Anda di halaman 1dari 1

W EB OF CAUSATI ON

Dispnea/hiperkapnea

Grunting

Retraksi dinding dada Sindrom gangguan pernapasan (RDS) adalah ketika ad


a kekurangan surfaktan yang diperlukan untuk menceg
Sianosis TANDA GEJALA ah kolaps alveolar; ini sangat umum pada bayi baru lah
Hipoperfusi ir prematur (Awaysheh et al., 2019)
PREVALENSI
Bradikardia

Takipnea Kej adian ARDS pediat r ik (P ARDS) ber var iasi an t a


r a 2 dan 1 0 k asu s per 1 0 0. 0 0 0 per t ah u n. St u di o
bser vasion al dan epidem iologis yan g ber beda dar
i an ak- an ak den gan PARDS m en u n j u k k an: an gk a
(Awaysheh et al., 2019) k em at ian 1 5- 7 5% (R u dolph et al., 2 0 2 1).
Pulmonary Infections

Inhalations

Pulmonary Contusions Langsung

Aspiration

Mechanical Ventilation
DEFI NI SI
Sepsis FAKTOR RESI KO a h z a d,
2 0 2 0) RESPI RATORY DI STRESS SYNDROME
( Sh

Multiple Trauma ONSET : Dalam waktu 7 hari pada pasien dengan faktor resiko

Blood Tranfusion PEMINDAIAN PARU: Hanya opasitas bilateral dan edema baik pad
a x-ray maupun CT scan paru
Severe Burns Tidak Langsung
AECC EDEMA PARU: Edema non hidrostatik yang bukan karena gagal jan
Pancreatitis tung atau kelebihan cairan, diperlukan pemeriksaan ECG atau data
objektif lain
Major Surgery
FASE RDS ((Dewi, 2022))
KLASIFIKASI: Mild PaO2/FiO2 ≤300 mmHg
Ischemia
Moderate PaO2/FiO2 ≤200 mmHg
(Shahzad, 2020) Severe PaO2/FiO2 ≤100 mmHg

PEMINDAIAN PARU: Opasitas blateral, pada gambaran radiologi


(Shahzad, 2020)
x-ray paru Float ing
ONSET: Onset akut
Faktor Resiko BERLI N EDEMA PARU: PAOP ≤18 mmHg., secara klinis tidak ada tanda
peningkatan tekanan atrial kiri

hari 1-7, edema inisial maupun alveolar, akumulasi meconium, netrofil, sel darah merah KLASIFIKASI: ALI apabila PaO2/FiO2 ≤300 mmHg,
Fase Akut I nisial intra alveolar > > cairan ini akan masuk ke alveoli > > menonaktifkan surfaktan, pada g ARDS apabila PaO2/FiO2 ≤200 mmHg
ambaran x-ray ada kerusakan alveoli difuse
(Doig et al., 2022; Hart & Black, 2019; Shahzad, 2020)
PATOFI SOLOGI terjadi fibrosis, sel terakumulasi, cairan di alveoli > > atelectasis sehingga terjadi hip
oksemia berat dengan shunting pulmonary, penurunan compliance paru, tidak bias d
Fase Eksudatif iatasi dengan pemberian oksigen saja, sehingga memerlukan lung recruitment deng
an memberikan positive PEEP tinggi
Kelahiran Prematur
Fase Fibroproliferatif fibrosis interstitial yang menjadi vasokonstriksi hipoksemiia lalu komplians paru men PEMERI KSAAN PENUNJANG
urun dan terjadi hipoksia jaringan.

Imaturitas Paru
AGD, hipoksemia, alkalosis respiratorik, menjadi as
Pemeriksaan Laboratorium
idosis respiratorik, anemia, leukostosis, sepsis.
Penurunan Surfaktan Atelektasis Hipoventilasi MK: Pola Napas Tidak Efektif
gambaran pemeriksaan x-ray biasanya muncul low pulmonary volume.
X-ray Difusi “ground glass” (m unculnya bercak diparu-paru) dengan air bro
ncograms (udara yang mengisi paru).

