebih dari 12.000 orang, tahun 2004 lalu
sebanyak 13.000. Di antara pasien yang rawat inap di RSJ Bandung bahkan ada yang
masih anak-anak yakni berusia 13 tahun. Metode terapi yang dilakukan dari mulai
pemberian obat-obatan yang diminum atau disuntikkan sampai ke electro convulsan
therapy (ECT) atau electro shock therapy (EST) dan psikoterapi serta rehabilitasi.
"Idealnya, Rumah Sakit Jiwa Bandung ini memiliki 14 psikiater karena kami memiliki 14
satuan kerja fungsional," katanya. Naik drastic Di Cirebon, berdasarkan catatan di RS
Gunung Djati (RSGD) Kota Cirebon, sejak terjadi kenaikan harga BBM yang berdampak
pada kenaikan harga lainnya, jumlah pasien yang berobat ke psikiater meningkat lebih
dari 250 sampai 350 persen. Sebelum terjadi kenaikan harga BBM, jumlah pasien di
poliklinik psikiatri per hari rata-rata 5 - 10 orang. Setelah kenaikan harga BBM, dalam
sepekan terakhir jumlah pasien menjadi 25 sampai 35 orang/hari. Jumlah ini,
kemungkinan akan terus meningkat seiring dengan terus merosotnya kualitas hidup
rata-rata masyarakat.
Kepala Rumah Sakit Jiwa ( RSJ) Daerah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Nurlaila
Atika, mengungkapkan, “ Setahun ini jumlah penderita gangguan jiwa yang di tangani di
RSJ mengalami peningkatan 10-15 % di bandingkan dengan tahun sebelumnya,
kecenderungan, kasus – kasus psikotik tetap tinggi, disusul neurosis yang cenderung
meningkat”.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari Rumah Sakit Dr. H. M. Ansari Saleh
Banjarmasin, jumlah klien rawat inap adalah 1562 jiwa dan rawat jalan 6573,
sedangkan penderita harga diri rendah tahun 2006 berjumlah 116 orang, data tersebut
didapat dari masing – masing ruangan yang ada di Rumah Sakit Dr. H. M. Ansari Saleh
Banjarmasin.
1.2 Rumusan masalah
1.Apa yang dimaksud Harga Diri ?
2.Apa Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ?
3.Apa Faktor Harga diri menurut para ahli?
4.Bagaimana Harga diri dapat diperoleh melalui SAPTONOKO?
5.Apa Contoh Harga Diri dalam Kehidupan?
1.3 Tujuan
1. Agar pembaca dapat mengetahui pengertian harga diri.
2. Agar pembaca dapat mengetahui factor yang mempengaruhi harga diri.
3. Agar pembaca dapat mengetahuifaktor harga diri menurut para ahli.
4. Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana cara memperoleh harga diri menurut
Saptonoko.
5. Agar pembaca dapat mengetahui contoh harga diri dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Diri (Self Esteem) Menurut Para Ahli
Menurut Coopersmith (1967) ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri, yaitu:
Kelas Sosial dan Kesuksesan. Menurut Coopersmith (1967), kedudukan kelas sosial
dapat dilihat dari pekerjaan, pendapatan dan tempat tinggal. Individu yang memiliki
pekarjaan yang lebih bergengsi, pendapatan yang lebih tinggi dan tinggal dalam lokasi
rumah yang lebih besar dan mewah akan dipandang lebih sukses dimata masyarakat
dan menerima keuntungan material dan budaya. Hal ini akan menyebabkan individu
dengan kelas sosial yang tinggi meyakini bahwa diri mereka lebih berharga dari orang
lain.Nilai dan Inspirasi Individu dalam Menginterpretasi Pengalaman.Kesuksesan
yang diterima oleh individu tidak mempengaruhi harga diri secara langsung melainkan
disaring terlebih dahulu melalui tujuan dan nilai yang dipegang oleh individu.Cara
Individu dalam Menghadapi Devaluasi. Individu dapat meminimalisasi ancaman
berupa evaluasi negatif yang datang dari luar dirinya. Mereka dapat menolak hak dari
orang lain yang memberikan penilaian negatif terhadap diri mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st edition. Lippincot-
Raven Publisher: Philadelphia.
Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott-
Raven Publisher: philadelphia.
Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.
Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.
Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan
Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC