LP Bronko
LP Bronko
OLEH
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala-leher Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang
ditemukan pembesaran Kelenjer getah bening.
2) Mata Biasanya pada pasien dengan Bronchopneumonia mengalami
anemis konjungtiva.
3) Hidung Pada pemeriksaan hidung secara umum ada tampak mengalami
nafas pendek, dalam, dan terjadi cupping hidung.
4) Mulut Biasanya pada wajah klien Brochopneumonia terlihat sianosis
terutama pada bibir.
5) Thorax Biasanya pada anak dengan diagnosa medis
Bronchopneumonia, hasil inspeksi tampak retraksi dinding dada dan
pernafasan yang pendek dan dalam, palpasi terdapatnya nyeri tekan,
perkusi terdengar sonor, auskultasi akan terdengar suara tambahan pada
paru yaitu ronchi,weezing dan stridor. Pada neonatus, bayi akan
terdengar suara nafas grunting (mendesah) yang lemah, bahkan
takipneu.
6) Abdomen Biasanya ditemukan adanya peningkatan peristaltik usus.
7) Kulit Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan tampak pucat
atau sianosis, kulit teraba panas dan tampak memerah. 20
8) Ekstremitas Biasanya pada ekstremitas akral teraba dingin bahkan
bahkan crt > 2 detik karena kurangnya suplai oksigen ke Perifer, ujung-
ujung kuku sianosis.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons individu, keluarga atau komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosis keperawatan memiliki dua
komponen utama yaitu masalah (problem) yang merupakan label diagnosis
keperawatan yang menggambarkan inti dari respons klien terhadap kondisi
kesehatan, dan indikator diagnostik yang terdiri atas penyebab, tanda/gejala dan
faktor risiko. Pada diagnosa aktual, indikator diagnostik hanya terdiri atas
penyebab dan tanda/gejala. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien anak dengan
bronkopneumonia yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
sekresi yang tertahan dibuktikan dengan batuk tidak efektif, tidak mampu batuk,
sputum berlebihan, mengi, wheezing, ronkhi kering dan meconium di jalan
napas (pada neonatus)
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosis Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
Keperawatan
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Intervensi Utama
napas tidak asuhan keperawatan Latihan Batuk Efektif:
efektif selama 3 x 24 jam Observasi:
berhubungan diharapkan Bersihan 1. Identifikasi
dengan sekresi Jalan Nafas Meningkat, kemampuan batuk
yang tertahan dengan kriteria hasil: 2. Monitor adanya
dibuktikan 1. Batuk efektif retensi sputum
dengan batuk meningkat. 3. Monitor tanda dan
tidak efektif, 2. Produksi sputum gejala infeksi
tidak mampu menurun. saluran napas
batuk, sputum 3. Mengi menurun. 4. Monitor input dan
berlebihan, output cairan
mengi, 4. Wheezing Terapeutik:
wheezing, ronkhi menurun. 5. Atur posisi semi –
kering dan 5. Mekonium (pada fowler atau fowler
meconium di neonatus) 6. Pasang perlak dan
jalan napas (pada menurun. bengkok di
neonatus) 6. Dispnea menurun. pangkuan pasien
7. Ortopnea 7. Buang sekret pada
menurun. tempat sputum
8. Sulit bicara Edukasi:
menurun. 8. Jelaskan tujuan dan
9. Sianosis menurun. prosedur batuk
10. Gelisah menurun efektif
11. Frekuensi napas 9. Anjurkan Tarik
membaik napas dalam melalui
12. Pola napas hidung selama 4
membaik detik, ditahan
selama 2 detik,
kemudian keluarkan
dari mulut dengan
bibir mencucu
selama 8 detik
10. Anjurkan
mengulangi Tarik
napas dalam hingga
3 kali
11. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
Tarik napas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
12. Kolaborasi
pemberian mukolitik
atau ekspektoran,
jika perlu.
Manajemen Jalan
Napas
Observasi
1. Monitor pola napas
(frekuensi,
kedalama, usaha
napas)
2. Monitor bunyi napas
tambahan (mis.
Mengi, wheezing,
ronkhi kering)
Terapeutik
3. Pertahankan
kepatenan jalan
napas dengan head-
tilt dan chin-lift
(jaw-thrust jika
curiga trauma
servikal)
4. Berikan minum
hangat Lakukan
fisioterapi dada, jika
perlu
5. Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
6. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
7. Berikan oksigen,
jika perlu.
Edukasi
8. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/ hari,
jika tidak
kontraindikasi
9. Ajarkan teknik
batuk efektif
Pemantauan respirasi
Observasi
1. Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
2. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
3. Auskultasi bunyi
napas
4. Monitor saturasi
oksigen
5. Monitor nilai AGD
6. Monitor hasil x-ray
toraks
Terapeutik
7. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
8. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
9. Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
10. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal, dan
juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
tindakan masih sesuai dan dibutuhkan kliensesuai dengan kondisi saat ini.
Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal,
intelektual, teknik sesuai dengn tindakan yang akan dilaksanakan. Kutipan dari
taqiyyah bararah dan muhammad jauhar (2013:13-14).
Pembimbing/CT