Respiratory Distress Hospitalisasi Peningkatan paparan mikroorganisme patogen lingkungan

MK:Resiko Infeksi

Meningkatkan kemungkinan ventilasi alveolar

Peningkatan kadar CO2 Asidosis respiratorik Takipnea, napas cuping hidung, retraksi dinding dada PENATALAKSANAAN
Ketidaksesuaian antara ventilasi-perfusi MK: Gangguan Perukaran Gas
Penurunan kadar O2 Hipoksemia Prevention PEEP Pipes and Pump Paralysis Positioning Nutrisi dan vasodilator inhalasi

perawatan standar untuk pasien kritis, ko


SDKI, SLKI, SIKI (2017)
ntrol glukosa darah 140-180 mg/ dL
PEEP yang optimal dan manuver re ventilator rescue strategy untuk pe paralisis neuromuskular diberikan saat Posisi pronasi dapat meningkatkan oksigen
cruitment 15-9 mmH2O rbaikan oksigenasi saturasi memadai > 88% asi yaitu meningkatnya elastisitas dinding
dukungan hemodinasik tekanan arteri > 60 mmHg
dada

Guideline penggunaan ventilator:


1. Tidal volume : 4-6 ml/ kgBB / predicted body weight
2. Pertahankan tekanan plateau < 30 cmH2O
3. Pertahankan driving pressure < 14 cmH2O
4. Untuk menargetkan pengaturan ventilasi pelindung paru-paru mungkin perlu menerapkan konsep hipercapnea permisif
(pH > 7.15)
5. Target oksigenasi: PaO2 55-80 mmHg, SpO2 88-95%, PEEP dan oksigen disetting sesuai kebutuhan.

Float ing

Gan ggu an per t u k ar an gas ber h u bu n gan den gan Pola n apas t idak ef ek t if ber h u bu n ga Resik o in f ek si ber h u bu n gan den gan pen i
k et idak seim ban gan ven t ilasi- per f u si n den gan im at u r it as n gk at an papar an pat ogen lin gk u n gan

Pertukaran gas Manajemen ventilasi mekanik Pola Napas a. Manajemen jalan napas Tingkat infeksi a. Pencegahan infeksi
Kriteria Hasil: Observasi Kriteria Hasil: Observasi Kriteria Hasil: Observasi
-Dispnea (5) 1. Periksa indikator ventilator mekanik -Ventilasi semenit (5) 1. Monitor pola napas -Demam (5 (menurun)) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
-Bunyi napas tambahan (5) 2. Monitor efek ventilator terhadap status oksigenasi -Kapasitas Vital (5) 2. Monnitor bunyi napas tambahan -Bengkak (5 (menurun)) Terapeutik
-Napas cuping hidung (5) 3. Monitor efek negatif ventilator -Dispnea (5 (menurun)) Terapeutik -Kadar sel darah putih (5) 1. Berikan perawatan pada kulit
-PCO2 dan O2 (5) Terapeutik -Penggunaan otot bantu napas (5 (menurun)) 1. Pertahankan kepatenan jalan napas -Kultur darah, urine (5) 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
-Takikardia (5) 1. Atur posisi kepala 45-60º untuk mencegah aspires -Pernapasan cuping hidung (5 (menurun)) 2. Berikan oksigen Luaran Tambahan: Edukasi (untuk keluarga)
-pH arteri (5) 2. Dokumentasikan respon terhadap ventilator -Frekuensi napas (5) I ntegritas kulit dan jaringan 1. Jelaskan tanda gejala infeksi
Kolaborasi Kriteria Hasil: 2. Ajarkan cuci tangan dengan benar
1. Kolaborasi pemilihan mode ventilator -Kerusakan jaringan (5 (menurun)) Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian analgesik b.Pemantauan respirasi -Kerusakan lapisan kulit (5 (menurun)) 1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
3 Kolaborasi penggunaan PEEP untuk meminimalkan hipoventilasi alveolus Observasi -Suhu kulit (5
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
2. Monitor pola napas (t akipnea, bradipnea)
3. Monitor saturasi oksigen I ntervensi Tambahan:
4. Monitor nilai AGD b. Perawatan selang
5. Monitor hasil x-ray thoraks Observasi
Terapeutik 1. Identifikasi indikasi dilakukan pemasangan selang
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien 2. Monitor kepatenan selang
2. Dokumentasikan hasil pemantauan 3. Monitor kulit di sekitar selang (mis. Kerusakan selang)
Terapeutik
1. Lakukan kebersihan tangan sebelum dan setelah perawatan selang
2. Ganti selang secararutin, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai