Anda di halaman 1dari 117

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDY

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah

2.1.1.1 Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Kota Pekanbaru terdiri dari 12 Kecamatan dan 58 Kelurahan, dengan luas 632,26
2
km . Luas wilayah per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Luas wilayah Kota Pekanbaru menurut Kecamatan

NO KECAMATAN 2 PERSENTASE (%)


LUAS (km )
1 Pekanbaru Kota 2,26 0,36
2 Sail 3,26 0,52
3 Sukajadi 3,76 0,59
4 Lima Puluh 4,04 0,64
5 Senapelan 6,65 1,05
6 Bukit Raya 22,05 3,49
7 Marpoyan Damai 29,74 4,70
8 Payung Sekaki 43,24 6,84
9 Tampan 59,81 9,46
10 Rumbai 128,85 20,38
11 Rumbai Pesisir 157,33 24,88
12 Tenayan Raya 171,27 27,09
Jumlah 632,26 100,00

Sumber : Bappeda Provinsi Riau, 2012

Kota Pekanbaru secara administrasi berbatasan langsung dengan daerah


Kabupaten sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar

 Sebelah Selatan : Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan

 Sebelah Timur : Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan

CV. Gita Lestari Consultant 2/1


 Sebelah Barat : Kabupaten Kampar

2.1.1.2 Letak dan Kondisi Geografis

Kota Pekanbaru secara geografis terletak antara 101’ 14’ – 101’ 34’ Bujur Timur dan 0’
25’ – 0’ 45’ Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut berkisar 5 – 50 meter.
Sedangkan permukaan wilayah bagian utara merupakan daratan landai dan
bergelombang dengan ketinggian berkisar 5 – 11 meter, dan dibelah oleh aliran
Sungai Siak, yang mengalir dari barat hingga ke timur, serta memiliki beberapa anak
sungai seperti sungai; Umban Sari, Sail, Air Hitam, Sibam, Setukul, Kelulut,
Pengambang, Ukai, Sago, Senapelan, Limau dan Tampan.

Sumber : Bappeda Provinsi Riau

Gambar 2.1. Letak Geografis Kota Pekanbaru

2.1.1.3 Topografi

Kota Pekanbaru terletak pada bagian ketinggian 5 – 50 meter di atas permukaan laut.
Kawasan pusat kota dan sekitarnya relatif datar dengan ketinggian rata-rata antara 10-
20 meter di atas permukaan laut. Sedangkan kawasan Tenayan dan sekitarnya
umumnya mempunyai ketinggian antara 25-50 meter di atas permukaan laut. Kawasan
yang relatif tinggi dan berbukit terutama dibagian utara kota, khususnya di Kecamatan
Rumbai dan Rumbai Pesisir dengan ketinggian rata-rata sekitar 50 meter di atas
permukaan laut.
Sebagian besar wilayah Kota Pekanbaru (44%) mempunyai tingkat kemiringan antara

CV. Gita Lestari Consultant 2/2


0-2% atau relatif datar. Sedangkan wilayah kota yang agak landai hanya sekitar 17%,
landai (21%), dan sangat landai (13%). Sedangkan yang relatif curam hanya sekitar 4-
5% yang terdapat di Kecamatan Rumbai Pesisir.
Morfologi atau bentang alam Kota Pekanbaru dapat dibedakan atas 3 bagian, yaitu :
- Morfologi daratan terutama di Kecamatan Pekanbaru Kota, Senapelan, Lima
Puluh, Sukajadi, Sail, dan sebagian Wilayah Rumbai, Rumbai Pesisir, Tenayan
Raya, Tampan, Marpoyan Damai, dan Payung Sekaki. Luas Morfologi ini di
perkirakan sekitar 65% dari wilayah kota. Daerah ini merupakan endapan
sungai dan rawa, dan sebagian besar merupakan daerah yang rawan genangan
dan banjir. Kawasan ini relatif datar dengan kelerengan kurang dari 5%.
- Morfologi perbukitan, terutama terdapat di kawasan utara, selatan, dan
sebagian wilayah barat dan timur, memanjang dari barat laut – tenggara.
o Satuan morfologi ini tersusun oleh batu lumpur, batu pasir, sedikit batu lanau,
batuan malihan, dan granit. Kawasan ini terletak pada ketinggian antara 20-35
meter di atas permukaan laut, dengan kemiringan kurang dari 20%.
- Morfologi perbukitan sedang, terutama di bagian utara wilayah kota yang
merupakan kawasan perbukitan dengan arah memanjang dari barat laut –
tenggara. Wilayah ini ditumbuhi vegetasi tanaman keras sebagai hutan lindung.

2.1.1.4 Geologi

Kota Pekanbaru mempunyai struktur geologi yang terdiri atas sesar mendatar dengan
arah umum barat laut – tenggara, lipatan siklin dan antiklin dengan arah penunjaman
ketimur – laut daya. Struktur geologi tersebut masuk dalam sistem patahan Sumatera.
Sementara itu sesar-sesar mendatar ini termasuk dalam sistem patahan Semangko
yang diduga terjadi pada masa Miosen Tengah.

2.1.1.5 Hidrologi

Aliran Sungai di Kota Pekanbaru di antaranya sebagai berikut :

 Sungai Siak, dengan lebar rata-rata 96 meter dan kedalaman rata-rata 8 meter,
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, kecepatan aliran rata-rata 0,75
liter/detik

 Sungai Senapelan merupakan penampung utama bagi wilayah sebelah Barat Jl.
Jendral Sudirman dan sebelah utara Jalan Tuanku Tambusai, dengan lebar rata-
rata 3-4 meter

 Sungai Sail, merupakan penampung utama bagi wilayah sekitar Pasar Laket yang

CV. Gita Lestari Consultant 2/3


dibatasi Jl. Pelajar di sebelah barat, Jl. Pepaya di sebelah timur, Jl. Mangga
disebelah utara dan Jl. Tuanku Tambusai di selatan

 Sungai Sago merupakan penampung bagi wilayah sebelah barat Jl. Sudirman,
Sungai Lunau, Sungai Tanjung Datuk I dan II
Sistem drainase Kota Pekanbaru memanfaatkan saluran alami yang ada, seperti,
sungai, rawa, dan lain-lain. Sistem drainase Kota Pekanbaru mempunyai karakteristik
sebagai berikut :

 Lokasi pembuangan utama drainase kota adalah Sungai Siak;

 Saluran drainase primer adalah anak-anak Sungai Siak;

 Saluran drainase sekunder dan tersier pada sub basin anak-anak Sungai Siak;

 Sistem drainase Kota Pekanbaru umumnya menggunakan sistem gravitasi yang


tergantung pada kondisi topografi. Kondisi topografi Pekanbaru yang relatif datar
menyebabkan sistem pengaliran air hujan tidak dapat terjadi dengan baik;
Sistem drainase yang berfungsi sebagai retention pond adalah rawa-rawa di sebelah
utara Sungai Siak, sampai dengan batas Jl. Sekolah, wilayah rawa ini dibagi 2 (dua)
oleh Jl. Yos Sudarso menjadi rawa sebelah barat dan rawa sebelah timur.
Wilayah yang terletak di tepian Sungai Siak dan anak-anak sungai Siak merupakan
kawasan yang berpotensi banjir dan genangan. Secara topografi kawasan ini terletak
pada daerah yang relatif rendah dengan ketinggian elevasi antara 1,50 sampai 2,50
meter di atas permukaan air laut dan setiap musim hujan sering mengalami banjir yang
disebabkan oleh :

 Meluapnya Sungai Siak ;

 Tingginya curah hujan, terutama di bagian hulu ; dan

 Pengaruh pasang dari laut.

Disamping masalah tersebut, anak-anak sungai dan saluran drainase dalam kota yang
mengalir ke Sungai Siak sering tidak lancar dan berpotensi terjadinya genangan lokal
dan banjir di beberapa lokasi (titik-titik banjir seperti terlihat pada Gambar 2.2). Kondisi
ini mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat di daerah perkotaan, khususnya
di musim penghujan.

CV. Gita Lestari Consultant 2/4


Sumber : Hasil Survei Tim Royal Haskoning, 2011

Gambar 2.2. Titik-titik Genangan dan Lokasi Banjir, 2011

2.1.1.6 Klimatologi

Kota Pekanbaru mempunyai iklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara
0 0 0 0
31,0 C-33,4 C dengan suhu udara minimum berkisar antara 23,4 C-24,4 C. Curah
hujan antara 73,9-584,1 mm/tahun. Kelembaban maksimum berkisar antara 85,5%-
93,2% dan kelembaban minimum berkisar antara 57,0-67,7%.

2.1.1.7 Penggunaan Lahan

Luas lahan terbangun (built-up areas) sekitar 24% dari luas wilayah kota dan
dimanfaatkan sebagai kawasan perumahan (sekitar 73% dari luas areal terbangun),
pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, industri, militer, bandara, dan lain-lain.
Areal belum terbangun (non-built up areas) adalah sekitar 76% dari luas wilayah kota

CV. Gita Lestari Consultant 2/5


saat ini yang merupakan kawasan lindung, perkebunan, semak belukar, dan hutan.
Areal ini sebagian besar terdapat di wilayah utara kota (Rumbai dan Rumbai Pesisir),
Tenayan Raya dan sekitarnya. Jenis penggunaan lahan tersebut seperti terlihat pada
Tabel 2.2.
Tabel 2.2
Penggunaan Tanah Kota Pekanbaru, Tahun 2006
No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha)
A. Lahan Terbangun (built up areas)
1. Kawasan Perumahan 10.914,44
2. Kawasan Pemerintahan 100,
3. Kawasan Pendidikan 23
282,
4. Kawasan Perdagangan 30
666,
5. Kawasan Industry 07
1.794,94
6. Militer 134,
7. Bandara 93
276,
8. Lain-lain 00
723,
Jumlah A: 07
14.891,98
B. Lahan Tidak Terbangun (non-built up areas)
1. Kawasan Lindung 2.605,75
2. Kawasan Perkebunan 18.372,33
3. Kawasan Semak Belukar 24.733,49
4. Hutan 2.622,45
Jumlah B: 48.334,02
Jumlah A + B 63.226,00

Sumber : RTRW Kota Pekanbaru revisi 2006

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Potensi pengembangan wilayah diarahkan berdasarkan :


1. Pemantapan fungsi pelayanan pada pusat-pusat kegiatan yang telah terbentuk,
melalui penyesuaian fungsi jaringan jalan dengan aktivitas yang dikembangkan.
2. Pembentukan pusat pelayanan baru pada setiap Wilayah Pembangunan (di
luar WP I) yang disesuaikan dengan fungsi dominan wilayah yang bersangkutan.
3. Sistem pusat pelayanan yang akan dibentuk terdiri atas satu Pusat Primer
yang berada pada Kawasan Pusat Kota (WP – I), dan 4 (empat) Pusat Sekunder
yang terletak pada masing-masing pusat Wilayah Pembangunan (WP –II, WP – III,
WP –IV, dan WP – V).
4. Pusat pelayanan di bagian Utara sungai Siak pengembangannya akan diarahkan
pada kegiatan-kegiatan yang berdampak kecil terhadap lingkungan. Sementara
pada bagian Selatan sungai Siak, pengembangannya akan diarahkan pada

CV. Gita Lestari Consultant 2/6


kegiatan-kegiatan terbangun dengan prioritas pengembangan jasa, perdagangan,
industri, permukiman, dan pendidikan. Di bagian Timur, prioritas pengembangan
akan diarahkan pada sektor industri, pergudangan, perdagangan, dan jasa
transportasi.
Fungsi primer dan sekunder di Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut :
a. Fungsi Primer, meliputi : (a) Perdagangan regional; (b) Pemerintahan; (c)
Pelabuhan penumpang dan barang; (d) Terminal AKAP; (e) Pelabuhan udara; (f)
Industri; (g) Pergudangan; (h) Pendidikan tinggi; (i) Rumah sakit; dan (j) Sport
centre.
b. Fungsi sekunder, meliputi : (a) Perdagangan kota; (b) Niaga/komersial; (c)
Pusat kecamatan dan WP; (d) Terminal kota; dan (e) Permukiman.

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana

Wilayah yang rawan bencana di Kota Pekannbaru adalah wilayah yang relatif
rendah dan rawan genangan air seperti pada wilayah Tabek Gadang, Terminal AKAP
unjung, Rumbai Pesisir, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Diponegoro, dan diidentifikasi
sekitar 20 titik rawan genangan air lainnya. Sedangkan area yang terletak di tepian
Sungai Siak dan anak-anak sungai Siak merupakan kawasan yang berpotensi banjir.
Kondisi ini mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat di daerah perkotaan,
khususnya di musim penghujan. Ada puna rea rawan genangan air dan lokasi bencana
banjir dapat dilihat pada Gambar 2.2.

2.1.4 Demografi

Penduduk Kota Pekanbaru setiap tahunnya terus meningkat. Ini menandakan bahwa
Kota Pekanbaru terus berkembang dan maju sehingga menjadi daya tarik bagi
penduduk daerah lain bermigrasi ke Kota Pekanbaru. Peningkatan jumlah penduduk
disamping dari peningkatan jumlah migrasi juga disebabkan oleh tingkat kelahiran dan
kematian.

CV. Gita Lestari Consultant 2/7


Tabel 2.3
Penduduk Kota Pekanbaru Tahun 2006 – 2010
TAHUN
NO URAIAN
2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah penduduk 754,467 779,899 799,213 802,788 897.768
2 Kepala Keluarga 169.957 175.859 177,762 188,341 213.795
3 Penduduk (jenis
kelamin) :
- Laki-laki
- Perempuan 380,993 389,972 400,505 403,900 456.386
373,474 389,927 398,708 398,888 441.382
4 Mutasi Penduduk
- Kelahiran 7.953 10.509 11.782 12.347 -
- Kematian 2.777 3.572 2.080 2.480 -
- Pindah 9.764 11.231 7.362 22.908 -
- Datang 21.916 27.131 16.813 19.181 -

Sumber: BPS Kota Pekanbaru,2011, dan Disdukcapil, 2010

Berdasarkan jenis kelamin, penduduk Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010 kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. Peningkatan maupun pengurangan
(pertumbuhan) jumlah penduduk Kota Pekanbaru di pengaruhi oleh tingkat kelahiran,
kematian, penduduk pendatang dan perpindahan penduduk. Berdasarkan data dari
Tabel 2.3 di atas dapat dilihat bahwa penduduk pendatang memberikan kontribusi
pengaruh perubahan komposisi penduduk yang terbesar lalu di ikuti oleh jumlah
perpindahan penduduk, tingkat kelahiran dan tingkat kematian.
Penyebaran penduduk per-kecamatan pada tahun 2010 di Kota Pekanbaru dapat dilihat
pada Tabel 2.4 seperti berikut ini :
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru per-Kecamatan
Persentase Densitas Penduduk
No Kecamatan Penduduk 2
(jiwa/km )
1 Tampan 18,9 2.837
2 Payung Sekaki 9,64 2.003
3 Bukit Raya 10,24 4.169
4 Marpoyan Damai 14,00 4.227
5 Tenayan Raya 13,71 719
6 Limapuluh 4,60 10.234
7 Sail 2,39 6.577
8 Pekanbaru Kota 2,79 11.090
9 Sukajadi 5,26 12.553
10 Senapelan 4,06 5.480
11 Rumbai 7,20 502
12 Rumbai Pesisir 7,22 412
Pekanbaru 100,00 1.420

Sumber: Registrasi Penduduk Kota Pekanbaru 2011

CV. Gita Lestari Consultant 2/8


2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

2.2.1.1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi secara umum dapat ditunjukkan oleh angka Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Perkembangan besaran nilai PDRB merupakan salah satu
indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu
daerah, atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat tercermin
melalui pertumbuhan nilai PDRB. Di sisi lain, inflasi merupakan angka pembanding lain
yang juga erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Tabel 2.5
berikut ini menggambarkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Kota Pekanbaru dari
tahun 2006 – 2010.
Tabel 2.5
Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kota Pekanbaru Tahun 2006 – 2010
Pertumbuhan Ekonomi
Tahun (%) Inflasi (%)
2006 10,15 6,32
2007 9,89 7,53
2008 9,05 9,02
2009 8,81 1,94
2010 8,98 6,80
Rata-rata 9,38 6,32
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011

Untuk skala provinsi, kota Pekanbaru merupakan penyumbang terbesar dalam


pembentukan PDRB Provinsi Riau. Hal ini cukup wajar mengingat Kota Pekanbaru
adalah ibukota Provinsi Riau yang aktivitas ekonominya cukup besar dan pusat
peredaran barang dan jasa. Tabel 2.6 menggambarkan kondisi tersebut secara jelas dan
terlihat oleh kita bagaimana kontribusikabupaten dan kota lain yang ada di Provinsi Riau
dalam pembentukan PDRB Provinsi Riau.

CV. Gita Lestari Consultant 2/9


Tabel 2.6
Kontribusi PDRB Kabupaten/Kota Diluar Migas Provinsi Riau Tahun 2006 – 2010
TAHUN
N0 Kabupaten/Kota
2006 2007 2008 2009
1 Pekanbaru 17,38 17,18 17,70 17,52
2 Indragiri Hilir 12,48 12,69 12,54 10,64
3 Siak 10,68 11,00 11,25 12,22
4 Bengkalis 10,88 10,52 9,82 584
5 Pelalawan 8,48 8,48 8,45 8,51
6 Indragiri Hulu 7,56 7,80 8,10 8,41
7 Rokan Hilir 8,42 8,27 8,06 8,44
8 Kampar 7,78 7,85 7,71 7,97
9 Kuantan Singingi 6,96 6,96 6,90 6,92
10 Rokan Hulu 6,52 6,42 6,52 5,84
11 Dumai 2,86 2,83 2,93 3,04
12 Kep. Meranti (pemekaran) 2,90 2,87 2,87

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2010

Tabel 2.7 menjelaskan perbandingan pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru dengan


Provinsi Riau. Pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru dengan berbagai komponen dan
sektor pembentuknya relatif lebih tinggi dari Provinsi Riau.

Tabel 2.7
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Pekanbaru
dengan Provinsi RiauTahun 2006 – 2010

Keterangan : * Tahun 2009 angka sementara


Sumber :BPS Kota Pekanbaru, 2010

CV. Gita Lestari Consultant 2/10


Tabel 2.8 dan Tabel 2.9 berikut menunjukkan perkembangan PDRB Kota Pekanbaru
secara nominal atas dasar harga berlaku dan harga konstan.

Tabel 2.8
Perkembangan PDRB Sektoral Kota Pekanbaru
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006 – 2010 (milyar Rupiah)
SEKTOR/ PDRB ADHB
NO LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pertanian 160,956 181,711 209,726 239,152 274,001
2 Pertambangan dan Penggalian 2,511 3,140 3,954 4,798 5,896
3 Industri Pengolahan 4.947,946 5.586,983 6.432,910 6.901,226 7.427,790
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 196,667 227,120 260,620 291,976 328,920
5 Bangunan 1.949,113 2.965,165 4.231,766 6.130,136 8.811,458
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 4.019,169 5.090,377 6.504,844 7.778,112 9.464,316
7 Angkutan dan Komunikasi 1.392,535 1.585,349 1.844,506 2.136,932 2.490,941
8 Keuangan, Sewa dan Jasa 2.033,029 2.476,144 3.103,018 3.875,254 4.859,600
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1.778,614 2.003,412 2.325,186 2.680,345 3.090,556
PDRB 16.480,545 20.119,043 24.916,535 30.037,936 36.753,481
Keterangan : Tahun 2010 angka sementara
Sumber : Pendapatan Regional Pekanbaru Menurut Lapangan Usaha, 2006-2010 (BPS Pekanbaru,
2011)

Tabel 2.9
Perkembangan PDRB Sektoral Kota Pekanbaru
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006 – 2010 (milyar Rupiah)

Keterangan : Tahun 2010 angka sementara


Sumber : BPS - Pendapatan Regional Pekanbaru Menurut Lapangan Usaha,2006-2010

CV. Gita Lestari Consultant 2/11


Tabel 2.10 dan Tabel 2.11 berikut adalah tabel yang menjelaskan PDRB sektoral
terdistribusi di 9 sektor atau lapangan usaha di Kota pekanbaru. Secara nyata baik
PDRB atas dasar harga berlaku maupun harga konstan, PDRB Kota pekanbaru
terdistribusi lebih banyak di sektor perdagangan dan jasa.

Tabel 2.10
Distribusi PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku
Kota Pekanbaru Tahun 2006 – 2010
Distribusi ADHB 2000 (%)
NO SEKTOR/LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pertanian 0,98 0,90 0,84 0,78 0,75
2 Pertambangan dan Penggalian 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
3 Industri Pengolahan 30,02 27,77 25,82 22,98 20,21
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,19 1,13 1,05 0,97 0,89
5 Bangunan 11,83 14,74 16,98 20,41 23,97
6 Perdagangan, Hotel dan 24,39 25,30 26,11 25,89 25,75
Restoran
7 Angkutan dan Komunikasi 8,45 7,88 7,40 7,11 6,78
8 Keuangan, Sewa dan Jasa 12,34 12,31 12,45 12,90 13,22
Perusahaan
9 Jasa-jasa 10,79 9,96 9,33 8,92 8,41
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011

Tabel 2.11
Distribusi PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kota Pekanbaru Tahun 2006 – 2010
Distribusi ADHK 2000 (%)
SEKTOR/LAPANGAN USAHA
NO 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pertanian 1,68 1,60 1,52 1,45 1,38
2 Pertambangan dan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
Penggalian
3 Industri Pengolahan 10,99 10,67 10,40 10,14 9,86
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,27 1,21 1,19 1,15 1,12
5 Bangunan 16,89 16,76 16,74 16,75 16,75
6 Perdagangan, Hotel dan 30,81 31,27 31,44 31,68 31,93
Restoran
7 Angkutan dan Komunikasi 14,62 14,57 14,76 14,83 14,95
8 Keuangan, Sewa dan Jasa 6,49 6,76 6,83 6,94 7,06
Perusahaan
9 Jasa-jasa 17,22 17,13 17,10 17,02 16,93
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011

Pertumbuhan sektor-sektor atau lapangan usaha yang ada di Kota Pekanbaru dapat
dilihat dari dua tabel di bawah ini.

CV. Gita Lestari Consultant 2/12


Tabel 2.12
Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku
Kota Pekanbaru Tahun 2006 – 2009
Pertumbuhan ADHB 2000 (%)
NO SEKTOR/LAPANGAN USAHA
2006 2007 2008 2009
1 Pertanian 12,9 15,4 14,0 14,6
2 Pertambangan dan Penggalian 25,0 25,9 21,3 22,9
3 Industri Pengolahan 12,9 15,1 7,3 7,6
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 15,5 14,7 12,0 12,7
5 Bangunan 52,1 42,7 44,9 43,7
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 26,7 27,8 19,6 21,7
7 Angkutan dan Komunikasi 13,8 16,3 15,9 16,6
8 Keuangan, Sewa dan Jasa
Perusahaan 21,8 25,3 24,9 25,4
9 Jasa-jasa 12,6 16,1 15,3 15,3
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2010

Tabel 2.13
Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kota Pekanbaru Tahun 2006 – 2009

Distribusi ADHK 2000 (%)


NO SEKTOR/LAPANGAN USAHA
2006 2007 2008 2009*
1 Pertanian 4,2 4,0 4,0 3,8
2 Pertambangan dan Penggalian 5,0 4,1 3,9 3,5
3 Industri Pengolahan 6,7 6,2 6,1 6,0
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 4,7 6,8 5,5 5,6
5 Bangunan 9,0 8,9 8,9 9,0
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 11,5 9,6 9,7 9,8
7 Angkutan dan Komunikasi 9,6 10,4 9,4 9,8
8 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 14,5 10,2 10,5 10,9
9 Jasa-jasa 9,3 8,8 8,3 8,4
9,9 9,1 8,8 9,0
Keterangan :* Tahun 2009 angka sementara
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2010

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan perekonomian Kota Pekanbaru, maka


PDRB perkapita/pendapatan perkapita penduduk Kota Pekanbaru juga mengalami
kenaikan. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini :

CV. Gita Lestari Consultant 2/13


Tabel 2.14
Pendapatan Per Kapita dan Pertumbuhannya Kota Pekanbaru
Tahun 2006 – 2010
Pertumbuhan Pendapatan
Tahun Pendapatan Perkapita (Rp) Perkapita (%)
ADHB ADHK ADHB ADHK
2006 20.239.073 7.840.631 - -
2007 23.965.829 8.334.870 18,42 6,30
2008 29.472.944 9.025.774 22,98 8,29
2009 35.281.513 9.607.947 19,71 6,45
2010 15,25 4,18
40.660.913 10.009.856
Rat-rata 29.924.054 8.963.816 19,09 6,31

Sumber: BPS Kora Pekanbaru, 2011

2.2.1.2 Ekonomi Kerakyatan

Sebagai pusat perdagangan dan jasa, Kota Pekanbaru juga memiliki program
pembangunan ekonomi kerakyatan yang memberikan perhatian khusus kepada upaya
peningkatan ekonomi dan partisipasi rakyat, yang merupakan bagian dari upaya
mempercepat pengentasan kemiskinan di perkotaan.
Di Kota Pekanbaru, yang tercakup di ekonomi kerakyatan, yaitu industri kecil dan
menengah serta koperasi dan pengusaha kecil. Gambaran perkembangan koperasi di
Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 2.15 berikut ini.
Tabel 2.15
Data Keragaman Koperasi di Kota Pekanbaru
Tahun 2006-2010
No Keragaman Satuan 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Koperasi Unit 771 814 880 904 930
2 Koperasi Aktif Unit 558 601 558 710 735
3 Koperasi Tidak Unit 213 213 292 194 195
Aktif
4 Jumlah Anggota Orang 83.264 101.020 105.467 105.485 105.593
5 RAT Unit 129 152 149 202 359
6 Manajer Orang 30 50 57 57 63
7 Karyawan Orang 401 928 1.042 1.031 1.174
8 Modal Sendiri Rp M 59,01 137,77 157,00 163,28 202,88
9 Modal Luar Rp M 37,07 251,41 291,00 317,80 381,38
10 Volume Usaha Rp M 188,24 547,60 483,00 574,91 722,29
11 SHU Rp M 12,01 22,72 24,81 24,67 29,97
Sumber: Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, Des 2010

CV. Gita Lestari Consultant 2/14


Perkembangan pertumbuhan UMKM di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada tabel 2.16 di
bawah ini. Tabel tersebut menunjukkan kecenderungan UMKM yang meningkat sebesar
0,2 % pertahun. Sementara itu, perkembangan Lembaga keuangan berupa Bank
Perkreditan Rakyat tumbuh rata-rata 0,2 % pertahun. Sedangkan perkembangan
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dua tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang
sangat signifikan yakni 18 % pertahun
Berkaitan dengan perkembangan usaha Kecil akan menjadi tantangan dimasa akan
datang, melihat kepada data tersebut, perkembangan usaha kecil tidak terjadi
perkembangan yang cukup signifikan yaitu sebanyak 716 usaha kecil pertahun,
sedangkan perkembangan usaha Mikro di Kota Pekanbaru terjadi peningkatan
walaupun pergerakannya tidak terlalu tinggi.

Tabel 2.16
Pertumbuhan UMKM Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
Tahun Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Jumlah UMKM
Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %
2006 7.000 6.898 98,5 700 648 92,6 120 98 81,7 7.820 7.644 97,7
2007 7.300 7.293 99,9 730 675 92,5 130 115 88,5 8.160 8.083 99,1
2008 7.500 7.457 99,4 750 710 94,7 140 127 90,7 8.390 8.294 98,9
2009 7.700 7.829 101,7 800 758 94,8 150 131 87,3 8.650 8.718 100,8
2010 8.000 8.168 102,1 820 789 96,2 160 136 85,0 8.980 9.093 101,3

Sumber: Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, 2011

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Masyarakat


Analisis kinerja Pemerintah Kota Pekanbaru atas fokus kesejahetraan masyarakat
dilakukan terhadap beberapa indikator, yaitu; angka melek huruf, angka rata-rata lama
sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi
murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, persentase
penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja dan lain-lain.
Kinerja pembangunan kesejahteraan masyarakat Kota Pekanbaru untuk setiap indikator
disajikan sebagai berikut.

2.2.2.1 Pendidikan

Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sasaran dari


pembangunan pendidikan. Pencapaian sasaran ini dilaksanakan melalui tiga program
utama, yaitu : perluasan dan pemerataaan kesempatan memperoleh pendidikan,
tercapainya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dan peningkatan mutu
pendidikan. Kinerja pemerintah Kota Pekanbaru di bidang pendidikan dapat
disampaikan sebagai berikut ini.

CV. Gita Lestari Consultant 2/15


Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.3 Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010

Angka Melek Huruf (AMH) merupakan persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang
dapat membaca dan menulis huruf latin. Nilai AMH dari tahun 2006 sampai 2010 yang
terus naik dengan angka di atas 99,5 %, bahkan pada tahun 2010 mencapai nilai
99,87% menunjukkan bahwa hampir seluruh penduduk kota Pekanbaru berusia 10
tahun ke atas memiliki kemampuan membaca dan menulis. Artinya hampir seluruh
penduduk Kota Pekanbaru mampu membaca dan menulis.

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.4 Angka Rata-rata Lama Sekolah Kota Pekanbaru Tahun 2007-2010

CV. Gita Lestari Consultant 2/16


Pada Gambar 2.4 dapat dilihat bahwa sejak tahun 2007 sampai 2010, rata- rata
penduduk Kota Pekanbaru yang berusia 15 tahun ke atas telah menempuh semua jenis
pendidikan formal yang pernah dijalani selama 11,3-11,33 tahun atau setingkat
SMA/MA. Capaian ini termasuk kategori sangat baik, mengingat capaian sampai
tingkat SLTA ini melampaui program wajib belajar 9 tahun, dan hampir (94,4%)
mencapai target maksimal, yaitu program wajib belajar 12 tahun. Namun demikian,
karena lamanya bersekolah ini juga merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan
individu yang diharapkan akan meningkatkan pendapatan individu dengan naiknya nilai
rata-rata lama sekolah ini, maka setiap individu dan pemerintah kota Pekanbaru akan
terus meningkatkan angka ini sampai tingkat tertinggi di perguruan tinggi, sehingga
akumulasi modal manusia Pekanbaru ini setiap tahun semakin meningkat.

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.5 APK Tingkat SD-SMP-SMA Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah perbandingan jumlah siswa pada masing-masing
tingkat pendidikan SD/MI; SLTP da, SLTA, dibagi dengan jumlah penduduk berusia
7-12 tahun untuk SD/MI; 13-15 tahun untuk SLTP dan 16-18 tahun untuk SLTA. Nilai
APK bias jadi lebih dari 100%, karena siswa SD/MI misalnya, ada yang berusia kurang
dari 7 tahun, dan ada juga yang berusia lebih dari 12 tahun; begitu juga dengan siswa
SLTP dan SLTA yang sangat mungkin ada yang berusia di luar dari range usia 13-15
tahun dan 16-18 tahun.
Dapat dilihat pada Gambar 2.5 bahwa nilai APK Tingkat SD/MI pada tahun 2006-2010
sudah di atas 100%, walaupun sempat ada tren turun dari tahun 2007 ke tahun 2008,
tapi kemudian nilai APK kembali naik dalam 3 tahun berikutnya. Tren nilai APK untuk

CV. Gita Lestari Consultant 2/17


tingkat SLTP sempat turun dari tahun 2006 sampai 2008, dengan nilai APK di bawah
100%, tetapi pada tahun 2009 dan 2010 nilai APK SLTP di atas 100%. Sedangkan APK
untuk SLTA pada 2 tahun pertama dari 2006-2010 sangat rendah (46,74% dan 56,42%),
namun pada 3 tahun terakhir (2008-2010) nilai APK SLTA naik signifikan pada angka di
atas 80%, bahkan pada tahun 2010, hanya tinggal sekitar 10% saja anak usia 16-18
tahun yang belum mengenyam pendidikan setingkat SLTA.
Angka Partisipasi murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan
dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM SD-SLTP
dan SLTA Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 dipaparkan pada Gambar 2.6
di bawah ini. Dari gambar tersebut terlihat bahwa partisipasi sekolah penduduk usia
SD/MI rata-rata sejak tahun 2006 sampai 2010 sudah di atas 100%. Nilai APM SD di
atas 100% ini menunjukkan bahwa siswa SD di Kota Pekanbaru juga bukan hanya
penduduk Kota Pekanbaru, namun juga penduduk luar Kota Pekanbaru, yaitu
Kabupaten Kampar dan Kabupaten Siak yang bertempat tinggal di daerah perbatasan.
Sedangkan untuk penduduk usia SLTP sejak tahun 2006 menunjukkan tren yang selalu
naik dari nilai APM 72,5% menjadi 94,92% pada tahun 2010. Artinya hanya sekitar 5%
saja penduduk usia 13-15 tahun yang belum bersekolah di tingkat SLTP. Untuk
penduduk usia 16-18 tahun, dengan nilai APM masih di bawah 65%, menunjukkan
bahwa masih diperlukan upaya baik penambahan fasilitas maupun kesempatan bagi
penduduk usia 16-18 tahun agar dapat mengenyam pendidikan tingkat SLTA.

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.6 APM SD-SMP-SMA Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010

CV. Gita Lestari Consultant 2/18


Angka Pendidikan yang ditamatkan (APT) merupakan persentase jumlah penduduk,
baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi menurut pendidikan tertinggi
yang telah ditamatkan. Capaian APT penduduk berumur 10 tahun ke atas Kota
Pekanbaru pada tahun 2005-2010 ditampilkan pada Tabel 2.17. Dari Tabel 2.17
tersebut, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 APT SLTA (SMA/MA/ SMK/sederajat)
adalah 39,83%, selanjutnya APT SLTP (SMP/MTs/sederajat) adalah 19,57%.

Tabel 2.17
Persentase Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas Menurut Ijasah Tertinggi yang Dimiliki
pada Tahun 2005 s.d 2010 Kota Pekanbaru
Ijazah Tertinggi 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tidak punya ijazah 11.58 12.54 11.79 12.94 11.43 12.56
SD/MI/Sederajat 19.25 16.82 17.35 16.09 17.65 15.38
SLTP/MTS/Sederajat 20.00 18.16 21.12 19.78 21.94 19.57
SLTA/SMU/MA/SMK/
Sederajat 37.63 40.54 36.01 37.32 37.65 39.83
D I/ D II / D III 4.20 4.12 5.75 4.80 4.13 4.56
D IV / S1 / S2 / S3 7.34 7.81 7.98 9.07 7.20 8.10
Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011

Gambar 2.7 di bawah ini memperlihatkan perkembangan APT Kota Pekanbaru dari
tahun 2005 sampai 2010. Dapat dilihat bahwa sejak tahun 2005 sampai 2010, sebagian
besar tenaga kerja yang tersedia berpendidikan sampai dengan SLTA, selanjutnya
peringkat kedua background pendidikan tenaga kerja adalah tamatan SLTP, sedangkan
tenaga kerja lulusan sarjana (DIV/S1/S2/S3) hanya sekitar 8,1%. Pembangunan
pendidikan diarahkan agar tenga kerja berpendidikan sarjana adalah yang dominan.

CV. Gita Lestari Consultant 2/19


Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011

Gambar 2.7 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Ijasah


Tertinggi yang dimilikidi Kota Pekanbaru Tahun 2005-2010

2.2.2.2 Kesehatan

Pembangunan di Kota Pekanbaru dalam kurun 5 tahun terakhir telah memberikan


kontribusi besar pada pelayanan kesehatan masyarakat. Dampak pembangunan bidang
kesehatan di Kota Pekanbaru selama 5 tahun terakhir telah dapat dirasakan oleh
masyarakat. Pemerintah Kota telah melakukan berbagai program dam kegiatan yang
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tingkat keberhasilan
pembangunan bidang kesehatan dapat dilihat pada indikator kinerja utama bidang
kesehatan yang diantaranya meliputi Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB), Angka
Kematian Bayi (AKB), Angka Usia Harapan Hidup (AHH), Persentase Balita Gizi Buruk,
dan sebagainya yang dijelaskan pada paparan berikut ini.
Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup sampai usia 1
tahun, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi usia di
bawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang
sama. Dapat dilihat pada tabel 2.18 di bawah bahwa AKHB hampir mencapai nilai
maksimum, dan AKB hanya kurang dari 4, yang bermakna bahwa dari 1000 orang bayi
yang lahir hidup pada tahun 2006 sampai 2010 hanya kurang dari 4 orang bayi saja
yang meninggal sebelum berusia 1 tahun. Data jumlah kematian bayi ini berasal dari
data pada fasilitas kesehatan Kota Pekanbaru (Puskesmas).

CV. Gita Lestari Consultant 2/20


Tabel 2.18
Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Tahun 2006 s.d 2010
Kota Pekanbaru
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
Angka kematian bayi per 1000
1 kelahiran hidup 1,30 0,76 1,03 3,92 3,70
2 Angka kelangsungan hidup bayi 998,7 999,24 998,97 996,08 996,30
Sumber : Profil Kesehatan Kota Pekanbaru – Dinas Kesehatan, 2011

Catatan: Data kematian bayi tersebut merupakan data yang tercatat pada fasilitas kesehatan Kota
Pekanbaru

Angka Usia Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh
bayi yang baru lahir pada tahun tertentu. Pada gambar 2.8 di bawah ini dapat dilihat
bahwa sejak tahun 2006 sampai 2011, harapan hidup bayi yang lahir pada tahun 2006
sampai 2011 memiliki harapan hidup sampai umur sekitar 70 tahun lebih, bahkan pada 4
tahun terakhir AHH nya stabil pada angka 70,7 tahun.

Sumber : Profil Kesehatan Kota Pekanbaru – Dinas Kesehatan, 2012

Gambar 2.8 Angka Usia Harapan Hidup Kota Pekanbaru Tahun 2006-2011

Persentase Balita Gizi Buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap
jumlah balita. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO. Gambar 2.9 di
bawah menunjukkan persentase gizi buruk Kota Pekanbaru pada tahun 2007 – 2011.
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada periode 2007-2011, jumlah bayi
berstatus gizi buruk masuk kategori rendah, bahkan pada tahun 2010, persentase bayi

CV. Gita Lestari Consultant 2/21


gizi buruk hanya kurang dari 0,05%, artinya hampir tidak ada kejadian bayi berstatus gizi
buruk di Kota Pekanbaru pada tahun 2007-2011.

Sumber : Profil Kesehatan Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.9 Persentase Balita Kasus Gizi Buruk Kota Pekanbaru 2007-2011

Tabel 2.19 memberikan informasi jumlah kasus bayi berstatus gizi buruk untuk setiap
kecamatan di Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai 2011. Dari tabel tersebut dapat
dilihat bahwa jumlah bayi berstatus gizi buruk turun drastis dari jumlah 55 orang pada
tahun 2007 menjadi 25 orang pada tahun 2008, bahkan pada tahun 2011 hanya
tinggal 4 orang bayi saja yang mengalami status gizi buruk. Hal ini merupakan salah
satu indikasi keberhasilan pembangunan bidang kesehatan di kota Pekanbaru.

Tabel 2.19
Jumlah Balita Gizi Buruk Per Kecamatan Kota Pekanbaru Tahun 2007-2011
JUMLAH BALITA GIZI BURUK
NO KECAMATAN
2007 2008 2009 2010 2011
1 BUKIT RAYA 0 0 2 0 1
2 MARPOYAN DAMAI 0 2 1 0 0
3 TAMPAN 1 1 1 1 1
4 SUKAJADI 3 0 0 0 0
5 PEKANBARU KOTA 1 0 0 0 0
6 SAIL 4 1 0 0 0
7 LIMAPULUH 0 0 0 0 0
8 TENAYAN RAYA 17 4 0 0 1

CV. Gita Lestari Consultant 2/22


9 SENAPELAN 4 6 0 0 0
10 RUMBAI PESISIR 20 0 0 0 1
11 RUMBAI 2 7 1 2 0
12 PAYUNG SEKAKI 3 4 1 0 0
KOTA PEKANBARU 55 25 5 3 4

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2012

2.2.2.3 Ketenagakerjaan

Indikator keberhasilan pembangunan daerah juga ditentukan oleh persentase angkata


kerja yang bekerja dan penurunan tingkat pengangguran. Walaupun jumlah tenaga kerja
dan angkatan kerja senantiasa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun
pemerintah berupaya terus mengimbanginya dengan upaya perluasan kesempatan
kerja dengan membuka lapangan kerja baru dengan berbagai upaya baik langsung
maupun melibatkan pihak swasta. Membenahi fasilitas dan infrastruktur serta regulasi
juga memberikan dampak ketertarikan calon investor datang ke Pekanbaru, sehingga
penambahan investasi dari pihak swasta ini dapat menyerap tenaga kerja yang semakin
banyak. Tabel berikut ini memperlihatkan keadaan dan perkembangan ketenagakerjaan
Kota Pekanbaru pada 2 tahun terakhir (2009-2010). Dari Tabel 2.20 dapat dilihat bahwa
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dari tahun 2009 ke 2010 mengalami
peningkatan dari 60,46% menjadi 67,70%. Berbagai upaya pemerintah kota beserta
pihak swasta telah berkontribusi dalam menurunkan tingkat pengangguran yang
mengalami tren menurun dari 12,03% menjadi 10,23% pada tahun 2010. Seiring dengan
itu jumlah tenaga kerja yang bekerja juga meningkat dari 87,97% menjadi 89,77% pada
tahun 2010.
Tabel 2.20 juga memperlihatkan bahwa sektor perdagangan, rumah makan dan hotel
menjadi sektor yang paling dominan (35,74%) sebagai tempat bekerja, disusul sektor
jasa (31,20%) dan sektor bangunan (10,32%). Kenyataan ini memperlihatkan bahwa
pihak swasta memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan peluang
kerja. Untuk itu pemerintah kota Pekanbaru senantiasa terus berupaya
membenahi infra sktruktur dan regulasi serta menciptakan suasana nyaman bagi
investor agar terus datang dan menanamkan modalnya di Pekanbaru.

CV. Gita Lestari Consultant 2/23


Tabel 2.20
Statistik Ketenagakerjaan Kota Pekanbaru Tahun 2009-2010
No Uraian 2009 2010
1 TPAK (%) 60.46 67.70
2 Tingkat Pengangguran (%) 12.03 10.23
3 Bekerja (%) 87.97 89.77
4 UMR (000 Rupiah) 925 1,055
LIMA SEKTOR PEKERJAAN UTAMA (%)
1 Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan 35.74
hotel
2 Jasa kemasyarakatan, social dan perorangan 31.20
3 Bangunan 10.32
4 Industri pengolahan 7.25
5 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 5.39

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011

2.2.3 Fokus Seni, Budaya dan Olah Raga

Di Kota Pekanbaru pembangunan seni budaya digalakkan dalam rangka melestarikan,


menjaga dan mengembangkan seni budaya daerah serta mempertahankan jati diri dan
nilai-nilai budaya daerah, yaitu budaya melayu yang identik dengan Islam ditengah
marak dan semakin derasnya arus informasi dan kebudayaan global. Disamping
mengakomodir berbagai seni budaya penduduk yang berdomisili di kota Pekanbaru
selama tidak berseberangan dengan nilai-nilai budaya melayu, mengingat penduduk
kota Pekanbaru sangat multi etnis dan heterogen. Pemerintah dan masyarakat kota
Pekanbaru memiliki komitmen dan tekad untuk menghidupkan kembali aktivitas yang
berakar dari tradisi lokal masyarakat kota Pekanbaru. Diantaranya adalah dengan
didirikan dan dihidupkannya lembaga adat melayu baik itu di tingkat kota ataupun di
tingkat kecamatan, dibentuknya group kesenian.sanggar seni. Juga dengan
dihidupkannya dewan kesenian daerah. Namun apabila dibandingkan antara harapan
dan realita, kita dapatkan masih lemahnya fokus terhadap bidang seni budaya ini.
Rasio keberadaan lembaga seni budaya seperti group kesenian dan sanggar seni,
dewan kesenian daerah kota Pekanbaru dan lembaga adat Melayu di kota Pekanbaru
nampak pada tabel yang disajikan berikut ini:

CV. Gita Lestari Consultant 2/24


Tabel 2.21
Rasio Lembaga Seni Budaya Per 10.000 Penduduk Kota Pekanbaru (2006-2010)
Tahun
No Lembaga Seni dan Budaya 2006 2007 2008 2009 2010
1 Group Kesenian/Sanggar Seni 19 19 19 19 19
2 Pusat Latihan Kesenian - - - - -
3 Dewan Kesenian Daerah 1 1 1 1 1
4 Lembaga Adat Melayu (Kab 1 1 1 1 1
dan Kec)
5 Jumlah Lembaga 21 21 21 21 21
6 Jumlah Penduduk 754.467 779.899 799213 802.788 897.768
Rasio lembaga per 10.000 0,278 0,269 0,263 0,262 0,234
penduduk
Sumber :Dinas Pariwisata, 2011

Dari Tabel 2.21 tersebut terlihat rendahnya jumlah lembaga seni budaya di kota
Pekanbaru, khususnya jumlah group kesenian terdaftar, begitu pula dengan tidak
adanya pusat pelatihan kesenian dan minimnya jumlah dewan kesenian daerah dan
lembaga adat Melayu, sehingga rasio lembaga seni budaya per 10.000 penduduk
menjadi relatif rendah, dan ketersediaannya hanya 0,27 lembaga seni budaya dalam
setiap 10.000 penduduk. Perkembangan jumlah penduduk yang semakin bertambah
juga belum diantisipasi dengan disertai bertambahnya jumlah lembaga budaya. Hal ini
kemungkinan besar dipicu oleh minimnya tenaga pelatih dalam seni budaya, ditambah
sedikitnya sarana dan prasana pertunjukan kesenian yang tersedia. Juga kurangnya
event-event kesenian dan budaya daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah
secara langsung atau prakarsa masyarakat secara tidak langsung, yang akan
memotivasi munculnya group-group kesenian yang baru.
Pemerintah kota Pekanbaru senantiasa terus berusaha dan berupaya untuk
meningkatkan prestasi pemuda dalam berbagai bidang dan aspek, diantaranya adalah
prestasi olah raga. Maka pembenahan pada berbagai aspek baik itu sarana dan
prasarana, infrastruktur maupun suprastruktur terus menerus dilakukan. Fasilitasi,
dukungan dan suport secara maksimal diberikan kepada organisasi induk oleh raga,
begitu juga terhadap organisasi cabang olah raga. Berbagai pertandingan olah raga,
baik itu antar sekolah, antar kampus, dan pertandingan olah raga antar klub serta antar
kecamatan terus diselenggarakan. Pada tabel berikut ini disajikan data fasilitas olah
raga yang tersedia di kota Pekanbaru pada tahun 2010, antara lain sebagai berikut :

CV. Gita Lestari Consultant 2/25


Tabel 2.22
Rasio Klub dan Gedung Olahraga Per 10.000 Penduduk Kota Pekanbaru Tahun 2010
No Uraian 2010
1 Klub Olahraga 300
2 Gedung Olahraga 117
3 Jumlah Penduduk 897.768
4 Rasio Klub Olahraga 3.3
5 Rasio Gedung Olahraga 1.3
Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Pekanbaru, 2011

Terlihat dari tabel diatas pada tahun 2010, rasio klub olah raga 3.3. ini berarti bahwa
tersedia sebanyak 3-4 Klub untuk setiap 10.000 penduduk, sedangkan gedung olah
raga yang tersedia hanya sebanyak 1.3 untuk setiap 10.000 penduduk. Melihat
kondisi tersebut masih sangat diperlukan peningkatan kontribusi pemerintah kota,
disamping dunia usaha dan begitu pula masyarakat secara luas agar bersinergi dalam
mewujudkan kondisi ideal. Berikut ini disajikan data rinci tentang ketersediaan gedung
olah raga untuk setiap kecamatan di kota Pekanbaru, khusus pada tahun 2010. Dari
data dan fakta yang ada pada tabel 2.23 di bawah, berarti bahwa di Kota Pekanbaru
hanya tersedia 0.82 Gedung olah raga untuk setiap 10.000 penduduk.
Tabel 2.23
Rasio Gedung Olahraga Per 10.000 Penduduk menurut Kecamatan

di Kota Pekanbaru (2010)


Jumlah Jumlah Gedung Rasio per 10.000
NO Kecamatan Penduduk (jiwa) Olahraga (Unit) Penduduk
1 Bukit Raya 91.914 7 0.76
2 Lima Puluh 41.333 5 1.20
3 Marpoyan Damai 125.697 6 0.47
4 Payung Sekaki 86.584 . .
5 Pekanbaru Kota 25.062 2 0.79
6 Rumbai 64.624 3 0.46
7 Rumbai Pesisir 64.698 1 0.15
8 Sail 21.438 17 7.92
9 Senapelan 36.434 2 0.54
10 Sukajadi 47.174 3 0.63
11 Tampan 169.655 25 1.47
12 Tenayan Raya 123.155 3 0.24
Jumlah 897.768 74 0.82

Sumber :Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Pekanbaru, 2012

2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM

Kinerja pembangunan pemerintah kota Pekanbaru pada aspek pelayanan umum


merupakan gambaran dan hasil pelaksanaan pembangunan selama periode 6 tahun

CV. Gita Lestari Consultant 2/26


terakhir (2006-2011) pada kondisi pelayanan umum yang mencakup fokus layanan
urusan wajib dan fokus layanan urusan pilihan. Indikator kinerja pelaksanaan
pembangunan pada aspek pelayanan umum selama periode 2006-2011 disampaikan
berikut ini.
2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib
2.3.1.1 Pendidikan

Indikator kinerja pembangunan bidang pendidikan Kota Pekanbaru, antara lain meliputi
Angka prtisipasi Sekolah (APS), Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia
Sekolah, Rasio Guru Terhadap Siswa, Angka Melek Huruf (AMH), Angka Putus Sekolah,
Angka Kelulusan, Angka Melanjutkan Sekolah dan sebagainya. Berikut ini dipaparkan
beberapa indikator kinerja utama pembangunan bidang pendidikan di Kota Pekanbaru.
a. Angka Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah persentase jumlah murid per jumlah
penduduk usia tingkatan pendidikan tertentu. Perkembangan nilai APS untuk 3
tingkatan usia pada tahun 2007-2010 ditampilkan dalam Tabel 2.24 dan Gambar
2.10 di bawah ini.

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012

Gambar 2.10 Perkembangan APS Menurut Kelompok Umur Kota Pekanbaru Tahun
2007-2011

Gambar 2.10 di atas dan Tabel 2.24 memperlihatkan perkembangan nilai APS untuk 3
kelompok usia 7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun Kota Pekanbaru pada tahun
2007 sampai 2011. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa APS untuk tingkat usia

CV. Gita Lestari Consultant 2/27


7-12 tahun dan 13-15 tahun berada jauh di atas APS kelompok usia 16-18 tahun dan
hampir mencapai nilai 100% dengan tren yang terus meningkat. Nilai APS untuk usia
7-12 tahun di atas 100% pada tahun 2011 ini menunjukkan bahwa ada sebagian siswa
usia 7-12 tahun yang bukan warga Kota Pekanbaru, yang berdomisili di daerah
perbatasan dengan Kabupaten/Kota lain (Kampar, Siak dan Pelalawan).

Tabel 2.24
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 7-12 dan 13-15 Tahun

Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011


No Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011
1 Kelompok Usia 7-12 Tahun
1.1 Jumlah murid usia 7-12 thn 92.832 93.234 100.970 101.428 107.196
1.2 Jumlah penduduk usia 7-12 thn 95.017 94.366 102.093 102.245 99.116
1.3 APS 7-12 Tahun 97,7 98,8 98,9 99,2 108,2
2 Kelompok Usia 13-15 Tahun
2.1 Jumlah murid usia 13-15 thn 33.145 35.945 37.549 38.196 43.264
2.2 Jumlah penduduk usia 13-15 thn 35.336 36.641 39.032 39.786 46.965
2.3 APS 13-15 Tahun 93,8 98,1 96,2 96,0 92,1
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012

Tabel 2.24 di atas adalah data jumlah murid usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun, jumlah
penduduk usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun, serta nilai APS untuk kedua kelompok
usia tersebut dari tahun 2007 sampai 2011. Dari data tersebut terlihat bahwa nilai APS
untuk usia 7-12 tahun sudah mencapai 100%, sedangkan untuk usia 13-15 tahun
sudah hampir mencapai angka 100% dengan tren yang meningkat dari tahun ke
tahun, sehingga jika tren ini dapat dipertahankan, maka pencapaian nilai APS 100%
dapat dipenuhi dalam 1-2 tahun ke depan.
Tabel 2.25 menggambarkan nilai APS kelompok usia 16-18 tahun, jumlah penduduk
usia 16-18 tahun serta jumlah siswa usia 16-18 tahun. Data tersebut memperlihatkan
bahwa walaupun nilai APS untuk kelompok usia 16-18 tahun ini masih di bawah 100%,
namun terlihat tren yang selalu meningkat dari tahun 2007 sampai 2011. Dengan telah
diluncurkannya program wajib belajar 12 tahun, maka pencapaian nilai APS usia 16-18
tahun ini diprediksi akan meningkat tajam pada tahun-tahun ke depan.

CV. Gita Lestari Consultant 2/28


Tabel 2.25
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kelompok Usia 16-18 Tahun

Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011


No Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah murid usia 16-18 tahun 29.446 31.161 31.927 32.213 43.866
2 Jumlah penduduk usia 16-18 tahun 39.684 41.055 42.065 41.409 49.502
3 APS 16-18 Tahun 74,2 75,9 75,9 77,8 88,6
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012

b. Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah


Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah adalah
mengindikasikan kemampuan pemerintah kota menampung penduduk usia sekolah
untuk setiap jenjang pendidikan. Tabel 2.26 di bawah ini menunjukkan rasio untuk
jenjang pendidikan dasar. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rasio ketersediaan
sekolah dasar pada tahun 2007 adalah 26,63, maknanya bahwa untuk setiap 10.000
penduduk usia sekolah dasar terdapat sebanyak rata-rata sekitar
26,63 buah sekolah dasar, atau 1 sekolah untuk sekitar 375 orang anak usia 7-12
tahun. Pada tahun 2008, seiirng bertambahnya penduduk usia sekolah dasar,
sedangkan jumlah sekolah dasar yang justru berkurang (dari 253 pada tahun 2007
menjadi 250 pada tahun 2008), maka ketersediaan sekolah untuk setiap 10.000 orang
anak usia 7-12 tahun menurun ke angka 26,49 (1 sekolah untuk 377 orang anak usia
7-12 tahun). Rasio ketersediaan sekolah dasar kembali turun cukup siginifikan pada
tahun 2009 menjadi 24,88 atau 1 sekolah untuk sekitar 402 orang anak usia 7-12
tahun. Beruntung pada thaun 2010, dengan bertambahnya jumlah sekolah dasar
menjadi 258 buah, sehingga menaikkan rasio kesetersediaan sekolah dasar
menjadi 25,23 atau 1 sekolah untuk 396 orang anak usia 7-12 tahun. Pada tahun
2011, dengan tambahan 1 sekolah baru, rasio untuk SD naik menjadi 26,13,
sedangkan untuk SMP turun menjadi 23,00. Penurunan rasio ini akibat penambahan
jumlah penduduk usia 13-15 tahun yang cukup signifikan.

CV. Gita Lestari Consultant 2/29


Tabel 2.26
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah pada Jenjang Pendidikan Dasar
Tahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru
NO Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD/MI
1.1 Jumlah gedung sekolah 253 250 254 258 259
1.2 Jumlah penduduk 7-12 thn 95.017 94.366 102.093 102.245 99.116
1.3 Rasio 26,63 26,49 24,88 25,23 26,13
2 SMP/MTs
2.1 Jumlah gedung sekolah 94 105 108 109 108
2.2 Jumlah penduduk 13-15 thn 35.336 36.641 39.032 39.786 46.965
2.3 Rasio 26,60 28,66 27,67 27,40 23,00
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012

Pada Tabel 2.26 di atas juga dapat dilihat bahwa rasio ketersediaan sekolah SLTP
rata-rata lebih dari dari tahun 2007-2010 daripada jenjang sekolah dasar. Pada tahun
2007, rasio ketersediaan sekolah tingkat SLTP adalah 26,60 untuk 10.000 orang
penduduk usia 13-15 tahun. Ini berarti, untuk setiap sekolahnya diperuntukkan bagi
sekitar 376 orang anak usia 13-15 tahun. Tambahan sekolah pada tahun 2008
menjadi 105 dari sebelumnya 94 sekolah, memberikan nilai rasio sebesar 28,66 (349
orang penduduk usia 13-15 tahun). Walaupun angka rasio menurun pada 2 tahun
berikutnya, namun nilainya masih lebih baik daripada pada jenjang sekolah dasar.
Rasio ketersediaan sekolah menengah atas (SLTA) dapat dilihat pada table 2.27. Dari
tabel tersebut dapat dilihat bahwa untuk 10.000 orang penduduk usia 16-18 tahun
tersedia sebanyak 20,92 sekolah menengah atas pada tahun 2007, atau 1 SLTA
diperuntukan bagi 478 orang penduduk usia 16-18 tahun; dan angka rasio
ketersediaan SLTA meningkat menjadi 21,43 buah (1 SLTA untuk 467 orang) pada
tahun 2008, dan angka rasio tersebut stabil pada angka di atas 21 tersebut sampai
tahun 2010, tetapi menurun pada tahun 2011.

Tabel 2.27
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah pada
Jenjang Pendidikan MenengahTahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru
No Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah sekolah menengah 83 88 89 89 94
2 Jumlah penduduk usia 16-18 39.684 41.055 42.065 41.409 49.502
tahun
3 Rasio 20,92 21,43 21,16 21,49 18,99
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012

CV. Gita Lestari Consultant 2/30


c. Rasio Guru Terhadap Murid
Rasio Guru Terhadap Murid menyatakan ketersediaan guru untuk melayani sejumlah
murid. Untuk jenjang pendidikan dasar, rasio ketersediaan guru terhadap murid
diperlihatkan pada tabel 2.28. Dari tabel tersebut terlihat bahwa rasio guru per murid
pada tahun 2007 adalah 466,20 dengan makna bahwa terdapat 466,2 orang guru
untuk melayani 10.000 orang siswa sekolah dasar. Makna lainnya adalah bahwa
tersedia seorang guru untuk melayani sekiatr 21 orang siswa sekolah dasar. Nilai
rasio guru/murid meningkat pada empat tahun berikutnya, dengan nilai 478,35 (1
orang guru melayani 21 orang murid SD) pada tahun 2008;
496,37 (seorang guru untuk 20 orang siswa SD) pada tahun 2009; 490,27 (20 orang
dilayani setiap guru) pada tahun 2010, dan menjadi 486,49 ( 1 orang guru melayani
20,5 siswa SD) pada tahun 2011.
Sementara itu untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio guru/murid yang ditampilkan pada
tabel 2.28 di bawah menunjukkan bahwa pada tahun 2007 rasio ketersediaan guru
terhadap murid SLTP adalah 738,29 orang untuk 10.000 orang murid (seorang guru
melayani 13,5 orang siswa SLTP). Rasio guru/murid SLTP selanjutnya naik pada
tahun-tahun berikutnya, yaitu 760,89 per 10.000 siswa SLTP (1 orang guru
melayani 13 orang siswa) pada tahun 2008. Sedangkan untuk tahun 2009, 2010 dan
2011, berturut-turut adalah 742,43 (1 orang guru melayani 13,5 siswa); 773,79
(seorang guru SLTP melayani sebanyak 12,9 orang siswa) dan 742,65 ( 1 guru untuk
13,5 orang siswa SLTP).
Tabel 2.28
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2007 s.d 2011
Jenjang
NO Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD/MI
1.1 Jumlah guru 4.601 4.859 5.226 5.278 5.215
1.2 Jumlah murid 98.691 101.579 105.285 107.655 107.196
1.3 Rasio 466,20 478,35 496,37 490,27 486,49
2 SMP/MTs
2.1 Jumlah guru 2.847 3.206 3.184 3.343 3.213
2.2 Jumlah murid 38.562 42.135 42.886 43.203 43.264
2.3 Rasio 738,29 760,89 742,43 773,79 742,65

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012

Tabel 2.29 di bawah ini memperlihatkan nilai rasio guru/murid untuk jenjang
pendidikan menengah (SLTA) dari tahun 2007 sampai 2011. Tabel tersebut
memperlihatkan bahwa nilai rasio guru/siswa SLTA pada tahun 2007 adalah sebesar
874,80 (terdapat 874,8 orang guru yang melayani 10.000 orang siswa SLTA). Makna

CV. Gita Lestari Consultant 2/31


lainnya adalah bahwa untuk setiap orang guru SLTA di Pekanbaru saat ini memiliki
beban pelayanan kepada siswanya sebanyak 11,4 orang siswa. Selanjutnya rasio
guru/siswa SLTA berfluktuasi dalam 3 tahun berikutnya, yaitu 889,13 (1 orang guru
melayani 11,2 orang siswa) pada tahun 2008, selanjutnya pada tahun 2009 rasio
guru/siswa SLTA adalah 862,31 (1 orang guru untuk 11,6 orang siswa). Pada tahun
2010, rasio guru/siswa SLTA kembali turun menjadi 850,48 (1 orang guru melayani
11.8 orang siswa SLTA). Tahun 2011, rasio guru/siswa naik kembali menjadi 871,97
( 1 orang guru melayani 11,5 orang siswa SLTA).

Tabel 2.29
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah Kota Pekanbaru
Tahun 2007 s.d 2011
No Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah guru 3.379 3.544 3.663 3.616 3.825
2 Jumlah murid 38.626 39.859 42.479 42.517 43.866
3 Rasio 874,80 889,13 862,31 850,48 871,97
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012

d. Angka Melek Huruf


Angka Melek Huruf (AMH) menunjukkan prosentase penduduk usia di atas 15 tahun
yang mampu membaca huruf latin. Angka Melek Huruf kota Pekanbaru dari tahun
2006 sampai 2010 ditunjukkan pada Tabel 2.30 di bawah ini. Tabel tersebut
menunjukkan bahwa lebih dari 99,5 % penduduk Pekanbaru yang berusia di atas 15
tahun mampu membaca dan menulis huruf latin, dengan tren yang selalu naik selama
lima tahun berikutnya. Pada tahun 2006, penduduk usia di atas 15 tahun yang mampu
membaca dan menulis adalah 99,5 %. Berikutnya AMH naik pada 4 tahun berikutnya,
yaitu 99,7% pada tahun 2007; 99,77 % pada tahun 2008; 99,80% pada tahun 2009
dan 99.87% pada tahun 2010, artinya hanya 0,13% persen saja penduduk usia di
atas 15 tahun yang belum mampu membaca dan menulis.

CV. Gita Lestari Consultant 2/32


Tabel 2.30
Angka Melek Huruf Penduduk Usia di atas 15 Tahun Tahun 2006 s.d 2010
TAHUN MELEK HURUF BUTA HURUF JUMLAH
2006 99,50 0,50 100,00
2007 99,70 0,30 100,00
2008 99,77 0,23 100,00
2009 99,80 0,20 100,00
2010 99,87 0,13 100,00

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

e. Sekolah Kondisi Baik


Kualitas pendidikan juga ditentukan oleh kualitas fasilitas pendidikan yang dimilikinya
dan dipakai untuk menyelengarakan pendidikan. Berikut ini ditampilkan informasi yang
menyatakan persentase kondisi sekolah yang dalam keadaan baik yang masih layak
digunakan (lihat tabel 2.31). Tabel tersebut menyatakan bahwa terdapat sekitar 65,78
persen sekolah untuk seluruh jenjang pendidikan (SD, SLTP dan SLTA) yang berada
dalam kondisi baik. Persentase ini terus naik untuk 5 tahun berikutnya, yaitu berturut-
turut sebesar 69,29% pada tahun 2007; 74,74% persen pada tahun 2008; 76,27%
pada 2009; 76,24% pada tahun 2010 dan sebesar 76,43% pada tahun 2011.

Tabel 2.31
Persentase Kelas SD-SMP-SMA Kondisi Baik Tahun 2006 s.d 2011
Kota Pekanbaru
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah kelas kondisi 1.480 1.586 1.808 1.938 2.018 2.046
baik
2 Jumlah kelas 2.250 2.289 2.419 2.541 2.647 2.677
3 Persentase kelas baik 65,78 69,29 74,74 76,27 76,24 76,43

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2012

f. Angka Putus Sekolah


Angka Putus Sekolah menunjukkan jumlah dan persentase siswa untuk setiap
tingkatan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK) yang tidak menyelesaikan
pendidikannya. Tabel 2.32 di bawah ini menunjukkan perkembangan jumlah dan
persentase angka putus sekolah siswa untuk semua tingkatan sekolah (SD/MI,
SMP/MTs dan SMA?MA SMK) di Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai tahun 2011.

CV. Gita Lestari Consultant 2/33


Terlihat pada tabel tersebut bahwa pada tahun 2007, siswa SD yang tidak
menyelesaikan sekolahnya berjumlah 76 orang dengan nilai angka putus sekolahnya
sebesar 0,08%, dan cenderung menurun pada 3 tahun berikutnya, tetapi angka
putusa sekolah SD ini naik pada tahun 2011. Pada tahun 2011 jumlah siswa SD/MI
yang tidak menyelesaikan pendidikannya adalah sebanyak 116 orang atau 0,10% dari
total siswa SD/MI. Untuk jenjang SLTP, jumlah siswa yang tidak menyelesaikan
pendidikannya adalah sebanyak 147 orang atau sebesar 0,38% dari total siswa
SLTP pada tahun 2007. Untuk 4 tahun berikutnya, cenderung fluktuatif dengan
tendensi menurun, dan pada tahun 2011 terdapat 114 orang (0,26%) siswa SLTP
yang tidak menyelesaikan pendidikan. Untuk tingkat SLTA, jumlah siswa yang tidak
meyelesaikan pendidikannya cenderung fluktuatif selama 5 tahun dari 2007 sampai
2011. Pada tahun 2007, jumlah siswa SMA/MA/SMK yang tidak menyelesaikan
pendidikannya sebanyak 215 orang atau sebesar 0,55% dari keseluruhan siswa SLTA.
Persentase angka putus sekolah untuk jenjang SLTA berfluktuasi pada nilai sekitar
0,5% pada periode 5 tahun (2007-2011). Pada tahun 2011, dan ada sebanyak 246
orang (0,56%) siswa SLTA yang tidak menyelesaikan pendidikannya sampai tamat.

Tabel 2.32
Angka Putus Sekolah Tingkat SD, SLTP dan SLTA Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1. SD/MI
1.1. Siswa putus sekolah 76 85 77 67 116
1.2. Jumlah siswa 98.691 101.579 105.285 107.655 107.196
1.3. Angka Putus Sekolah 0,08% 0,08% 0,07% 0,06% 0,10%
2. SMP/MTs
2.1 Siswa putus sekolah 147 124 112 137 114
2.2. Jumlah siswa 38.562 42.135 42.886 43.203 43.264
2.3. Angka Putus Sekolah 0,38% 0,29% 0,26% 0,31% 0,26%
3. SMA/MA/SMK
3.1. Siswa putus sekolah 215 209 194 204 246
3.2. Jumlah siswa 38.626 39.859 42.479 42.517 43.866
3.3. Angka Putus Sekolah 0,55% 0,52% 0,45% 0,48% 0,56%
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2012

g. Angka Kelulusan (AL)


Angka Kelulusan adalah besarnya jumlah kelulusan siswa kelas 6 SD, kelas 9 SLTP
dan kelas 12 SLTA untuk setiap jenjang pendidikan. Gambar 2.11 di bawah ini
memperlihatkan perkembangan angka kelulusan untuk semua tingkatan pendidikan di
Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010. Terlihat bahwa angka kelulusan
dari tahun ke tahun memperlihatkan kecenderungan naik. Pada tahun 2006 angka

CV. Gita Lestari Consultant 2/34


kelulusan SD, SLTP dan SLTA berturut-turut adalah: 11.882 orang, 11.351 orang dan
11.107 orang. Sedangkan pada thaun 2010 angka kelulusan untuk setiap jenjang
pendidikan adalah: untuk Tingkat SD sebesar 14.633 orang, SLTP sebesar
13.655 orang dan angka kelulusan untuk SLTA sebesar 12.642 orang.

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru 2011


Gambar 2.11 Angka Kelulusan Kota Pekanbaru Tahun 2006 s/d 2010

h. Angka Melanjutkan Sekolah


Angka Melanjutkan Sekolah adalah persentase tamatan sekolah yang melanjutkan ke
jenjang sekolah lebih tinggi. Dari tabel 2.33 di bawah ini terlihat bahwa jumlah siswa
yang melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi cenderung naik dari tahun ke
tahun, terutama dari tahun 2007 ke tahun 2008, dan selanjutnya pada 3 tahun
berikutnya cenderung stabil. Penambahan jumlah siswa yang melanjutkan sekolah ini
diperkirakan dikarenakan pertambahan jumlah penduduk usia sekolah.

CV. Gita Lestari Consultant 2/35


Tabel 2.33
Angka Melanjutkan Sekolah Tahun 2006 s.d 2011
Kota Pekanbaru
Angka
No Melanjutkan Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Peserta
1 SD/MI ke SMP/MTs didik 13,157 12,998 14,681 14,533 14,987 14,895
SMP/MTs ke Peserta
2 SMA/MA/SMK didik 12,912 12,696 14,641 15,073 15,981 15,800

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru 2012

i. Pendidikan Usia Dini


Perkembangan pendidikan anak usia dini di Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai
2011 menunjukkan perkembangannya yang pesat, seperti diperlihatkan pada tabel
2.34. Namun perkebangannya cukup fluktuatif dari tahun ke tahun, terutama pada
tahun 2011. Data ini menunjukkan bahwa perkembangan pendidikan usia dini
di Kota Pekanbaru cukup dinamis.

Tabel 2.34
Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah siswa 11.611 12.419 9.127 5.603 13.803
TK/RA/TPA
2 Jumlah siswa 31.893 32.497 32.497 38.974 10.638
diniyah/awaliah

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012

j. Keadaan Guru yang Memenuhi Kualifikasi D3-S1


Keadaan guru di Kota Pekanbaru berdasarkan kelayakan yang dilihat pada latar
belakang pendidikan tertingginya diperlihatkan pada Tabel 2.35 di bawah ini. Data
tersebut menunjukkan bahwa jumlah guru yang memiliki pendidikan D3/S1 memiliki
tend naik dari tahun ke tahun, terutama sejak tahun 2008 sampai tahun 2011.

CV. Gita Lestari Consultant 2/36


Tabel 2.35
Guru SD-SMP dan SMA Yang memenuhi Kualifikasi D3 dan S1
Kota Pekanbaru Tahun 2006 s.d 2011
No Kualifikasi Guru 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Layak Mengajar (D3,S1) 3.235 3.514 3.170 4.257 4.654 6.787
2 Semi Layak 2.152 2.062 1.990 1.950 2.205 2.360
(SPG,PDA,D1,D2)
3 Tidak Layak (SMA dan 786 608 534 479 445 520
SMK)
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012

Untuk memperbesar rasio guru layak mengjar D3 dan S1 maka diupayakan untuk
peningkatan jenjang pendidikan guru melalui pendidikan tinggi baik di Universitas
Negeri dan Swasta secara formal maupun melalui pendidikan Universitas Terbuka
baik memakai kurikulum campuran (blanded pedagogy) maupun yang relatif full
berbasis online.

2.3.1.2 Kesehatan

Indikator kinerja pembangunan bidang kesehatan dapat dilihat dari beberapa aspek,
antara lain: Rasio Posyandu per Satuan Balita; Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per
Satuan Penduduk; Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk; Rasio Dokter per Satuan
Penduduk; Rasio Tenaga Medis per satuan Penduduk; Cakupan Komplikasi Kebidanan
yang Ditangani; Cakupan Kelurahan UCI; Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat
Perawatan; Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA;
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD; Cakupan Pelayanan
Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin; Cakupan Kunjungan Bayi; Cakupan
Puskesmas dan Cakupan Pembantu Puskesmas. Berikut ini disampaikan beberapa
indikator kinerja utama pembangunan bidang kesehatan Kota Pekanbaru pada periode
2007-2011.
a. Rasio Posyandu per-Satuan Balita
Rasio Posyandu per-Satuan Balita merupakan jumlah posyandu untuk setiap 1000
orang balita. Tabel 2.36 menunjukkan bahwa rasio jumlah posyandu per-1000 orang
balita pada periode 2007-2011 adalah di atas 5 buah. Jumlah posyandu selalu
bertambah dari 573 buah pada tahun 2007 menjadi 602 buah pada tahun 2011.
Penambahan jumlah posyandu dimaksudkan untuk mengantisipasi pertambahan
jumlah bayi dari tahun ke tahun, dan ini cukup efektif sehingga persentase jumlah
posyandu dapat dipertahankan di atas 5 per-1000 balita. Tabel 2.37 memperlihatkan
jumlah posyandu dan balita serta rasionya untuk setiap kecamatan di Kota
Pekanbaru pada tahun 2011.

CV. Gita Lestari Consultant 2/37


Tabel 2.36
Jumlah Posyandu dan Balita Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah Posyandu 573 584 584 598 602
2 Jumlah Balita 103.372 112.083 111.860 107.963 111.725
3 Rasio 5,54 5,21 5,22 5,54 5,39

Tabel 2.37
Jumlah Posyandu dan Balita Menurut Kecamatan Tahun 2011
Kota Pekanbaru
Jumlah
No Kecamatan Jumlah Posyandu Balita Rasio
1 Bukit Raya 57 11.439 4,98
2 Marpoyan Damai 72 15.643 4,60
3 Tampan 67 21.113 3,17
4 Sukajadi 54 5.871 9,20
5 Pekanbaru Kota 34 3.119 10,90
6 Sail 24 2.668 9,00
7 Lima Puluh 30 5.144 5,83
8 Tenayan Raya 82 15.326 5,35
9 Senapelan 40 4.534 8,82
10 Rumbai Pesisir 64 8.051 7,95
11 Rumbai 42 8.042 5,22
12 Payung Sekaki 36 10.775 3,34
13 Pekanbaru 602 111.725 5,39
Sumber : Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

b. Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Pustu per-Satuan Penduduk


Rasio puskesmas, poliklinik dan pustu persatuan penduduk adalah ketersediaan
puskesmas, poliklinik dan pustu untuk setiap 1000 orang penduduk. Tabel 2.38
memperlihatkan rasio puskesmas, poliklinik dan pustu pada tahun 2007-2011. Dapat
dilihat bahwa rasio puskesmas, poliklinik dan pustu terhadap 1000 penduduk
cenderung tetap, yaitu berturut-turut 0,02; 0,28 dan 0,04. Namun dengan
bertambahnya penduduk setiap tahunnya, maka perlu menambah jumlah
puskesmas, poliklinik dan pustu, paling tidak untuk mempertahankan rasio
ketersediaannya persatuan penduduk. Tabel 2.39 memperlihatkan distribusi untuk
setiap kecamatan pada 2011 masih belum merata. Rasio tersediaan poliklinik di
Kecamatan Pekanbaru Kota memiliki rasio yang tinggi, sebesar 0,64 sedangkan
Kecamatan Rumbai hanya 0,11. Kedepan perlu diupayakan agar rasio ketersediaan
puskesmas, poliklinik dan pustu lebih merata untuk setiap kecamatan.

CV. Gita Lestari Consultant 2/38


Tabel 2.38
Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun 2007 s.d 2011
Kota Pekanbaru
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah Puskesmas 17 19 19 19 19
2 Jumlah Poliklinik 216 225 245 254 254
3 Jumlah Pustu 34 32 32 33 33
4 Jumlah Penduduk 771.429 799.213 802.788 897.768 902.464
5 Rasio Puskesmas persatuan penduduk 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
6 Rasio Poliklinik persatuan penduduk 0,28 0,28 0,30 0,28 0,28
7 Rasio Pustu persatuan penduduk 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04

Tabel 2.39
Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun 2011
Menurut Kecamatan – Kota Pekanbaru
Jumlah Puskesmas Poliklinik Pustu
No Kecamatan
Penduduk Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio
1 Bukit Raya 92.395 1 0,01 47 0,50 3 0,03
2 Marpoyan Damai 126.355 2 0,02 26 0,21 4 0,03
3 Tampan 170.543 3 0,02 35 0,21 2 0,01
4 Sukajadi 47.420 2 0,04 21 0,44 1 0,02
5 Pku Kota 25.193 1 0,04 16 0,64 1 0,04
6 Sail 21.550 1 0,05 5 0,23 2 0,09
7 Lima Puluh 41.549 1 0,02 9 0,22 4 0,10
8 Tenayan Raya 123.799 2 0,02 30 0,24 5 0,04
9 Senapelan 36.625 1 0,03 9 0,25 2 0,05
10 Rumbai Pesisir 65.036 2 0,03 17 0,26 5 0,08
11 Rumbai 64.961 3 0,05 7 0,11 2 0,03
12 Payung Sekaki 87.038 1 0,01 32 0,37 2 0,02
13 Pekanbaru 902.464 19 0,02 254 0,28 33 0,04
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

c. Rasio Rumah Sakit per-Satuan Penduduk


Rasio rumah sakit per-satuan penduduk adalah ketersediaan rumah sakit setiap
1000 orang penduduk. Jumlah rumah sakit dan rasio ketersediaanya per-1000
penduduk di Kota Pekanbaru dari Tahun 2007 sampai 2011 diperlihatkan pada
Tabel 2.40. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah rumah sakit di Kota
Pekanbaru setiap tahunnya bertambah (dari 14 unit pada tahun 2007 menjadi 22
unit pada tahun 2011). Penambahan jumlah rumah sakit ini seiring dengan

CV. Gita Lestari Consultant 2/39


bertambahnya jumlah penduduk, sehingga rasio rumah sakit terhadap 1000 orang
penduduk selalu tetap, yaitu sebesar 0,02 pada tahun 2007 s.d 2011.

Tabel 2.40
Jumlah Rumah Sakit per-Satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011
Kota Pekanbaru
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah Rumah Sakit 14 16 18 21 22
2 Jumlah Penduduk 771.429 799.213 802.788 897.768 902.464
3 Rasio 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

Tabel 2.41 memperlihatkan jumlah dan rasio ketersediaan rumah sakit untuk setiap
kecamatan di Kota Pekanbaru pada tahun 2011. Dapat dilihat dari tabel tersebut
bahwa distribusi rumah sakit di Pekanbaru untuk setiap kecamatan masih belum
merata. Masih ada 4 kecamatan (Lima Puluh, Tenayan Raya, Rumbai dan Rumbai
Pesisir) yang belum memiliki rumah sakit. Begitu juga rasio yang sangat kecil
(sebesar 0,006 – hanya ada 1 rumah sakit untuk kecamatan Tampan), menunjukkan
bahwa di kecamatan Tampan perlu penambahan rumah sakit untuk melayani
penduduk yang berjumlah lebih dari 170 ribu iwa. Untuk itu, pembangunan rumah
sakit di 5 kecamatan tersebut layak dilakukan, demi optimalnya layanan kesehatan
bagi masyarakat.Sedangkan untuk kecamatan Sail dan Pekanbaru Kota, dengan
rasio di atas 0,1; menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 1 buah rumah sakita untuk
setiap 10.000 penduduk di dua kecamatan tersebut.

CV. Gita Lestari Consultant 2/40


Tabel 2.41
Jumlah Rumah Sakit per-Satuan Penduduk Tahun 2011
Menurut Kecamatan - Kota Pekanbaru
Jumlah
No Kecamatan Jumlah Rumah Sakit Penduduk Rasio
1 Bukit Raya 1 92.395 0,01
2 Marpoyan Damai 6 126.355 0,05
3 Tampan 1 170.543 0,006
4 Sukajadi 4 47.420 0,08
5 Pekanbaru Kota 3 25.193 0,12
6 Sail 4 21.550 0,19
7 Lima Puluh 0 41.549 0
8 Tenayan Raya 0 123.799 0
9 Senapelan 1 36.625 0,03
10 Rumbai Pesisir 0 65.036 0
11 Rumbai 0 64.961 0
12 Payung Sekaki 2 87.038 0,02
13 Pekanbaru 22 902.464 0,02
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

d. Rasio Dokter per-Satuan Penduduk


Rasio dokter per-satuan penduduk menunjukkan jumlah ketersediaan dokter untuk
setiap 1000 orang penduduk. Tabel 2.42 menunjukkan jumlah dokter dan rasio
ketersediaanya per-1000 penduduk di Kota Pekanbaru dari Tahun 2007 sampai
2011. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah dokter dan rasio dokter dari
tahun ke tahun meningkat. Pada tahun 2007, jumlah dokter dim Kota Pekanbaru
sebanyak 570 orang, meningkat menjadi 979 orang pada tahun 2011. Sedangkan
rasio ketersediaan dokter per-1000 orang penduduk juga meningkat dari 0,7 pada
tahun 2007 menjadi 1,1 pada tahun 2011. Artinya pad tahun 2011, terdapat lebih
dari 1 orang dokter untuk setiap 1000 orang penduduk.
Distribusi dokter per-kecamatan di Pekanbaru pada tahun 2011 diperlihatkan
pada Tabel 2.43. Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah dokter per-1000
penduduk tidak merata antar kecamatan. Misalnya di Kecamatan Kota, dengan rasio
sebesar 7,1, menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 7 orang dokter untuk setiap
1000 orang penduduk di Kecamatan Pekanbaru Kota; sedangkan di Kecamatan
Tenayan Raya, hanya ada sekitar 1 orang dokter untuk 10.000 orang.

CV. Gita Lestari Consultant 2/41


Tabel 2.42
Jumlah Dokter per-Satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011
Kota Pekanbaru
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah Dokter 570 680 695 979 979
2 Jumlah Penduduk 771.429 799.213 802.788 897.768 902.464
3 Rasio 0,7 0,9 0,9 1,1 1,1
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

Tabel 2.43
Jumlah Dokter per-Satuan Penduduk Tahun 2011
Menurut Kecamatan - Kota Pekanbaru
No Kecamatan Jumlah Dokter Jumlah Rasio
Penduduk
1 2 3 4 5
1 Bukit Raya 99 92.395 1,1
2 Marpoyan Damai 68 126.355 0,5
3 Tampan 83 170.543 0,5
4 Sukajadi 151 47.420 3,2
5 Pekanbaru Kota 179 25.193 7,1
6 Sail 48 21.550 2,2
7 Lima Puluh 99 41.549 2,4
8 Tenayan Raya 14 123.799 0,1
9 Senapelan 93 36.625 2,5
10 Rumbai Pesisir 45 65.036 0,7
11 Rumbai 18 64.961 0,3
12 Payung Sekaki 82 87.038 0,9
13 Pekanbaru 979 902.464 1,1
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

e. Rasio Tenaga Medis per-Satuan Penduduk


Rasio tenaga medis per-satuan penduduk adalah menunjukkan jumlah
ketersediaan tenaga medis bagi setiap 1000 orang penduduk. Tabel 2.44
memperlihatkan bahwa baik jumlah maupun rasio ketersediaan tenaga medis di
Kota Pekanbaru terhadap 1000 orang penduduk dari tahun 2007 sampai tahun 2011
mengalami perubahan (fluktuatif). Terutama sekali pada tahun 2010, jumlah tenaga
medis yang tersedia hanya 1.215 orang (kurang dari separoh dari tahun
sebelumnya). Sementara itu rasio ketersediaan tenaga medis per-1000 penduduk
cenderung naik dari tahun 2007 (2,9) sampai tahun 2011 (3,4), kecuali tahun 2010
yang turun cukup drastis yang hanya sebesar 1,4.

CV. Gita Lestari Consultant 2/42


Tabel 2.44
Jumlah Tenaga Medis per-Satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah Tenaga Medis 2.227 2.048 2.708 1.215 3.094
2 Jumlah Penduduk 771.429 799.213 802.788 897.768 902.464
3 Rasio 2,9 2,6 3,4 1,4 3,4
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

Tabel 2.45 menunjukkan jumlah dan rasio ketersediaan tenaga medis pada Tahun
2011 pada setiap kecamatan di Kota Pekanbaru.Pada tabel tersebut, terlihat bahwa
distribusi tenaga medis kurang merata untuk setiap kecamatan. Dari tabel tersebut
juga dapat terbaca bahwa pada 4 kecamatan (Tampan, Lima Puluh, Tenayan Raya
dan Payung Sekaki), hanya ada kurang dari 2 orang tenaga medis untuk 1000 orang
penduduk. Sedangkan pada 3 kecamatan (Pekanbaru Kota, Sail dan Senapelan),
tersedia tenaga medis sekitar 10 orang atau lebih. Untuk 5 kecamatan lainnaya
(Sukajadi, Rumbai, Rumbai Pesisir, Bukit Raya dan Marpoyan Damai), dengan rasio
antara 2,4 sampai dengan 6,1 mengindikasikan bahwa tenaga medis yang tersedia
pada tahun 2011 di kelima kecamatan tersebut berkisar antara 2 sampai 6 orang
untuk setiap 1000 orang penduduknya.

Tabel 2.45
Jumlah Tenaga Medis per-Satuan Penduduk Tahun 2011
Menurut Kecamatan - Kota Pekanbaru
No Kecamatan Jumlah Tenaga Jumlah Rasio
Medis Penduduk
1 Bukit Raya 568 92.395 6,1
2 Marpoyan Damai 300 126.355 2,4
3 Tampan 250 170.543 1,5
4 Sukajadi 157 47.420 3,3
5 Pekanbaru Kota 250 25.193 9,9
6 Sail 257 21.550 11,9
7 Lima Puluh 75 41.549 1,8
8 Tenayan Raya 200 123.799 1,6
9 Senapelan 357 36.625 9,7
10 Rumbai Pesisir 330 65.036 5,1
11 Rumbai 225 64.961 3,5
12 Payung Sekaki 125 87.038 1,4
13 Pekanbaru 3094 902.464 3,4
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

CV. Gita Lestari Consultant 2/43


f. Capaian Pelayanan Kesehatan Dasar
Indikator kinerja pembangunan bidang kesehatan pemerintah Kota Pekanbaru dari
tahun 2007 sampai tahun 2011 untuk pelayanan kesehatan dasar ditunjukkan oleh
capaian indikator, seperti: Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani, Cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan,
Cakupan Kelurahan UCI, Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan, Cakupan
Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA, Cakupan Penemuan dan
Penanganan Penderita Penyakit DBD, Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Pasien Masyarakat Miskin, Cakupan Kunjungan Bayi, Cakupan Puskesmas dan
Cakupan Pembantu Puskesmas.
Tabel 2.46 menunjukkan capaian pelayanan kesehatan dasar beserta
pembandingnya (Standar Pelayanan Minimum Nasional disertai dengan target
waktu pencapaiannya). Terlihat bahwa sedikitnya ada 3 indikator (Cakupan
komplikasi kebidanan yang ditangani, Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat
Perawatan, Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD)yang
telah melampaui SPM Nasional. Untuk 3 indikator ini diperlukan konsistensi, agar
dapat mempertahankan prestasi ini. Sedangkan 2 indikator dengan prosentase yang
masih rendah dan jauh di bawah SPM (Cakupan Penemuan dan Penanganan
Penderita Penyakit TBC BTA dan Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien
Masyarakat Miskin), masih memerlukan usaha yang keras untuk mencapai nilai
SPM. Untuk 3 indikator kinerja (Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, Cakupan Kelurahan UCI dan
Cakupan Kunjungan Bayi), diperlukan konsistensi untuk mencapai dan
mempertahankan kinerjanya. Dua indikator lain (Cakupan Puskesmas dan Cakupan
Pembantu Puskesmas) tidak memiliki indikator pembandingnya (SPM), namun
menunjukkan angka persentase yang tinggi (di atas 100% untuk cakupan
Puskesmas).

CV. Gita Lestari Consultant 2/44


Tabel 2.46
Persentase Capaian Pelayanan Kesehatan Dasar Kota Pekanbaru
Tahun 2007-2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 SPM
1 Cakupan komplikasi 31,16 49,07 100 100 100 80
kebidanan yang ditangani (2015)
2 Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga 96,23 90,33 85,66 85,55 78,60 90
kesehatan yang memiliki (2015)
kompetensi kebidanan
3 Cakupan Kelurahan UCI 100 96,55 55 84,48 94,83 100
(2010)
4 Cakupan Balita Gizi Buruk 100 100 100 100 100 100
Mendapat Perawatan (2010)
5 Cakupan Penemuan dan 25,76 23,38 20,09 31,81 33,87 100
Penanganan Penderita (2010)
Penyakit TBC BTA
6 Cakupan Penemuan dan 100 100 100 100 100 100
Penanganan Penderita (2010)
Penyakit DBD
7 Cakupan Pelayanan 5 5 6,2 12 17,64 100
Kesehatan Rujukan Pasien (2015)
Masyarakat Miskin
8 Cakupan Kunjungan Bayi 81,06 141,1 96,39 94,73 80,05 90
(2010)
9 Cakupan Puskesmas 141,7 158,3 158,3 158 167
10 Cakupan Pembantu 58,62 55,17 55,17 55,17 56,9
Puskesmas
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

2.3.1.3 Kependudukan dan Catatan Sipil

a. Pengelompokan Penduduk Berdasar Jenis Kelamin dan Umur


Tabel 2.47 dan Tabel 2.48 menampilkan jumlah penduduk Kota Pekanbaru berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan berdasarkan kelompok umur dari tahun 2007
sampai tahun 2010. Dari kedua tabel tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk Kota
Pekanbaru didominasi oleh penduduk berusia muda (0-14 tahun) dan usia produktif
(15-39 tahun). Tabel 2.48 memperlihatkan bahwa untuk usia muda (0-14 tahun),
jumlah penduduk laki-laki cenderung naik dari tahun 2007 sampai 2010, kecuali
pada tahun 2008, untuk kelompok umur 0-4 tahun dan 10-14 yang sempat turun
sedikit. Pada kelompik umur produktif (15-64 tahun), jumlah penduduk laki-laki
juga cenderung selalu bertambah dari tahun 2007 sampai 2010, kecuali pada tahun
2008, untuk kelompok umur 25-29 tahun dan 50-54 tahun sedikit turun; juga pada
tahun 2009, untuk kelompok umur 20-24 tahun, 30-34 tahun, 35-39 tahun dan 40-44
tahun juga sedikit menurun dari tahun sebelumnya.Selanjutnya, penduduk laki-laki

CV. Gita Lestari Consultant 2/45


pada kelompok usia di atas 44 tahun cenderung stabil jumlahnya dari tahun 2007
sampai 2010.

Tabel 2.47
Jumlah Penduduk Laki-laki Berdasarkan Umur Tahun 2007-2010
Kota Pekanbaru
Kelompok Umur 2007 2008 2009 2010
0-4 46.641 42.864 48.145 50.203
5-9 36.813 38.719 40.309 45.497
10-14 39.270 30.796 34.332 40.389
15-19 31.900 35.370 37.078 42.238
20-24 44.730 48.668 45.560 52.730
25-29 41.180 39.037 41.844 48.251
30-34 31.900 38.562 35.228 42.169
35-39 30.535 34.832 31.625 36.970
40-44 22.618 29.201 24.840 29.971
45-49 22.891 22.660 22.670 23.619
50-54 18.290 15.120 17.796 17.267
55-59 9.554 9.026 9.896 11.415
60-64 5.460 6.469 6.220 6.295
65-69 4.368 4.481 3.877 4.564
70-74 1.365 3.022 1.935 2.687
75+ 2.457 1.678 2.545 2.121
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Pada tabel 2.48 di bawah terlihat bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin
perempuan didominasi oleh kelompok umur muda sampai usia pertengahan-
dewasa (0-44 tahun). Tidak seperti penduduk laki-laki, penduduk perempuan
jumlahnya cenderung cukup stabil (bertambah hanya sedikit) dari tahun 2007
sampai 2010, dengan kenaikan dan penurunannya fluktuatif pada angka yang tidak
terlalu signifikan. Pada kelompok usia lebih tinggi (45-75+ tahun), jumlah perempuan
lebih stabil.

CV. Gita Lestari Consultant 2/46


Tabel 2.48
Jumlah Penduduk Perempuan Berdasarkan Umur Tahun 2007-2010
Kota Pekanbaru
Kelompok Umur 2007 2008 2009 2010
0-4 44.725 39.978 47.707 46.430
5-9 38.057 38.471 38.931 42.601
10-14 30.258 33.699 32.190 38.167
15-19 41.917 36.359 38.892 44.215
20-24 44.140 51.701 45.154 55.302
25-29 40.007 40.670 40.926 48.177
30-34 35.561 45.107 36.379 40.453
35-39 31.116 37.401 31.831 34.475
40-44 25.540 23.209 25.728 27.604
45-49 17.508 18.382 20.093 21.192
50-54 15.558 12.071 15.916 15.340
55-59 9.163 8.656 9.374 10.263
60-64 6.395 5.391 6.542 6.016
65-69 3.314 3.969 3.391 4.658
70-74 2.223 1.434 2.194 3.093
75+ 4.445 2.210 3.640 3.396
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

b. Rasio Penduduk ber-KTP per-Satuan Penduduk


Tabel 2.49 di bawah ini memperlihatkan rasio penduduk yang memiliki KTP
terhadap penduduk usia di atas 17 tahun atau yang telah menikah. Dari data
tersebut terlihat bahwa kesadaran kepemilikan KTP semakin besar, dilihat dari
prosentase kepemilikan KTP yang selalu meningkat dari tahun 2007 sampai tahun
2011. Kenaikan kepemilikan KTP begitu signifikan: dari 39,42%pada tahun 2007
menjadi 83,54% dalam 5 tahun berikutnya. Walaupun jumlah penduduk setiap tahun
selalu bertambah, namun kinerja Pemerintah Kota Pekanbaru dalam kepemilikan
KTP telah cukup berhasil, sehingga kepemilikan KTP. Kenyataan ini juga
memperlihatkan keberhasilan pemerintah daerah memberikan sosialisasi dan
penyuluhan tentang pentingnya KTP kepada masyarakat. Namun demikian,
diharapkan ke depan, agar setiap penduduk wajib KTP harus memiliki KTP.

CV. Gita Lestari Consultant 2/47


Tabel 2.49
Rasio Penduduk ber-KTP per-Satuan Penduduk Kota Pekanbaru
Tahun 2007-2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Penduduk ber-KTP 57.010 181.058 264.067 378.247 529.616
2 Penduduk usia >17 th/menikah 144.616 365.714 464.421 557.841 633.074
3 Rasio penduduk ber-KTP 39,42% 49,51% 56,86% 67,81% 83,54%

Sumber: Disdukcapil Kota Pekanbaru, 2012

c. Rasio Pasangan Berakte Nikah


Rasio pasngan nikah ber-akte nikah adalah perbandingan jumlah pasangan nikah
yang memiliki akte nikah dengan jumlah pasngan nikah keseluruhan. Berdasarkan
data Tabel 2.50 di bawah ini, dapat dilihat bahwa rasio kjepemilikan akte nikah oleh
pasangan nikah masih sangat minim (di bawah 30%), bahkan cenderung menurun
setiap tahunnya. Kenyataan ini memperlihatkan masih kurang optimalnya kinerja
pemerintah daerah dalam memberikan sosialisasi dan penyuluhan akan pentingnya
kemepilikan akte nikah dan pentingnya tertib administrasi. Untuk itu, sangat
diperlukan upaya keras bagi pemerintah kota Pekanbaru, terutama Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil dalam memberikan sosialisasi, penyuluhan dan
kegiatan lain agar penduduk Pekanbaru mengurus akte nikah ketika mereka
menikah.
Tabel 2.50
Rasio Pasangan Nikah ber-Akte Nikah Kota Pekanbaru
Tahun 2007-2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah pasangan nikah ber- akte 34.440 69.905 83.876 101.036 108.716
nikah
2 Jumlah pasangan nikah 88.361 222.594 282.034 338.331 381.782
3 Rasio pasangan nikah ber-akte nikah 38,98% 31,40% 29,74% 29,86% 28,48%

Sumber: Disdukcapil Kota Pekanbaru, 2012

d. Kepemilikan KTP
Rasio Kepemilikan KTP adalah perbandingan jumlah penduduk yang memilki KTP
dengan jumlah penduduk yang wajib memiliki KTP. Dari tabel 2.51 di bawah ini,
terlihat bahwa prosentase/rasio kepemilikan KTP naik signifikan dari tahun 2007 ke

CV. Gita Lestari Consultant 2/48


2011 (dari 48,37% menjadi 101,59%). Pemerintah Kota Pekanbaru sudah berhasil
menyadarkan masyarakat untuk memiliki KTP. Prestasi ini harus dapat
dipertahankan untuk waktu-waktu ke depan, apalagi sejak tahun 2012 ini sudah
diberlakukan KTP Nasional (e-KTP).

Tabel 2.51
Rasio Kepemilikan KTP Penduduk Kota Pekanbaru
Tahun 2007-2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah penduduk ber-KTP 57.010 181.058 264.067 378.247 529.616
2 Jumlah penduduk wajib KTP 117.866 300.006 383.797 460.009 521.285
3 Rasio kepemilikan KTP 48,37% 60,35% 68,80% 82,22% 101,59%

Sumber: Disdukcapil Kota Pekanbaru, 2012

2.3.1.4 Sosial

Urusan sosial harus merupakan salah satu fokus pembangunan, karena


penyelenggaraannya pada hakikatnya adalah pembangunan sumber daya manusia
demi untuk terciptanya lingkungan sosial yang sehat dan dinamis, yang akan berefek
kepada meningkatnya kesejahteraan sosial masyarakat secara umum. Di kota
Pekanbaru gambaran penyelenggaraan urusan sosial bisa dilihat pada tindakan
penanganan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), serta tingkat
ketersediaan rumah ibadah dan sarana prasarana sosial lainnya.
a. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Salah satu indikator yang dijadikan untuk mengukur tingkat kesejahteraan sosial
masyarakat adalah penduduk penyandang masalah sosial. PMKS adalah penduduk
yang dikelompokkan sebagai penduduk rawan sosial. Ada 22 jenis PMKS di kota
Pekanbaru yang secara rinci dijelaskan pada tabel berikut :

CV. Gita Lestari Consultant 2/49


Tabel 2.52
Jenis dan Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
di Kota Pekanbaru 2006-2010
No
Jenis PMKS Satuan 2006 2007 2008 2009 2010
1 Anak Balita Terlantar Jiwa 27 27 30 35 37
2 Anak Terlantar Jiwa 5,640 5,255 5,140 4,865 4,545
3 Anak Nakal Jiwa 157 580 580 189 210
4 Anak jalanan Jiwa 450 450 450 450 450
5 Wanita Rawan Sosial Jiwa 1,980 1,980 1,980 1,980 2,000
Ekonomi
6 Korban tindak Kekerasan Jiwa 79 110 210 349 789
7 Lanjut Usia Terlantar Jiwa 412 412 412 412 382
8 Penyandang Cacat Jiwa 628 628 628 628 1031
9 Tuna Susila Jiwa 720 689 710 425 412
10 Pengemis/gelandangan Jiwa 168 134 119 106 162
11 Bekas warga binaan LP Jiwa 481 871 1,433 484 381
12 Korban Peny alah gunaan Jiwa 120 120 120 120 126
Nafza
13 Keluarga Fakir Miskin KK 16,158 17,400 17,555 17,555 26,056
14 Keluarga rumah tak layak KK 1,800 1,800 1,800 1,800 2,120
huni
15 Masarakat tinggal di KK 11,875 11,875 11,875 11,875 15,070
daerah
16 Korban Ben cana Alam Jiwa 62,568 62,568 15,409 14,617 252
17 Pekerja mi gran berma Jiwa 78 78 78 78 75
salah
18 Orang dengan HIV/AIDS Jiwa 130 113 107 169 270
19 Keluarga Rentan SE KK
20 J. Panti Asuhan/anak PA Jiwa 15/657 16/742 17/854 17/926 18/995
Sumber: Dinas Sosial, 2011

Berdasarkan tabel 2.52 PMKS untuk kasus anak terlantar, lanjut usia terlantar
dan tuna susila terjadi tren menurun sedangkan kasus anak nakal, wanita rawan
sosial ekonomi, korban tindak kekerasan, penyandang cacat, keluarga fakir miskin,
keluarga rumah tak layak huni, masyakat tinggal di daerah rawan bencana dan
orang dengan HIV terjadi peningkatan. Kajian yang berhubungan dengan PMKS
masih perlu dilakukan untuk memetakan akar permasalahan sebenarnya, demi
meningkatkan kesejahteraan sosial di Kota Pekanbaru.
b. Rasio Ketersediaan Tempat Ibadah
Merupakan inti dan sasaran pembangunan itu sebagaimana yang tertuang dalam
undang-undang dasar negara republik Indonesia 1945 adalah pembangunan
manusia seutuhnya, lahir dan batin. Ibadah merupakan salah satu kunci untuk
mewujudkan pembentukan manusia seutuhnya. Oleh karena itu sangat diperlukan
sarana tempat ibadah demi untuk merealisasikan hal tersebut. Di bawah ini
adalah tabel rasio ketersediaan tempat ibadah di kota Pekanbaru:

CV. Gita Lestari Consultant 2/50


Tabel 2.53
Rasio Ketersediaan Tempat Ibadah di Kota Pekanbaru (2006-2010)
Tahun
No Sarana Ibadah
2006 2007 2008 2009 2010
1 Mesjid 535 531 569 579 588
2 Penduduk Beragama Islam 586900 593355 600495 607281 614312
3 Rasio Mesjid-Pddk agama 1097 1117 1055 1048 1044
Islam
4 Gereja 72 62 66 66 92
5 Penduduk Katolik 35777 36869 38679 40446 44253
6 Penduduk Protestan 40217 41385 43746 45227 49766
7 Jumlah Pendidikan Kotolik 75994 78254 82425 85673 94019
+ Protestan
8 Rasio Gereja – Penduduk 1055 1262 1248 1298 1021
(K + P)
9 Pura 1 1 1 1 1
10 Penduduk Agama Hindu 2258 2306 2311 2320 2425
11 Rasio Pura – Penduduk 2258 2306 2311 2320 2425
Agama Hindu
12 Wihara 12 12 13 13 17
13 Penduduk Agama Budha 16262 16582 17089 17113 21571
14 Rasio Wihara – Penduduk 1355 1381 1314 1316 1268
Budha
15 Jumlah Penduduk 681414 690497 702320 712387 732327
16 Rasio Mesjid – Penduduk 1410 1468 1404 1386 1537
17 Rasio Gereja – Penduduk 10478 12579 12109 12163 9825
18 Rasio Pura – Penduduk 754467 779899 799213 802788 903902
19 Rasio Wihara – Penduduk 62872 64991 61277 61752 53170
Sumber: Dinas Sosial Kota Pekanbaru 2011

c. Karang Taruna
Gambaran kondisi daerah yang berkaitan dengan keberadaan karang taruna di kota
Pekanbaru dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.54
Jumlah dan Status Karang Taruna di Kota Pekanbaru
Tahun
No Status Karang Taruna 2006 2007 2008 2009 2010
1 Tumbuh 58 58 58 70 73
2 Berkembang 12 15 18 20 23
3 Maju - - - 3 4
4 Percontohan - - - - -
5 Jumlah 70 73 76 93 98

Sumber: Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru, 2011

CV. Gita Lestari Consultant 2/51


Terlihat dari tabel di atas terjadi trend pertumbuhan Karang Taruna dari tahun 2006
ke tahun 2010 sebesar 20% (atau rata-rata 4% per tahun), angka ini berbanding
lurus dengan pertumbuhan penduduk 4% per tahun.
Kualitas Karang Taruna kedepan perlu ditingkatkan statusnya menjadi Karang
Taruna maju dan percontohan.

2.3.1.5 Kepemudaan dan Olahraga

a. Organisasi Pemuda
Organisasi pemuda adalah sekelompok pemuda yang berkerja sama dengan suatu
perencanaan kerja dan peraturan-peraturan, untuk mencapai sasaran dan tujuan
tertentu. Pembangunan kepemudaan merupakan bagian yang sangat urgen.
Pemerintah kota pekanbaru telah melakukan upaya membangun generasi muda
melalui berbagai kegiatan kepemudaan, seperti pendidikan pemuda yang
produktif, kegiatan pemuda pelopor, penyelenggaraan upacara bendera, pasukan
pengibar bendera.
b. Organisasi Olahraga
Yang dimaksud dengan organisasi olah raga adalah organisasi formal yang dibentuk
oleh sekelompok masyarakat olahraga yang berkerjasama dengan suatu
perencanaan-perencanaan kerja dan peraturan-peraturan, demi mencapai suatu
sasaran dan tujuan pembangunan dunia olah raga.
c. Kegiatan Kepemudaan
Banyaknya kegiatan kepemudaan yang terarah dan positif menunjukkan dan
menggambarkan tingginya antusias dan semangat pemuda untuk berkontribusi dan
berperan serta dalam pembangunan daerah. Tinggi dan beragamnya jumlah
kegiatan kepemudaan tersebut merupakan salah satu indikator efektifitas
keberadaan organisasi pemuda dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Salah
satu bentuk kegiatan kepemudaan itu adalah kegiatan atau event kepemudaan yang
diselenggarakan dalam bentuk pertandingan, perlombaan dan upacara serta
kejadian atau peristiwa sejenis.
Di kota Pekanbaru kegiatan kepemudaan tetap dilakukan secara rutin oleh
organisasi kepemudaan, antara lain kegiatan rutin yang dilakukan oleh organisasi
KONI, OKP-OKP, serta organisasi-organisasi kepemudaan lainnya, seperti kegiatan-
kegiatan yang di taja oleh siswa sekolah menengah, atau mahasiswa di berbagai
perguruan tinggi.
d. Kegiatan Olahraga
Tinggi dan banyaknya kegiatan olahraga merupakan indikator efektifitas keberadaan

CV. Gita Lestari Consultant 2/52


organisasi olah raga berperan dalam pembangunan pemerintahan daerah. Kegiatan
olah raga yang dimaksud adalah kegiatan olah raga yang diselenggarakan oleh
berbagai pihak, apakah itu pemerintah daerah, atau pihak swasta ataupun
masyarakat secara umum. Kegiatan-kegiatan olahraga yang diselenggakan sangat
beragam, diantaranya dalam bentuk pertandingan dan perlombaan dalam event-
event tertentu. Banyaknya jumlah kegiatan olahraga yang dilaksanakan
menunjukkan tingginya semangat dan antusias organisasi- organiswasi olahraga di
kota untuk memberikan kontribusi serta peran serta dalam pembangunan daerah.
Dalam usaha dan upaya untuk meningkatkan prestasi olahraga masyarakat, maka
sepanjang tahun 2006-2010 pemerintah kota Pekanbaru melalui Dinas Pendidikan
dan Olahraga secara rutin melakukan dan memperkarsai berbagai event-event
olahraga dalam berbagai bentuk, diantaranya adalah dalam bentuk pekan olahraga
antar sekolah, begitu pula pemerintah kota berupaya mengembangkan iklim
keolahragaan masyarakat yang diselenggarakan oleh organisasi dari berbagai
cabang olahraga yang ada di kota Pekanbaru. Disamping itu pemerintah kota juga
berupaya untuk meningkatkan sarana dan prasarana olahraga yang dilaksanakan
dalam bentuk pemberian bantuan kepada masyarakat. Pembianaan manajmen
organisasi olahraga juga suatu hal yang terus menerus dilakukan oleh pemerintah
kota Pekanbaru.

2.3.1.6 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Penyelenggaraan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri di kota Pekanbaru
secara umum tergambar dan dapat dilihat dari rasio jumlah polisi pamong praja per
10.000 penduduk, rasio jumlah linmas per 10.000 penduduk, dan juga rasio siskamling
per jumlah kelurahan sekota Pekanbaru.
a. Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 Penduduk
Dalam upaya untuk memaksimalkan pelaksanaan kamtibmas di kota Pekanbaru
Satuan Polisi Pamong Praja selama ini telah menunjukkan perannnya. Efektif atau
tidaknya peran tersebut sangat tergantung kepada tingkat kesadaran masyarakat
untuk menjaga kamtibmas di lingkungan masing-masing. Selain itu juga dipengaruhi
dan ditentukan oleh keberadaan Satpol PP. Di kota Pekanbaru rasio jumlah Satpol
PP terhadap jumlah penduduk dapat dilihat dari tabel berikut:

CV. Gita Lestari Consultant 2/53


Tabel 2.55
Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Kota Pekanbaru per 10.000 Penduduk
Tahun2006-2010
Tahun
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Polisi Pamong Praja 196 195 195 195 190
2 Jumlah Penduduk 754.467 779.899 799.213 802.788 897.768
3 Rasio Jumlah Polisi Pamong
Praja per 10.000 Penduduk 2 2 2 2 2

Sumber: BPS kota Pekanbaru, 2011

Dari tabel diatas terlihat bahwa rasio Satpol PP di kota Pekanbaru agak fluktuatif,
malahan pada tahun 2010 menunjukkan penurunan, disamping itu di tahun yang
sama peningkatan jumlah penduduk naik sangat drastis. Ini secara otomatis
membuat beban kerja untuk setiap personil yang tergabung dalam Satpol PP
semakin meningkat dan bertambah, karena laju pertumbuhan penduduk jauh lebih
cepat dibandingkan kemampuan daerah menambah dan meningkatkan jumlah
personil Satpol PP setiap tahunnya.
Melihat kondisi di atas, maka untuk memantapkan penyelenggaraan kamtibmas di
kota Pekanbaru pemerintah harus serius dalam mengupayakan peningkatan
personil Satpol PP, baik secara kuantitas dan juga kualitas, apalagi mengingat kota
Pekanbaru dibandingkan kota-kota lainnya termasuk kota yang sangat laju
pertumbuhan penduduknya. Disamping itu melakukan upaya yang optimal untuk
meningkatkan kesadaran semua komponen masyarakat agar berpartisipasi dan
berperan aktif dalam mewujudkan dan merealisasikan kondisi kamtibmas yang
diharapkan, khususnya melalui kesadaran dalam penegakan aturan-aturan dan
regulasi yang telah ditetapkan.
b. Rasio Jumlah Linmas per 10.000 Penduduk
Rasio jumlah petugas perlindungan masyarakat (linmas) dapat menggambarkan
indikator kapasitas seluruh komponen pemerintah dan masyarakat daerah dalam
menjaga ketertiban dan keamanan di tengah-tengah masyarakat, mengingat
petugas linmas merupakan satuan yang memiliki tugas dan amanah untuk
memelihara dan menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat secara umum.
Gambaran rasio linmas per 10.000 penduduk di kota Pekanbaru terdapat pada tabel
berikut :

CV. Gita Lestari Consultant 2/54


Tabel 2.56
Rasio Jumlah Linmas di Kota Pekanbaru per 10.000 Penduduk (2006-2010)
Tahun
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Linmas 40 3.153 2.374 3.604 3.506
2 Jumlah Penduduk 754.467 779.899 799.213 802.788 903.902
3 Rasio Jumlah Linmas 0,53 40,43 29,70 44,89 38,79
per 10.000 Penduduk

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Dari table di atas terlihat rasio Limas di Pekanbaru relative fluktuatis, pada tahun
2006 jumlah Limas sangat minim (rasio 0,53) yang berarti setiap 19.000 penduduk
dilayani 1 petugas Limas (rasio ideal 1:1.000 penduduk). Sedangkan pada tahun-
tahun berikut nya rasionya mengkat drastis menjadi 247 orang per 10.000 penduduk
(2007), 336 (2008) dan 263 (2010).
c. Rasio Pos Siskamling Per Jumlah Kelurahan (2006-2010)
Ketersediaan Pos siskamling per kelurahan dapat memberi gambaran rasio pos
siskamling pada setiap kelurahan. Semakin tinggi rasio pos siskamling berarti
semakin tinggi pula kapasitas, partisipasi dan peran serta seluruh komponen
masyarakat dalam menyiapkan fasilitas penunjang untuk menjamin terjaga dan
terpeliharanya ketertiban dan keamanan di tengah-tengah masyarakat secara
umum. Di bawah ini adalah tabel rasio pos siskamling per kelurahan.

Tabel 2.57
Rasio Jumlah Pos Siskamling di Kota Pekanbaru (2006-2010)
Tahun
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Pos Siskamling 717 717 717 689 696
2 Jumlah Desa/kelurahan 58 58 58 58 58
3 Rasio Jumlah Pos Siskamling 12,4 12,4 12,4 11,9 12
per Kelurahan

Sumber : Badan Kesbangpol Linmas Kota Pekanbaru, 2011

Dari tabel di atas diketahui bahwa dalam periode tahun 2006-2010, rata-rata di kota
Pekanbaru setiap kelurahan mempunyai pos siskamling sebanyak 12 Unit.

2.3.1.7 Ketenagakerjaan

Indikator kinerja bidang ketenagakerjaan meliputi: Jumlah Pencari Kerja yang Terdaftar,
Jumlah Pencari Kerja yang Ditempatkan, Persentase Pencari Kerja yang

CV. Gita Lestari Consultant 2/55


Ditempatkan, dan Tingkat Pengangguran. Tabel 2.58 menunjukkan jumlah pencari kerja
yang terdaftar menurut tingkat pendidikan pada tahuhn 2006-2011 di Kota Pekanbaru.
Dari data tersebut terlihat bahwa pencari kerja didominasi oleh mereka berlatar belakang
pendidikan SMA/ sederajat dan sarjana. Perkembangan jumlah pencari kerja yang
terdaftar cenderung fluktuatif.

CV. Gita Lestari Consultant 2/56


Tabel 2.58
Jumlah Pencari Kerja yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan
Kota Pekanbaru Tahun 2006-2011
No Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD & yang sederajat 210 44 15 20 27 8
2 SMP & yang sederajat 371 178 61 75 52 15
3 SMA & yang sederajat 10.728 7.763 9.522 10.903 7.314 2.667
4 D1/D2 360 177 197 458 850 324
5 D3 / Sarjana Muda 2.750 2.488 5.735 5.439 2.695 987
6 Sarjana 7.732 5.285 8.677 7.429 4.994 1.160
Jumlah 22.151 15.935 24.207 24.324 15.932 5.161
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Pekanbaru, 2012

Tabel 2.59 di bawah ini memperlihatkan jumlah pencari kerja yang telah ditempatkan
menurut tingkat pendidikan di Kota Pekanbaru pada tahun 2006 sampai tahun 2011.
Seperti juga pencari kerja yang terdaftar, maka pencari kerja yang ditempatkan juga
didominasi oleh tamatan SMA/sederajat dan sarjana. Sedangkan dari tahun 2006 sampai
2011 kecenderungan jumlah tenaga kerja yang ditemapatkan selalu bertambah.

Tabel 2.59
Jumlah Pencari Kerja yang Ditempatkan Menurut Tingkat Pendidikan
Kota Pekanbaru - Tahun 2006-2011
No Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD & yang sederajat 129 21 0 0 0 0
2 SMP & yang sederajat 277 37 0 0 0 0
3 SMA & yang sederajat 367 855 1.088 1.387 1.197 419
4 D1/D2 1 3 86 - 86 17
5 D3 / Sarjana Muda 93 10 792 828 347 957
6 Sarjana 181 310 831 629 315 828
Jumlah 1.048 1.236 2.797 2.844 1.948 2.231
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Pekanbaru, 2012

Persentase pencari kerja yang telah ditempatkan ditampilkan pada Tabel 2.60 di bawah
ini. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa persentase penempatan tenaga kerja selalu
meningkat dari tahun 2005 sampai tahun 2011, dari angka 5% pada tahun 2005 menjadi
43,23% pada tahun 2011.

CV. Gita Lestari Consultant 2/57


Tabel 2.60
Jumlah Pencari Kerja Terdaftar dan yang Ditempatkan
Kota Pekanbaru - Tahun 2005-2011
No Tahun Terdaftar Penempatan/Terserap Persentase (%)
1 2005 23.914 1.209 5,05
2 2006 22.151 1.048 4,72
3 2007 15.935 1.236 7,76
4 2008 24.207 2.797 11,55
5 2009 24.324 2.844 11,69
6 2010 15.932 1.948 12,23
7 2011 5.161 2.231 43,23
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Pekanbaru, 2012

Jumlah pengangguran dan tenaga kerja yang bekerja di Kota Perkanbaru ditampilkan
pada Tabel 2.61. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran trend nya
menurun dari tahun 2008 (14,24) sampai 2011 (9,33). Trend positif ini mesti terus dijaga
sampai tingkat pengangguran menjadi seminimal mungkin.

Tabel 2.61
Tingkat Pengangguran
Kota Pekanbaru - Tahun 2008-2011
Angkatan Kerja ( < 15 Tahun) Pengangguran Tingkat
No Tahun Penduduk Laki-laki Perempuan Jumlah Bekerja Terbuka Pengangguran
1 2008 799.213 203.983 109.530 313.513 268.861 44.652 14,24
2 2009 802.788 208.325 115.047 323.372 284.463 38.909 12,03
3 2010 897.768 256.789 178.814 435.603 391.047 44.556 10,23
4 2011 903.464 - - 421.532 382.185 39.347 9,33

Sumber: BPS Provinsi Riau, 2011

2.3.2 Fokus layanan Urusan Pilihan


2.3.2.1 Pertanian

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pertanian terlihat pada beberapa indikator
kinerja sebagaimana Gambar 2.12 berikut.

CV. Gita Lestari Consultant 2/58


Sumber:Dinas Pertanian Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.12 Kondisi Pertanian Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010

2.3.2.2 Perikanan

Pembangunan pada pelayanan urusan Perikanan dititik beratkan padaperikanan


peliharaan kolam.Beberapa kinerja bidang perikanan ditunjukkan pada Gambar 2.13.

Sumber:Dinas Pertanian Kota Pekanbaru,2011


Gambar 2.13 Capaian Kinerja Urusan Perikanan Kota Pekanbaru 2006-2010

Berdasarkan Gambar 2.13 diatas, maka terjadi peningkatan produksi selama lima tahun
sebesar rata-rata 25 % pertahun sementara itu perkembangan konsumsi ikan
masyarakat juga terjadi peningkatan sebesar rata-rata 25 % pertahun di kota Pekanbaru.
Gambar 2.14 berikut menjelaskan semakin meningkatnya produksi ikan peliharaan di

CV. Gita Lestari Consultant 2/59


Pekanaru dari tahun 2007 sampai tahun 2011.

Sumber:Dinas Pertanian Kota Pekanbaru, 2012

Gambar 2.14 Kelompok Nelayan Binaan Kota Pekanbaru tahun 2007-2011

2.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH

2.4.1 Fokus Ekonomi Daerah

2.4.1.1 Iklim Investasi

Dalam hal ini fokus tinjauan diarahakan pada perkembangan perdagangan luar negeri
baik ekspor maupun impor di Pekanbaru. Selama tahun 2009 realisasi nilai ekspor Kota
Pekanbaru mencapai sekitar 40 juta US$. Nilai ini naik 0,88% (3 juta US$) dibandingkan
tahun 2008 yaitu 37 juta US$. Terjadi lonjakan yang signifikan terhadap ekspor ditahun
2010 menjadi 108 juta US$.
Sedangkan nilai impor pada tahun 2009 mencapai 66 juta US$, dan turun 19 % ada
tahun 2008 sebesar 82 juta US$. Namun terjadi peningkatan yang signifikan ditahun
2010 menjadi 108 juta US$.Permasalahan masa akan datang adalah ketersediaan dan
dana pembangunan daerah untuk menyediakan infrastruktur jalan dalam jangka pendek
untuk menarik investasi potensial dimasa depan.

2.4.1.2 Perkembangan Perdagangan

CV. Gita Lestari Consultant 2/60


Dalam hal ini fokus tinjauan diarahakan pada perkembangan perdagangan luar negeri
baik ekspor maupun impor di Pekanbaru. Selama tahun 2009 realisasi nilai ekspor Kota
Pekanbaru mencapai sekitar 40 juta US$, nilai ini naik 0,88 % (3 juta US$) dibandingkan
tahun 2008 yaitu 37 juta US$. Terjadi lonjakan yang signifikan terhadap ekspor ditahun
2010 menjadi 108 juta US$.
Sedangkan nilai impor pada tahun 2009 mencapai 66 juta US$, dan turun 19 % ada
tahun 2008 sebesar 82 juta US$. Namun terjadi peningkatan yang signifikan ditahun
2010 menjadi 108 juta US$.
Perkembangang nilai perdagangannya (baik ekspor mupun impor) Kota Pekanbaru
cendrung fluktuatif namun di akhir tahun 2009 sampai tahun 2010 terjadi kenaikan baik
nilai volume ekspor (sekitar 30%) maupun impor (hamper 300%).

Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011

Gambar 2.15 Perkembangan Perdagangan Kota Pekanbaru 2006-1020

Walaupun dari segi nilai ekspor dan impor relatif seimbang, namun terjadi lonjakan
prosentase nilai kenaikan impor melebihi ekspor. Ini menandakan masih perlu digali
kemampuan ekspor komoditi perdagangan Kota Pekanbaru untuk menyeimbangkan
kenaikan prosentase impornya.
Permasalahan yang mendesak saat ini datang adalah terbatasanya aksespendanaan
pembangunan daerah untuk menyediakan infrastruktur jalan, listrik, air bersih dan sistem
komunikasi dalam jangka pendek untuk menarik investasi potensial dimasa depan.

2.4.1.3 Perindustrian

CV. Gita Lestari Consultant 2/61


Terjadi penurunan jumlah (unit) industri besar dan sedang (sekitar 20%) selaras dengan
penurunan jumlah pekerja dan karyawannya. Kondisi terparah adalah pada kondisi
industri besar dimana terjadi penurunan karyawan sampai 50% (dari 6000 orang sampai
3000 orang dalam periode 3 tahun, 2007-2010).

Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011

Gambar 2.16 Perkembangan jumlah industri di Kota Pekanbaru 2006-2010

Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011

Gambar 2.17 Perkembangan jumlah pekerja industri di Pekanbaru 2006-2010

Perlu dicermati faktor-faktor apa yang mengakibatkan hal ini terjadi, bagaimana
menanggulanginya dalam tataran kebijakan, regulasi dan fasilitas infrastruktur dasar
yang perludisiapkan agar iklim usaha di Kota Pekanbaru dapat menggairahkan bagi
industri besar dan sedang.

CV. Gita Lestari Consultant 2/62


2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah dan Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu sektor pembangunan yang paling


dibutuhkan di Kota Pekanbaru karena ada banyak ketergantungan pengembangan ek
onomi, sosial dan pendidikan dengan pembangunan infrastruktur itu sendiri. Menurut
studi yang dilakukan oleh Danareksa, setiap pembangunan infrastruktur jalan sepanjang
100 kilometer akan memberikan tambahan 0,20 persen terhadap pertumbuhan ekonomi
wilayah, dan menciptakan 69.000 lapangan kerja baru (Purbayu dan Edwin S, 2004
dalam Sudaryadi).
Penyediaan infrastruktur dasar yang merata diseluruh wilayah Kota merupakan hal
mutlak untuk mewujudkan kota Metropolitan yang madani, dengan pengelolaan
pembangunan fisik kota yang meliputi sistem transportasi yang memiliki interkoneksi
antar wilayah. Ketersediaan infrastruktur berupa jalan, air bersih, listrik dan
telekomunikasi bagi masyarakat Kota Pekanbaru perlu diidentifikasi dalam bentuk
indikator-indikator. Indikator Fasilitas dan Infrastruktur ini digunakan untuk melihat
perkembangan indikator keluaran (out- put) dari tingkat pembangunan fasilitas dan
infrastruktur antara lain :
1. Perkembangan pembangunan pelayanan air bersih.
2. Perkembangan pembangunan saluran drainase.
3. Perkembangan pembangunan infrastruktur jalan.
4. Perkembangan Pelayanan Listrik

2.4.2.1 Perkembangan Pembangunan Pelayanan Air Bersih

Pelayanan air bersih di Kota Pekanbarupada saat ini sebagian disediakan oleh PDAM
Tirta Siak Pekanbaru. Jumlah cakupan pelayanan air bersih ini terbatas hanya pada
pusat bisnis di ibu Kota Pekanbaru. Cakupan pelayanan air bersih yang disediakan oleh
PDAM Tirta Siak Pekanbaru dari tahun 2006 sampai2010 hampir tidak terjadi perubahan
yang signifikan. Cakupan pelayanan tahun 2006 sampai 2010 kurang dari 20.000 Kepala
Keluarga (KK) dan cendrung turun menjadi 14.000 KK di tahun 2010.

CV. Gita Lestari Consultant 2/63


Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.18 Cakupan Pelayanan Air Bersih PDAM di Kota Pekanbaru

Sedangkan persentase cakupan pelayanan air bersih PDAM relatif tidak berubah, dan
cenderung turun tiap tahunnya dari 13% menjadi 8% diperiode 2006 sampai 2010.
Prosentase cakupan pelayanan air bersih ini jauh di bawah angka rata-rata Nasional
(2009) yaitu 12% untuk Indonesia 2009 (BPS, 2010 dan Sandhyavitri, 2010).

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.19 Prosentase cakupan Pelayanan Air Bersih PDAM di Kota Pekanbaru

CV. Gita Lestari Consultant 2/64


Trend pertumbuhan banyaknya air yang disalurkan dan air yang dipakai cenderung
menurun untuk Kota Pekanbaru dari tahun 2008-2010 hampir 50%.

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.20 Volume Air yang didistribusikan di Kota Pekanbaru

Sedangkan jumlah populasi terus meningkat sehingga diperkirakan setelah tahun 2013,
populasi menembus batas 1 juta orang di Kota Pekanbaru dengan KK lebih dari 250.000.
Maka kebutuhan air bersih menjadi hal yang vital dan kompetisi untuk mendapatkannya
perlu untuk diregulasikan dengan cermat.

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.21 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kota Pekanbaru

CV. Gita Lestari Consultant 2/65


2.4.2.2 Pembangunan Infrastruktur Jalan

Infrastruktur jalan yang relatif terbatas dibanding luas Pekanbaru. Infrastruktur jalan
dianggap salah satu faktor yang mendukung sektor ekonomi utama di kota ini. Menurut
Ebby Hermawan (2005) dan Teddy Mutejo (2008), Standar pelayanan Minimal (SPM)
aksesibilitas Jalan pada akhir tahun pencapaian, dapat digunakan persamaan
sebagai berikut :

SPM Aksesibilitas = Panjang Jalan / Luas Wilayah

Sedangkan nilainya dibandingkan dengan indeks aksesibilitas yang disyaratkan


berdasarkan kepadatan penduduk (jiwa/km2) seperti pada Tabel 2.62.

Tabel 2.62
Standar Pelayanan Minimal Aksesibilitas Jalan
2 Ketetapan SPM
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km )
0-1000 0.5
1000-5000 1.5
>5000 5
Sumber : Ebby Hermawan, 2005, dan Teddy Mutejo, 2008

Aksesibilitas jalan Kota Pekanbaru sudah diatas SPM yaitu 4,375 > 1,5 (standar
minimalnya dari Tabel). Sehingga pembangunan akses jalan secara umum di
Pekanbaru sudah diatas nilai minimal yang disyaratkan Pemerintah (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 14 /PRT/M/2010). Namun, angka ini masih belum
mencerminkan kualitas prasarana jalan, karena 30% dari jalan yang ada dalam kondisi
rusak dan rusak berat. Perbandingan nilai SPM untuk kabupaten/kota di Provinsi Riau
bisa dilihat pada Tabel 2.63

CV. Gita Lestari Consultant 2/66


Tabel 2.63
Perbandingan SPM Kabupaten/Kota di Propinsi Riau, 2011
Luas Wilayah Kepadatan 2)
Indeks Aksesibilitas (Km/Km
Kabupaten / Kota 2 Jumlah Penduduk Nasional Propinsi Kupaten/Kota Panjang Jalan (Km) M/TM
(Km )
Penduduk 2 Eksist Syarat
(jiwa/Km )
Kuantan Singingi 5,235 291,044 55.60 124.54 308.20 1,647.69 2080.43 M
Indragiri Hulu 7,611 362,961 47.69 133.7 86.25 1,551.75 1771.7 0.233 0.500 TM
Indragiri Hilir 13,633 662,961 48.63 164.43 217.73 1,243.54 1625.7 0.119 0.500 TM
Pelalawan 12,482 303,021 24.28 128.87 179.61 1,118.54 1427.02 0.114 0.500 TM
Siak 8,216 377,232 45.91 104.13 234.88 1,406.77 1745.78 0.212 0.500 TM
Kampar 10,814 686,030 63.44 174.9 204.82 1,856.56 2236.28 0.207 0.500 TM
Rokan Hulu 7,225 475,011 65.75 0 379.27 1,590.62 1969.89 0.273 0.500 TM
Bengkalis 11,932 498,384 41.77 113.8 150.08 1,828.00 2091.88 0.175 0.500 TM
Rokan Hilir 8,852 552,433 62.41 114.2 107.19 1,828.00 2049.39 0.232 0.500 TM
Pekanbaru 633 903,902 1427.94 54.15 12.00 2,703.47 2769.62 4.375 1.500 M
Dumai 2,039 254,337 124.71 13.3 1.62 1,139.19 1154.11 0.566 0.500 M
Sumber : Laporan Akhir SPM Propinsi Riau, 2012.

Adapun kondisi jalan Kota Pekanbaru dalam kondisi baik cenderung fluktuatif dalam
range angka 45-48%, dan kondisi rusak sampai rusak berat sekitar 30% dalam
masa 2007-2009.

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2010

Gambar 2.22 Prosentase Kondisi Jalan di Kota Pekanbaru, 2007-2009

CV. Gita Lestari Consultant 2/67


Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.23 Kondisi Jalan di Kota Pekanbaru, 2006-2010

Namun secara umum proporsi jalan yang baik cenderung meningkat dalam periode 4
Tahun (Gambar 2.24).

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.24 Proporsi jalan dalam kondisi baik, 2007-2010

CV. Gita Lestari Consultant 2/68


Terlihat proporsi kondisi jalan yang baik, meningkat dari 42% menjadi 52% dari tahun
2007 sampai tahun 2010. Hal ini juga menandakan kinerja perbaikan jalan di Kota
Pekanbaru sudah meningkat. Adapun rasio jalan yang baik dibanding dengan jumlah
kendaraan roda 4 keatas adalah 1205,6 km/147.984 kendaraan roda 4 = 0,81% (data
2011). Sedangkan rasio total panjang jalan per total kendaraan adalah 2769,62 km/
767314 kendaraan = 0,36%.
Peningkatan penambahan panjang jalan kota di Kota Pekanbaru (2006-2010) relatif
signifikan (96 km dalam periode 5 tahun). Total jalan yang terbangun sampai 2010
adalah 2751,70 km (Gambar 2.25) dengan 50% nya adalah berupa jalan aspal dan
35% jalan tanah di tahun 2010 (Gambar 2.25).

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.25 Perkembangan Jalan Kota di Kota Pekanbaru (km), 2006-2010

CV. Gita Lestari Consultant 2/69


Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.26 Perkembangan Jalan Kota di Kota Pekanbaru (persen), 2006-2010

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.27 Perkembangan Jalan Kota di Kota Pekanbaru (km), 2006-2010
Sumber: Dinas PU Propinsi Riau, 2011, dan BPS Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.28 Panjang Jalan Nasional, Propinsi, dan Kabupaten di Pekanbaru, 2006-2010
Mayoritas jalan di Kota Pekanbaru adalah jalan kota (80%) dengan total panjang jalan
2578 km (di tahun 2010). Adapun total panjang jalan Nasional dan Propinsi sekitar 110
km (<10%). Pengelolaan jalan Kota adalah tanggungjawab Kota Pekanbaru, sedangkan
jalan-jalan Propinsi dan Nasional adalah tanggungjawab Propinsi Riau dan Pemerintah
Pusat, baik dari segi teknis maupun penganggaran pemeliharaannya.
Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kondisi jalan, maka Pemerintah Kota
Pekanbaru telah melaksanakan pekerjaan peningkatan ataupun pemeliharaan jalan
berupa pengerasan, pengaspalan makadam, pengaspalan hotmix, dan overlay hotmix.
Tabel 2.64
Peningkatan Infrastruktur Jalan Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
PENGASPALAN PENGASPALAN OVERLAY
TAHUN PENGERASAN MAKADAM HOTMIX HOTMIX TOTAL
(km) (km) (km) (km) (Km)
2006 0,705 - 10,723 16,506 27,934
2007 2,042 19,610 38,604 39,097 99,353
2008 2,705 21,443 20,195 8,500 52,843
2009 735 16,469 19,329 30,464 66,997
2010 3,618 - 22,388 29,806 70,812
JUMLAH 9,805 57,522 111,239 124,373 302,939

Sumber Data ; Bina Marga Dinas PU Kota Pekanbaru, 2011


Dalam periode 2006-2010 dilaksanakan penanganan dalam bentuk kegiatan
peningkatan infrastruktur jalan dengan total panjang 302,94 Km. Kegiatan
pemeliharaan jalan telah dilakukan sepanjang 124,37 Km dengan pekerjaan Overlay
Hotmix. Sedangkan untuk peningkatan jalan dalam bentuk pekerjaan pengaspalan
Hotmix sepanjang 111,24 Km, pengaspalan makadam 57,52 Km dan pengerasan jalan
sepanjang 9,80 Km (Tabel 2.60)

2.4.2.3 Perumahan dan Pemukiman

Pembangunan dibidang perumahan juga meliputi pembangunan infrastruktur dasar


perumahan permukiman, termasuk sarana prasarana dan utilitas permukiman agar
menjadi lebih baik, nyaman, sehat dan tidak kumuh, seperti peningkatan kualitas jalan,
air minum, pasar dan lain sebagainya.
Perbaikan sarana prasarana di lingkungan permukiman dilaksanakan melalui kegiatan
Pembangunan Perumahan dan Permukiman (P2P). Dari tahun 2001 sampai dengan
tahun 2005 terdahulu, Pemerintah Kota Pekanbaru telah membangun 33.954,6 M’ jalan
lingkungan dan 3.600 M’ saluran lingkungan.

2.4.2.4 Kebakaran

Keamanan perumahan dan permukiman dari bahaya kebakaran menjadi hal yang
penting untuk diperhatikan. Data kebakaran di Kota Pekanbaru terlihat pada Tabel
dibawah ini.
Tabel 2.65
Tingkat kebakaran di Kota Pekanbaru menurut jenis
Dan Jumlah Kerugian Tahun 2006-2010
Tahun
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
Rumah Penduduk - 66 76 127 84
Bangunan Umum - 61 48 20 8
Bangunan Industri - 2 1 - 20
Lahan - 51 61 94 34
Lain-lain - 8 14 14 9
Kerugian Material
(Ribuan Rupiah) 15.295.300 25.481.400 19.040.000 17.785.300 23.480.500
Korban Jiwa 3 1 - 6 -
Sumber Data : Dinas Pemadam Kebakaran Kota Pekanbaru, 2011

Penyebab terjadinya kebakaran beragam antara lain api terbuka seperti korek api,
obat nyamuk bakar, arus pendek listrik maupun petir. Hal ini menunjukkan masih
perlunya peningkatan penyuluh kepada masyarakat tentang pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran.
2.4.2.5 Pembangunan Saluran Drainase, Normalisasi Sungai dan Persampahan

a. Saluran Drainase dan Normalisasi Sungai


Pembangunan drainase belum ada datanya dalam periode 2006-2010. Namun
kasus banjir dan genangan air saat musim hujan pada tempat-tempat tertentu,
seperti area Rumbai, Panam dan Sail sudah sering terjadi kala musim hujan.
Sedangkan jalan-jalan utama di Pekanbaru juga sering tergenang air kala musim
hujan, terutama di jalan ujung Terminal AKAP Payung Sekaki, jalan Ponegoro, Jalan
Imam Munandar dan jalan lainnya.
Namun kasus banjir dan genangan air sudah merupakan hal rutin (informasi dari
berbagai sumber Koran Riau Pos, 2005-2011).

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.29 Panjang talud dan normalisasi sungai, 2006-2010

Pajang talud dan normalisasi sungai yang dibangun sudah sangat signifikan naik
lebih dari 700%, namun masih sangat terbatas dengan panjang sungai dan parit
yang ada di Pekanbaru.
Informasi ini belum mencukupi perlu tambahan data panjang parit yang dibutuhkan,
panjang sungai dan jalan yang ada.
b. Waterfront City
Perkembangan aktivitas masyarakat di sepanjang bantaran Sungai Siak –
Pekanbaru, Propinsi Riau menunjukkan intensitas kegiatan yang tinggi. Hal ini
nantinya dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan habitat
Sungai bila tidak dilakukan pengendalian terhadap space use.
Perilaku Sungai Siak bila meluap selalu menggenangi kawasan–kawasan di
sekitarnya, yang secara geografis memang terletak pada dataran rendah dan relatif
tidak terlalu tinggi dibanding pusat kota. Selain itu terjadi perbedaan elevasi / peil
pasang surut air sungai yang tinggi.
Aktivitas yang berada di sepanjang Sungai Siak adalah permukiman lama penduduk
yang berada di bawah tanggul; kawasan bisnis / perdagangan (seperti Pasar
Bawah; Rumah Makan, Toko dll); kawasan perkantoran; kawasan pendidikan;
kawasan sosial; pelabuhan / dermaga tempat bersandar kapal; jembatan yang
melintasi Sungai sebagai jalur transportasi darat; dan bahkan letak jalan untuk lalu
lintas kendaraan berada di atas lokasi kawasan permukiman serta kegiatan
transportasi sungai dengan intensitas tinggi.

Sumber : Laporan Akhir Penataan Sungai Siak, 1999


Gambar 2.30 Kondisi eksisting kawasan di area perencanaan Waterfront City, 1999

Kawasan Perencanaan Waterfront City yang merupakan salah satu kawasan


jantung Kota Pekanbaru di sekitar Jembatan Siak I sampai rencana Jembatan Siak
IV, yaitu pada sumbu / axis Jl. Sudirman – Sungai Siak / Rencana Jembatan Siak IV
– Meranti Pandak – Jalan Sekolah.
Sumber : Laporan Akhir Penataan Sungai Siak, 1999

Gambar 2.31 Rencana Pengembangan Kawasan Waterfront City, 1999

Penyebaran wilayah Kota Pekanbaru belum tertata dengan optimum. Hal ini terlihat
pada terkonsentrasinya permukiman dan pusat perdagangan / komersial di bagian
selatan Sungai Siak, yang secara historis merupakan awal pertumbuhan Kota
Pekanbaru, namun potensi untuk menata wilayah masih sangat memungkinkan
karena tersedianya lahan yang luas. Berdasarkan pola pemanfaatan ruang dan
kecenderungan pola perkembangan penggunaan lahan di Kota Pekanbaru
sebagaian besar didominasi oleh perumahan dan kegiatan – kegiatan seperti
perdagangan, perkantoran (pemerintahan dan swasta) sarana pelayanan umum
beserta penunjangnya serta industri, selain fungsi – fungsi tersebut diatas, Kota
Pekanbaru memiliki lahan tidak terbangun yang jauh lebih banyak dibandingkan
dengan areal terbangun. Penggunaan areal yang tidak terbangun ini terutama
untuk kebun, tegalan, hutan, semak dan lain sebagainya. Masterplan dari Waterfront
City sudah diselesaikan dari tahun 1999 dan setelah 5 tahun perlu untuk direfisi.
Banyak lokasi perkantoran SKPD Kota Pekanbaru berada di area bisnis yang padat
populasinya dan sudah tidak nyaman lagi untuk dijadikan kegiatan perkantoran,
sedangkan beberap pelayan kantor tidak dapat dioptimalkan kinerjanya karena
saling berjauhan jaraknya misalnya kantor bappeda dan PU berjarak cukup jauh,
maka untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan pada masyarakat perlu
diupayakan relokasi perkantoran pemerintahan daerah pada suatu kawasan yang
terpusat. Perlu diupayakan perencanaan relokasi kantor saat ini menuju kawasan
perkantoran terpadu tanpa terlalu mempengaruhi pendanaan yang bersumber dari
APBD (misalnya dengan kemitraan publik dan swasta).
c. Persampahan
Berdasarkan data tahun 2005, 40 % penduduk perkotaan Indonesia mempunyai
akses terhadap pengelolaan sampah (Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi
Berbasis Masyarakat, 2005).
Untuk Kota Pekanbaru, akses terhadap pelayanan sampah oleh Dinas Kebersihan
dan Pertamanan (DKP) selama 2007-2011 juga tidak jauh berbeda dengan yang
terjadi di Indonesia yaitu rata-rata 40% (dengan asumsi 1 orang memproduksi
sampah 1,25 kg/hari). Namun bila dipakai asumsi produksi sampah 2,5
kg/orang/hari maka akses masyarakat terhadap pelayanan sampah skitar 24%
(Table 2.66).
Tabel 2.66
Timbunan Sampah dan Prosentase Sampah yang Diangkut, 2007-2011
Timbunan Prosentase Prosentase
Tahun Penduduk Sampah dengan Timbunan Sampah sampah sampah
Asumsi (1.25 Sampah dengan Terangk diangkut(asumsi 1 diangkut(asumsi
kg/orang/hari) Asumsi (2.5 ut ton=1m3) untuk 1 ton=1m3)
1 2 3 kg/orang/hari)
4 (m3/hari)
5 1.256=5/3*100%
kg/org/hr untuk 2.5
7=5/4*100%
2007 754,46 1,129.8 1,886.1 451.94 0.40 0.24
2008 779,89 1,130.8 1,949.7 452.34 0.40 0.23
2009 799,21 1,251.0 1,998.0 500.42 0.40 0.25
2010 802,78 1,312.5 2,006.9 525.00 0.40 0.26
2011 903,90 1,319.5 2,259.7 527.84 0.40 0.23
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2012

Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2012

Gambar 2.32 Sampah diangkut dan Prosentase Sampah yang Diangkut, 2007-2012

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 7 Tahun 2001 tentang


Struktur Organisasi dan Tata Kerja di Dinas – dinas di lingkungan Pemerintah Kota
Pekanbaru, maka dibentuklah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru
pada Tahun 2001. Tugasnya adalah membantu Walikota Pekanbaru dalam
melaksanakan kewenangan otonomi di bidang persampahan, pertamanan,
penghijauan, lampu penerangan jalan umum dan lampu hias. Tugas utama Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru pada waktu itu adalah mengelola
persampahan yang ada di Kota Pekanbaru dimulai dari penyapuan, pengangkutan,
pemusnahan hingga pengelolaan sampah.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Kebersihan di Kota Pekanbaru yang mengatur
pembagian kewenangan dan tugas pengelolaan kebersihan di Kota Pekanbaru
berdasarkan Surat Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor 7 Tahun 2004.
Di tahun 2011, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru menangani
kebersihan di 23 ruas jalan protokol dan Rumah sakit, dengan mengerahkan 632
orang petugas kebersihan dan 11 truk sampah (4 truk lainnya tidak berfungsi).
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota melakukan pengelolaan sampah di TPA
Muara Fajar dengan system open dumping, dimana ditargetkan tahun 2012 telah
menggunakan system sanitary landfill. Dinas Kebersihan dan Pertamanan juga
melakukan pengelolaan sampah pasar untuk dijadikan kompos atau pupuk organic
yang dilaksanakan pada 4 unit kerja pengelola composting dibawah pengawasan
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru.
Dalam pengelolaan kebersihan lingkungan permukiman sesuai pasal 9 UU No. 18
tahun 2008, pemerintah kota menyelenggarakan pengelolaan sampah kepada
masyarakat dengan melakukan pembinaan, pengawasan, membuat TPS dan TPA.
Pengumpulan sampah dilakukan mulai dari masyarakat RT/RW di permukiman.
Petugas pengumpul sampah di RT/RW mengangkut sampah dari kotak sampah
didepan rumah di TPS. Penyelenggara pengelola sampah melakukan
pengangkutan sampah dari TPS ke TPA yang dilakukan melalui instansi terkait
secara langsung.
Jumlah TPS yang terdapat di setiap kecamatan masih kurang, sehingga masih perlu
penambahan TPS. Untuk pengangkutan dari TPS ke TPA yang dilaksanakan oleh
Dinas Kebersihan dan Pertamanan serta instansi terkait seringkali kurang memadai
karena jumlah armada truk yang belum sesuai kebutuhan. Selain itu, dari jumlah
yang belum memadai tersebut, banyak diantaranya memerlukan pemeliharaan dan
perawatan yang besar. Kondisi truk yang sudah tua juga mengurangi kinerja
pengangkutan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan.
d. Pertamanan
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru menangani pertamanan dan
ruang terbuka hijau di 23 lokasi dengan luas sekitar 28 ha.
Adapun luas taman Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut :

Tabel 2.67

Luas Taman Kota Pekanbaru, 2012


Lokasi 2
Luas (m )
Kecamatan Pekanbaru Kota 54.164
Kecamatan Senapelan 1.928
Kecamatan Sail 9.692
Kecamatan Tampan 135.970
Kecamatan Marpoyan Damai 74.617
Kecamatan Bukit Raya 8.320
Kecamatan Rumbai 1.170
Kecamatan Sukajadi 577
Kecamatan Payung sekaki 779
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2012

Masih terdapat tanah kosong di Tanayan Raya, di beberapa kecamatan dan


beberapa lokasi lainnya 78 ha, dan yang dimiliki swasata seperti Alamayang 40 ha,
Danau Buatan 40 ha. Diperkirakan taman Kota dan ruang terbuka hijau untuk Kota
Pekanbaru telah mencapai 30% dari luas Kota sekitar 632,26 Km². Masih terdapat
ruang terbuka hijau dan hutan konservasi (Arboretum) di Universitas Riau yang
cukup luas, juga ruang terbuka hijau lainnya (12 ha peruntukan untuk pembangunan
TPA yang dibatalkan). Perlu untuk mengidentifikasi secara tepat berapa luas taman
dan ruang terbuka hijau yang tersisa baik dikuasai pemerintah, universitas maupun
swasta. Adapun upaya pelestarian dan pemeliharaannya perlu diperhatikan secara
baik dengan mendaya upayakan terbatasnya petugas pengelola pertamanan 157
orang yang ada, berikut armada mobil tanki penyiraman tanaman yang tersedia 8
unit (data 2011).
e. Penerangan Umum
Jumlah penerangan jalan umum yang terpasang sampai dengan Tahun 2011
berjumlah 24.877 Titik. Terbagi menjadi PJU dan lampu hias/ taman yang
tersebar di jalan-jalan protokol, pemukiman dan perumahan. Rencana penambahan
PJU sebanyak 450 titik setiap tahun sehingga pada akhir tahun 2017 PJU
direncakan akan berjumlah 27.577 titik.

Tabel 2.68

Lampu Penerangan Jalan Umum, 2007-2011


TAHUN PJU Terpasang (titik)
2007 19.096
2008 20.511
2009 21.949
2010 23.385
2011 24.877
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pekanbaru, 2012

Berdasarkan data 2011, 30% lampu jalan sudah termeterisasi, masih 70% belum
termeterisasi. Upaya instalasi meter lampu ini dilakukan untuk mengefisiensikan
penggunaan dan pembayaran listrik lampu perkotaan.
f. Sanitasi
Salah satu penunjang sanitasi rumah tangga adalah kepemilikan kamar mandi.
Prosentase kepemilikan kamar mandi per keluarga di Kota Pekanbaru sudah
mencapai 95%, hanya 5 % dari total masyarakat yang tidak punya kamar mandi
sendiri (Laporan Akhir Master Plan Air Limbah Kota Pekanbaru, 2011). Angka ini
relatif tinggi dibanding dengan yang ada di Indonesia yang hanya
55,5% (Rediknas, 2010).

Tabel 2.69

Persentase Kepemilikan kamar mandi di rumah berdasarkan wilayah, 2011


Kamar mandi/tempat
mandi di rumah
Kecamatan Total
Ya Tidak
Pekanbaru Kota 97.1 2.9 100.0
Senapelan 100.0 0.0 100.0
Lima Puluh 94.5 5.5 100.0
Sukajadi 98.9 1.1 100.0
Sail 92.3 7.7 100.0
Bukit Raya 100.0 0.0 100.0
Payung Sekaki 67.6 32.4 100.0
Marpoyan Damai 99.0 1.0 100.0
Rata-rata Total 95.0 5.0 100.0

Sumber : Laporan Akhir Survey Sosial-Ekonomi Master Plan Air Limbah Pekanbaru, 2011.

Terlihat dari Tabel 2.69, bahwa kepemilikan kamar mandi di Pekanbaru sudah
melebihi 90% dari total rumahtangga yang ada. Angka ini sudah di atas rata-rata
kepemilikan kamar mandi di Riau. Sedangkan persentase masyarakat yang tidak
punya WC/kamar mandi sendiri paling besar adalah di Kecamatan Payung Sekaki
(67,6%) dan Kecamatan Sail (92,3%).

Tabel 2.70
Persentase Fasilitas air limbah di rumah berdasarkan wilayah, 2011

Fasilitas sanitasi air limbah di rumah

Kecamatan Kurang baik/ Total


Baik agak rusak

Pekanbaru Kota 80,0 20,0 100,0


Senapelan 90,9 9,1 100,0
Lima Puluh 97,3 2,7 100,0
Sukajadi 87,4 12,6 100,0
Sail 84,6 15,4 100,0
Bukit Raya 88,2 11,8 100,0
Payung Sekaki 100,0 0,0 100,0
Marpoyan Damai 92,2 7,8 100,0
Rata-rata Total 90,8 9,2 100,0

Sumber : Laporan Akhir Survey Sosial-Ekonomi Master Plan Air Limbah Pekanbaru, 2011.

Hasil survey (Tabel 2.70) menunjukan, sebagian besar (91 %) penduduk di


Pekanbaru menilai sanitasi di rumahnya dalam keadaan baik, dan hanya 9 % yang
merasa sanitasi air limbahnya tidak baik. Di Kecamatan Lima Puluh persentase
masyarakat yang menyatakan sanitasi air limbahnya baik adalah paling tinggi yaitu
97,30 %. Sedangkan di Kecamatan Payung Sekaki 100 % dari responden
menyatakan bahwa sanitasi air limbah di rumah dalam keadaan baik.
Kecamatan Sail merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya
menyatakan bahwa sanitasi di rumah tidak berjalan baik yaitu 15 % dari total
populasi di kecamatan tersebut.
Fasilitas sanitasi lainnya yang paling banyak bermasalah adalah tanki septik yaitu
16,6 %, dan kemudian adalah fasilitas sumur resapan untuk rumah. Sebagian besar
rumah di Pekanbaru tidak mempunyai sumur resapan, sehingga air hujan akan
lansung dialirkan ke selokan/parit/drainase. Maka peningkatan saluran drainase dan
sumur resapan menjadi hal yang perlu untuk dipertimbangkan dimas yang akan
datang.

2.4.2.6 Pembangunan Kelistrikan


Kondisi pembangunan kelistrikan di Kota Pekanbaru relatif paling baik dibanding kondisi
di Kota/Kabupaten lainnya di Propinsi Riau yaitu no 1 dengan prosentase akses listrik ke
rumah tangga sekitar 98,7% (2009) (Tabel 66 dan Gambar 33). Angka ini sudah diatas
rata-rata elektrifikasi di Riau (42,69%). Hampir seluruh rumah tangga teraliri listrik,
namun dengan pesatnya perkembangan disektor perumahan, maka demand terhadap
listrik ini terus meningkat, sedangkan supplynya terbatas, dari beberapa pembangkit
listrik yang ada seperti interkoneksi dari PLTA. Koto Panjang 114 MW, dan PLTD Teluk
Lembu. Sehingga pada saat-saat tertentu dilakukan pemadaman bergilir di Kota
Pekanbaru karena supply listrik yang terbatas ini.

Tabel 2.71
Prosentase Akses Listrik Masyarakat di Propinsi Riau, 2009
Pelanggan Jumlah Rumah
No. Kab/Kota Rumah Tangga Tangga (KK) Elektrifikasi (%)
1 Kota Pekanbaru 178.04 184.462 98.7
2 Kota Dumai 38.568 51.154 75.4
3 Kab. Bengkalis 52.199 158.117 38.14
4 Kab. Kampar 45.421 132.493 34.28
5 Kab. Siak 16.888 73.883 28.64
6 Kab. Indragiri Hulu 18.298 70.983 26.08
7 Kab. Rokan Hulu 19.897 85.641 23.5
8 Kab. Kuantan Singingi 13.804 63.352 22.28
9 Kab. Rokan Hilir 20.474 96.41 21.24
10 Kab. Pelalawan 9.637 62.856 18.84
11 Kab. Indragiri Hilir 25.715 157.163 16.43
RIAU 424.008 1.070.509 42,69
Sumber : BPS Riau, 2010
Sumber: BPS Riau, 2010
Gambar 2.33 Kondisi Kelistirkan di Propinsi Riau, 2009.

Jumlah pelanggan listrik juga berfluktuatif dan cendrung meningkat signfikan 58%
dari periode 2008-2010 (dari 199.000 pelanggan menjadi 315.000).

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.34 Pelanggan Listrik, 2007-2010


Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.35 Pemakaian Listrik di Pekanbaru 2006-2008

Sedangkan pemakaian listrik juga meningkat signifikan sebesar 50% dari periode 2006-
2008, atau dihitung dengan tingkat kenaikan 250 juta KWH/tahun. Kebutuhan listrik
diproyeksi akan terus naik secara bertahap selaras dengan perkembangan ekonomi
masyarakat, tumbuhnya industri, jasa, komersial dan perumahan yang realatif pesat di
Kota Pekanbaru.

2.4.2.7 Perkembangan Perhubungan

a. Lokasi Rawan Kemacetan Jalan


Berdasarkan survey yang dilakukan ditahun 2011 (Laporan Akhir Kajian
Transportasi PON XVIII, Desember 2011) diidentifikasi 12 lokasi rawan kemacetan
seperti gambaran sebagai berikut :
1. Ruas Jalan Sudirman segmen I ( Kaharudin Nasution – Imam Munandar),
2. Ruas Jalan Sudirman segmen II (Imam Munandar- Tambusai),
3. Ruas Jalan Sudirman segmen III( Tambusai- Pelita Pantai),
4. Ruas Jalan Yos Sudarso,
5. Ruas Jalan T. Tambusai,
6. Ruas Jalan SM Amin (Simpang jalan Soebrantas dan Jl. SM Amin),
7. Ruas Jalan Riau (Simpang jalan A Yani, Depan Mall Ciputra),
8. Ruas Jalan Subrantas,
9. Ruas Jalan Sukarno – Hatta,
10. Ruas Jalan Karya Kunyit (Jl.Muchtar Lutfi),
11. Simpang Jalan HR. Subrantas – Jalan SM. Amin,

12. Simpang Jalan Tuanku Tambusai Ujung – SM. Amin,

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, Desember 2011

Gambar 2.36 Titik titik rawan kemacetan

Namun berdasarkan hasil koordinasi Tim RPJM 2012-2017 dan pihak Konsultan
Pemerintah Kota Pekanbaru masih terdapat beberapa lokasi lainnya yang rawan
kemacetan seperti :
1. Simpang Jln Imam Munandar –Sakuntala- Kelapa Sawit
2. Simpang jl. A.Yani- jl. KHA Dahlan-Jl Teratai
3. Simpang Jl Kemuning – Jl. Riau
4. Simpang Jl. Sutomo – Jl. Hang Tuah
5. Simpang Jl. Durian – Jl Sukarno Hatta
6. Simpang Jl. Kaharuddin Nasution – Jl. Sukarno Hatta (Simpang Mall SKA).
Dari total 18 lokasi (12 lokasi + 6 lokasi) ini di tahun 2012, beberapa lokasi sudah
mulai ditangani permasalahan kemacetannya dengan pembangunan jembatan
layang dan pelebaran jalan antara lain :
1. Ruas Jalan Sudirman segmen I ( Kaharudin Nasution - Imam
2. Munandar) dilakukan pelebaran simpang jl utama
3. Ruas Jalan Sudirman segmen II (Imam Munandar-Tambusai), dilakukan
pembangunan jalan layang (fly over),
4. Ruas Jalan Yos Sudarso, dilakukan pelebaran.
Walaupun sudah dilakukan perbaikan dan peningkatan kinerja beberapa ruas
jalan di Kota Pekanbaru, namun masih belum sepadan dengan peningkatan volume
lalulintas yang tinggi, sehingga masih diperlukan upaya yang konkret dalam
meningkatkan kinerja tranportasi perkotaan di Pekanbaru yang lebih manusiawi,
madani, aman, nyaman dan tertib dengan mengotimalkan penggunaan moda
tranportasi massal, mengurangi kemacetan laulintas, dan ramah lingkungan seperti
Trans Metro Pekanbaru (TMP), mono rail ataupun rail way.
Tabel 2.72
Volume per kapasitas beberapa ruas jalan di Kota Pekanbaru,
dan proyeksinya Tahun 2012

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, 2012


Terlihat dari Tabel 2.72 bahwa dari 12 ruas jalan yang ditinjau bahwa ruas Jalan
Sudirman, Yos Sudarso, Soebrantas, dan Riau sudah mulai jenuh (V/C >=1) ditahun
2011. Sedangkan ditahun 2012 diproyeksi Jalan Tambusai, Soekarno- Hatta, mulai
mendekati titik jenuh. Sehingga akan terjadi peningkatan titik kemacetan di
beberapa likasi lainnya.
Volume lalu-lintas harian rata-rata dan kapasitas jalan di masing-masing ruas jalan
dilampirkan seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 2.73
Lalu Lintas Harian Rata-rata, Tingkat Pelayanan Jalan dan
Rata-rata Kecepatan Kendaraan di Ruas Jalan Utama Kota Pekanbaru, 2010
KEC.
NO. NAMA JALAN TYPE WAKTU LEBAR V/C LoS Rata2
JALAN SURVEY JALAN KM/JAM
06.00 - 08.00 0,86837 E 33,115103
11.00 - 13.00 0,861599 E 32,527549
1 Imam Munandar 4/2 UD 12 m
16.00 - 18.00 0,921704 E 28,41908
06.00 - 08.00 0,519437 C 40,611819
11.00 - 13.00 0,474036 C 40,383519
2 Kapling 2/2 UD 7m
16.00 - 18.00 0,595281 C 38,65065
06.00 - 08.00 0,345937 B 36,797827
11.00 - 13.00 0,510611 C 38,324951
3 Riau 2/2 UD 7,5 m
16.00 - 18.00 0,713659 D 39,173226
06.00 - 08.00 0,736543 D 43,698971
11.00 - 13.00 0,629871 C 41,194286
4 Yos Sudarso 2/2 UD 7m
16.00 - 18.00 0,9313 E 43,324731
06.00 - 08.00 0,287794 B 45,976617
11.00 - 13.00 0,403538 B 39,762544
5 M.Yamin 2/2 UD 7,5 m
16.00 - 18.00 0,623172 C 44,232738
06.00 - 08.00 0,175165 A 45,453373
11.00 - 13.00 0,173076 A 40,637411
6 Pattimura 4/2 D 2x4m
16.00 - 18.00 0,215035 B 39,247431
06.00 - 08.00 0,747698 D 41,200222
11.00 - 13.00 0,703542 D 36,500485
7 Ahmad Yani 2/2 UD 12 m
16.00 - 18.00 0,729323 D 40,059191
06.00 - 08.00 0,397715 B 35,725071
SATU 11.00 - 13.00 0,4534 C 31,177234
8 Juanda ARAH 10 m
16.00 - 18.00 0,801237 D 37,169945
12 m
06.00 - 08.00 0,509757 C 40,662663
9 Tambusai 4/2 D 11.00 - 13.00 0,614043 C 42,069169
16.00 - 18.00 0,631498 C 42,688468

Sudirman (Setia 06.00 - 08.00 2 x 9,8 m 0,306161 B 33,2069


10 Budi) 4/2 D 11.00 - 13.00 0,429046 B 47,597643
16.00 - 18.00 0,571681 C 36,202317

Sudirman 06.00 - 08.00 2 x 9,8 m 0,52962 C 45,330291


11 (Ramayana) 4/2 D 11.00 - 13.00 0,726888 D 50,825936
16.00 - 18.00 0,759603 D 36,633501
06.00 - 08.00 0,230125 B 47,078501
11.00 - 13.00 0,262353 B 48,037175
12 Kubang Raya 2/2 UD 7m
16.00 - 18.00 0,353127 B 48,525268
KEC.
NO. NAMA JALAN TYPE WAKTU LEBAR V/C LoS Rata2
JALAN SURVEY JALAN KM/JAM
06.00 - 08.00 0,384071 B 62,805987
11.00 - 13.00 0,414198 B 45,630598
13 SIAK II 2/2 UD 7m
16.00 - 18.00 0,469319 C 49,913519
06.00 - 08.00 0,486021 C 11,541955
11.00 - 13.00 0,544652 C 28,588965
14 Hangtuah 2/2 UD 8m
16.00 - 18.00 0,550874 C 30,395278
06.00 - 08.00 0,38666 B 44,162505
11.00 - 13.00 0,414666 B 35,473635
15 Ahmad Dahlan 2/2 UD 8m
16.00 - 18.00 0,396095 B 37,767089
06.00 - 08.00 0,191188 A 40,965731
11.00 - 13.00 0,417965 B 32,893602
16 Cempaka 2/2 UD 7m
16.00 - 18.00 0,464354 C 34,973589
06.00 - 08.00 0,547385 C 35,214276
11.00 - 13.00 0,582588 C 31,352647
17 Durian 2/2 UD 6m
16.00 - 18.00 0,760006 D 30,256089
06.00 - 08.00 0,442019 B 37,039272
11.00 - 13.00 0,460331 C 34,396905
18 Kaharuddin Nst 4/2 D 2x6m
16.00 - 18.00 0,489332 C 33,519526
06.00 - 08.00 0,469242 C 60,728883
11.00 - 13.00 0,522403 C 43,835237
19 Soekarno Hatta 4/2 D 2 x 6,5 m
16.00 - 18.00 0,6067 C 48,020937
06.00 - 08.00 0,272931 B 43,931113
11.00 - 13.00 0,148946 A 40,898221
20 Sisingamangaraja 2/2 D 15 m
16.00 - 18.00 0,223209 B 43,869153
7,5 m C
06.00 - 08.00 0,553605 C 40,606451
21 Melur 2/2 UD 11.00 - 13.00 0,539781 39,336826
16.00 - 18.00 0,664302 C 34,856928
06.00 - 08.00 6m 0,47427 C 23,934297

11.00 - 13.00 0,447901 B 36,65097


22 Kesehatan 2/2 UD 16.00 - 18.00 0,444511 B 33,224716
Sumber : LAPI UIR, Hasil Survey Tahun 2010

Dari 22 ruas jalan utama yang ditinjau terlihat 2 ruas jalan yang sudah mencapai
tingkat pelayanan yang relatif rendah (E).
Untuk itu dibuat beberap rekomendasi sebagai usulan solusi jangka pendek menengah
(Tabel 4.74).
Tabel 4.74
Daftar Permasalahan dan Usulan Solusi Pada Beberapa Persimpangan, 2010
TITIK
NO LOKASI EKSISTING USULAN SOLUSI
1 Jl. H. Imam  area parkir ruko terlalu dekat ke bahu  Saluran air tertutup dialih fungsikan
Munandar -Jl. jalan sebagai trotoar
Kapling  Jari-jari belokan terlalu kecil (kearah  Pelebaran segmen jalan Kapling
jl. Kapling)  Pelebaran jari-jari tikungan/belokan
 Tiang listrik, telpon dan tiang baliho  Pemindahan tiang listrik dan telepon
yang berada terlalu dekat dengan  Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi
bahu jalan yang mudah dilihat
 Sudah terdapat median jalan lebar 40  Marka jalan diperjelas
cm  Pembuatan trotoar
 titik rambu lalu lintas yang sulit  Pengaturan system Traffic Light
dilihat berdasarkan jumlah kendaraan
 belum ada trotoar di sisi jalan dengan
 Simpang staggered dan hambatan menggunakan CCTV dinamis/statis
akibat parkir di mulut simpang.
 Derajat jenuh Q/V = 1,28 (pagi); 1,03
(sore arah dari jl kapling)

2 Jl. A.Yani-  Bahu jalan sempit  Saluran air tertutup dan terbuka
Jl.  Area parkir ruko terlalu dekat ke dijadikan trotoar
KH.Ahmad bahu jalan  Pelebaran bahu jalan
Dahlan -  Jari-jari belokan terlalu kecil  Pelebaran jari-jari belokan
jl.Teratai  Tiang listrik dan telepon dekat  Pemindahan tiang listrik dan telepon
dengan bahu jalan  Pengaturan system Traffic Light
 Kiri kanan jalan sebagian masih berdasarkan jumlah kendaraan
berupa saluran dengan
 Laju antrian tidak sebanding dengan menggunakan CCTV dinamis/statis.
panjang antrian, panjang antrian m
 Arah teratai pada jam sibuk Q/C =
1,415
3 Jl. Riau – jl  jari-jari belokan kurang kecil  Pelebaran segmen jalan
DI. Panjaitan  Derajat jenuh arah dari kemuning  Pelebaran jari-jari belokan
1,74 dengan panjang antrian kl 300 m  Pengaturan system Traffic Light
(pagi dan sore), Q/C =1,49 arah dari berdasarkan jumlah kendaraan
jl Riau (minggu sore) dengan menggunakan CCTV
 Kapasitas jl kemuning < arus LL yang dinamis/statis.
terjadi (406 < 708 smp/jam), jl Riau
(738 < 1238 smp/jam)
4 Jl. Sudirman -  Penggunaan bahu jalan sebagai  Pelebaran segmen jalan
Jl. M Yamin tempat parkir  pemasangan rambu lalu lintas
 ruas jalan yang belum cukup lebar
dengan jumlah kendaraan
5 Jl. Beringin –  area parkir ruko terlalu dekat ke bahu  Saluran air terbuka dialih fungsikan
jl. Ronggo jalan sebagai trotoar (sedang dilaksanakan)
warsito  Jari-jari belokan terlalu kecil  Pelebaran segmen jalan (sedang
 Tiang listrik dan telpon yang berada dilaksanakan)
terlalu dekat dengan bahu jalan  Pelebaran jari-jari belokan
 titik rambu lalu lintas yang sulit  Re-setting APILL atau Pengaturan system
dilihat Traffic Light berdasarkan jumlah
 konflik simpang dan hambatan kendaraan dengan menggunakan CCTV
samping yang tinggi berupa saluran dinamis/statis.
terbuka  Pembuatan trotoar
6 Jl. Sutomo –  bahu jalan yang sempit, terdapat parit  Saluran air tertutup dan terbuka dialih
jl. Hang Tuah terbuka fungsikan sebagai trotoar
 Jari-jari belokan terlalu kecil  Pelebaran segmen jalan
 Rawan kemacetan pada jam masuk/  Pelebaran jari-jari belokan
keluar sekolah  Pemindahan titik sarana tiang listrik dan
 Rawan kecelakaan akibat kemacetan telepon
yang panjang  Pemasangan marka dan rambu
 Dipertimbangkan arus searah pada jl.
7 Jl. Riau –  Tidak adanya lampu pengatur lalu hang Tuahsegmen
 Pelebaran pada jam sibuk pagi hari
jalan
Jl. A Yani lintas  Pemasangan marka dan rambu
 Belum adanya median jalan  Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi
yang mudah dilihat
 Penambahan median jalan
 Perubahan fungsi jalan menjadi satu arah
8 Jl. A Yani-  Pedagang K5 di trotoar dan bahu  Pelebaran segmen jalan A.Yani
jl . Cempaka jalan  Pemasangan marka dan rambu
(komplek  Terdapat median jalan  Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi
Santa Maria)  Ada median jalan yang sudah yang mudah dilihat
dibongkar  Pasar tumpah hanya sampai jam 6.00
 Aktifitas sekolah (jam masuk dan  Penertipan pedagang K5
pulang) rawan kemacetan
 Terdapat pasar tumpah di mulut
simpang jl. Agus Salim, jl. Cempaka
dan jl. A Yani.
 Derajat kejenuhan arah dari cempaka
pada siang hari Q/C =1,1234
9 Jl. Panjaitan –  median jalan langsung berada di  Pelebaran segmen jalan
jl. Wakaf tengah cross berhadapan  Pelebaran jari-jari belokan
dengan simpang  Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi
 tidak adanya rambu lalu lintas yang yang mudah dilihat
jelas
 permasalahan mulai teratasi, dengan
pembuatan median jalan.

10 Jl. SSK II- jl.  Konflik simpangan kerena dekat  Pelebaran segmen jalan
Sisingamanga sekolah  Pelebaran jari-jari belokan
raja  Mulut simpang yang terlalu sempit  Pemasangan marka dan rambu
 jari-jari tikungan/belokan kecil  Penambahan jalur alternatif,
 Rawan kemacetan pada jam masuk
sekolah dan pulang sekolah
12 Simpang  Ruas jalan yang sempit menyebabkan  Pelebaran jari-jari belokan
jl. Sudirman- kurang lancarnya arus  Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi
jl. Imam pada persimpangan yang mudah dilihat
MUnandar  Jari-jari belokan tidak terlalu besar  Pembangunan Flay Over (sedang dalam
 Jumlah kendaraan sangat banyak Perencanaan)
pada sore (pulang kantor)
dengan
13 jl.Sudirman- derajatkendaraan
 Jumlah jenuh 2,14yang
dari arah
sangatbarat(jl.  2 fase traffic light
jl. Tuanku banyak, dengan Q/C = 1,70 dan 1,66  Pembangunan Flay Over (segera
Tambusai dari arah barat dan timur jl. dibangun)
Sudirman. Serta Q/C > 2 pada sore
serta hari lubur.
14 jl.HR.  Jumlah kendaraan yang sangat  Pengaturan system Traffic Light
Soebrantas – banyak berdasarkan jumlah kendaraan
jl SM . Amin  Angkutan umum dan pasar yang dengan menggunakan CCTV
tumpah ke pinggir jalan dinamis/statis.
 Kapasitas ruas jalan yang tidak
mencukupi, pada pagi hari arah
selatan dan utara jenuh Q/C>

15 Jl. Durian - Jl.  Adanya parit terbuka yang ganggu  Perbaikan geomitrik simpang, penutupan
Soekarno geomitrik persimpangan dan parit/memperlebar jembatan.
Hatta mengurangi kapasitas jalan  Pelebaran jalan pendekat (sedang
pendekat dikerjakan)
 Arus jenih pada pagi arah barat  Pengaturan system Traffic Light
Q/C>2, sedang arah dari durian Q/C berdasarkan jumlah kendaraan
=1,828, pada jam sore Q/C > 2 dari dengan menggunakan CCTV
arah barat dan selatan jl. Soekarno dinamis/statis.
Hatta
17 Simpang Mall  Terjadi antrean panjang pada segala  Peningkatan kapasitas jalan pendekat
SKA arah, khususnya pada jam sibuk dengan memperbesar jari-jari belokan
pada sore hari serta pada hari libur.  Pengurangan hambatan samping
 Panjang antrean kl 600 arah utara jl.  Pengaturan system Traffic Light
Tambusai dengan Q/C > 2, arah berdasarkan jumlah kendaraan
selatan Q/C =1,4. Pada hari libur sore dengan menggunakan CCTV
hari semua arah jenuh dengan nilai dinamis/statis.
Q/C >1,5
Sumber : LAPI UIR, Hasil Survey Tahun 2010

Secara umum dalam rangka memberikan solusi jangka pendek menengah untuk
mengatasi 17 persimpangan diatas, Peningkatan kapasitas jalan pendekat dengan
memperbesar jari-jari belokan, Pengurangan hambatan samping, Pengaturan
system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan menggunakan CCTV
dinamis/statis, Perbaikan geomitrik simpang, penutupan parit/memperlebar
jembatan dan Pelebaran jalan pendekat (sedang dikerjakan).

Tabel 2.75
Jumlah Sarana Angkutan (umum dan pribadi) Yang terdaftar

Dirinci Menurut Jenis Kendaraan di Kota Pekanbaru, 2007-2009


2007 2008 2009
No. Jenis Kendaraan (Unit) (Unit) (Unit)
1. Sepeda Motor 326.933 444.629 619.289
2. Mobil Penumpang 55.134 74.982 86.278
3. Mobil Barang 21.211 55.180 54.028
4. Mobil Bus
 Umum
Bus Besar 1.733 1.818 1.822
Bus Sedang 3.119 3.156 3.224
Bus Kecil
5. Mobil Bus Bukan Umum 179 214 202
6. Mobil Penumpang Umum 2.394 2.497 2.430
7. Kendaraan Roda Tiga 41 41 41
Jumlah 440.744 582.517 767.314
Sumber : Dispenda Propinsi Riau, 2010

Tabel 2.76

Jumlah Kecelakaan Lalulintas Kendaraan Roda Dua, 2005-2008


Tahun 2005 2006 2007 2008
Mati 37 32 28 51
Luka Berat 27 24 33 31
Luka Ringan 11 21 17 5
Kecelakaan 75 77 78 87
Sumber : Data Polresta 2005-2008 yang sudah dianalisa dalam Prori, 2008

Terlihat dari Tabel 2.76 jumlah kecelakaan lalulintas dari pengendara roda dua,
cendrung meningkat 16% selama 4 tahun, sedangkan tingkat resiko kematian akibat
kecelakaan itu naik secara drastis 38% (2005-2008). Perlu upaya konkrit mengontrol
dan mengurangi tingkat kecelakaan ini sesuai dengan koridor Rencana Umum
Nasional Keselamatan (RUNK) yang tertuang pada 5 pilar keselamatan lalulintas,
yaitu: manajemen keselamatan, jalan berkeselamatan, kendaraan berkeselamatan,
pengendara yang berkeselamatan dan penanganan paska kecelakaan (RUNK,
2012).
Untuk memfasilitasi keberangkatan ataupun kedatangan angkutan umum antar kota
dalam provinsi ataupun antar kota luar provinsi yang menggunakan angkutan darat,
pemerintah kota Pekanbaru memiliki fasilitas terminal sesuai dengan tipenya.
Adapun terminal-terminal sebagaimana dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.77
Nama Terminal, Tipe, Luas dan Pengelola, 2011

No Nama Terminal Tipe Luas (m2) Instansi Pengelola


1. Rumbai C 2400 Dishub Kota Pekanbaru
2. Senapelan C 3000 Dishub Kota Pekanbaru
Terminal Bandar Raya
3. Payung Sekaki A 62000 Dishub Kota Pekanbaru
Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011

Terminal type A Bandar Raya Payung Sekaki merupakan terminal antar kota antar
provinsi dan terminal antar kota dalam provinsi yang dimiliki pemerintah kota
Pekanbaru. Berdasarkan data yang tercatat pada terminal Bandar Raya Payung
Sekaki, jumlah kendaraan dan penumpang yang tiba maupun yang berangkat dari
kota Pekanbaru sesuai dengan jenis perjalanan, yaitu Antar Kota Antar Provinsi
(AKAP) maupun Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 2.78
Data Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang

Pada Terminal Bandar Raya Payung Sekaki Pertahun

Tahun AKAP AKDP


Datang Berangkat Datang Berangkat
2006 3.635.360 3.822.670 2.637.184 2.738.233
2007 3.823.675 4.265.887 2.987.776 3.176.235
Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2008

Jumlah kendaraan yang masuk ke terminal Bandar Raya Payung Sekaki dari upaya
penertiban yang telah dilakukan terhadap kendaraan angkutan umum antar kota,
baik dalam provinsi maupun dari luar provinsi dapat dilihat pada tabel 2.79.

Tabel 2.79
Data Jumlah Kendaraan yang Masuk dan Jumlah Petugas
Pada Terminal Bandar Raya Payung Sekaki, 2007-2009
Jumlah Kendaraan Masuk Terminal Jumlah Petugas
No. Tahun (rata-rata unit/hari)*) (Orang)
1 2007 685 66
2 2008 773 75
3 2009 391 75
Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2009
Catatan : *) Merupakan jumlah rata-rata pada tahun bersangkutan.

Sistem jaringan angkutan umum penumpang meliputi rute trayek dan simpul
transportasi meliputi terminal dan sub terminal/pangkalan. Secara umum jaringan
angkutan umum berkapasitas kecil sampai dengan 12 orang. Angkutan kota di
Pekanbaru terdiri dari 24 trayek, yang terdiri dari 15 angkutan kota dan 9 bus Kota.
Prasarana pendukung angkutan umum meliputi terminal dan tempat berhenti/shelter
di kota Pekanbaru. Untuk angkutan kota sebagai tempat berhenti atau melayani
trayek dalam kota fasilitas terminalnya type C yang terdiri dari Terminal Mekar Sari,
Terminal Senapelan, Terminal Rumbai dan Terminal Mayang Terurai. Sedangkan
untuk kendaraan umum yang tidak dalam trayek dapat dilihat pada tabel berikut.
Pada saat ini jenis angkutan umum yang beroperasi di Kota Pekanbaru terdiri
dari beberapa jenis yang meliputi Angkutan Taxi, Bis Kota dan Oplet. Sedangkan
jumlah armada yang beroperasi di Kota Pekanbaru pada saat ini sebanyak 66 Bus
Kota, Angkutan Kota 1.7242 unit, Taxi 455 unit, dan Bajaj 38 unit. Pada tahun 2009
Pemerintah Kota Pekanbaru sidah menerapkan Sistem Angkutan Umum Massal
(SAUM) Trans Metro Pekanbaru sebanyak 20 unit.

Tabel 2.80
Jumlah Kendaraan Angkutan Penumpang Umum Tidak Dalam Trayek, 2009
No. Jenis Kendaraan 2007 (unit) 2008 (unit) 2009 (unit)
1. Taksi dengan Argometer 552 655 589
2. Kendaraan Sewa 330 330 330
3. Bus Wisata 10 10 10
4. Kendaraan Roda Tiga 41 41 41
Jumlah 933 1.036 970
Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2009

Tabel 2.81
Pekembangan Infrastruktur Terminal, Halte, dan Jembatan, 2006-2010
No Infrastruktur 2006 2007 2008 2009 2010
1. Gedung Terminal barang. - 1 - - -
2. Halte 30 10 10 10 10
3. Jembatan Penyeberangan 1 1 1 1 1
Sumber: Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011

Potensi parkir Tepi Jalan Umum di wilayah Kota Pekanbaru pada tahun 2005 adalah
sebanyak 111 lokasi, bertambah sebanyak 11 lokasi dari tahun 2002, dengan jumlah
juru parkir menjadi sebanyak 288 orang dengan rasio dengan rasio 0,65 juru
parkir/1000 kendaraan.
b. Pergerakan Pesawat Terbang di Bandara Sutan Syarif Kasim II
Bandara Sultan Syarif Kasim II-Pekanbaru, merupakan bandara tersibuk ke-2 di
daratan Sumatera setelah Bandara Polonia Medan (Suratno, ICO SSK II, Oktober
2007).Saat ini landasan pacu yang dimiliki Bandara Sultan Syarif Kasim II-
Pekanbaru adalah 2.240 m dan lebar 30 m yang kurang dari dimensi minimum
runway untuk pesawat berbadan besar (panjang minimum 2.200 m dan lebar
minimum 45 m).
Pertumbuhan penumpang (2003-2008) naik, dari 1,1 juta penumpang menjadi 1,8
juta penumpang/tahun). Terminal building eksisting 7.300 m2 dengan kapasitas 520
penumpang, namun pada jam sibuk terdapat sampai 1.700 penumpang pada tahun
2006 (PT. Angkasa Pura II, 2005). Pada tahun 2010 luas terminal penumpang yang
dibutuhkan paling sedikit 10.000 m² untuk mengakomodasi lebih dari 2 juta
penumpang/tahun dengan penumpang 2.000 perjam sibuk.

Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, Tahun 2011

Gambar 2.37 Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat


Terlihat penurunan frekuensi pergerakan pesawat di bandara SSK II. Namun hal ini
tidak berarti menurunkan jumlah pergerakan penumpang yang datang dan
berangkat, karena adanya perubahan tipe dan badan pesawat. Perubahan tipe dan
badan pesawat ke pesawat yang lebih besar (misalnya dari F-28 ke B 737) dapat
mengangkut lebih banyak penumpang. Hampir 2 juta pergerakan penumpang
datang dan berangkat setiap tahunnya sejak dari tahun 2009-2010. Hal ini
menunjukkan trend kenaikan pergerakan penumpang dalam 2 tahun terakhir.

Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.38 Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang, 2006-2010

c. Pergerakan Kapal Dalam dan Luar Negeri


Sampai saat ini Kota Pekanbaru telah melakukan pengelolaan dan pengembangan
berbagai fasilitas di Pelabuhan Sungai Duku, untuk meningkatkan pelayanan yang
mencakup keberangkatan/kedatangan penumpang dan barang dalam dan luar
negeri. Selain melayani penumpang dan barang untuk rute-rute daerah di dalam
Provinsi Riau, pelabuhan ini juga melayani penumpang dan barang untuk dan dari
Provinsi Kepulauan Riau bahkan Kota Malaka-Malaysia.
Namun terjadi penurunan pergerakan kapal yang sangat signifikan untuk tujuan
dalam negri sebesar >12.000% dari 10.000 pergerakan menjadi 850 pergerakan
(Gambar 39). Sedangkan pergerakan kapal ke luar negri cendrung fluktuatif diangka
1100-1300 pergerakan kapal.
Perubahan pergerakan kapal ini menunjukkan indikasi moda transportasi Sungai
telah beralih ke moda transportasi lainnya, seperti transportasi darat. Sehingga
beban transportasi darat menjadi relative berat, hal ini ditandai dengan
meningkatnya magnitude kerusakan jalan. Upaya-upaya untuk menfungsikan
kembali transportasi sungai ini (terutama untuk mengangkut barang) perlu untuk
diupayakan lagi untuk memperlancar kegiatan Percepatan Dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang berkesinambungan.

Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.39 Jumlah unit pergerakan kapal, 2008-2010

Pergerakan kapal yang menurun, mengakibatkan pengangkutan barang baik di


dalam negeri maupun luar negeri juga menurun cukup signifikan (Gambar 2.39).
Pengangkutan barang untuk dalamnegri berkurang hampir 20 juta ton (periode
2008-2010). Sedangkan untuk luar negri berkurang 2 juta ton dalam periode 3
tahun. Rata-rata rasio angkutan barang dalam negri per kapal adalah 9700 ton/kapal
(2008), untuk luar negri 3000 ton/kapal (2008). Secara umum barang yang diangkut
oleh kapal dalam negri lebih banyak dari yang ke luar negri.
Untuk prasarana pelabuhan rakyat, seperti Pelabuhan Pelita Pantai belum dikelola
oleh Pemerintah Kota Pekanbaru. Untuk Terminal penumpang dan dermaga di
Pelabuhan Sungai Duku perlu terus dilakukan peningkatan supaya lebih nyaman
dan aman untuk melayani penumpang kapal dari dan ke Pekanbaru. Pelabuhan
rakyat menyebar di sepanjang Sungai Siak berpotensi untuk memperlancar kegiatan
perekonomian.
Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.40 Jumlah volume barang yang diangkut kapal (ton), 2008-2010

2.4.3 Fokus Sumber Daya Manusia

Kualitas sumber daya manusia suatu daerah sangat menentukan kemampuan daerah
untuk dapat bersaing, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Kualitas
sumber daya manusia sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya, skill
(hard dan soft skill) serta aspek religius.

2.4.3.1 Kualitas Tenaga Kerja (Persentase Lulusan S1/S2/S3)

Dilihat dari background pendidikannya, maka kondisi kualitas sumber daya manusia
(SDM) Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 dapat dilihat pada Gambar 2.41 di
bawah ini.

Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011

Gambar 2.41. Persentase Penduduk Lulusan Perguruan Tinggi (S1/S2/S3) Kota


Pekanbaru Tahun 2006-2010
Dari gambar di atas terlihat bahwa persentase penduduk lulusan perguruan tinggi
dari tahun ke ahun cenderung meningkat, terutama sejak tahun 2007 (7,98%)
sampai 2009 (16,77%). Pada tahun 2010, persentase penduduk lulusan perguruan
tinggi menurun kembali.

2.4.3.2 Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan)

Tingkat ketergantungan penduduk Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010
diperlihatkan pada Tabel 2.82 di bawah ini. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa rasio
ketergantungan penduduk Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 cenderung
stabil pada nilai 43% – 50%.
Tabel 2.82
Rasio Ketergantungan (%) Kota Pekanbaru Tahun 2006 sampai 2010
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1. Jumlah penduduk usia <15 th 229.521 235.764 224.527 241.614 263.287
2. Jumlah penduduk usia >64 th 20.544 18.172 16.794 17.582 20.519
3. Jumlah penduduk usia tdk 250.065 253.936 241.321 259.196 283.806
produktif
4. Jumlah penduduk usia 15-64 th 504.402 525.963 557.892 543.592 613.963
5. Rasio ketergantungan (3/4) 49,6% 48,3% 43,3% 47,7% 46,2%
Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011

2.5 PENELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKANBARU

Perencanaan pembangunan daerah pada prinsipnya bertujuan untuk mengintegrasikan


rencana tata ruang wilayah dengan rencana pembangunan daerah. Dalam kaitan itu,
penyusunan RPJMD harus berpedoman pada RTRW untuk menjamin agar arah
kebijakan dalam RPJMD selaras dengan atau tidak menyimpang dari arah kebijakan
RTRW. Penelaahan rencana tata ruang bertujuan untuk melihat kerangka pemanfaatan
ruang daerah dalam 5 (lima) tahun mendatang berikut asumsi-asumsinya.

2.5.1 Telaah Rencana Struktur Ruang

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Telaahan terhadap rencana
struktur ruang meliputi:
a. Peta Rencana Struktur Ruang
Peta Rencana Struktur Ruang Kota Pekanbaru Tahun 2007-2026 dapat dilihat pada
Gambar 2.42 di bawah ini.
Gambar 2.42 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Pekanbaru Tahun 2007-2026

Sumber : RTRW Kota Pekanbaru Revisi 2006

b. Rencana Sistem Perkotaan


Arahan sistem pusat pelayanan dirumuskan berdasarkan :
1. Pemantapan fungsi pelayanan pada pusat-pusat kegiatan yang telah terbentuk,
melalui penyesuaian fungsi jaringan jalan dengan aktivitas yang dikembangkan.
2. Pembentukan pusat pelayanan baru pada setiap Wilayah Pembangunan (di luar
WP I) yang disesuaikan dengan fungsi dominan wilayah yang bersangkutan.
3. Sistem pusat pelayanan yang akan dibentuk terdiri atas satu Pusat Primer yang
berada pada Kawasan Pusat Kota (WP – I), dan 4 (empat) Pusat Sekunder yang
terletak pada masing-masing pusat Wilayah Pembangunan (WP –II, WP – III, WP
–IV, dan WP – V).
4. Pusat pelayanan di bagian Utara sungai Siak pengembangannya akan
diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang berdampak kecil terhadap lingkungan.
Sementara pada bagian Selatan sungai Siak, pengembangannya akan
diarahkan pada kegiatan-kegiatan terbangun dengan prioritas pengembangan
jasa, perdagangan, industri, permukiman, dan pendidikan. Di bagian Timur,
prioritas pengembangan akan diarahkan pada sektor industri, pergudangan,
perdagangan, dan jasa transportasi.
Fungsi primer dan sekunder di Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut :
a. Fungsi Primer, meliputi : (a) Perdagangan regional; (b) Pemerintahan; (c)
Pelabuhan penumpang dan barang; (d) Terminal AKAP; (e) Pelabuhan udara; (f)
Industri; (g) Pergudangan; (h) Pendidikan tinggi; (i) Rumah sakit; dan (j) Sport
centre.
b. Fungsi sekunder, meliputi : (a) Perdagangan kota; (b) Niaga/komersial; (c) Pusat
kecamatan dan WP; (d) Terminal kota; dan (e) Permukiman.
c. Wilayah Pembangunan (WP)
Pembagian Wilayah Pembangunan di Kota Pekanbaru adalah seperti pada Tabel
berikut :
Tabel 2.83
Wilayah Pembangunan di Kota Pekanbaru

No. Wilayah Pembangunan Kecamatan Fungsi


1 WP-I Pekanbaru Kota Pemerintahan
Senapelan Perdagangan
Limapuluh Perkantoran
Sukajadi Sail Permukiman
2 WP-II Rumbai Pendidikan
Perdagangan
Olahraga
Industri
Rekreasi
Kawasan lindung
Permukiman

3 WP-III Rumbai Pesisir Industri Besar


Pergudangan
Rekreasi Kawasan
lindung Permukiman
4 WP-IV Tenayan Raya Industri besar
Bukit Raya Pergudangan
Rekreasi
Pemerintahan
Pendidikan
Permukiman
5 WP-V Marpoyan Dumai Pendidikan
Tampan Perkantoran
Payung Sekaki Pemerintahan
Industri
Permukiman
Perdagangan
Sumber: Rencana Umum Tata Ruang Kota Pekanbaru Tahun 1993
d. Rencana Jaringan Transportasi
Skenario pengembangan jaringan jalan di Kota Pekanbaru adalah:
1. Program Pengembangan 1, optimasi pengembangan Jalan Siak II – Jl.
Air Hitam Raya – Jl. Garuda Sakti –Jl. Subrantas, untuk
menghubungkan wilayah-wilayah di bagian utara Kota Pekanbaru seperti
Dumai, Duri dan Minas dengan kota Padang (Sumatera Barat) dan Jambi
tanpa melalui pusat kota.
2. Program Pengembangan 2, Pembangunan Jalan Lingkar Luar (Outer
Ring Road) ditujukan untuk mengalihkan lalu lintas regional dari arah
Bangkinang menuju Pangkalan Kerinci atau sebaliknya. Selain itu, untuk
menghindari penumpukan lalu lintas regional dan lokal di dalam kota, yang
dapat menimbulkan kemacetan. Pembuatan jalan lingkar di sebelah barat dan
timur kota, selain untuk mengurangi beban lalu lintas yang melintasi pusat
kota, juga untuk mendukung kawasan-kawasan yang potensial seperti
kawasan industri Tampan yang berada di barat kota, kawasan
Perkantoran Regional dan Kawasan Pendidikan yang berada di Utara Sungai
Siak. Membuka keterisolasian wilayah-wilayah potensial serta menarik
perkembangan suatu wilayah, seperti wilayah yang memiliki potensi
pariwisata di Kecamatan Rumbai serta wilayah di Kecamatan Bukit Raya
yang berpotensi bagi pengembangan kawasan industri dan perumahan.
3. Program Pengembangan 3, Pengembangan jaringan jalan lingkar yang
menghubungkan kawasan potensial yang ada di bagian Utara dan Selatan
Sungai Siak. Kawasan potensial yang akan dilayani oleh jaringan jalan ini
antara lain, kawasan wisata Danau Lembah Sari, Kawasan Industri
Tenayan, dan pusat-pusat permukiman yang akan dibentuk.
4. Program Pengembangan 4, Pengembangan jaringan jalan yang
menghubungkan kawasan pusat kota dengan kawasan potensial
berkembang di sebelah Timur (Kawasan Industri Tenayan). Jaringan jalan ini
selain ditujukan untuk meningkatkan aksesibilitas antar kawasan dalam
lingkup internal, juga di rencanakan untuk meningkatkan aksesibilitas antar
wilayah, terutama antara Pekanbaru – Perawang, dan Pekanbaru -
Pangkalan Kerinci. Alokasi pembangunan terminal cargo diarahkan untuk di
sekitar lokasi KIT.
5. Program Pengembangan 5, Pengembangan jaringan jalan Lingkar Dalam
yang menghubungkan Kawasan Pusat Kota dengan jalan arteri yang berada
di Utara Sungai Siak. Jaringan jalan ini lebih ditujukan untuk mendistribusikan
arus pergerakan dari dan menuju kawasan pusat kota dari arah Utara tidak
menumpuk pada jalan arteri (Jalan Yos Sudarso, Jalan Riau, dan jalan
Sudirman) sehingga dapat mengurangi kemacetan akibat tingginya volume
kendaraan.
6. Program Pengembangan 6, meliputi pengembangan dan peningkatan
jaringan jalan kolektor selain sebagai upaya untuk menata sistem dan hirarki
jaringan jalan yang terstruktur, juga dapat dimanfaatkan sebagai jalan
penghubung antara pusat-pusat kegiatan, dan antara kawasan pusat kota
dengan kawasan hinterlandnya.
e. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Arahan pengembangan sistem penyediaan air bersih adalah sebagai berikut :
1. Penyediaan air bersih oleh PDAM dengan meningkatkan kinerja pelayanan
melalui optimasi pemanfaatan kapasitas produksi tersisa, penambahan
kapasitas produksi dan perluasan jaringan distribusi.
2. Dalam jangka menengah (tahun 2011), target tingkat pelayanan akan
mencapai 8% dari total penduduk Kota Pekanbaru.
3. Dalam jangka panjang (2016), tingkat pelayanan PDAM ditargetkan akan
mencapai 20% dari total penduduk Kota Pekanbaru.
4. Tingkat kehilangan akan direduksi dari 65,6% menjadi 20% hingga akhir
tahun rencana.
5. Untuk mencapai target tersebut, diperlukan IPA dengan kapasitas produksi
hingga 1.980 ltr/dtk, atau penambahan kapasitas sebanyak 1.360 ltr/dtk dari
kapasitas terpasang saat ini.
Langkah implementasi arahan pengembangan tersebut disiasati melalui
pembagian wilayah pelayanan air bersih menjadi 3 (tiga) zona yaitu :
a. Zona I, merupakan zona pelayanan eksisting yang meliputi kawasan pusat
kota dan sebagian kawasan di Kecamatan Rumbai. Pasokan air bersih untuk
zona ini akan dipenuhi dari sistem Pengolahan Air Bersih Tampan.
b. Zona II, merupakan zona pelayanan eksisting yang meliputi kawasan-
kawasan yang ada di sekitar Danau Limbungan. Pasokan air bersih untuk zona
ini akan dipenuhi dari sistem Pengolahan Air Bersih Danau Limbungan.
c. Zona III, merupakan zona pengembangan yang meliputi kawasan-kawasan
yang ada di Selatan Kota Pekanbaru. Pasokan air bersih untuk zona ini akan
dipenuhi dari sistem Pengolahan Air Bersih dengan sumber air baku dari
Sungai Kampar Kanan.
2.5.2 Telaah Rencana Pola Ruang

Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya. Telaahan terhadap
rencana pola ruang, meliputi :

Gambar 2.43 Rencana Penggunaan Lahan Kota Pekanbaru Tahun 2007-2026

Sumber : RTRW Kota Pekanbaru

a. Rencana Kawasan Lindung

Kawasan lindung terdiri dari :


1. Kawasan perlindungan daerah bawahannya yang terdiri dari dua jenis kawasan
yaitu Kawasan Hutan Lindung dan Kawasan Resapan Air.
a) Bila mengacu pada ketentuan Keppres 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung, maka tidak ada satu pun kawasan di
Kota Pekanbaru masuk dalam kriteria Hutan Lindung.
b) Kawasan yang termasuk dalam kawasan resapan air diprioritaskan di
bagian Utara yaitu di Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir, seluas
12.805,38 Ha.
2. Kawasan perlindungan setempat, terdiri dari :
a) Sempadan sungai;
b) Kawasan sekitar waduk atau danau.
c) Kawasan hijau kota
3. Kawasan rawan bencana
Kawasan rawan gempa merupakan wilayah-wilayah yang berada pada jalur
patahan yang memanjang dari arah Kecamatan Payung Sekaki hingga
Kecamatan Bukit Raya dan melintasi kawasan Bandara SSK II.
b. Kawasan Budidaya

