Kota Pekanbaru terdiri dari 12 Kecamatan dan 58 Kelurahan, dengan luas 632,26
2
km . Luas wilayah per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Kota Pekanbaru secara geografis terletak antara 101’ 14’ – 101’ 34’ Bujur Timur dan 0’
25’ – 0’ 45’ Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut berkisar 5 – 50 meter.
Sedangkan permukaan wilayah bagian utara merupakan daratan landai dan
bergelombang dengan ketinggian berkisar 5 – 11 meter, dan dibelah oleh aliran
Sungai Siak, yang mengalir dari barat hingga ke timur, serta memiliki beberapa anak
sungai seperti sungai; Umban Sari, Sail, Air Hitam, Sibam, Setukul, Kelulut,
Pengambang, Ukai, Sago, Senapelan, Limau dan Tampan.
2.1.1.3 Topografi
Kota Pekanbaru terletak pada bagian ketinggian 5 – 50 meter di atas permukaan laut.
Kawasan pusat kota dan sekitarnya relatif datar dengan ketinggian rata-rata antara 10-
20 meter di atas permukaan laut. Sedangkan kawasan Tenayan dan sekitarnya
umumnya mempunyai ketinggian antara 25-50 meter di atas permukaan laut. Kawasan
yang relatif tinggi dan berbukit terutama dibagian utara kota, khususnya di Kecamatan
Rumbai dan Rumbai Pesisir dengan ketinggian rata-rata sekitar 50 meter di atas
permukaan laut.
Sebagian besar wilayah Kota Pekanbaru (44%) mempunyai tingkat kemiringan antara
2.1.1.4 Geologi
Kota Pekanbaru mempunyai struktur geologi yang terdiri atas sesar mendatar dengan
arah umum barat laut – tenggara, lipatan siklin dan antiklin dengan arah penunjaman
ketimur – laut daya. Struktur geologi tersebut masuk dalam sistem patahan Sumatera.
Sementara itu sesar-sesar mendatar ini termasuk dalam sistem patahan Semangko
yang diduga terjadi pada masa Miosen Tengah.
2.1.1.5 Hidrologi
Sungai Siak, dengan lebar rata-rata 96 meter dan kedalaman rata-rata 8 meter,
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, kecepatan aliran rata-rata 0,75
liter/detik
Sungai Senapelan merupakan penampung utama bagi wilayah sebelah Barat Jl.
Jendral Sudirman dan sebelah utara Jalan Tuanku Tambusai, dengan lebar rata-
rata 3-4 meter
Sungai Sail, merupakan penampung utama bagi wilayah sekitar Pasar Laket yang
Sungai Sago merupakan penampung bagi wilayah sebelah barat Jl. Sudirman,
Sungai Lunau, Sungai Tanjung Datuk I dan II
Sistem drainase Kota Pekanbaru memanfaatkan saluran alami yang ada, seperti,
sungai, rawa, dan lain-lain. Sistem drainase Kota Pekanbaru mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
Saluran drainase sekunder dan tersier pada sub basin anak-anak Sungai Siak;
Disamping masalah tersebut, anak-anak sungai dan saluran drainase dalam kota yang
mengalir ke Sungai Siak sering tidak lancar dan berpotensi terjadinya genangan lokal
dan banjir di beberapa lokasi (titik-titik banjir seperti terlihat pada Gambar 2.2). Kondisi
ini mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat di daerah perkotaan, khususnya
di musim penghujan.
2.1.1.6 Klimatologi
Kota Pekanbaru mempunyai iklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara
0 0 0 0
31,0 C-33,4 C dengan suhu udara minimum berkisar antara 23,4 C-24,4 C. Curah
hujan antara 73,9-584,1 mm/tahun. Kelembaban maksimum berkisar antara 85,5%-
93,2% dan kelembaban minimum berkisar antara 57,0-67,7%.
Luas lahan terbangun (built-up areas) sekitar 24% dari luas wilayah kota dan
dimanfaatkan sebagai kawasan perumahan (sekitar 73% dari luas areal terbangun),
pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, industri, militer, bandara, dan lain-lain.
Areal belum terbangun (non-built up areas) adalah sekitar 76% dari luas wilayah kota
Wilayah yang rawan bencana di Kota Pekannbaru adalah wilayah yang relatif
rendah dan rawan genangan air seperti pada wilayah Tabek Gadang, Terminal AKAP
unjung, Rumbai Pesisir, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Diponegoro, dan diidentifikasi
sekitar 20 titik rawan genangan air lainnya. Sedangkan area yang terletak di tepian
Sungai Siak dan anak-anak sungai Siak merupakan kawasan yang berpotensi banjir.
Kondisi ini mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat di daerah perkotaan,
khususnya di musim penghujan. Ada puna rea rawan genangan air dan lokasi bencana
banjir dapat dilihat pada Gambar 2.2.
2.1.4 Demografi
Penduduk Kota Pekanbaru setiap tahunnya terus meningkat. Ini menandakan bahwa
Kota Pekanbaru terus berkembang dan maju sehingga menjadi daya tarik bagi
penduduk daerah lain bermigrasi ke Kota Pekanbaru. Peningkatan jumlah penduduk
disamping dari peningkatan jumlah migrasi juga disebabkan oleh tingkat kelahiran dan
kematian.
Berdasarkan jenis kelamin, penduduk Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010 kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. Peningkatan maupun pengurangan
(pertumbuhan) jumlah penduduk Kota Pekanbaru di pengaruhi oleh tingkat kelahiran,
kematian, penduduk pendatang dan perpindahan penduduk. Berdasarkan data dari
Tabel 2.3 di atas dapat dilihat bahwa penduduk pendatang memberikan kontribusi
pengaruh perubahan komposisi penduduk yang terbesar lalu di ikuti oleh jumlah
perpindahan penduduk, tingkat kelahiran dan tingkat kematian.
Penyebaran penduduk per-kecamatan pada tahun 2010 di Kota Pekanbaru dapat dilihat
pada Tabel 2.4 seperti berikut ini :
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru per-Kecamatan
Persentase Densitas Penduduk
No Kecamatan Penduduk 2
(jiwa/km )
1 Tampan 18,9 2.837
2 Payung Sekaki 9,64 2.003
3 Bukit Raya 10,24 4.169
4 Marpoyan Damai 14,00 4.227
5 Tenayan Raya 13,71 719
6 Limapuluh 4,60 10.234
7 Sail 2,39 6.577
8 Pekanbaru Kota 2,79 11.090
9 Sukajadi 5,26 12.553
10 Senapelan 4,06 5.480
11 Rumbai 7,20 502
12 Rumbai Pesisir 7,22 412
Pekanbaru 100,00 1.420
Pertumbuhan ekonomi secara umum dapat ditunjukkan oleh angka Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Perkembangan besaran nilai PDRB merupakan salah satu
indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu
daerah, atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat tercermin
melalui pertumbuhan nilai PDRB. Di sisi lain, inflasi merupakan angka pembanding lain
yang juga erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Tabel 2.5
berikut ini menggambarkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Kota Pekanbaru dari
tahun 2006 – 2010.
Tabel 2.5
Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kota Pekanbaru Tahun 2006 – 2010
Pertumbuhan Ekonomi
Tahun (%) Inflasi (%)
2006 10,15 6,32
2007 9,89 7,53
2008 9,05 9,02
2009 8,81 1,94
2010 8,98 6,80
Rata-rata 9,38 6,32
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011
Tabel 2.7
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Pekanbaru
dengan Provinsi RiauTahun 2006 – 2010
Tabel 2.8
Perkembangan PDRB Sektoral Kota Pekanbaru
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006 – 2010 (milyar Rupiah)
SEKTOR/ PDRB ADHB
NO LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pertanian 160,956 181,711 209,726 239,152 274,001
2 Pertambangan dan Penggalian 2,511 3,140 3,954 4,798 5,896
3 Industri Pengolahan 4.947,946 5.586,983 6.432,910 6.901,226 7.427,790
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 196,667 227,120 260,620 291,976 328,920
5 Bangunan 1.949,113 2.965,165 4.231,766 6.130,136 8.811,458
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 4.019,169 5.090,377 6.504,844 7.778,112 9.464,316
7 Angkutan dan Komunikasi 1.392,535 1.585,349 1.844,506 2.136,932 2.490,941
8 Keuangan, Sewa dan Jasa 2.033,029 2.476,144 3.103,018 3.875,254 4.859,600
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1.778,614 2.003,412 2.325,186 2.680,345 3.090,556
PDRB 16.480,545 20.119,043 24.916,535 30.037,936 36.753,481
Keterangan : Tahun 2010 angka sementara
Sumber : Pendapatan Regional Pekanbaru Menurut Lapangan Usaha, 2006-2010 (BPS Pekanbaru,
2011)
Tabel 2.9
Perkembangan PDRB Sektoral Kota Pekanbaru
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006 – 2010 (milyar Rupiah)
Tabel 2.10
Distribusi PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku
Kota Pekanbaru Tahun 2006 – 2010
Distribusi ADHB 2000 (%)
NO SEKTOR/LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pertanian 0,98 0,90 0,84 0,78 0,75
2 Pertambangan dan Penggalian 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
3 Industri Pengolahan 30,02 27,77 25,82 22,98 20,21
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,19 1,13 1,05 0,97 0,89
5 Bangunan 11,83 14,74 16,98 20,41 23,97
6 Perdagangan, Hotel dan 24,39 25,30 26,11 25,89 25,75
Restoran
7 Angkutan dan Komunikasi 8,45 7,88 7,40 7,11 6,78
8 Keuangan, Sewa dan Jasa 12,34 12,31 12,45 12,90 13,22
Perusahaan
9 Jasa-jasa 10,79 9,96 9,33 8,92 8,41
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011
Tabel 2.11
Distribusi PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kota Pekanbaru Tahun 2006 – 2010
Distribusi ADHK 2000 (%)
SEKTOR/LAPANGAN USAHA
NO 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pertanian 1,68 1,60 1,52 1,45 1,38
2 Pertambangan dan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
Penggalian
3 Industri Pengolahan 10,99 10,67 10,40 10,14 9,86
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,27 1,21 1,19 1,15 1,12
5 Bangunan 16,89 16,76 16,74 16,75 16,75
6 Perdagangan, Hotel dan 30,81 31,27 31,44 31,68 31,93
Restoran
7 Angkutan dan Komunikasi 14,62 14,57 14,76 14,83 14,95
8 Keuangan, Sewa dan Jasa 6,49 6,76 6,83 6,94 7,06
Perusahaan
9 Jasa-jasa 17,22 17,13 17,10 17,02 16,93
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011
Pertumbuhan sektor-sektor atau lapangan usaha yang ada di Kota Pekanbaru dapat
dilihat dari dua tabel di bawah ini.
Tabel 2.13
Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kota Pekanbaru Tahun 2006 – 2009
Sebagai pusat perdagangan dan jasa, Kota Pekanbaru juga memiliki program
pembangunan ekonomi kerakyatan yang memberikan perhatian khusus kepada upaya
peningkatan ekonomi dan partisipasi rakyat, yang merupakan bagian dari upaya
mempercepat pengentasan kemiskinan di perkotaan.
Di Kota Pekanbaru, yang tercakup di ekonomi kerakyatan, yaitu industri kecil dan
menengah serta koperasi dan pengusaha kecil. Gambaran perkembangan koperasi di
Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 2.15 berikut ini.
Tabel 2.15
Data Keragaman Koperasi di Kota Pekanbaru
Tahun 2006-2010
No Keragaman Satuan 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Koperasi Unit 771 814 880 904 930
2 Koperasi Aktif Unit 558 601 558 710 735
3 Koperasi Tidak Unit 213 213 292 194 195
Aktif
4 Jumlah Anggota Orang 83.264 101.020 105.467 105.485 105.593
5 RAT Unit 129 152 149 202 359
6 Manajer Orang 30 50 57 57 63
7 Karyawan Orang 401 928 1.042 1.031 1.174
8 Modal Sendiri Rp M 59,01 137,77 157,00 163,28 202,88
9 Modal Luar Rp M 37,07 251,41 291,00 317,80 381,38
10 Volume Usaha Rp M 188,24 547,60 483,00 574,91 722,29
11 SHU Rp M 12,01 22,72 24,81 24,67 29,97
Sumber: Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, Des 2010
Tabel 2.16
Pertumbuhan UMKM Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
Tahun Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Jumlah UMKM
Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %
2006 7.000 6.898 98,5 700 648 92,6 120 98 81,7 7.820 7.644 97,7
2007 7.300 7.293 99,9 730 675 92,5 130 115 88,5 8.160 8.083 99,1
2008 7.500 7.457 99,4 750 710 94,7 140 127 90,7 8.390 8.294 98,9
2009 7.700 7.829 101,7 800 758 94,8 150 131 87,3 8.650 8.718 100,8
2010 8.000 8.168 102,1 820 789 96,2 160 136 85,0 8.980 9.093 101,3
2.2.2.1 Pendidikan
Gambar 2.3 Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
Angka Melek Huruf (AMH) merupakan persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang
dapat membaca dan menulis huruf latin. Nilai AMH dari tahun 2006 sampai 2010 yang
terus naik dengan angka di atas 99,5 %, bahkan pada tahun 2010 mencapai nilai
99,87% menunjukkan bahwa hampir seluruh penduduk kota Pekanbaru berusia 10
tahun ke atas memiliki kemampuan membaca dan menulis. Artinya hampir seluruh
penduduk Kota Pekanbaru mampu membaca dan menulis.
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah perbandingan jumlah siswa pada masing-masing
tingkat pendidikan SD/MI; SLTP da, SLTA, dibagi dengan jumlah penduduk berusia
7-12 tahun untuk SD/MI; 13-15 tahun untuk SLTP dan 16-18 tahun untuk SLTA. Nilai
APK bias jadi lebih dari 100%, karena siswa SD/MI misalnya, ada yang berusia kurang
dari 7 tahun, dan ada juga yang berusia lebih dari 12 tahun; begitu juga dengan siswa
SLTP dan SLTA yang sangat mungkin ada yang berusia di luar dari range usia 13-15
tahun dan 16-18 tahun.
Dapat dilihat pada Gambar 2.5 bahwa nilai APK Tingkat SD/MI pada tahun 2006-2010
sudah di atas 100%, walaupun sempat ada tren turun dari tahun 2007 ke tahun 2008,
tapi kemudian nilai APK kembali naik dalam 3 tahun berikutnya. Tren nilai APK untuk
Tabel 2.17
Persentase Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas Menurut Ijasah Tertinggi yang Dimiliki
pada Tahun 2005 s.d 2010 Kota Pekanbaru
Ijazah Tertinggi 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tidak punya ijazah 11.58 12.54 11.79 12.94 11.43 12.56
SD/MI/Sederajat 19.25 16.82 17.35 16.09 17.65 15.38
SLTP/MTS/Sederajat 20.00 18.16 21.12 19.78 21.94 19.57
SLTA/SMU/MA/SMK/
Sederajat 37.63 40.54 36.01 37.32 37.65 39.83
D I/ D II / D III 4.20 4.12 5.75 4.80 4.13 4.56
D IV / S1 / S2 / S3 7.34 7.81 7.98 9.07 7.20 8.10
Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011
Gambar 2.7 di bawah ini memperlihatkan perkembangan APT Kota Pekanbaru dari
tahun 2005 sampai 2010. Dapat dilihat bahwa sejak tahun 2005 sampai 2010, sebagian
besar tenaga kerja yang tersedia berpendidikan sampai dengan SLTA, selanjutnya
peringkat kedua background pendidikan tenaga kerja adalah tamatan SLTP, sedangkan
tenaga kerja lulusan sarjana (DIV/S1/S2/S3) hanya sekitar 8,1%. Pembangunan
pendidikan diarahkan agar tenga kerja berpendidikan sarjana adalah yang dominan.
2.2.2.2 Kesehatan
Catatan: Data kematian bayi tersebut merupakan data yang tercatat pada fasilitas kesehatan Kota
Pekanbaru
Angka Usia Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh
bayi yang baru lahir pada tahun tertentu. Pada gambar 2.8 di bawah ini dapat dilihat
bahwa sejak tahun 2006 sampai 2011, harapan hidup bayi yang lahir pada tahun 2006
sampai 2011 memiliki harapan hidup sampai umur sekitar 70 tahun lebih, bahkan pada 4
tahun terakhir AHH nya stabil pada angka 70,7 tahun.
Gambar 2.8 Angka Usia Harapan Hidup Kota Pekanbaru Tahun 2006-2011
Persentase Balita Gizi Buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap
jumlah balita. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO. Gambar 2.9 di
bawah menunjukkan persentase gizi buruk Kota Pekanbaru pada tahun 2007 – 2011.
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada periode 2007-2011, jumlah bayi
berstatus gizi buruk masuk kategori rendah, bahkan pada tahun 2010, persentase bayi
Gambar 2.9 Persentase Balita Kasus Gizi Buruk Kota Pekanbaru 2007-2011
Tabel 2.19 memberikan informasi jumlah kasus bayi berstatus gizi buruk untuk setiap
kecamatan di Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai 2011. Dari tabel tersebut dapat
dilihat bahwa jumlah bayi berstatus gizi buruk turun drastis dari jumlah 55 orang pada
tahun 2007 menjadi 25 orang pada tahun 2008, bahkan pada tahun 2011 hanya
tinggal 4 orang bayi saja yang mengalami status gizi buruk. Hal ini merupakan salah
satu indikasi keberhasilan pembangunan bidang kesehatan di kota Pekanbaru.
Tabel 2.19
Jumlah Balita Gizi Buruk Per Kecamatan Kota Pekanbaru Tahun 2007-2011
JUMLAH BALITA GIZI BURUK
NO KECAMATAN
2007 2008 2009 2010 2011
1 BUKIT RAYA 0 0 2 0 1
2 MARPOYAN DAMAI 0 2 1 0 0
3 TAMPAN 1 1 1 1 1
4 SUKAJADI 3 0 0 0 0
5 PEKANBARU KOTA 1 0 0 0 0
6 SAIL 4 1 0 0 0
7 LIMAPULUH 0 0 0 0 0
8 TENAYAN RAYA 17 4 0 0 1
2.2.2.3 Ketenagakerjaan
Dari Tabel 2.21 tersebut terlihat rendahnya jumlah lembaga seni budaya di kota
Pekanbaru, khususnya jumlah group kesenian terdaftar, begitu pula dengan tidak
adanya pusat pelatihan kesenian dan minimnya jumlah dewan kesenian daerah dan
lembaga adat Melayu, sehingga rasio lembaga seni budaya per 10.000 penduduk
menjadi relatif rendah, dan ketersediaannya hanya 0,27 lembaga seni budaya dalam
setiap 10.000 penduduk. Perkembangan jumlah penduduk yang semakin bertambah
juga belum diantisipasi dengan disertai bertambahnya jumlah lembaga budaya. Hal ini
kemungkinan besar dipicu oleh minimnya tenaga pelatih dalam seni budaya, ditambah
sedikitnya sarana dan prasana pertunjukan kesenian yang tersedia. Juga kurangnya
event-event kesenian dan budaya daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah
secara langsung atau prakarsa masyarakat secara tidak langsung, yang akan
memotivasi munculnya group-group kesenian yang baru.
Pemerintah kota Pekanbaru senantiasa terus berusaha dan berupaya untuk
meningkatkan prestasi pemuda dalam berbagai bidang dan aspek, diantaranya adalah
prestasi olah raga. Maka pembenahan pada berbagai aspek baik itu sarana dan
prasarana, infrastruktur maupun suprastruktur terus menerus dilakukan. Fasilitasi,
dukungan dan suport secara maksimal diberikan kepada organisasi induk oleh raga,
begitu juga terhadap organisasi cabang olah raga. Berbagai pertandingan olah raga,
baik itu antar sekolah, antar kampus, dan pertandingan olah raga antar klub serta antar
kecamatan terus diselenggarakan. Pada tabel berikut ini disajikan data fasilitas olah
raga yang tersedia di kota Pekanbaru pada tahun 2010, antara lain sebagai berikut :
Terlihat dari tabel diatas pada tahun 2010, rasio klub olah raga 3.3. ini berarti bahwa
tersedia sebanyak 3-4 Klub untuk setiap 10.000 penduduk, sedangkan gedung olah
raga yang tersedia hanya sebanyak 1.3 untuk setiap 10.000 penduduk. Melihat
kondisi tersebut masih sangat diperlukan peningkatan kontribusi pemerintah kota,
disamping dunia usaha dan begitu pula masyarakat secara luas agar bersinergi dalam
mewujudkan kondisi ideal. Berikut ini disajikan data rinci tentang ketersediaan gedung
olah raga untuk setiap kecamatan di kota Pekanbaru, khusus pada tahun 2010. Dari
data dan fakta yang ada pada tabel 2.23 di bawah, berarti bahwa di Kota Pekanbaru
hanya tersedia 0.82 Gedung olah raga untuk setiap 10.000 penduduk.
Tabel 2.23
Rasio Gedung Olahraga Per 10.000 Penduduk menurut Kecamatan
Indikator kinerja pembangunan bidang pendidikan Kota Pekanbaru, antara lain meliputi
Angka prtisipasi Sekolah (APS), Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia
Sekolah, Rasio Guru Terhadap Siswa, Angka Melek Huruf (AMH), Angka Putus Sekolah,
Angka Kelulusan, Angka Melanjutkan Sekolah dan sebagainya. Berikut ini dipaparkan
beberapa indikator kinerja utama pembangunan bidang pendidikan di Kota Pekanbaru.
a. Angka Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah persentase jumlah murid per jumlah
penduduk usia tingkatan pendidikan tertentu. Perkembangan nilai APS untuk 3
tingkatan usia pada tahun 2007-2010 ditampilkan dalam Tabel 2.24 dan Gambar
2.10 di bawah ini.
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012
Gambar 2.10 Perkembangan APS Menurut Kelompok Umur Kota Pekanbaru Tahun
2007-2011
Gambar 2.10 di atas dan Tabel 2.24 memperlihatkan perkembangan nilai APS untuk 3
kelompok usia 7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun Kota Pekanbaru pada tahun
2007 sampai 2011. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa APS untuk tingkat usia
Tabel 2.24
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 7-12 dan 13-15 Tahun
Tabel 2.24 di atas adalah data jumlah murid usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun, jumlah
penduduk usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun, serta nilai APS untuk kedua kelompok
usia tersebut dari tahun 2007 sampai 2011. Dari data tersebut terlihat bahwa nilai APS
untuk usia 7-12 tahun sudah mencapai 100%, sedangkan untuk usia 13-15 tahun
sudah hampir mencapai angka 100% dengan tren yang meningkat dari tahun ke
tahun, sehingga jika tren ini dapat dipertahankan, maka pencapaian nilai APS 100%
dapat dipenuhi dalam 1-2 tahun ke depan.
Tabel 2.25 menggambarkan nilai APS kelompok usia 16-18 tahun, jumlah penduduk
usia 16-18 tahun serta jumlah siswa usia 16-18 tahun. Data tersebut memperlihatkan
bahwa walaupun nilai APS untuk kelompok usia 16-18 tahun ini masih di bawah 100%,
namun terlihat tren yang selalu meningkat dari tahun 2007 sampai 2011. Dengan telah
diluncurkannya program wajib belajar 12 tahun, maka pencapaian nilai APS usia 16-18
tahun ini diprediksi akan meningkat tajam pada tahun-tahun ke depan.
Pada Tabel 2.26 di atas juga dapat dilihat bahwa rasio ketersediaan sekolah SLTP
rata-rata lebih dari dari tahun 2007-2010 daripada jenjang sekolah dasar. Pada tahun
2007, rasio ketersediaan sekolah tingkat SLTP adalah 26,60 untuk 10.000 orang
penduduk usia 13-15 tahun. Ini berarti, untuk setiap sekolahnya diperuntukkan bagi
sekitar 376 orang anak usia 13-15 tahun. Tambahan sekolah pada tahun 2008
menjadi 105 dari sebelumnya 94 sekolah, memberikan nilai rasio sebesar 28,66 (349
orang penduduk usia 13-15 tahun). Walaupun angka rasio menurun pada 2 tahun
berikutnya, namun nilainya masih lebih baik daripada pada jenjang sekolah dasar.
Rasio ketersediaan sekolah menengah atas (SLTA) dapat dilihat pada table 2.27. Dari
tabel tersebut dapat dilihat bahwa untuk 10.000 orang penduduk usia 16-18 tahun
tersedia sebanyak 20,92 sekolah menengah atas pada tahun 2007, atau 1 SLTA
diperuntukan bagi 478 orang penduduk usia 16-18 tahun; dan angka rasio
ketersediaan SLTA meningkat menjadi 21,43 buah (1 SLTA untuk 467 orang) pada
tahun 2008, dan angka rasio tersebut stabil pada angka di atas 21 tersebut sampai
tahun 2010, tetapi menurun pada tahun 2011.
Tabel 2.27
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah pada
Jenjang Pendidikan MenengahTahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru
No Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah sekolah menengah 83 88 89 89 94
2 Jumlah penduduk usia 16-18 39.684 41.055 42.065 41.409 49.502
tahun
3 Rasio 20,92 21,43 21,16 21,49 18,99
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012
Tabel 2.29 di bawah ini memperlihatkan nilai rasio guru/murid untuk jenjang
pendidikan menengah (SLTA) dari tahun 2007 sampai 2011. Tabel tersebut
memperlihatkan bahwa nilai rasio guru/siswa SLTA pada tahun 2007 adalah sebesar
874,80 (terdapat 874,8 orang guru yang melayani 10.000 orang siswa SLTA). Makna
Tabel 2.29
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah Kota Pekanbaru
Tahun 2007 s.d 2011
No Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah guru 3.379 3.544 3.663 3.616 3.825
2 Jumlah murid 38.626 39.859 42.479 42.517 43.866
3 Rasio 874,80 889,13 862,31 850,48 871,97
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012
Tabel 2.31
Persentase Kelas SD-SMP-SMA Kondisi Baik Tahun 2006 s.d 2011
Kota Pekanbaru
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah kelas kondisi 1.480 1.586 1.808 1.938 2.018 2.046
baik
2 Jumlah kelas 2.250 2.289 2.419 2.541 2.647 2.677
3 Persentase kelas baik 65,78 69,29 74,74 76,27 76,24 76,43
Tabel 2.32
Angka Putus Sekolah Tingkat SD, SLTP dan SLTA Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1. SD/MI
1.1. Siswa putus sekolah 76 85 77 67 116
1.2. Jumlah siswa 98.691 101.579 105.285 107.655 107.196
1.3. Angka Putus Sekolah 0,08% 0,08% 0,07% 0,06% 0,10%
2. SMP/MTs
2.1 Siswa putus sekolah 147 124 112 137 114
2.2. Jumlah siswa 38.562 42.135 42.886 43.203 43.264
2.3. Angka Putus Sekolah 0,38% 0,29% 0,26% 0,31% 0,26%
3. SMA/MA/SMK
3.1. Siswa putus sekolah 215 209 194 204 246
3.2. Jumlah siswa 38.626 39.859 42.479 42.517 43.866
3.3. Angka Putus Sekolah 0,55% 0,52% 0,45% 0,48% 0,56%
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2012
Tabel 2.34
Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah siswa 11.611 12.419 9.127 5.603 13.803
TK/RA/TPA
2 Jumlah siswa 31.893 32.497 32.497 38.974 10.638
diniyah/awaliah
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012
Untuk memperbesar rasio guru layak mengjar D3 dan S1 maka diupayakan untuk
peningkatan jenjang pendidikan guru melalui pendidikan tinggi baik di Universitas
Negeri dan Swasta secara formal maupun melalui pendidikan Universitas Terbuka
baik memakai kurikulum campuran (blanded pedagogy) maupun yang relatif full
berbasis online.
2.3.1.2 Kesehatan
Indikator kinerja pembangunan bidang kesehatan dapat dilihat dari beberapa aspek,
antara lain: Rasio Posyandu per Satuan Balita; Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per
Satuan Penduduk; Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk; Rasio Dokter per Satuan
Penduduk; Rasio Tenaga Medis per satuan Penduduk; Cakupan Komplikasi Kebidanan
yang Ditangani; Cakupan Kelurahan UCI; Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat
Perawatan; Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA;
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD; Cakupan Pelayanan
Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin; Cakupan Kunjungan Bayi; Cakupan
Puskesmas dan Cakupan Pembantu Puskesmas. Berikut ini disampaikan beberapa
indikator kinerja utama pembangunan bidang kesehatan Kota Pekanbaru pada periode
2007-2011.
a. Rasio Posyandu per-Satuan Balita
Rasio Posyandu per-Satuan Balita merupakan jumlah posyandu untuk setiap 1000
orang balita. Tabel 2.36 menunjukkan bahwa rasio jumlah posyandu per-1000 orang
balita pada periode 2007-2011 adalah di atas 5 buah. Jumlah posyandu selalu
bertambah dari 573 buah pada tahun 2007 menjadi 602 buah pada tahun 2011.
Penambahan jumlah posyandu dimaksudkan untuk mengantisipasi pertambahan
jumlah bayi dari tahun ke tahun, dan ini cukup efektif sehingga persentase jumlah
posyandu dapat dipertahankan di atas 5 per-1000 balita. Tabel 2.37 memperlihatkan
jumlah posyandu dan balita serta rasionya untuk setiap kecamatan di Kota
Pekanbaru pada tahun 2011.
Tabel 2.37
Jumlah Posyandu dan Balita Menurut Kecamatan Tahun 2011
Kota Pekanbaru
Jumlah
No Kecamatan Jumlah Posyandu Balita Rasio
1 Bukit Raya 57 11.439 4,98
2 Marpoyan Damai 72 15.643 4,60
3 Tampan 67 21.113 3,17
4 Sukajadi 54 5.871 9,20
5 Pekanbaru Kota 34 3.119 10,90
6 Sail 24 2.668 9,00
7 Lima Puluh 30 5.144 5,83
8 Tenayan Raya 82 15.326 5,35
9 Senapelan 40 4.534 8,82
10 Rumbai Pesisir 64 8.051 7,95
11 Rumbai 42 8.042 5,22
12 Payung Sekaki 36 10.775 3,34
13 Pekanbaru 602 111.725 5,39
Sumber : Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012
Tabel 2.39
Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun 2011
Menurut Kecamatan – Kota Pekanbaru
Jumlah Puskesmas Poliklinik Pustu
No Kecamatan
Penduduk Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio
1 Bukit Raya 92.395 1 0,01 47 0,50 3 0,03
2 Marpoyan Damai 126.355 2 0,02 26 0,21 4 0,03
3 Tampan 170.543 3 0,02 35 0,21 2 0,01
4 Sukajadi 47.420 2 0,04 21 0,44 1 0,02
5 Pku Kota 25.193 1 0,04 16 0,64 1 0,04
6 Sail 21.550 1 0,05 5 0,23 2 0,09
7 Lima Puluh 41.549 1 0,02 9 0,22 4 0,10
8 Tenayan Raya 123.799 2 0,02 30 0,24 5 0,04
9 Senapelan 36.625 1 0,03 9 0,25 2 0,05
10 Rumbai Pesisir 65.036 2 0,03 17 0,26 5 0,08
11 Rumbai 64.961 3 0,05 7 0,11 2 0,03
12 Payung Sekaki 87.038 1 0,01 32 0,37 2 0,02
13 Pekanbaru 902.464 19 0,02 254 0,28 33 0,04
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012
Tabel 2.40
Jumlah Rumah Sakit per-Satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011
Kota Pekanbaru
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah Rumah Sakit 14 16 18 21 22
2 Jumlah Penduduk 771.429 799.213 802.788 897.768 902.464
3 Rasio 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
Tabel 2.41 memperlihatkan jumlah dan rasio ketersediaan rumah sakit untuk setiap
kecamatan di Kota Pekanbaru pada tahun 2011. Dapat dilihat dari tabel tersebut
bahwa distribusi rumah sakit di Pekanbaru untuk setiap kecamatan masih belum
merata. Masih ada 4 kecamatan (Lima Puluh, Tenayan Raya, Rumbai dan Rumbai
Pesisir) yang belum memiliki rumah sakit. Begitu juga rasio yang sangat kecil
(sebesar 0,006 – hanya ada 1 rumah sakit untuk kecamatan Tampan), menunjukkan
bahwa di kecamatan Tampan perlu penambahan rumah sakit untuk melayani
penduduk yang berjumlah lebih dari 170 ribu iwa. Untuk itu, pembangunan rumah
sakit di 5 kecamatan tersebut layak dilakukan, demi optimalnya layanan kesehatan
bagi masyarakat.Sedangkan untuk kecamatan Sail dan Pekanbaru Kota, dengan
rasio di atas 0,1; menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 1 buah rumah sakita untuk
setiap 10.000 penduduk di dua kecamatan tersebut.
Tabel 2.43
Jumlah Dokter per-Satuan Penduduk Tahun 2011
Menurut Kecamatan - Kota Pekanbaru
No Kecamatan Jumlah Dokter Jumlah Rasio
Penduduk
1 2 3 4 5
1 Bukit Raya 99 92.395 1,1
2 Marpoyan Damai 68 126.355 0,5
3 Tampan 83 170.543 0,5
4 Sukajadi 151 47.420 3,2
5 Pekanbaru Kota 179 25.193 7,1
6 Sail 48 21.550 2,2
7 Lima Puluh 99 41.549 2,4
8 Tenayan Raya 14 123.799 0,1
9 Senapelan 93 36.625 2,5
10 Rumbai Pesisir 45 65.036 0,7
11 Rumbai 18 64.961 0,3
12 Payung Sekaki 82 87.038 0,9
13 Pekanbaru 979 902.464 1,1
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012
Tabel 2.45 menunjukkan jumlah dan rasio ketersediaan tenaga medis pada Tahun
2011 pada setiap kecamatan di Kota Pekanbaru.Pada tabel tersebut, terlihat bahwa
distribusi tenaga medis kurang merata untuk setiap kecamatan. Dari tabel tersebut
juga dapat terbaca bahwa pada 4 kecamatan (Tampan, Lima Puluh, Tenayan Raya
dan Payung Sekaki), hanya ada kurang dari 2 orang tenaga medis untuk 1000 orang
penduduk. Sedangkan pada 3 kecamatan (Pekanbaru Kota, Sail dan Senapelan),
tersedia tenaga medis sekitar 10 orang atau lebih. Untuk 5 kecamatan lainnaya
(Sukajadi, Rumbai, Rumbai Pesisir, Bukit Raya dan Marpoyan Damai), dengan rasio
antara 2,4 sampai dengan 6,1 mengindikasikan bahwa tenaga medis yang tersedia
pada tahun 2011 di kelima kecamatan tersebut berkisar antara 2 sampai 6 orang
untuk setiap 1000 orang penduduknya.
