Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 2

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL DALAM ERA OTONOMI DAERAH

DISUSUN OLEH :
NAMA : AFRIYUS
NIM : 042351925

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH
UNIVERSITAS TERBUKA
BATAM
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Otonomi daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan Pemerintahan Negara


Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi yang nyata maksudnya pemberian otonomi kepada
daerah berdasarkan faktor-faktor perhitungan tindakan dan kebijaksanaan yang benar-benar
menjamin daerah yang bersangkutan secara nyata dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Sedangkan, bertanggung jawab maksudnya pemberian otonomi itu benar-benar sejalan
dengan tujuannya yaitu melancarkan pembangunan yang tersebar dipelosok negara dan
daerah serta dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah. Pelaksanaan otonomi
daerah yang menitikberatkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota dimulai dengan
adanya penyerahan sejumlah kewenangan (urusan) dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah
Daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka desentralisasi
ini memerlukan banyak faktor pendukung. Salah satu faktor pendukung yang secara
signifikan menentukan keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah adalah kemampuan daerah
untuk membiayai pelaksanaan kekuasaan/kewenangan yang dimilikinya.
Kebijakan pemberian otonomi daerah dan desentralisasi yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab kepada daerah merupakan langkah strategis dalam dua hal. Pertama,
otonomi daerah dan desentralisasi merupakan jawaban atas permasalahan lokal bangsa
Indonesia berupa ancaman disintegrasi bangsa, kemiskinan, ketidakmerataan pembangunan,
rendahnya kualitas hidup masyarakat, dan masalah pembangunan sumber daya manusia
(SDM). Kedua, otonomi daerah dan desentralisasi fiskal merupakan langkah strategis
bangsa Indonesia untuk menyongsong era globalisasi ekonomi dengan memperkuat basis
perokonomian daerah dan merancang strategi poltik nasional melalui otonomi daerah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Politik dan Strategi Nasional
a. Pengertian Politik
Politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan, cara dan alat
yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki. ​Politics dan
policy memiliki hubungan yang erat dan timbal balik. ​Politics memberikan asas,
​ emberikan pertimbangan cara
jalan, arah, dan medannya, sedangkan ​policy m
pelaksanaan asas, jalan, dan arah tersebut sebaik-sebaiknya.
Dalam bahasa Inggris, ​politics adalah suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan,
cara, dan alat yng digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu.
Sedangkan ​policy​, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai
kebijaksanaan, adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan yang dianggap
dapat lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita atau tujuan yang
dikehendaki. Pengambil kebijaksanaan biasanya dilakukan oleh seorang
pemimpin.
Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan Negara,
kekuasaan, pengambil keputusan, kebijakan (​policy)​ , dan distribusi atau alokasi
sumber daya.
1) Negara
Negara merupakan suatu organisasi dalam satu wilayah yang memiliki
kekuasaan tertinggi yang ditaati oleh rakyatnya. Boleh dikatakan Negara
merupakan bentuk masyarakat dan organisasi politik yang paling utama
dalam suatu wilayah yang berdaulat.
2) Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk
mempengaruhi tingkah laku orang atu kelompok lain sesuai dengan
keinginannya. Dalam politik yang perlu diperhatikan adalah bagimana
mempertahankannya, dan bagaimana melaksanakanya.
3) Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan adalah aspek utama politik. Dalam pengambilan
keputusan perlu diperhatikan siapa pengambil keputusan itu dan untuk siapa
keputusan itu dibuat. Jadi, politik adalah pengambilan keputusan melalui
sarana umum. Keputusan yang diambil menyangkut sector publik dari suatu
Negara.
4) Kebijaksanaan Umum
Kebijakan (policy) merupakan suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh
seseorang atau kelompok politik dalam memilih tujuan dan cara mencapai
tujuan itu. Dasar pemikirannya adalah bahwa masyarakat memiliki bebrapa
tujuan bersama yang ingin dicapai secara bersama pula, sehingga perlu ada
rencana yang mengikat yang dirumuskan dalam kebijakan-kebijakan oleh
pihak yang berwenang.
5) Distribusi
Yang dimaksud dengan distribusi ialah pembagian dan pengalokasian
nilai-nilai (value) dalam masyarakat. Nilai adalah sesuatu yang diinginkan
dan penting. Ia harus dibagi secara adil. Politik membicarakan bagimana
pembagian dan penglokasian nilai secara mengikat.

b. Pengertian strategi.
Strategi berasal dari bahasa yunani strategia yang diartikan sebagai”​the art of
the general” atau seni seorang panglima panglima yang biasanya digunakan
dalam peperangan.Karl von Clausewitz (1780-1831) berpendapat bahwa strategi
adalah penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan. Sedangkan
perang itu sendiri merupakan kelanjutan dari politik.
Pada abad modern sekarang penggunaan kata strategi tidak lagi terbatas pada
konsep atau seni perang panglima dalam peperangan , tetapi sudah digunakan
secara luas, termasuk dalam ilmu ekonomi maupun bidang olahraga. Dalam
pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau
pencapaian tujuan.
Dengan demikian , strategi tidak hanya menjadi monopoli para jenderal atau
bidang militer, tetapi telah meluas ke segala bidang kehidupan. Strategi pada
dasarnya merupakan seni dan ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan
(ideology, politik, ekonomi, social budaya dan hankam) untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
c. Politik Dan Strategi Nasional
Politik nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan pengambilan
kebijakan untuk mencapai suatu cita-cita dan tujuan national. Dengan demikian
definisi poltik nasional adalah asas, haluan, usaha serta kebijaksanaan Negara
tentang pembinaaan (perncanaan, pengembangan, pemeliharaan dan
pengendalian) serta penggunaan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan
nasional. Strategi nsional disusun untuk pelaksanaan politik nasional, misalnya
strategi jangka pendek , menengah, dan jangka panjang. Jadi strategi
adalah cara melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan
yang ditetapkan oleh politik nasional.

d. Dasar Pemikiran Penyusunan Politik dan Strategi Nasional


Penyusunan politik dan strategi nasional perlu memahami pokok pokok
pikiran yang terkandung dalm sistem manajemen nasionalyang berlandaskan
ideologi Pancasila, UUD 1945, wawasan Nusantara dan Ketahanan nasional.
Landasan pemikiran dalam system manajemen nasional ini sangat penting
sebagai kerangka acuan dalam penyusunan politik dan stratgi nasional, karena
didalamnya terkandung dasar Negara, cita-cita nasional, dan konsep strategis
bangsa Indonesia.
e. Stratifikasi Politik Nasional
Stratifikasi politik (kebijakan)nasional dalam Negara Republik Indonesia sebagai
berikut :
1) Tingkat Penentu Kebijakan Puncak
Tingkat kebijakan puncak meliputi kebijakan tertinggi yang menyeluruh
secara nasional dan mencakup : penentuan Undang-Undang Dasar,
penggarisan masalah makro politik bangsa dan negara untuk merumuskan
tujuan nasional (national goals) berdasarkan falsafah Pancasilan dan
UUD 1945.
2) Tingkat Kebijakan Umum
Tingkat Kebijakan Umum merupakan tingkat kebijakan di bawah tingkat
kebijakan puncak yang lingkupnya juga menyeluruh nasional dan berupa
penggarisan mengenai masalah-makro strategis guna mencapai tujuan
nasional dalam situasi dan kondisi tertentu . Kebijakan ini adalah
penjabaran kebijakan puncak guna merumuskan strategi administrasi,
sistem dan prosedur dalam bidang utama tersebut. Wewenang kebijakan
umum berada di tangan menteri berdasarkan kebijakan pada tingkat di
atasnya. Hasilnya dirumuskan dalam bentuk Peraturan menteri,
Keputusan Menteri atau Instruksi Menteri dalam bidang pemerintahan
yang dipertanggungjawabkan kepadanya.
3) Tingkat Penentu Kebijakan Khusus
Kebijakan khusus merupakan penggarisan terhadap suatu bidang utama
(major area) pemerintahan. Wewenang pengeluaran kebijakan khusus ini
terletak di tangan pimpinan eselon pertama departemen pemerintahan dan
pimpinan lembaga-lembaga non departemen. Hasil penentuan kebijakan
dirumuskan dalam bentuk Peraturan, Keputusan atau Instruksi Pimpinan
Lembaga Non Departemen atau Direktur Jenderal atau pimpinan lembaga
non departemen itu lazimnya merupakan pedoman pelaksanaan. Di dalam
tata laksana pemerintahan, sekjen sebagai pembantu utama menteri
bertugas mempersiapkan dan merumuskan kebijakan umum menteri dan
pimpinan tumah tangga departemen. Selain itu inspektur jenderal dalam
penyelenggaraan pengendalian departemen. Ia juga mempunyai
wewenang untuk membantu mempersiapkan kebijakan umum menteri.
4) Tingkat Penentuan Kebijakan Teknis
Kebijakan teknis meliputi penggarisan dalam satu sektor dari bidang
utama di atas dalam bentuk prosedur serta teknik untuk
mengimplementasikan rencana, program dan kegiatan. Kebijakan teknis
ini dilakukan oleh kepala daerah, propinsi dan kabupaten/kota
f. Otonomi Daerah
Otonomi Daerah sering disamakan dengan kata desentralisasi, karena biarpun
secara teori terpisah namun dalam praktiknya keduanya sukar dipisahkan.
Desentralisasi pada dasarnya mempersoalkan pembagian kewenangan kepada
organ-organ penyelenggara negara, sedang otonomi daerah menyangkut hak
yang mengikuti. Perserikatan Bangsa-Bangsa mendefinisikan desentralisasi
adalah wewenang dari pemerintah pusat yang berada di ibu kota, melalui cara
dekonsentrasi antara lain pendelegasian kepada pejabat di bawahnya maupun
pendelegasian kepada pemerintah atau perwakilan daerah, sedang otonomi
daerah yang merupan salah satu wujud desentralisasi, adapun dalam arti luas,
otonomi daerah adalah kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan
pengambilan keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri.
Pengertian otonomi daerah sendiri adalah kewenangan daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundangundanga Pasal 1 ayat 5 UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, daerah otonom selanjutnya disebut daerah, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batasan daerah tertentu berwenang
mengatur dan mengurus kepentingan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia pasal 1 ayat 5 UU Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib dan urusan
pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah suatu urusan pemerintahan yang
berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan,
pemenuhan kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan dasar; sedangkan
urusan pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan
dan kekhasan daerah.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Strategi Politik Otonomi Daerah
Prinsip otonomi daerah dan desentralisasi dalam hubungan kekuasaan antara
pemerintah pusat dan daerah merupakan salah satu cara untuk mempraktikkan
prinsip demokrasi. Artinya prinsip demokrasi harus diimplementasikan melalui
pemencaraan kekuasaan baik secara horizontal maupun secara vertikal. Suatu
kekuasaan yang tidak dipencar bukanlah kekuasaan yang dapat diterima di negara
demokrasi, melainkan merupakan model kekuasaan yang terjadi di negara-negara
dengan sistem politik yang absolut atau otoriter. Otonomi daerah sebagai bagian dari
kehidupan politik yang memiliki berbagai konsekuensi yang relevan apabila dilihat
dari pendekatan strukturalfungsional. Salah satu manfaat yang dimaksudkan dapat
dilihat pada konseptualisasi yang disusun mengenai sistem politik dimana sistem
politik dilihat dan diartikan sebagai suatu sistem aksi, saling ketergantungan diantara
unit-unit dan suatu stabilitas tertentu dalam interaksi unit-unit itu.
Dalam arti kata lain, pemerintah daerah merupakan instrumen bagi
pemerintah pusat, ini satu hal. Hal lain, adalah politik lokal itu sendiri. Politik lokal
dalam artikel ini diartikan sebagai interaksi antar aktor dalam satu wilayah sehingga
mencetuskan dinamika politik di dalamnya. Namun sebelum jauh berdialektika
mengenai interaksi tersebut, terlebih dahulu perlu dipahami apa itu pemerintah? Dari
padanya nanti, dapat dibedakan antara'pemerintah pusat' dan 'pemerintah daerah,'
yang berkorelasi dengan 'politik pusat' dan 'politik lokal.' Perkara ini perlu
dimunculkan agar tidak menimbulkan perbedaan pemahaman.
Mekanisme sistem politik bekerja berdasarkan pendekatan sistem yang
dikemukakan oleh Davis Easton dimulai dari input (tuntutan dan dukungan) sistem
politik yang berasal dari lingkungan sistem politik. selanjutnya input ini diproses
atau dikonversi dan hasilnya adalah keputusan atau kebijakan. Keputusan kebijakan
ini perlu ditindak lanjuti dengan implemantasi. Hasil atau output kebijakan akan
memberikan perubahan-perubahan terhadap lingkungan. Masyarakat akan
meresponya dengan memberikan umpan balik terhadap kenerja sistem politik. Jika
policy output bisa memberikan perubahan-perubahan lingkungan sesuai dengan
input maka masyarakat akan mendukungnya, tetapi sebaliknya jika policy output
tidak cukup aspiratif maka masyarakat akan memberikan feedback dalam bentuk
tuntutan-tuntutan baru .
Dalam hubungan otonomi daerah dengan kualitas pemerintahan diyakini
bahwa otonomi daerah bisa memajukan sebuah sistem administrasi pemerintahan
lebih efisien dan kreatif. Selain itu otonomi daerah dapat meningkatkan efektifitas
sektor publik. Treisman (M. Mas‟ud Said, 2005) mengidentifikasi tiga dasar alasan
munculnya ekspektasi bahwa pemerintahan daerah pasti akan meningkatkan kualitas
pemerintahan yaitu: karena meningkatnya pengetahuan para pejabat publik atas
kondisi-kondisi lokal; karena semakin mudah terciptanya kesesuaian antara
kebijakan-kebijakan dengan selera dan kebutuhan lokal; dan arena semakin
meningkatnya akuntabilitas para pejabat daerah. Dengan demikian penerapan asas
desentraliasi/otonomi didasarkan pada pertimbangan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan untuk mempercepat proses
pembangunan ekonomi daerah. Atas dasar prinsip serta argumentasi diatas sangatlah
berguna bagi penyelenggaraaan pemerintah di daerah. Maka hal tersebut harus
senantiasa menjadi perhatian para penyelenggara pemerintah dan pelaksanaan
pembangunan serta pelayanan masyarakat dalam rangka meningkatkan kemakmuran
dan kesejahteraan.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada dasarnya membicarakan politik lokal dan otonomi daerah adalah
membicarakan hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Karena,
membicarakan dua entitas dalam level yang berbeda ini merupakan inti untuk
mengukur praktik otonomi, di mana hubungan tersebut juga dapat mengungkapkan
kedudukan dan autoritas masing-masing skop pemerintahan. Bagi para sarjana
beraliran Marxis, membahas hubungan pusat-daerah tidaklah relevan karena
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dianggap sebagai satu kesatuan aparatus
negara. Pemerintah daerah hanya merupakan institusi yang menghadirkan negara di
daerah.
Penyelenggaraan Otonomi Daerah menurut Undang Undang Nomor 23
Tahun 2014 mendasarkan pada prinsip-prinsip prinsip negara kesatuan. Dalam
negara kesatuan kedaulatan hanya ada pada pemerintahan negara atau pemerintahan
nasional dan tidak ada kedaulatan pada Daerah. Oleh karena itu, seluas apa pun
otonomi yang diberikan kepada Daerah, tanggung jawab akhir penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah akan tetap ada ditangan Pemerintah Pusat.

2. Saran
Penyelenggaraan Otonomi Daerah menurut Undang Undang Nomor 23
Tahun 2014, Untuk itu Pemerintahan Daerah pada negara kesatuan merupakan satu
kesatuan dengan Pemerintahan Nasional. Kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan
oleh Daerah merupakan bagian integral dari kebijakan nasional. Pembedanya adalah
terletak pada bagaimana memanfaatkan kearifan, potensi, inovasi, daya saing, dan
kreativitas Daerah untuk mencapai tujuan nasional tersebut di tingkat lokal yang
pada gilirannya akan mendukung pencapaian tujuan nasional secara keseluruhan.
Salah satu cara untuk mewujudkan tujuan tersebut politik hukum otonomi daerah
berdasarkan UU No 23 tahun 2014 dengan cara memetakan urusan yang menjadi
urusan pemerintah pusat dan daerah, yang terdiri atas urusan absolut, urusan
konkuren dan urusan pemerintahan umum.
DAFTAR PUSTAKA

Modul Universitas Terbuka BMP MKDU 4111/Pendidikan Kewarganegaraan


Basrie, Chaidir 2005, ​Politik Nasional dan Strategi Nasional Perwujudannya Dalam
Perencanaan Berbangsa dan Bernegara,​ Jakarta, Dirjendikti, Makalah SUSCADOS
Angkatan I 2005
Mansoer, Handan, dkk, 2001, ​Pendidikan Kewarganegaraan,​ Jakarta, Gramedia
Endang Z. Sukaya, dkk. 2000, Pendidikan Kewarganegaraan, Penerbit Paradigma
Yogyakarta.
Sumarsono, dkk. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Kaelan, 2002, Filsafat Pancasila, Pandangan Hidup Bangsa Indonesia, Yogyakarta:
Paradigma.
https://elearning.ut.ac.id/course/view.php?id=40497&section=5

Anda mungkin juga menyukai