1. Kawasan Permukiman
Pendekatan pengembangan kawasan permukiman :
a. Kawasan permukiman diarahkan untuk mengisi kawasan belum
terbangun terutama di kawasan pusat kota. Ini dilakukan untuk
mengoptimalkan pelayanan dari kegiatan-kegiatan yang telah berkembang
dan mengurangi perkembangan kawasan permukiman secara sporadis.
b. Pengembangan kawasan permukiman pada wilayah-wilayah
pengembangan, baik yang dilakukan secara individu maupun kelompok,
sedapat mungkin agar berada dalam pengawasan instansi terkait melalui
mekanisme IMB.
c. Pengembangan kawasan permukiman oleh developer dalam skala kecil
(<10 Ha), harus memperhatikan keterkaitan sistem jaringan jalan, jaringan
drainase dan jaringan air bersih untuk menghindari kemungkinan
munculnya daerah genangan dan kawasan rawan air bersih.
d. Penataan kawasan perumahan sepanjang aliran sungai disesuaikan
dengan ketentuan sempadan.
e. Perluasan fisik kawasan perumahan disesuaikan dengan arahan
pemanfaatan ruang dan hasil analisis kebutuhan ruang yang diproyeksikan
berdasarkan kecenderungan pertumbuhan penduduk.
Distribusi pengaturan kepadatan kawasan permukiman adalah sebagai berikut :
a. Kawasan permukiman kepadatan tinggi, tersebar di 5 (lima) kecamatan
di kawasan pusat kota yaitu Kecamatan Pekanbaru Kota, Sail, Senapelan,
Limapuluh dan Sukajadi.
b. Kawasan permukiman kepadatan sedang diarahkan pengembangannya di
wilayah pengembangan lainnya yaitu Kecamatan Tenayan Raya, Bukit
Raya, Marpoyan Damai, Tampan, dan Payung Sekaki.
c. Kawasan permukiman kepadatan rendah, diarahkan di wilayah
pengembangan yang juga berperan sebagai kawasan konservasi, yaitu di
Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir dan kawasan rawan bencana di
sepanjang jalur patahan.
2. Kawasan Perkantoran dan Pemerintahan
Berdasarkan RUTR Kota Pekanbaru Tahun 1993, arahan kebijakan
pengembangan kawasan perkantoran dan pemerintahan, adalah sebagaimana
berikut ini :
a. Mempertahankan lokasi kawasan pemerintahan yang ada saat ini
yaitu di sekitar kantor Gubernur Riau dan Walikota Pekanbaru, dengan
melakukan penataan/pengelompokan terhadap instansi-instansi yang
memiliki keterkaitan koordinasi yang tinggi. (Hal ini berdasarkan RUTR
Kota Pekanbaru Tahun 1993 yang sekarang sedang direvisi).
b. Pengembangan kawasan perkantoran dan pemerintahan baru diarahkan
dengan berorientasi pada :
i. Kawasan sekitar Kantor Gubernur sebagai pusat utama.
ii. Kawasan sekitar gedung Kantor DPRD dan Dinas Pertambangan
Provinsi Riau, sebagai kawasan pengembangan alternatif I yang
diprioritaskan bagi dinas-dinas di lingkungan pemerintahan kota.
iii. Kawasan sekitar Simpang Pasar Pagi Arengka sebagai kawasan
pengembangan alternatif II yang diprioritaskan untuk dinas-dinas di
lingkungan Pemerintahan Propinsi.
iv. Koridor M.S Amin sebagai kawasan pengembangan alternatif III yang
diprioritaskan untuk dinas-dinas, baik Provinsi maupun Kota.
v. Relokasi kawasan pemerintahan, khususnya bagi dinas-dinas yang
belum memiliki bangunan tetap, pengaturan lokasi nya dapat
disesuaikan berdasarkan intensitas koordinasi antar instansi.
vi. Beberapa perkantoran pemerintah seperti Dinas Kehutanan, Dinas
Peternakan, Dinas Pertanian, dan seterusnya, disarankan agar letaknya
mendekati lokasi-lokasi yang menjadi daerah/ tanggung jawab
pembinaannya.
vii. Alokasi kawasan perkantoran dan pemerintahan khususnya yang
berada pada koridor M.S Amin dapat juga bersifat mix used
baik oleh pemerintah maupun swasta.
Untuk kebutuhan ke depan, perlu direncanakan pengembangan kawasan
perkantoran pemerintah terpadu, yang berlokasi di kawasan Kecamatan
Tenayan Raya atau Bukit Raya dengan luasan lebih kurang 100 ha.
3. Kawasan Perdagangan
Pertambahan jumlah sarana perdagangan di Kota Pekanbaru hingga tahun
2016 diperkirakan akan mencapai 5.789 unit yang terdiri dari pasar, kios, dan
toko. Jumlah tersebut tidak termasuk fasilitas perdagangan skala besar, dengan
asumsi bahwa, pengembangan fasilitas ini sudah terakomodir pada kawasan
khusus sesuai dengan luasan lahan yang telah ditetapkan. Kebijakan ini
sebagai bagian dari langkah untuk menghindari penyebaran kegiatan skala
besar yang tidak sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang dan struktur kota,
yang dapat berdampak pada sirkulasi dan arah orientasi pergerakan. Kegiatan
perdagangan direncanakan tersebar pada beberapa ruas jalan utama Kota
Pekanbaru, terutama pada ruas-ruas jalan arteri dan kolektor sebagai berikut :
a. Perdagangan lokal dengan skala pelayanan kawasan, pengembangannya
diarahkan pada semua wilayah pembangunan dengan mempertimbangkan
keserasian antara skala kegiatan dengan lokasi kegiatan.
b. Perdagangan lokal dengan skala pelayanan kota pengembangannya di
arahkan pada pusat-pusat Wilayah Pembangunan dengan memperhatikan
arahan pemanfaatan dan sebaran lahan permukiman yang ada di
sekitarnya.
c. Perdagangan regional (seperti pasar induk) diarahkan pengembangannya
pada koridor-koridor arteri, baik primer maupun sekunder terutama pada
kawasan di sekitar Kawasan Industri Tenayan (KIT).
Demi terciptanya struktur pelayanan kegiatan perdagangan yang semakin baik
pada masa mendatang, maka kebijakan yang perlu ditempuh oleh Pemerintah
Kota Pekanbaru adalah :
a. Membatasi perkembangan kegiatan perdagangan skala regional pada
kawasan pusat kota, seperti di Jalan T. Tambusai, Jalan Sudirman, Jalan
A. Yani, dan Jalan H. Imam Munandar.
b. Tidak mengeluarkan izin baru atau memperpanjang izin usaha bagi
kegiatan perdagangan yang tidak sesuai peruntukannya.
c. Pengembangan kawasan perdagangan regional harus memilki interaksi
yang cukup kuat dengan kawasan terminal regional dan outlet-outlet
transportasi lainnya seperti pelabuhan laut/ sungai dan bandar udara.
d. Kapling-kapling kawasan perdagangan tidak diijinkan memiliki
akses langsung ke jalan arteri primer (harus diarahkan menggunakan
akses jalur lambat).
4. Kawasan Pendidikan
Kebijakannya adalah :
1) Sebelah Barat, di sekitar jalan Subrantas ke arah Bangkinang dengan
inti kegiatan UNRI dan UIN untuk pendidikan tinggi bidang sience dan ilmu
agama;
2) Sebelah Utara, di sekitar jalan Yos Sudarso dengan inti kegiatan
UNILAK dan Politeknik Caltex untuk pendidikan tinggi bidang engineering
dan rekayasa teknologi;
3) Sebelah Selatan, di sekitar jalan KH Nasution dengan inti kegiatan UIR
untuk pendidikan tinggi bidang keteknikan, multi sience dan ilmu agama;
4) Sebelah Timur, di sekitar jalan Lintas Timur (Kecamatan Tenayan
Raya) untuk pendidikan tinggi bidang teknik, politeknik dan kejuruan
penunjang sektor industri.
5. Kawasan dan Zona Industri
Untuk mengakomodir kebutuhan pengembangan kawasan industri hingga tahun
2016, alokasi ruang yang dicadangkan adalah :
a. Kawasan Industri Tenayan (KIT) seluas 3.247,54 Ha di Kecamatan
Tenayan Raya dikembangkan secara terpadu dengan kelengkapan
kawasan pergudangan, sistem pengolahan limbah, perumahan dan
prasarana transportasi.
b. Lahan konsesi Caltex seluas 1.155 Ha di Kecamatan Rumbai Pesisir.
c. Zona industri kecil (kerajinan rotan di jalan Yos Sudarso Kecamatan
Rumbai, dan industri makanan khas di sekitar simpang jalan Garuda Sakti
dan Jalan Subrantas) yang dipadukan dengan sentra perdagangan produk
industri kecil sebagai bagian dari kegiatan pariwisata.
6. Kawasan Pergudangan
Rencana pengembangan kawasan pergudangan di Kota Pekanbaru dilakukan
dalam rangka mengantisipasi 3 (tiga) isu utama yaitu :
a. Peningkatan peran Kota Pekanbaru sebagai simpul koleksi dan distribusi
seiring perubahan sistem perwilayahan regional pasca pemekaran Provinsi
Kepulauan Riau.
b. Operasionalisasi kawasan industri Tenayan yang akan berdampak pada
peningkatan aliran barang, baik bahan baku maupun barang produksi.
Peningkatan ini akan berdampak pada semakin meningkatnya kebutuhan
kawasan pergudangan yang berfungsi sebagai pos transisi dalam proses
distribusi barang.
c. Sebagaimana halnya perkembangan kawasan industri, kecenderungan
perkembangan kegiatan perdagangan dan niaga dalam skala regional akan
memberikan konsekuensi terhadap peningkatan arus barang dalam jumlah
besar.
Kebijakan pengembangan kawasan pergudangan diarahkan sebagai berikut :
a. Alokasi kawasan pergudangan ditetapkan dengan mempertimbangkan
eksistensi kegiatan dengan skala pelayanan regional yang telah ada
(kawasan pusat kota, kawasan perdagangan, kawasan AKAP).
b. Lokasi kawasan pergudangan harus dapat mengantisipasi perkembangan
kawasan industri dan perdagangan pada masa yang akan datang.
c. Rencana pengembangan kawasan pergudangan dan terminal cargo di
arahkan sekitar Kawasan Industri Tenayan. Sedangkan di sekitar kawasan
AKAP Bandar Raya Payung Sekaki (sudah tidak direkomendasikan lagi
sejak tahun 2012).
d. Untuk mendukung kinerja proses transfer dan bongkar muat barang,
selain didukung oleh prasarana transportasi darat yang memadai, dukungan
transportasi laut/sungai juga perlu mendapat perhatian khusus. Untuk itu,
pada lokasi sekitar muara Sungai air hitam perlu dibangun pelabuhan
barang yang berfungsi sebagai pelabuhan umum, dan pembangunan
pelabuhan barang di kawasan industri Tenayan yang berfungsi sebagai
pelabuhan khusus.
7. Kawasan Olahraga
Rencana lokasi kawasan olahraga di arahkan sebagai berikut :
a. Pusat kegiatan olahraga (sport centre) dengan sarana dan prasarana
olahraga yang lengkap dikembangkan di Kecamatan Rumbai, tepatnya
pada lokasi Stadion Rumbai dan sekitarnya.
b. Kawasan olahraga skala kota dikembangkan di kawasan pusat kota
dengan memanfaatkan lahan kosong yang tersedia, dan bila
memungkinkan dapat dikembangkan di lokasi Lapangan Awal Bross atau
sekitar Kawasan Bandar Serai dan Parit Indah.
c. Sport centre di bagian Selatan Kota diarahkan di sekitar jalur patahan
yang dikembangkan dengan konsep yang didominasi oleh ruang terbuka.
d. Kawasan olahraga skala WP, dikembangkan pada masing-masing pusat
WP.
e. Kawasan olahraga skala lingkungan dikembangkan pada pusat-pusat
lingkungan dengan ketentuan :

 Pada tingkat kelurahan bisa terlayani oleh 1 (satu) lapangan olahraga


yang dilengkapi dengan lintasan lari.

 Pada tingkat RW dan kelurahan minimal tersedia lapangan voli,


takraw, atau bulutangkis.
8. Kawasan Rekreasi
Kawasan rekreasi di Kota Pekanbaru meliputi :
a) Danau Lembah Sari (Kec. Rumbai Pesisir)
b) Danau Alam Mayang (Kec. Tenayan Raya)
c) Kawasan Cagar Budaya (Kec. Senapelan)
d) Kawasan Payung Sekaki (Waterfront City) di Kec. Rumbai
e) Kawasan Budaya Bandar Serai Simpang Tiga (Kec. Bukit Raya)
f) Kawasan Wisata Kuliner Taman Labuai (Kec.Bukit Raya) dan Pasar
Bawah (Kec. Senapelan)
g) Kawasan Wisata Alam dan Bumi Perkemahan Taman Hutan Raya SSK
II (Kec.Rumbai)
h) Taman Rekreasi Mesjid Agung Annur (Kec. Limapuluh)
i) Taman Kolam Tandon (Kec. Pekanbaru Kota)
j) Hutan Kota (Kec. Sail).
k) Kawasan agrotourism di sekitar Okura sebagai sentra pengembangan
buah- buahan dan sayuran.
l) Kawasan rekreasi waterboom di sekitar jalan Arifin Achmad,
(Kec. Marpoyan Damai).
m) Seluruh areal konservasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
kawasan wisata, baik secara alami, maupun yang dikelola.
9. Kawasan Khusus
Kawasan khusus merupakan kawasan yang intensitas pemanfaatannya
bersifat terbatas dan penanganannya pun bersifat khusus, antara lain :
a. Markas militer,
b. Perumahan militer,
c. Kawasan bandara,
d. Kawasan sempadan sungai,
e. Jalur jaringan listrik tegangan tinggi,
f. Jalur jaringan pipa gas,
g. Lapangan tembak,
h. Kompleks PT. CPI
i. Kawasan pusat budaya melayu
2.5.3 Telaah Indikasi Program Pemanfaatan Ruang
Program pemanfaatan ruang adalah program yang disusun dalam rangka mewujudkan
rencana tata ruang yang bersifat indikatif, melalui sinkronisasi program sektoral dan
kewilayahan baik di pusat maupun di daerah secara terpadu.
Telaahan terhadap indikasi program pemanfaatan meliputi :
a. Program Pembangunan Sektoral Wilayah Kota;
b. Program Pengembangan Wilayah Kota;
c. Program Pengembangan Kawasan dan Lingkungan Strategis yang Merupakan
Kewenangan Pemerintah Daerah Kota
Arah pengembangan Kota Pekanbaru akan mengikuti skenario sebagai berikut :
a. Perkembangan kegiatan akan diintensifkan di kawasan pusat kota, terutama
untuk kegiatan perdagangan regional dan lokal, niaga, pemerintahan, dan
permukiman
b. Perkembangan kawasan permukiman di arahkan ke Selatan, Timur dan Barat
Kota, dengan mempertimbangkan :
1. Kondisi morfologi kawasan dan dukungan fasilitas dan prasarana terutama
jaringan jalan dan air bersih;
2. Pengaruh Kawasan pendidikan tinggi yang semakin berkembang di Kecamatan
Tampan dan Marpoyan Damai;
3. Kecenderungan pengembang untuk membangun kawasan perumahan di
wilayah ini cukup tinggi;
4. Rencana pengembangan Kawasan Industri di Kecamatan Tenayan Raya
diproyeksi akan menyerap tenaga kerja yang cukup besar.
Sementara pada bagian Utara dan Timur Laut intensitas pengembangan
kawasan dilakukan secara terbatas sebagai akibat :
1. Keberadaan kawasan perkebunan yang dikelola oleh perusahaan besar
yang memegang izin HGU dalam jangka panjang;
2. Keberadaan Kawasan Lindung Tahura SSK II dan beberapa kawasan yang
ditetapkan sebagai catchment area.
3. Pengendalian terhadap kawasan di sekitar Danau Lembah Sari yang
pengembangannya selain untuk tujuan sektor wisata, juga untuk tujuan
konservasi.
4. Kondisi bentang alam yang cukup bergelombang dan kondisi air tanah yang
rata-rata berada pada kedalaman lebih dari 150 m.
c. Perkembangan Kawasan Terminal AKAP Bandar Raya Payung Sekaki.
Perkembangan kawasan ini juga akan diikuti oleh :
1. Berkembangnya kawasan niaga dan pergudangan yang merupakan komponen
yang saling melengkapi dengan kawasan terminal.
2. Berkembangnya jasa perhotelan dan pusat-pusat hiburan;
3. Perkembangan kawasan permukiman dengan ukuran kavling sedang
hingga besar;
Kondisi ini sebagai respon untuk mengakomodasi perkembangan Kawasan AKAP
Bandar Raya Payung Sekaki sebagai sentra bisnis baru pada masa yang akan
datang.
d. Perkembangan kawasan perdagangan, niaga dan jasa akan terus berkembang
pada jaringan jalan utama seperti :
1. Jalan Sudirman, mulai dari simpang T. Tambusai hingga simpang Jl. Arifin
Achmad cenderung tumbuh sebagai kawasan campuran dimana kegiatan
perdagangan, perkantoran, jasa dan niaga, serta perumahan mewah
berkembang.
2. Jalan Riau, terutama di sekitar simpang Jl. Sukarno Hatta hingga Riau
Ujung, cenderung tumbuh sebagai pusat pelayanan regional dimana kawasan
perdagangan dan niaga skala regional berkembang.
3. Jalan T. Tambusai mulai simpang SKA hingga terminal AKAP
cenderung berkembang sebagai kawasan campuran dimana kegiatan
perdagangan dan jasa skala regional berkembang.
4. Jalan Sukarno Hatta mulai simpang Riau hingga Pasar Pagi Arengka
cenderung berkembang sebagai kawasan campuran yang didominasi oleh
kegiatan perdagangan skala kota hingga regional.
5. Jalan Subrantas mulai simpang Pasar Pagi Arengka hingga simpang jl. T.
Tambusai Ujung cenderung tumbuh sebagai kawasan campuran dimana
kegiatan perdagangan, niaga, pemerintahan, dan jasa berkembang.
6. Jalan Hang Tuah, mulai jembatan S. Sail hingga simpang Jl. H. Imam
Munandar akan tumbuh sebagai kawasan campuran dimana kawasan
perdagangan skala kota dan kawasan permukiman berkembang.
7. Jalan H. Imam Munandar mulai Jembatan S. Sail Hingga simpang Jl. Hang
Tuah cenderung berkembang sebagai kawasan campuran dimana kegiatan
jasa pendidikan tinggi, pedagangan dan permukiman berkembang.
Mengacu pada hal tersebut di atas, maka konsep struktur ruang yang akan dibentuk
dengan penekanan pada :
a. Mengoptimalkan rencana-rencana pengembangan yang telah ada dalam
rangka mewujudkan visi dan misi pengembangan Kota Pekanbaru.
b. Menyelaraskan pembangunan kawasan budidaya melalui alokasi penyediaan
kawasan lindung dan kawasan non terbangun yang ditetapkan berdasarkan
fungsi ekologis dan kendala fisik yang dimiliki.
c. Menciptakan kawasan permukiman yang teratur dan terdistribusi sesuai dengan
peruntukannya.
Sejalan dengan konsep struktur ruang yang dikembangkan, maka konsep
pemanfaatan ruang Kota Pekanbaru juga akan mengacu pada konsep struktur
tersebut. Konsep struktur ruang wilayah Kota Pekanbaru tetap konsisten dengan
yang telah diarahkan RUTR serta berdasarkan visi dan misi kota Pekanbaru
yaitu ”Multiple Nuclei” dimana beban kawasan pusat kota yang selama ini terjadi
disebarkan pada beberapa lokasi yang saling terkait serta terciptanya kota yang
madani. Dengan demikian konsep pemanfaatan ruangnya juga mengarah pada
pengembangan kawasan-kawasan dengan spesialisasi fungsi yang sesuai
dengan pusat pengembangannya.
2.6 PENELAAHAN RTRW PROVINSI RIAU (DRAFT 2012) YANG BERKAITAN DENGAN
KOTA PEKANBARU

2.6.1 Konsepsi Struktur Ruang Wilayah Provinsi Riau (yang berkaitan dengan Kota
Pekanbaru)

Struktur ruang wilayah menggambarkan tata-susunan dari sistem pusat-pusat


permukiman perkotaan dan kawasan-kawasan di dalam suatu wilayah, yang ditunjang
oleh rencana pengembangan jaringan prasarana dan sarana dasar. Kawasan-
kawasan yang dimaksudkan di sini adalah kawasan-kawasan pemanfaatan ruang di
luar pusat-pusat permukiman perkotaan yang di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN) didefinisikan sebagai Kawasan Andalan. Dengan mengacu pada
tujuan penataan ruang dan sasaran pemanfaatan ruang wilayah Riau, serta
pendekatan konsepsional yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan konsepsi
struktur ruang wilayah Provinsi Riau sampai dengan tahun 2030 sebagai berikut :
a. Sebagai antisipasi terhadap proses globalisasi yang terus berlangsung,
strukturruang wilayah Provinsi Riau pada saat ini maupun ke depan secara bertahap
harus terbuka dan bersifat orientasi keluar (outwardlooking). Namun, orientasi ke
luar ini tidak boleh sampai menyebabkan terputusnya basis perekonomiansetempat
pada proses perekonomian global dan tercerabutnya akar sosial-budaya lokal.
Investasi asing di wilayah Provinsi Riau perlu diupayakan agar senantiasa terkait
dengan potensi SDA, penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan bahan-bahan lain
yang bersifat lokal atau setempat.
b. Orientasi ke luar, dimana struktur ruang wilayah Provinsi Riau perlu ditunjang
dengan pusat-pusat permukiman perkotaan jenjang PKN (Pusat Kegiatan Nasional)
dan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), serta dilengkapi dengan simpul- simpul jaringan
transportasi internasional berupa pelabuhanlaut, pelabuhan penyeberangan, dan
bandar udara, yang tidak hanya handal dalam pelayanan tetapi juga mampu
bersaing dengan prasarana serupa di daerah dan negara lain.Perkotaan jenjang
PKN berfungsi sebagai “Gerbang Utama Antar Bangsa”, yang dilengkapi dengan
Bandar Udara jenjang Pusat Penyebaran Primer dan Pelabuhan Laut jenjang Hub
Internasional (International Hub), untuk meningkatkan aksesibilitas dan interaksi
ekonomi wilayah Provinsi Riau kenegara-negara ASEAN dan Asia – Pasifik pada
khususnya, yang secara bertahap juga dikembangkan untuk melayani negara-
negara belahan dunia lainnya. Terdapat 2 (dua) PKN yakni Kota Pekanbaru, Kota
Dumai dan 1 (satu) PKN yang akan dipromosikan yakni Kuala Enok, ketiganya
dilengkapi dengan prasarana dan sarana transportasi internasional
sebagaimana dimaksud.
c. Secara nasional sistem permukiman perkotaan ditata menurut jenjang fungsinya
sebagai PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) dan PKL
(Pusat Kegiatan Lokal). Terkait pada sistem permukiman perkotaan nasional ini,
untuk keperluan penataan struktur ruang eksternal wilayah Provinsi Riau dibutuhkan
pengembangan pusat-pusat permukiman perkotaan dengan jenjang sebagai PKN
dan PKW.
d. Secara mikro, tata ruang wilayah Provinsi Riau harus pula ditunjang oleh
struktur ruang internal yang integratif terhadap struktur ruang eksternal (lokasi-lokasi
PKN, PKW, dan simpul-simpul kegiatan transportasi internasional). Struktur
ruang internal wilayah Provinsi Riau ini dibentuk melalui penataan sistem
permukiman perkotaan pada jenjang di bawah PKW, yaitu PKL dan jenjang di
bawahnya lagi yang akan disebut sebagai Sub PKL (Sub Pusat Kegiatan Lokal).
e. Untuk menciptakan interaksi dan hubungan langsung ke jaringan perkotaan poros
perekonomian dunia, PKN perlu dilengkapi fasilitas pelabuhan laut dengan kelas
fungsi “Pelabuhan Hub Internasional atau Pelabuhan Internasional” dan bandar
udara dengan kelas fungsi “Pusat Penyebaran Primer atau Pusat Penyebaran
Sekunder”. Dalam beberapa kasus (tergantung pada kebutuhan) PKN juga dapat
dilengkapi dengan pelabuhan laut kelas fungsi lebih bawah dan pelabuhan
penyeberangan.
f. Pada tiap-tiap pusat permukiman (PKN, PKW, dan PKL) ditetapkan fungsi- fungsi
utama pelayanan perkotaan berdasarkan potensi sektor/subsektor unggulan
kawasan dan peran perkotaan yang bersangkutan dalam konteks eksternal maupun
internal wilayah.
2.6.2 Rencana Sistem Perkotaan (Urban System)
Untuk mendukung aksesibilitas global wilayah Provinsi Riau ke jaringan perkotaan
poros perekonomian dunia dalam rangka menyongsong era pasar bebas,
meningkatkan pola kegiatan dan keterkaitan ekonomi wilayah provinsi serta
mengoptimalkan fungsi-fungsi pelayanan internal dan eksternal/regional,
dikembangkan struktur sistem perkotaan PKN, PKW dan PKL sebagai berikut: terdapat
2 (dua) Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu : Kota Pekanbaru dan Kota
Dumai.Pengembangan kota Dumai dan Pekanbaru diarahkan ke dalam satu
koridor/poros perkembangan yang ditumpu oleh pengembangan jaringan jalan tol yang
menghubungkan kedua kota tersebut.
2.6.3 Kebijakan Pokok Pengembangan Permukiman Perkotaan
Sejalan dengan arahan komponen-komponen struktur ruang wilayah, maka diarahkan
kebijakan pokok pengembangan permukiman perkotaan di wilayah Provinsi Riau.
Dalam rangka menyongsong era pasar bebas (khususnya AFTA di lingkungan
ASEAN), permukiman perkotaan jenjang fungsi PKN dan PKW yang sudah ditetapkan
yaitu Pekanbaru, Dumai, Kuala Enok (PKNp), Pasir Pangaraian, Ujung Tanjung, Siak
Sri Indrapura, Selat Panjang, Bengkalis–Buruk Bakul dan Rengat–Pematang Reba
perlu terus didorong perkembangannya untuk lebih meningkatkan daya tarik dan daya
saing kawasan, sedangkan untuk PKW yang belum berkembang maka upaya
pengembangannya perlu dipercepat.
2.6.4 Kawasan Strategis Provinsi
Kawasan strategis provinsi adalah wilayah penataan ruang yang di prioritaskan karena
mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi,
sosial, budaya dan/atau lingkungan. Penetapan kawasan strategis provinsi dari sudut
pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan criteria :

 Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

 Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi


nasional;

 Memiliki potensi ekspor;

 Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

 Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

 Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka


mewujudkan ketahanan pangan nasional;

 Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka


mewujudkan ketahanan energi nasional; atau

 Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

Berdasarkan analisa yang bertumpu kepada peluang pertumbuhan ekonomi dan


peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat, kawasan strategis diwilayah provinsi
Riau, yang berkaitan dengan Kota Pekanbaru adalah Kawasan Industri Tenayan.
Kota Pekanbaru sebagai Ibu kota provinsi sekaligus menjadi pusat pertumbuhan
ekonomi Provinsi Riau daratan membutuhkan sarana transportasi guna mendukung
aktifitas ekonomi di daerahnya. Selain transportasi darat, transportasi air merupakan
alat penghubung yang ekonomis. Sampai saat ini Sungai Siak masih dapat
menyediakan transportasi air bagi Kota Pekanbaru, namun kedepan dengan
meningkatnya lalu lintas di sungai Siak serta semakin tingginya pertumbuhan industri,
maka perlu dilakukan relokasi pelabuhan maupun kawasan industri yang selama ini
berpusat di Kota Pekanbaru ke wilayah Tenayan. Perwujudan PKN Pekanbaru
dilakukan melalui :
a. Studi Penentuan Kawasan Metropolitan Pekanbaru
b. Penyusunan Rencana Rinci Ruang Kawasan
c. Fungsionalisasi terminal AKAP Payung Sekaki
d. Pengembangan sarana dan prasarana perkotaan
e. Pengembangan system angkutan umum masal
f. Pengembangan Infrastruktur Jalan Kota
g. Pengembangan agro industri
h. Pengembangan Sarana Pendidikan Tinggi
i. Peningkatan Sarana Pelayanan Umum RSUD
j. Peningkatan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Perumahan
k. Peningkatan TPA Regional
l. Mengembangkan Kota Pekanbaru sebagai Kota Metropolitan dengan jumlah
penduduk sekitar 3.000.000 jiwa.
m. Meningkatkan Bandara Sultan Syarif Kasim II menjadi Pusat Penyebaran Primer
(PPP) yang didukung bandara-bandara lainnya yang skala pelayanan dan
jenjangnya ditata secara hierarkis.

Anda mungkin juga menyukai