Tabel 2.45
Jumlah Tenaga Medis per-Satuan Penduduk Tahun 2011
Menurut Kecamatan - Kota Pekanbaru
No Kecamatan Jumlah Tenaga Jumlah Rasio
Medis Penduduk
1 Bukit Raya 568 92.395 6,1
2 Marpoyan Damai 300 126.355 2,4
3 Tampan 250 170.543 1,5
4 Sukajadi 157 47.420 3,3
5 Pekanbaru Kota 250 25.193 9,9
6 Sail 257 21.550 11,9
7 Lima Puluh 75 41.549 1,8
8 Tenayan Raya 200 123.799 1,6
9 Senapelan 357 36.625 9,7
10 Rumbai Pesisir 330 65.036 5,1
11 Rumbai 225 64.961 3,5
12 Payung Sekaki 125 87.038 1,4
13 Pekanbaru 3094 902.464 3,4
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012
Tabel 2.47
Jumlah Penduduk Laki-laki Berdasarkan Umur Tahun 2007-2010
Kota Pekanbaru
Kelompok Umur 2007 2008 2009 2010
0-4 46.641 42.864 48.145 50.203
5-9 36.813 38.719 40.309 45.497
10-14 39.270 30.796 34.332 40.389
15-19 31.900 35.370 37.078 42.238
20-24 44.730 48.668 45.560 52.730
25-29 41.180 39.037 41.844 48.251
30-34 31.900 38.562 35.228 42.169
35-39 30.535 34.832 31.625 36.970
40-44 22.618 29.201 24.840 29.971
45-49 22.891 22.660 22.670 23.619
50-54 18.290 15.120 17.796 17.267
55-59 9.554 9.026 9.896 11.415
60-64 5.460 6.469 6.220 6.295
65-69 4.368 4.481 3.877 4.564
70-74 1.365 3.022 1.935 2.687
75+ 2.457 1.678 2.545 2.121
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011
Pada tabel 2.48 di bawah terlihat bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin
perempuan didominasi oleh kelompok umur muda sampai usia pertengahan-
dewasa (0-44 tahun). Tidak seperti penduduk laki-laki, penduduk perempuan
jumlahnya cenderung cukup stabil (bertambah hanya sedikit) dari tahun 2007
sampai 2010, dengan kenaikan dan penurunannya fluktuatif pada angka yang tidak
terlalu signifikan. Pada kelompok usia lebih tinggi (45-75+ tahun), jumlah perempuan
lebih stabil.
d. Kepemilikan KTP
Rasio Kepemilikan KTP adalah perbandingan jumlah penduduk yang memilki KTP
dengan jumlah penduduk yang wajib memiliki KTP. Dari tabel 2.51 di bawah ini,
terlihat bahwa prosentase/rasio kepemilikan KTP naik signifikan dari tahun 2007 ke
Tabel 2.51
Rasio Kepemilikan KTP Penduduk Kota Pekanbaru
Tahun 2007-2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah penduduk ber-KTP 57.010 181.058 264.067 378.247 529.616
2 Jumlah penduduk wajib KTP 117.866 300.006 383.797 460.009 521.285
3 Rasio kepemilikan KTP 48,37% 60,35% 68,80% 82,22% 101,59%
2.3.1.4 Sosial
Berdasarkan tabel 2.52 PMKS untuk kasus anak terlantar, lanjut usia terlantar
dan tuna susila terjadi tren menurun sedangkan kasus anak nakal, wanita rawan
sosial ekonomi, korban tindak kekerasan, penyandang cacat, keluarga fakir miskin,
keluarga rumah tak layak huni, masyakat tinggal di daerah rawan bencana dan
orang dengan HIV terjadi peningkatan. Kajian yang berhubungan dengan PMKS
masih perlu dilakukan untuk memetakan akar permasalahan sebenarnya, demi
meningkatkan kesejahteraan sosial di Kota Pekanbaru.
b. Rasio Ketersediaan Tempat Ibadah
Merupakan inti dan sasaran pembangunan itu sebagaimana yang tertuang dalam
undang-undang dasar negara republik Indonesia 1945 adalah pembangunan
manusia seutuhnya, lahir dan batin. Ibadah merupakan salah satu kunci untuk
mewujudkan pembentukan manusia seutuhnya. Oleh karena itu sangat diperlukan
sarana tempat ibadah demi untuk merealisasikan hal tersebut. Di bawah ini
adalah tabel rasio ketersediaan tempat ibadah di kota Pekanbaru:
c. Karang Taruna
Gambaran kondisi daerah yang berkaitan dengan keberadaan karang taruna di kota
Pekanbaru dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.54
Jumlah dan Status Karang Taruna di Kota Pekanbaru
Tahun
No Status Karang Taruna 2006 2007 2008 2009 2010
1 Tumbuh 58 58 58 70 73
2 Berkembang 12 15 18 20 23
3 Maju - - - 3 4
4 Percontohan - - - - -
5 Jumlah 70 73 76 93 98
a. Organisasi Pemuda
Organisasi pemuda adalah sekelompok pemuda yang berkerja sama dengan suatu
perencanaan kerja dan peraturan-peraturan, untuk mencapai sasaran dan tujuan
tertentu. Pembangunan kepemudaan merupakan bagian yang sangat urgen.
Pemerintah kota pekanbaru telah melakukan upaya membangun generasi muda
melalui berbagai kegiatan kepemudaan, seperti pendidikan pemuda yang
produktif, kegiatan pemuda pelopor, penyelenggaraan upacara bendera, pasukan
pengibar bendera.
b. Organisasi Olahraga
Yang dimaksud dengan organisasi olah raga adalah organisasi formal yang dibentuk
oleh sekelompok masyarakat olahraga yang berkerjasama dengan suatu
perencanaan-perencanaan kerja dan peraturan-peraturan, demi mencapai suatu
sasaran dan tujuan pembangunan dunia olah raga.
c. Kegiatan Kepemudaan
Banyaknya kegiatan kepemudaan yang terarah dan positif menunjukkan dan
menggambarkan tingginya antusias dan semangat pemuda untuk berkontribusi dan
berperan serta dalam pembangunan daerah. Tinggi dan beragamnya jumlah
kegiatan kepemudaan tersebut merupakan salah satu indikator efektifitas
keberadaan organisasi pemuda dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Salah
satu bentuk kegiatan kepemudaan itu adalah kegiatan atau event kepemudaan yang
diselenggarakan dalam bentuk pertandingan, perlombaan dan upacara serta
kejadian atau peristiwa sejenis.
Di kota Pekanbaru kegiatan kepemudaan tetap dilakukan secara rutin oleh
organisasi kepemudaan, antara lain kegiatan rutin yang dilakukan oleh organisasi
KONI, OKP-OKP, serta organisasi-organisasi kepemudaan lainnya, seperti kegiatan-
kegiatan yang di taja oleh siswa sekolah menengah, atau mahasiswa di berbagai
perguruan tinggi.
d. Kegiatan Olahraga
Tinggi dan banyaknya kegiatan olahraga merupakan indikator efektifitas keberadaan
Penyelenggaraan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri di kota Pekanbaru
secara umum tergambar dan dapat dilihat dari rasio jumlah polisi pamong praja per
10.000 penduduk, rasio jumlah linmas per 10.000 penduduk, dan juga rasio siskamling
per jumlah kelurahan sekota Pekanbaru.
a. Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 Penduduk
Dalam upaya untuk memaksimalkan pelaksanaan kamtibmas di kota Pekanbaru
Satuan Polisi Pamong Praja selama ini telah menunjukkan perannnya. Efektif atau
tidaknya peran tersebut sangat tergantung kepada tingkat kesadaran masyarakat
untuk menjaga kamtibmas di lingkungan masing-masing. Selain itu juga dipengaruhi
dan ditentukan oleh keberadaan Satpol PP. Di kota Pekanbaru rasio jumlah Satpol
PP terhadap jumlah penduduk dapat dilihat dari tabel berikut:
Dari tabel diatas terlihat bahwa rasio Satpol PP di kota Pekanbaru agak fluktuatif,
malahan pada tahun 2010 menunjukkan penurunan, disamping itu di tahun yang
sama peningkatan jumlah penduduk naik sangat drastis. Ini secara otomatis
membuat beban kerja untuk setiap personil yang tergabung dalam Satpol PP
semakin meningkat dan bertambah, karena laju pertumbuhan penduduk jauh lebih
cepat dibandingkan kemampuan daerah menambah dan meningkatkan jumlah
personil Satpol PP setiap tahunnya.
Melihat kondisi di atas, maka untuk memantapkan penyelenggaraan kamtibmas di
kota Pekanbaru pemerintah harus serius dalam mengupayakan peningkatan
personil Satpol PP, baik secara kuantitas dan juga kualitas, apalagi mengingat kota
Pekanbaru dibandingkan kota-kota lainnya termasuk kota yang sangat laju
pertumbuhan penduduknya. Disamping itu melakukan upaya yang optimal untuk
meningkatkan kesadaran semua komponen masyarakat agar berpartisipasi dan
berperan aktif dalam mewujudkan dan merealisasikan kondisi kamtibmas yang
diharapkan, khususnya melalui kesadaran dalam penegakan aturan-aturan dan
regulasi yang telah ditetapkan.
b. Rasio Jumlah Linmas per 10.000 Penduduk
Rasio jumlah petugas perlindungan masyarakat (linmas) dapat menggambarkan
indikator kapasitas seluruh komponen pemerintah dan masyarakat daerah dalam
menjaga ketertiban dan keamanan di tengah-tengah masyarakat, mengingat
petugas linmas merupakan satuan yang memiliki tugas dan amanah untuk
memelihara dan menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat secara umum.
Gambaran rasio linmas per 10.000 penduduk di kota Pekanbaru terdapat pada tabel
berikut :
Dari table di atas terlihat rasio Limas di Pekanbaru relative fluktuatis, pada tahun
2006 jumlah Limas sangat minim (rasio 0,53) yang berarti setiap 19.000 penduduk
dilayani 1 petugas Limas (rasio ideal 1:1.000 penduduk). Sedangkan pada tahun-
tahun berikut nya rasionya mengkat drastis menjadi 247 orang per 10.000 penduduk
(2007), 336 (2008) dan 263 (2010).
c. Rasio Pos Siskamling Per Jumlah Kelurahan (2006-2010)
Ketersediaan Pos siskamling per kelurahan dapat memberi gambaran rasio pos
siskamling pada setiap kelurahan. Semakin tinggi rasio pos siskamling berarti
semakin tinggi pula kapasitas, partisipasi dan peran serta seluruh komponen
masyarakat dalam menyiapkan fasilitas penunjang untuk menjamin terjaga dan
terpeliharanya ketertiban dan keamanan di tengah-tengah masyarakat secara
umum. Di bawah ini adalah tabel rasio pos siskamling per kelurahan.
Tabel 2.57
Rasio Jumlah Pos Siskamling di Kota Pekanbaru (2006-2010)
Tahun
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Pos Siskamling 717 717 717 689 696
2 Jumlah Desa/kelurahan 58 58 58 58 58
3 Rasio Jumlah Pos Siskamling 12,4 12,4 12,4 11,9 12
per Kelurahan
Dari tabel di atas diketahui bahwa dalam periode tahun 2006-2010, rata-rata di kota
Pekanbaru setiap kelurahan mempunyai pos siskamling sebanyak 12 Unit.
2.3.1.7 Ketenagakerjaan
Indikator kinerja bidang ketenagakerjaan meliputi: Jumlah Pencari Kerja yang Terdaftar,
Jumlah Pencari Kerja yang Ditempatkan, Persentase Pencari Kerja yang
Tabel 2.59 di bawah ini memperlihatkan jumlah pencari kerja yang telah ditempatkan
menurut tingkat pendidikan di Kota Pekanbaru pada tahun 2006 sampai tahun 2011.
Seperti juga pencari kerja yang terdaftar, maka pencari kerja yang ditempatkan juga
didominasi oleh tamatan SMA/sederajat dan sarjana. Sedangkan dari tahun 2006 sampai
2011 kecenderungan jumlah tenaga kerja yang ditemapatkan selalu bertambah.
Tabel 2.59
Jumlah Pencari Kerja yang Ditempatkan Menurut Tingkat Pendidikan
Kota Pekanbaru - Tahun 2006-2011
No Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD & yang sederajat 129 21 0 0 0 0
2 SMP & yang sederajat 277 37 0 0 0 0
3 SMA & yang sederajat 367 855 1.088 1.387 1.197 419
4 D1/D2 1 3 86 - 86 17
5 D3 / Sarjana Muda 93 10 792 828 347 957
6 Sarjana 181 310 831 629 315 828
Jumlah 1.048 1.236 2.797 2.844 1.948 2.231
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Pekanbaru, 2012
Persentase pencari kerja yang telah ditempatkan ditampilkan pada Tabel 2.60 di bawah
ini. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa persentase penempatan tenaga kerja selalu
meningkat dari tahun 2005 sampai tahun 2011, dari angka 5% pada tahun 2005 menjadi
43,23% pada tahun 2011.
Jumlah pengangguran dan tenaga kerja yang bekerja di Kota Perkanbaru ditampilkan
pada Tabel 2.61. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran trend nya
menurun dari tahun 2008 (14,24) sampai 2011 (9,33). Trend positif ini mesti terus dijaga
sampai tingkat pengangguran menjadi seminimal mungkin.
Tabel 2.61
Tingkat Pengangguran
Kota Pekanbaru - Tahun 2008-2011
Angkatan Kerja ( < 15 Tahun) Pengangguran Tingkat
No Tahun Penduduk Laki-laki Perempuan Jumlah Bekerja Terbuka Pengangguran
1 2008 799.213 203.983 109.530 313.513 268.861 44.652 14,24
2 2009 802.788 208.325 115.047 323.372 284.463 38.909 12,03
3 2010 897.768 256.789 178.814 435.603 391.047 44.556 10,23
4 2011 903.464 - - 421.532 382.185 39.347 9,33
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pertanian terlihat pada beberapa indikator
kinerja sebagaimana Gambar 2.12 berikut.
2.3.2.2 Perikanan
Berdasarkan Gambar 2.13 diatas, maka terjadi peningkatan produksi selama lima tahun
sebesar rata-rata 25 % pertahun sementara itu perkembangan konsumsi ikan
masyarakat juga terjadi peningkatan sebesar rata-rata 25 % pertahun di kota Pekanbaru.
Gambar 2.14 berikut menjelaskan semakin meningkatnya produksi ikan peliharaan di
Dalam hal ini fokus tinjauan diarahakan pada perkembangan perdagangan luar negeri
baik ekspor maupun impor di Pekanbaru. Selama tahun 2009 realisasi nilai ekspor Kota
Pekanbaru mencapai sekitar 40 juta US$. Nilai ini naik 0,88% (3 juta US$) dibandingkan
tahun 2008 yaitu 37 juta US$. Terjadi lonjakan yang signifikan terhadap ekspor ditahun
2010 menjadi 108 juta US$.
Sedangkan nilai impor pada tahun 2009 mencapai 66 juta US$, dan turun 19 % ada
tahun 2008 sebesar 82 juta US$. Namun terjadi peningkatan yang signifikan ditahun
2010 menjadi 108 juta US$.Permasalahan masa akan datang adalah ketersediaan dan
dana pembangunan daerah untuk menyediakan infrastruktur jalan dalam jangka pendek
untuk menarik investasi potensial dimasa depan.
Walaupun dari segi nilai ekspor dan impor relatif seimbang, namun terjadi lonjakan
prosentase nilai kenaikan impor melebihi ekspor. Ini menandakan masih perlu digali
kemampuan ekspor komoditi perdagangan Kota Pekanbaru untuk menyeimbangkan
kenaikan prosentase impornya.
Permasalahan yang mendesak saat ini datang adalah terbatasanya aksespendanaan
pembangunan daerah untuk menyediakan infrastruktur jalan, listrik, air bersih dan sistem
komunikasi dalam jangka pendek untuk menarik investasi potensial dimasa depan.
2.4.1.3 Perindustrian
Perlu dicermati faktor-faktor apa yang mengakibatkan hal ini terjadi, bagaimana
menanggulanginya dalam tataran kebijakan, regulasi dan fasilitas infrastruktur dasar
yang perludisiapkan agar iklim usaha di Kota Pekanbaru dapat menggairahkan bagi
industri besar dan sedang.
Pelayanan air bersih di Kota Pekanbarupada saat ini sebagian disediakan oleh PDAM
Tirta Siak Pekanbaru. Jumlah cakupan pelayanan air bersih ini terbatas hanya pada
pusat bisnis di ibu Kota Pekanbaru. Cakupan pelayanan air bersih yang disediakan oleh
PDAM Tirta Siak Pekanbaru dari tahun 2006 sampai2010 hampir tidak terjadi perubahan
yang signifikan. Cakupan pelayanan tahun 2006 sampai 2010 kurang dari 20.000 Kepala
Keluarga (KK) dan cendrung turun menjadi 14.000 KK di tahun 2010.
Sedangkan persentase cakupan pelayanan air bersih PDAM relatif tidak berubah, dan
cenderung turun tiap tahunnya dari 13% menjadi 8% diperiode 2006 sampai 2010.
Prosentase cakupan pelayanan air bersih ini jauh di bawah angka rata-rata Nasional
(2009) yaitu 12% untuk Indonesia 2009 (BPS, 2010 dan Sandhyavitri, 2010).
Gambar 2.19 Prosentase cakupan Pelayanan Air Bersih PDAM di Kota Pekanbaru
Sedangkan jumlah populasi terus meningkat sehingga diperkirakan setelah tahun 2013,
populasi menembus batas 1 juta orang di Kota Pekanbaru dengan KK lebih dari 250.000.
Maka kebutuhan air bersih menjadi hal yang vital dan kompetisi untuk mendapatkannya
perlu untuk diregulasikan dengan cermat.
Infrastruktur jalan yang relatif terbatas dibanding luas Pekanbaru. Infrastruktur jalan
dianggap salah satu faktor yang mendukung sektor ekonomi utama di kota ini. Menurut
Ebby Hermawan (2005) dan Teddy Mutejo (2008), Standar pelayanan Minimal (SPM)
aksesibilitas Jalan pada akhir tahun pencapaian, dapat digunakan persamaan
sebagai berikut :
Tabel 2.62
Standar Pelayanan Minimal Aksesibilitas Jalan
2 Ketetapan SPM
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km )
0-1000 0.5
1000-5000 1.5
>5000 5
Sumber : Ebby Hermawan, 2005, dan Teddy Mutejo, 2008
Aksesibilitas jalan Kota Pekanbaru sudah diatas SPM yaitu 4,375 > 1,5 (standar
minimalnya dari Tabel). Sehingga pembangunan akses jalan secara umum di
Pekanbaru sudah diatas nilai minimal yang disyaratkan Pemerintah (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 14 /PRT/M/2010). Namun, angka ini masih belum
mencerminkan kualitas prasarana jalan, karena 30% dari jalan yang ada dalam kondisi
rusak dan rusak berat. Perbandingan nilai SPM untuk kabupaten/kota di Provinsi Riau
bisa dilihat pada Tabel 2.63
Adapun kondisi jalan Kota Pekanbaru dalam kondisi baik cenderung fluktuatif dalam
range angka 45-48%, dan kondisi rusak sampai rusak berat sekitar 30% dalam
masa 2007-2009.
Namun secara umum proporsi jalan yang baik cenderung meningkat dalam periode 4
Tahun (Gambar 2.24).
Gambar 2.28 Panjang Jalan Nasional, Propinsi, dan Kabupaten di Pekanbaru, 2006-2010
Mayoritas jalan di Kota Pekanbaru adalah jalan kota (80%) dengan total panjang jalan
2578 km (di tahun 2010). Adapun total panjang jalan Nasional dan Propinsi sekitar 110
km (<10%). Pengelolaan jalan Kota adalah tanggungjawab Kota Pekanbaru, sedangkan
jalan-jalan Propinsi dan Nasional adalah tanggungjawab Propinsi Riau dan Pemerintah
Pusat, baik dari segi teknis maupun penganggaran pemeliharaannya.
Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kondisi jalan, maka Pemerintah Kota
Pekanbaru telah melaksanakan pekerjaan peningkatan ataupun pemeliharaan jalan
berupa pengerasan, pengaspalan makadam, pengaspalan hotmix, dan overlay hotmix.
Tabel 2.64
Peningkatan Infrastruktur Jalan Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
PENGASPALAN PENGASPALAN OVERLAY
TAHUN PENGERASAN MAKADAM HOTMIX HOTMIX TOTAL
(km) (km) (km) (km) (Km)
2006 0,705 - 10,723 16,506 27,934
2007 2,042 19,610 38,604 39,097 99,353
2008 2,705 21,443 20,195 8,500 52,843
2009 735 16,469 19,329 30,464 66,997
2010 3,618 - 22,388 29,806 70,812
JUMLAH 9,805 57,522 111,239 124,373 302,939
2.4.2.4 Kebakaran
Keamanan perumahan dan permukiman dari bahaya kebakaran menjadi hal yang
penting untuk diperhatikan. Data kebakaran di Kota Pekanbaru terlihat pada Tabel
dibawah ini.
Tabel 2.65
Tingkat kebakaran di Kota Pekanbaru menurut jenis
Dan Jumlah Kerugian Tahun 2006-2010
Tahun
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
Rumah Penduduk - 66 76 127 84
Bangunan Umum - 61 48 20 8
Bangunan Industri - 2 1 - 20
Lahan - 51 61 94 34
Lain-lain - 8 14 14 9
Kerugian Material
(Ribuan Rupiah) 15.295.300 25.481.400 19.040.000 17.785.300 23.480.500
Korban Jiwa 3 1 - 6 -
Sumber Data : Dinas Pemadam Kebakaran Kota Pekanbaru, 2011
Penyebab terjadinya kebakaran beragam antara lain api terbuka seperti korek api,
obat nyamuk bakar, arus pendek listrik maupun petir. Hal ini menunjukkan masih
perlunya peningkatan penyuluh kepada masyarakat tentang pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran.
2.4.2.5 Pembangunan Saluran Drainase, Normalisasi Sungai dan Persampahan
Pajang talud dan normalisasi sungai yang dibangun sudah sangat signifikan naik
lebih dari 700%, namun masih sangat terbatas dengan panjang sungai dan parit
yang ada di Pekanbaru.
Informasi ini belum mencukupi perlu tambahan data panjang parit yang dibutuhkan,
panjang sungai dan jalan yang ada.
b. Waterfront City
Perkembangan aktivitas masyarakat di sepanjang bantaran Sungai Siak –
Pekanbaru, Propinsi Riau menunjukkan intensitas kegiatan yang tinggi. Hal ini
nantinya dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan habitat
Sungai bila tidak dilakukan pengendalian terhadap space use.
Perilaku Sungai Siak bila meluap selalu menggenangi kawasan–kawasan di
sekitarnya, yang secara geografis memang terletak pada dataran rendah dan relatif
tidak terlalu tinggi dibanding pusat kota. Selain itu terjadi perbedaan elevasi / peil
pasang surut air sungai yang tinggi.
Aktivitas yang berada di sepanjang Sungai Siak adalah permukiman lama penduduk
yang berada di bawah tanggul; kawasan bisnis / perdagangan (seperti Pasar
Bawah; Rumah Makan, Toko dll); kawasan perkantoran; kawasan pendidikan;
kawasan sosial; pelabuhan / dermaga tempat bersandar kapal; jembatan yang
melintasi Sungai sebagai jalur transportasi darat; dan bahkan letak jalan untuk lalu
lintas kendaraan berada di atas lokasi kawasan permukiman serta kegiatan
transportasi sungai dengan intensitas tinggi.
Penyebaran wilayah Kota Pekanbaru belum tertata dengan optimum. Hal ini terlihat
pada terkonsentrasinya permukiman dan pusat perdagangan / komersial di bagian
selatan Sungai Siak, yang secara historis merupakan awal pertumbuhan Kota
Pekanbaru, namun potensi untuk menata wilayah masih sangat memungkinkan
karena tersedianya lahan yang luas. Berdasarkan pola pemanfaatan ruang dan
kecenderungan pola perkembangan penggunaan lahan di Kota Pekanbaru
sebagaian besar didominasi oleh perumahan dan kegiatan – kegiatan seperti
perdagangan, perkantoran (pemerintahan dan swasta) sarana pelayanan umum
beserta penunjangnya serta industri, selain fungsi – fungsi tersebut diatas, Kota
Pekanbaru memiliki lahan tidak terbangun yang jauh lebih banyak dibandingkan
dengan areal terbangun. Penggunaan areal yang tidak terbangun ini terutama
untuk kebun, tegalan, hutan, semak dan lain sebagainya. Masterplan dari Waterfront
City sudah diselesaikan dari tahun 1999 dan setelah 5 tahun perlu untuk direfisi.
Banyak lokasi perkantoran SKPD Kota Pekanbaru berada di area bisnis yang padat
populasinya dan sudah tidak nyaman lagi untuk dijadikan kegiatan perkantoran,
sedangkan beberap pelayan kantor tidak dapat dioptimalkan kinerjanya karena
saling berjauhan jaraknya misalnya kantor bappeda dan PU berjarak cukup jauh,
maka untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan pada masyarakat perlu
diupayakan relokasi perkantoran pemerintahan daerah pada suatu kawasan yang
terpusat. Perlu diupayakan perencanaan relokasi kantor saat ini menuju kawasan
perkantoran terpadu tanpa terlalu mempengaruhi pendanaan yang bersumber dari
APBD (misalnya dengan kemitraan publik dan swasta).
c. Persampahan
Berdasarkan data tahun 2005, 40 % penduduk perkotaan Indonesia mempunyai
akses terhadap pengelolaan sampah (Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi
Berbasis Masyarakat, 2005).
Untuk Kota Pekanbaru, akses terhadap pelayanan sampah oleh Dinas Kebersihan
dan Pertamanan (DKP) selama 2007-2011 juga tidak jauh berbeda dengan yang
terjadi di Indonesia yaitu rata-rata 40% (dengan asumsi 1 orang memproduksi
sampah 1,25 kg/hari). Namun bila dipakai asumsi produksi sampah 2,5
kg/orang/hari maka akses masyarakat terhadap pelayanan sampah skitar 24%
(Table 2.66).
Tabel 2.66
Timbunan Sampah dan Prosentase Sampah yang Diangkut, 2007-2011
Timbunan Prosentase Prosentase
Tahun Penduduk Sampah dengan Timbunan Sampah sampah sampah
Asumsi (1.25 Sampah dengan Terangk diangkut(asumsi 1 diangkut(asumsi
kg/orang/hari) Asumsi (2.5 ut ton=1m3) untuk 1 ton=1m3)
1 2 3 kg/orang/hari)
4 (m3/hari)
5 1.256=5/3*100%
kg/org/hr untuk 2.5
7=5/4*100%
2007 754,46 1,129.8 1,886.1 451.94 0.40 0.24
2008 779,89 1,130.8 1,949.7 452.34 0.40 0.23
2009 799,21 1,251.0 1,998.0 500.42 0.40 0.25
2010 802,78 1,312.5 2,006.9 525.00 0.40 0.26
2011 903,90 1,319.5 2,259.7 527.84 0.40 0.23
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2012
Gambar 2.32 Sampah diangkut dan Prosentase Sampah yang Diangkut, 2007-2012
Tabel 2.67
Tabel 2.68
Berdasarkan data 2011, 30% lampu jalan sudah termeterisasi, masih 70% belum
termeterisasi. Upaya instalasi meter lampu ini dilakukan untuk mengefisiensikan
penggunaan dan pembayaran listrik lampu perkotaan.
f. Sanitasi
Salah satu penunjang sanitasi rumah tangga adalah kepemilikan kamar mandi.
Prosentase kepemilikan kamar mandi per keluarga di Kota Pekanbaru sudah
mencapai 95%, hanya 5 % dari total masyarakat yang tidak punya kamar mandi
sendiri (Laporan Akhir Master Plan Air Limbah Kota Pekanbaru, 2011). Angka ini
relatif tinggi dibanding dengan yang ada di Indonesia yang hanya
55,5% (Rediknas, 2010).
Tabel 2.69
Sumber : Laporan Akhir Survey Sosial-Ekonomi Master Plan Air Limbah Pekanbaru, 2011.
Terlihat dari Tabel 2.69, bahwa kepemilikan kamar mandi di Pekanbaru sudah
melebihi 90% dari total rumahtangga yang ada. Angka ini sudah di atas rata-rata
kepemilikan kamar mandi di Riau. Sedangkan persentase masyarakat yang tidak
punya WC/kamar mandi sendiri paling besar adalah di Kecamatan Payung Sekaki
(67,6%) dan Kecamatan Sail (92,3%).
Tabel 2.70
Persentase Fasilitas air limbah di rumah berdasarkan wilayah, 2011
Sumber : Laporan Akhir Survey Sosial-Ekonomi Master Plan Air Limbah Pekanbaru, 2011.
Tabel 2.71
Prosentase Akses Listrik Masyarakat di Propinsi Riau, 2009
Pelanggan Jumlah Rumah
No. Kab/Kota Rumah Tangga Tangga (KK) Elektrifikasi (%)
1 Kota Pekanbaru 178.04 184.462 98.7
2 Kota Dumai 38.568 51.154 75.4
3 Kab. Bengkalis 52.199 158.117 38.14
4 Kab. Kampar 45.421 132.493 34.28
5 Kab. Siak 16.888 73.883 28.64
6 Kab. Indragiri Hulu 18.298 70.983 26.08
7 Kab. Rokan Hulu 19.897 85.641 23.5
8 Kab. Kuantan Singingi 13.804 63.352 22.28
9 Kab. Rokan Hilir 20.474 96.41 21.24
10 Kab. Pelalawan 9.637 62.856 18.84
11 Kab. Indragiri Hilir 25.715 157.163 16.43
RIAU 424.008 1.070.509 42,69
Sumber : BPS Riau, 2010
Sumber: BPS Riau, 2010
Gambar 2.33 Kondisi Kelistirkan di Propinsi Riau, 2009.
Jumlah pelanggan listrik juga berfluktuatif dan cendrung meningkat signfikan 58%
dari periode 2008-2010 (dari 199.000 pelanggan menjadi 315.000).
Sedangkan pemakaian listrik juga meningkat signifikan sebesar 50% dari periode 2006-
2008, atau dihitung dengan tingkat kenaikan 250 juta KWH/tahun. Kebutuhan listrik
diproyeksi akan terus naik secara bertahap selaras dengan perkembangan ekonomi
masyarakat, tumbuhnya industri, jasa, komersial dan perumahan yang realatif pesat di
Kota Pekanbaru.
Namun berdasarkan hasil koordinasi Tim RPJM 2012-2017 dan pihak Konsultan
Pemerintah Kota Pekanbaru masih terdapat beberapa lokasi lainnya yang rawan
kemacetan seperti :
1. Simpang Jln Imam Munandar –Sakuntala- Kelapa Sawit
2. Simpang jl. A.Yani- jl. KHA Dahlan-Jl Teratai
3. Simpang Jl Kemuning – Jl. Riau
4. Simpang Jl. Sutomo – Jl. Hang Tuah
5. Simpang Jl. Durian – Jl Sukarno Hatta
6. Simpang Jl. Kaharuddin Nasution – Jl. Sukarno Hatta (Simpang Mall SKA).
Dari total 18 lokasi (12 lokasi + 6 lokasi) ini di tahun 2012, beberapa lokasi sudah
mulai ditangani permasalahan kemacetannya dengan pembangunan jembatan
layang dan pelebaran jalan antara lain :
1. Ruas Jalan Sudirman segmen I ( Kaharudin Nasution - Imam
2. Munandar) dilakukan pelebaran simpang jl utama
3. Ruas Jalan Sudirman segmen II (Imam Munandar-Tambusai), dilakukan
pembangunan jalan layang (fly over),
4. Ruas Jalan Yos Sudarso, dilakukan pelebaran.
Walaupun sudah dilakukan perbaikan dan peningkatan kinerja beberapa ruas
jalan di Kota Pekanbaru, namun masih belum sepadan dengan peningkatan volume
lalulintas yang tinggi, sehingga masih diperlukan upaya yang konkret dalam
meningkatkan kinerja tranportasi perkotaan di Pekanbaru yang lebih manusiawi,
madani, aman, nyaman dan tertib dengan mengotimalkan penggunaan moda
tranportasi massal, mengurangi kemacetan laulintas, dan ramah lingkungan seperti
Trans Metro Pekanbaru (TMP), mono rail ataupun rail way.
Tabel 2.72
Volume per kapasitas beberapa ruas jalan di Kota Pekanbaru,
dan proyeksinya Tahun 2012
Dari 22 ruas jalan utama yang ditinjau terlihat 2 ruas jalan yang sudah mencapai
tingkat pelayanan yang relatif rendah (E).
Untuk itu dibuat beberap rekomendasi sebagai usulan solusi jangka pendek menengah
(Tabel 4.74).
Tabel 4.74
Daftar Permasalahan dan Usulan Solusi Pada Beberapa Persimpangan, 2010
TITIK
NO LOKASI EKSISTING USULAN SOLUSI
1 Jl. H. Imam area parkir ruko terlalu dekat ke bahu Saluran air tertutup dialih fungsikan
Munandar -Jl. jalan sebagai trotoar
Kapling Jari-jari belokan terlalu kecil (kearah Pelebaran segmen jalan Kapling
jl. Kapling) Pelebaran jari-jari tikungan/belokan
Tiang listrik, telpon dan tiang baliho Pemindahan tiang listrik dan telepon
yang berada terlalu dekat dengan Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi
bahu jalan yang mudah dilihat
Sudah terdapat median jalan lebar 40 Marka jalan diperjelas
cm Pembuatan trotoar
titik rambu lalu lintas yang sulit Pengaturan system Traffic Light
dilihat berdasarkan jumlah kendaraan
belum ada trotoar di sisi jalan dengan
Simpang staggered dan hambatan menggunakan CCTV dinamis/statis
akibat parkir di mulut simpang.
Derajat jenuh Q/V = 1,28 (pagi); 1,03
(sore arah dari jl kapling)
2 Jl. A.Yani- Bahu jalan sempit Saluran air tertutup dan terbuka
Jl. Area parkir ruko terlalu dekat ke dijadikan trotoar
KH.Ahmad bahu jalan Pelebaran bahu jalan
Dahlan - Jari-jari belokan terlalu kecil Pelebaran jari-jari belokan
jl.Teratai Tiang listrik dan telepon dekat Pemindahan tiang listrik dan telepon
dengan bahu jalan Pengaturan system Traffic Light
Kiri kanan jalan sebagian masih berdasarkan jumlah kendaraan
berupa saluran dengan
Laju antrian tidak sebanding dengan menggunakan CCTV dinamis/statis.
panjang antrian, panjang antrian m
Arah teratai pada jam sibuk Q/C =
1,415
3 Jl. Riau – jl jari-jari belokan kurang kecil Pelebaran segmen jalan
DI. Panjaitan Derajat jenuh arah dari kemuning Pelebaran jari-jari belokan
1,74 dengan panjang antrian kl 300 m Pengaturan system Traffic Light
(pagi dan sore), Q/C =1,49 arah dari berdasarkan jumlah kendaraan
jl Riau (minggu sore) dengan menggunakan CCTV
Kapasitas jl kemuning < arus LL yang dinamis/statis.
terjadi (406 < 708 smp/jam), jl Riau
(738 < 1238 smp/jam)
4 Jl. Sudirman - Penggunaan bahu jalan sebagai Pelebaran segmen jalan
Jl. M Yamin tempat parkir pemasangan rambu lalu lintas
ruas jalan yang belum cukup lebar
dengan jumlah kendaraan
5 Jl. Beringin – area parkir ruko terlalu dekat ke bahu Saluran air terbuka dialih fungsikan
jl. Ronggo jalan sebagai trotoar (sedang dilaksanakan)
warsito Jari-jari belokan terlalu kecil Pelebaran segmen jalan (sedang
Tiang listrik dan telpon yang berada dilaksanakan)
terlalu dekat dengan bahu jalan Pelebaran jari-jari belokan
titik rambu lalu lintas yang sulit Re-setting APILL atau Pengaturan system
dilihat Traffic Light berdasarkan jumlah
konflik simpang dan hambatan kendaraan dengan menggunakan CCTV
samping yang tinggi berupa saluran dinamis/statis.
terbuka Pembuatan trotoar
6 Jl. Sutomo – bahu jalan yang sempit, terdapat parit Saluran air tertutup dan terbuka dialih
jl. Hang Tuah terbuka fungsikan sebagai trotoar
Jari-jari belokan terlalu kecil Pelebaran segmen jalan
Rawan kemacetan pada jam masuk/ Pelebaran jari-jari belokan
keluar sekolah Pemindahan titik sarana tiang listrik dan
Rawan kecelakaan akibat kemacetan telepon
yang panjang Pemasangan marka dan rambu
Dipertimbangkan arus searah pada jl.
7 Jl. Riau – Tidak adanya lampu pengatur lalu hang Tuahsegmen
Pelebaran pada jam sibuk pagi hari
jalan
Jl. A Yani lintas Pemasangan marka dan rambu
Belum adanya median jalan Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi
yang mudah dilihat
Penambahan median jalan
Perubahan fungsi jalan menjadi satu arah
8 Jl. A Yani- Pedagang K5 di trotoar dan bahu Pelebaran segmen jalan A.Yani
jl . Cempaka jalan Pemasangan marka dan rambu
(komplek Terdapat median jalan Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi
Santa Maria) Ada median jalan yang sudah yang mudah dilihat
dibongkar Pasar tumpah hanya sampai jam 6.00
Aktifitas sekolah (jam masuk dan Penertipan pedagang K5
pulang) rawan kemacetan
Terdapat pasar tumpah di mulut
simpang jl. Agus Salim, jl. Cempaka
dan jl. A Yani.
Derajat kejenuhan arah dari cempaka
pada siang hari Q/C =1,1234
9 Jl. Panjaitan – median jalan langsung berada di Pelebaran segmen jalan
jl. Wakaf tengah cross berhadapan Pelebaran jari-jari belokan
dengan simpang Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi
tidak adanya rambu lalu lintas yang yang mudah dilihat
jelas
permasalahan mulai teratasi, dengan
pembuatan median jalan.
10 Jl. SSK II- jl. Konflik simpangan kerena dekat Pelebaran segmen jalan
Sisingamanga sekolah Pelebaran jari-jari belokan
raja Mulut simpang yang terlalu sempit Pemasangan marka dan rambu
jari-jari tikungan/belokan kecil Penambahan jalur alternatif,
Rawan kemacetan pada jam masuk
sekolah dan pulang sekolah
12 Simpang Ruas jalan yang sempit menyebabkan Pelebaran jari-jari belokan
jl. Sudirman- kurang lancarnya arus Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi
jl. Imam pada persimpangan yang mudah dilihat
MUnandar Jari-jari belokan tidak terlalu besar Pembangunan Flay Over (sedang dalam
Jumlah kendaraan sangat banyak Perencanaan)
pada sore (pulang kantor)
dengan
13 jl.Sudirman- derajatkendaraan
Jumlah jenuh 2,14yang
dari arah
sangatbarat(jl. 2 fase traffic light
jl. Tuanku banyak, dengan Q/C = 1,70 dan 1,66 Pembangunan Flay Over (segera
Tambusai dari arah barat dan timur jl. dibangun)
Sudirman. Serta Q/C > 2 pada sore
serta hari lubur.
14 jl.HR. Jumlah kendaraan yang sangat Pengaturan system Traffic Light
Soebrantas – banyak berdasarkan jumlah kendaraan
jl SM . Amin Angkutan umum dan pasar yang dengan menggunakan CCTV
tumpah ke pinggir jalan dinamis/statis.
Kapasitas ruas jalan yang tidak
mencukupi, pada pagi hari arah
selatan dan utara jenuh Q/C>
15 Jl. Durian - Jl. Adanya parit terbuka yang ganggu Perbaikan geomitrik simpang, penutupan
Soekarno geomitrik persimpangan dan parit/memperlebar jembatan.
Hatta mengurangi kapasitas jalan Pelebaran jalan pendekat (sedang
pendekat dikerjakan)
Arus jenih pada pagi arah barat Pengaturan system Traffic Light
Q/C>2, sedang arah dari durian Q/C berdasarkan jumlah kendaraan
=1,828, pada jam sore Q/C > 2 dari dengan menggunakan CCTV
arah barat dan selatan jl. Soekarno dinamis/statis.
Hatta
17 Simpang Mall Terjadi antrean panjang pada segala Peningkatan kapasitas jalan pendekat
SKA arah, khususnya pada jam sibuk dengan memperbesar jari-jari belokan
pada sore hari serta pada hari libur. Pengurangan hambatan samping
Panjang antrean kl 600 arah utara jl. Pengaturan system Traffic Light
Tambusai dengan Q/C > 2, arah berdasarkan jumlah kendaraan
selatan Q/C =1,4. Pada hari libur sore dengan menggunakan CCTV
hari semua arah jenuh dengan nilai dinamis/statis.
Q/C >1,5
Sumber : LAPI UIR, Hasil Survey Tahun 2010
Secara umum dalam rangka memberikan solusi jangka pendek menengah untuk
mengatasi 17 persimpangan diatas, Peningkatan kapasitas jalan pendekat dengan
memperbesar jari-jari belokan, Pengurangan hambatan samping, Pengaturan
system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan menggunakan CCTV
dinamis/statis, Perbaikan geomitrik simpang, penutupan parit/memperlebar
jembatan dan Pelebaran jalan pendekat (sedang dikerjakan).
Tabel 2.75
Jumlah Sarana Angkutan (umum dan pribadi) Yang terdaftar
Tabel 2.76
Terlihat dari Tabel 2.76 jumlah kecelakaan lalulintas dari pengendara roda dua,
cendrung meningkat 16% selama 4 tahun, sedangkan tingkat resiko kematian akibat
kecelakaan itu naik secara drastis 38% (2005-2008). Perlu upaya konkrit mengontrol
dan mengurangi tingkat kecelakaan ini sesuai dengan koridor Rencana Umum
Nasional Keselamatan (RUNK) yang tertuang pada 5 pilar keselamatan lalulintas,
yaitu: manajemen keselamatan, jalan berkeselamatan, kendaraan berkeselamatan,
pengendara yang berkeselamatan dan penanganan paska kecelakaan (RUNK,
2012).
Untuk memfasilitasi keberangkatan ataupun kedatangan angkutan umum antar kota
dalam provinsi ataupun antar kota luar provinsi yang menggunakan angkutan darat,
pemerintah kota Pekanbaru memiliki fasilitas terminal sesuai dengan tipenya.
Adapun terminal-terminal sebagaimana dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.77
Nama Terminal, Tipe, Luas dan Pengelola, 2011
Terminal type A Bandar Raya Payung Sekaki merupakan terminal antar kota antar
provinsi dan terminal antar kota dalam provinsi yang dimiliki pemerintah kota
Pekanbaru. Berdasarkan data yang tercatat pada terminal Bandar Raya Payung
Sekaki, jumlah kendaraan dan penumpang yang tiba maupun yang berangkat dari
kota Pekanbaru sesuai dengan jenis perjalanan, yaitu Antar Kota Antar Provinsi
(AKAP) maupun Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 2.78
Data Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang
Jumlah kendaraan yang masuk ke terminal Bandar Raya Payung Sekaki dari upaya
penertiban yang telah dilakukan terhadap kendaraan angkutan umum antar kota,
baik dalam provinsi maupun dari luar provinsi dapat dilihat pada tabel 2.79.
Tabel 2.79
Data Jumlah Kendaraan yang Masuk dan Jumlah Petugas
Pada Terminal Bandar Raya Payung Sekaki, 2007-2009
Jumlah Kendaraan Masuk Terminal Jumlah Petugas
No. Tahun (rata-rata unit/hari)*) (Orang)
1 2007 685 66
2 2008 773 75
3 2009 391 75
Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2009
Catatan : *) Merupakan jumlah rata-rata pada tahun bersangkutan.
Sistem jaringan angkutan umum penumpang meliputi rute trayek dan simpul
transportasi meliputi terminal dan sub terminal/pangkalan. Secara umum jaringan
angkutan umum berkapasitas kecil sampai dengan 12 orang. Angkutan kota di
Pekanbaru terdiri dari 24 trayek, yang terdiri dari 15 angkutan kota dan 9 bus Kota.
Prasarana pendukung angkutan umum meliputi terminal dan tempat berhenti/shelter
di kota Pekanbaru. Untuk angkutan kota sebagai tempat berhenti atau melayani
trayek dalam kota fasilitas terminalnya type C yang terdiri dari Terminal Mekar Sari,
Terminal Senapelan, Terminal Rumbai dan Terminal Mayang Terurai. Sedangkan
untuk kendaraan umum yang tidak dalam trayek dapat dilihat pada tabel berikut.
Pada saat ini jenis angkutan umum yang beroperasi di Kota Pekanbaru terdiri
dari beberapa jenis yang meliputi Angkutan Taxi, Bis Kota dan Oplet. Sedangkan
jumlah armada yang beroperasi di Kota Pekanbaru pada saat ini sebanyak 66 Bus
Kota, Angkutan Kota 1.7242 unit, Taxi 455 unit, dan Bajaj 38 unit. Pada tahun 2009
Pemerintah Kota Pekanbaru sidah menerapkan Sistem Angkutan Umum Massal
(SAUM) Trans Metro Pekanbaru sebanyak 20 unit.
Tabel 2.80
Jumlah Kendaraan Angkutan Penumpang Umum Tidak Dalam Trayek, 2009
No. Jenis Kendaraan 2007 (unit) 2008 (unit) 2009 (unit)
1. Taksi dengan Argometer 552 655 589
2. Kendaraan Sewa 330 330 330
3. Bus Wisata 10 10 10
4. Kendaraan Roda Tiga 41 41 41
Jumlah 933 1.036 970
Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2009
Tabel 2.81
Pekembangan Infrastruktur Terminal, Halte, dan Jembatan, 2006-2010
No Infrastruktur 2006 2007 2008 2009 2010
1. Gedung Terminal barang. - 1 - - -
2. Halte 30 10 10 10 10
3. Jembatan Penyeberangan 1 1 1 1 1
Sumber: Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011
Potensi parkir Tepi Jalan Umum di wilayah Kota Pekanbaru pada tahun 2005 adalah
sebanyak 111 lokasi, bertambah sebanyak 11 lokasi dari tahun 2002, dengan jumlah
juru parkir menjadi sebanyak 288 orang dengan rasio dengan rasio 0,65 juru
parkir/1000 kendaraan.
b. Pergerakan Pesawat Terbang di Bandara Sutan Syarif Kasim II
Bandara Sultan Syarif Kasim II-Pekanbaru, merupakan bandara tersibuk ke-2 di
daratan Sumatera setelah Bandara Polonia Medan (Suratno, ICO SSK II, Oktober
2007).Saat ini landasan pacu yang dimiliki Bandara Sultan Syarif Kasim II-
Pekanbaru adalah 2.240 m dan lebar 30 m yang kurang dari dimensi minimum
runway untuk pesawat berbadan besar (panjang minimum 2.200 m dan lebar
minimum 45 m).
Pertumbuhan penumpang (2003-2008) naik, dari 1,1 juta penumpang menjadi 1,8
juta penumpang/tahun). Terminal building eksisting 7.300 m2 dengan kapasitas 520
penumpang, namun pada jam sibuk terdapat sampai 1.700 penumpang pada tahun
2006 (PT. Angkasa Pura II, 2005). Pada tahun 2010 luas terminal penumpang yang
dibutuhkan paling sedikit 10.000 m² untuk mengakomodasi lebih dari 2 juta
penumpang/tahun dengan penumpang 2.000 perjam sibuk.
Gambar 2.40 Jumlah volume barang yang diangkut kapal (ton), 2008-2010
Kualitas sumber daya manusia suatu daerah sangat menentukan kemampuan daerah
untuk dapat bersaing, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Kualitas
sumber daya manusia sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya, skill
(hard dan soft skill) serta aspek religius.
Dilihat dari background pendidikannya, maka kondisi kualitas sumber daya manusia
(SDM) Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 dapat dilihat pada Gambar 2.41 di
bawah ini.
Tingkat ketergantungan penduduk Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010
diperlihatkan pada Tabel 2.82 di bawah ini. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa rasio
ketergantungan penduduk Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 cenderung
stabil pada nilai 43% – 50%.
Tabel 2.82
Rasio Ketergantungan (%) Kota Pekanbaru Tahun 2006 sampai 2010
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1. Jumlah penduduk usia <15 th 229.521 235.764 224.527 241.614 263.287
2. Jumlah penduduk usia >64 th 20.544 18.172 16.794 17.582 20.519
3. Jumlah penduduk usia tdk 250.065 253.936 241.321 259.196 283.806
produktif
4. Jumlah penduduk usia 15-64 th 504.402 525.963 557.892 543.592 613.963
5. Rasio ketergantungan (3/4) 49,6% 48,3% 43,3% 47,7% 46,2%
Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Telaahan terhadap rencana
struktur ruang meliputi:
a. Peta Rencana Struktur Ruang
Peta Rencana Struktur Ruang Kota Pekanbaru Tahun 2007-2026 dapat dilihat pada
Gambar 2.42 di bawah ini.
Gambar 2.42 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Pekanbaru Tahun 2007-2026
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya. Telaahan terhadap
rencana pola ruang, meliputi :
1. Kawasan Permukiman
Pendekatan pengembangan kawasan permukiman :
a. Kawasan permukiman diarahkan untuk mengisi kawasan belum
terbangun terutama di kawasan pusat kota. Ini dilakukan untuk
mengoptimalkan pelayanan dari kegiatan-kegiatan yang telah berkembang
dan mengurangi perkembangan kawasan permukiman secara sporadis.
b. Pengembangan kawasan permukiman pada wilayah-wilayah
pengembangan, baik yang dilakukan secara individu maupun kelompok,
sedapat mungkin agar berada dalam pengawasan instansi terkait melalui
mekanisme IMB.
c. Pengembangan kawasan permukiman oleh developer dalam skala kecil
(<10 Ha), harus memperhatikan keterkaitan sistem jaringan jalan, jaringan
drainase dan jaringan air bersih untuk menghindari kemungkinan
munculnya daerah genangan dan kawasan rawan air bersih.
d. Penataan kawasan perumahan sepanjang aliran sungai disesuaikan
dengan ketentuan sempadan.
e. Perluasan fisik kawasan perumahan disesuaikan dengan arahan
pemanfaatan ruang dan hasil analisis kebutuhan ruang yang diproyeksikan
berdasarkan kecenderungan pertumbuhan penduduk.
Distribusi pengaturan kepadatan kawasan permukiman adalah sebagai berikut :
a. Kawasan permukiman kepadatan tinggi, tersebar di 5 (lima) kecamatan
di kawasan pusat kota yaitu Kecamatan Pekanbaru Kota, Sail, Senapelan,
Limapuluh dan Sukajadi.
b. Kawasan permukiman kepadatan sedang diarahkan pengembangannya di
wilayah pengembangan lainnya yaitu Kecamatan Tenayan Raya, Bukit
Raya, Marpoyan Damai, Tampan, dan Payung Sekaki.
c. Kawasan permukiman kepadatan rendah, diarahkan di wilayah
pengembangan yang juga berperan sebagai kawasan konservasi, yaitu di
Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir dan kawasan rawan bencana di
sepanjang jalur patahan.
2. Kawasan Perkantoran dan Pemerintahan
Berdasarkan RUTR Kota Pekanbaru Tahun 1993, arahan kebijakan
pengembangan kawasan perkantoran dan pemerintahan, adalah sebagaimana
berikut ini :
a. Mempertahankan lokasi kawasan pemerintahan yang ada saat ini
yaitu di sekitar kantor Gubernur Riau dan Walikota Pekanbaru, dengan
melakukan penataan/pengelompokan terhadap instansi-instansi yang
memiliki keterkaitan koordinasi yang tinggi. (Hal ini berdasarkan RUTR
Kota Pekanbaru Tahun 1993 yang sekarang sedang direvisi).
b. Pengembangan kawasan perkantoran dan pemerintahan baru diarahkan
dengan berorientasi pada :
i. Kawasan sekitar Kantor Gubernur sebagai pusat utama.
ii. Kawasan sekitar gedung Kantor DPRD dan Dinas Pertambangan
Provinsi Riau, sebagai kawasan pengembangan alternatif I yang
diprioritaskan bagi dinas-dinas di lingkungan pemerintahan kota.
iii. Kawasan sekitar Simpang Pasar Pagi Arengka sebagai kawasan
pengembangan alternatif II yang diprioritaskan untuk dinas-dinas di
lingkungan Pemerintahan Propinsi.
iv. Koridor M.S Amin sebagai kawasan pengembangan alternatif III yang
diprioritaskan untuk dinas-dinas, baik Provinsi maupun Kota.
v. Relokasi kawasan pemerintahan, khususnya bagi dinas-dinas yang
belum memiliki bangunan tetap, pengaturan lokasi nya dapat
disesuaikan berdasarkan intensitas koordinasi antar instansi.
vi. Beberapa perkantoran pemerintah seperti Dinas Kehutanan, Dinas
Peternakan, Dinas Pertanian, dan seterusnya, disarankan agar letaknya
mendekati lokasi-lokasi yang menjadi daerah/ tanggung jawab
pembinaannya.
vii. Alokasi kawasan perkantoran dan pemerintahan khususnya yang
berada pada koridor M.S Amin dapat juga bersifat mix used
baik oleh pemerintah maupun swasta.
Untuk kebutuhan ke depan, perlu direncanakan pengembangan kawasan
perkantoran pemerintah terpadu, yang berlokasi di kawasan Kecamatan
Tenayan Raya atau Bukit Raya dengan luasan lebih kurang 100 ha.
3. Kawasan Perdagangan
Pertambahan jumlah sarana perdagangan di Kota Pekanbaru hingga tahun
2016 diperkirakan akan mencapai 5.789 unit yang terdiri dari pasar, kios, dan
toko. Jumlah tersebut tidak termasuk fasilitas perdagangan skala besar, dengan
asumsi bahwa, pengembangan fasilitas ini sudah terakomodir pada kawasan
khusus sesuai dengan luasan lahan yang telah ditetapkan. Kebijakan ini
sebagai bagian dari langkah untuk menghindari penyebaran kegiatan skala
besar yang tidak sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang dan struktur kota,
yang dapat berdampak pada sirkulasi dan arah orientasi pergerakan. Kegiatan
perdagangan direncanakan tersebar pada beberapa ruas jalan utama Kota
Pekanbaru, terutama pada ruas-ruas jalan arteri dan kolektor sebagai berikut :
a. Perdagangan lokal dengan skala pelayanan kawasan, pengembangannya
diarahkan pada semua wilayah pembangunan dengan mempertimbangkan
keserasian antara skala kegiatan dengan lokasi kegiatan.
b. Perdagangan lokal dengan skala pelayanan kota pengembangannya di
arahkan pada pusat-pusat Wilayah Pembangunan dengan memperhatikan
arahan pemanfaatan dan sebaran lahan permukiman yang ada di
sekitarnya.
c. Perdagangan regional (seperti pasar induk) diarahkan pengembangannya
pada koridor-koridor arteri, baik primer maupun sekunder terutama pada
kawasan di sekitar Kawasan Industri Tenayan (KIT).
Demi terciptanya struktur pelayanan kegiatan perdagangan yang semakin baik
pada masa mendatang, maka kebijakan yang perlu ditempuh oleh Pemerintah
Kota Pekanbaru adalah :
a. Membatasi perkembangan kegiatan perdagangan skala regional pada
kawasan pusat kota, seperti di Jalan T. Tambusai, Jalan Sudirman, Jalan
A. Yani, dan Jalan H. Imam Munandar.
b. Tidak mengeluarkan izin baru atau memperpanjang izin usaha bagi
kegiatan perdagangan yang tidak sesuai peruntukannya.
c. Pengembangan kawasan perdagangan regional harus memilki interaksi
yang cukup kuat dengan kawasan terminal regional dan outlet-outlet
transportasi lainnya seperti pelabuhan laut/ sungai dan bandar udara.
d. Kapling-kapling kawasan perdagangan tidak diijinkan memiliki
akses langsung ke jalan arteri primer (harus diarahkan menggunakan
akses jalur lambat).
4. Kawasan Pendidikan
Kebijakannya adalah :
1) Sebelah Barat, di sekitar jalan Subrantas ke arah Bangkinang dengan
inti kegiatan UNRI dan UIN untuk pendidikan tinggi bidang sience dan ilmu
agama;
2) Sebelah Utara, di sekitar jalan Yos Sudarso dengan inti kegiatan
UNILAK dan Politeknik Caltex untuk pendidikan tinggi bidang engineering
dan rekayasa teknologi;
3) Sebelah Selatan, di sekitar jalan KH Nasution dengan inti kegiatan UIR
untuk pendidikan tinggi bidang keteknikan, multi sience dan ilmu agama;
4) Sebelah Timur, di sekitar jalan Lintas Timur (Kecamatan Tenayan
Raya) untuk pendidikan tinggi bidang teknik, politeknik dan kejuruan
penunjang sektor industri.
5. Kawasan dan Zona Industri
Untuk mengakomodir kebutuhan pengembangan kawasan industri hingga tahun
2016, alokasi ruang yang dicadangkan adalah :
a. Kawasan Industri Tenayan (KIT) seluas 3.247,54 Ha di Kecamatan
Tenayan Raya dikembangkan secara terpadu dengan kelengkapan
kawasan pergudangan, sistem pengolahan limbah, perumahan dan
prasarana transportasi.
b. Lahan konsesi Caltex seluas 1.155 Ha di Kecamatan Rumbai Pesisir.
c. Zona industri kecil (kerajinan rotan di jalan Yos Sudarso Kecamatan
Rumbai, dan industri makanan khas di sekitar simpang jalan Garuda Sakti
dan Jalan Subrantas) yang dipadukan dengan sentra perdagangan produk
industri kecil sebagai bagian dari kegiatan pariwisata.
6. Kawasan Pergudangan
Rencana pengembangan kawasan pergudangan di Kota Pekanbaru dilakukan
dalam rangka mengantisipasi 3 (tiga) isu utama yaitu :
a. Peningkatan peran Kota Pekanbaru sebagai simpul koleksi dan distribusi
seiring perubahan sistem perwilayahan regional pasca pemekaran Provinsi
Kepulauan Riau.
b. Operasionalisasi kawasan industri Tenayan yang akan berdampak pada
peningkatan aliran barang, baik bahan baku maupun barang produksi.
Peningkatan ini akan berdampak pada semakin meningkatnya kebutuhan
kawasan pergudangan yang berfungsi sebagai pos transisi dalam proses
distribusi barang.
c. Sebagaimana halnya perkembangan kawasan industri, kecenderungan
perkembangan kegiatan perdagangan dan niaga dalam skala regional akan
memberikan konsekuensi terhadap peningkatan arus barang dalam jumlah
besar.
Kebijakan pengembangan kawasan pergudangan diarahkan sebagai berikut :
a. Alokasi kawasan pergudangan ditetapkan dengan mempertimbangkan
eksistensi kegiatan dengan skala pelayanan regional yang telah ada
(kawasan pusat kota, kawasan perdagangan, kawasan AKAP).
b. Lokasi kawasan pergudangan harus dapat mengantisipasi perkembangan
kawasan industri dan perdagangan pada masa yang akan datang.
c. Rencana pengembangan kawasan pergudangan dan terminal cargo di
arahkan sekitar Kawasan Industri Tenayan. Sedangkan di sekitar kawasan
AKAP Bandar Raya Payung Sekaki (sudah tidak direkomendasikan lagi
sejak tahun 2012).
d. Untuk mendukung kinerja proses transfer dan bongkar muat barang,
selain didukung oleh prasarana transportasi darat yang memadai, dukungan
transportasi laut/sungai juga perlu mendapat perhatian khusus. Untuk itu,
pada lokasi sekitar muara Sungai air hitam perlu dibangun pelabuhan
barang yang berfungsi sebagai pelabuhan umum, dan pembangunan
pelabuhan barang di kawasan industri Tenayan yang berfungsi sebagai
pelabuhan khusus.
7. Kawasan Olahraga
Rencana lokasi kawasan olahraga di arahkan sebagai berikut :
a. Pusat kegiatan olahraga (sport centre) dengan sarana dan prasarana
olahraga yang lengkap dikembangkan di Kecamatan Rumbai, tepatnya
pada lokasi Stadion Rumbai dan sekitarnya.
b. Kawasan olahraga skala kota dikembangkan di kawasan pusat kota
dengan memanfaatkan lahan kosong yang tersedia, dan bila
memungkinkan dapat dikembangkan di lokasi Lapangan Awal Bross atau
sekitar Kawasan Bandar Serai dan Parit Indah.
c. Sport centre di bagian Selatan Kota diarahkan di sekitar jalur patahan
yang dikembangkan dengan konsep yang didominasi oleh ruang terbuka.
d. Kawasan olahraga skala WP, dikembangkan pada masing-masing pusat
WP.
e. Kawasan olahraga skala lingkungan dikembangkan pada pusat-pusat
lingkungan dengan ketentuan :
2.6.1 Konsepsi Struktur Ruang Wilayah Provinsi Riau (yang berkaitan dengan Kota
Pekanbaru)