Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SAKIT


DENGAN BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG BAKAS RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
PADA TANGGAL 14 - 16 AGUSTUS 2023

OLEH

KADEK ENA ARDIYANTI


NERS B/SMT I

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
DENPASAR
2023
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran
bercak-bercak, teratur dalam area-area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki
dan meluas ke parenkim paru (Brunner dan Suddarth dalam Wijayaningsih,
2013).
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa
lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat (Whalley
and wong dalam Wijayaningsih, 2013). Bronchopneumonia disebut juga
pneumonia lobularis, yaitu radang paruparu yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson dalam wijayaningsih, 2013).
2. Penyebab/ Faktor Predisposisi
Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Penyebab Bronchopneumonia yang biasa di temukan adalah :
a. Bakteri : Diplococus pneumonia, Pneumococus, Stretococus, Hemoliticus
Aureus, Haemophilus influenza, Basilus Frienlander ( Klebsial Pneumonia),
Mycobakterium Tuberculosis.
b. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
c. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococus Nepromas, Blastomices
Dermatides, Aspergillus Sp, Candida Albicans, Mycoplasma Pneumonia,
Aspirasi benda asing.
Dalam keadan normal, paru-paru dilindungi terhadap infeksi oleh berbagai
mekanisme. Infeksi paru-paru bisa terjadi bila satu atau lebih dari mekanisme
pertahanan terganggu oleh organisme secara aspirasi atau melalui penyebaran
hematogen. Aspirasi adalah cara yang lebih sering terjadi.
Virus bisa meyebabkan infeksi primer atau komplikasi dari suatu penyakit,
seperti mobili atau vericella. Virus tidak hanya merusak sel epitel bersilia tetapi
merusak sel goblet dan kelenjar mukus pada bronkus sehingga merusak
clearance mukosilia. Apabila kuman patogen mencapai bronkoli terminalis,
cairan edema masuk ke dalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah
banyak, kemudian makrofag akan membersihkan debris sel dan bakteri. Proses
ini bisa meluas lebih jauh lagi ke segala atau lobus yang sama, atau mungkin ke
bagian lain dari paru-paru melalu cairan bronkial yang terinfeksi. Malalui
saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran darah atau pluro viscelaris.
Karena jaringan paru mengalami konsilidasi, maka kapasitas vital dan comlience
paru menurun, serta aliran darah yang mengalami konsilidasi menimbulkan
pirau / shunt kanan ke kiri dengan ventilasi perfusi yang mismacth, sehingga
berakibat pada hipoksia. Kerja jantung mungkin meningkat oleh karena saturasi
oksigen yang menurun dan hiperkapnu. Pada keadaan yang berat, bisa terjadi
gagal napas (Wijayaningsih, 2013).
Menurut Wijayaningsih (2013), ada faktor lain yang dapat menyebabkan
Bronchopneumonia :
a. Faktor predisposisi
1) Usia
2) Genetic
3) Faktor pencetus :
• Gizi buruk/kurang
• Berat badan lahir rendah (BBLR)
• Tidak mendapatkan ASI yang memadai.
• Imunisasi yang tiak lengkap
• Polusi udara
• Kepadatan tempat tinggal
3. Pohon Masalah
4. Klasifikasi
Berdasarkan pedoman MTBS (2011), pneumonia dapat diklasifikasikan secara
sederhana berdasarkan gejala dan umur.
a. Umur 2 bulan – 5 tahun:
1) Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila gejala:
a) Ada tanda bahaya umum
b) Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.
c) Terdapat stridor (suara nafas bunyi’grok-grok’ saat inspirasi).
2) Pneumonia, apa bila terdapat gejala napas cepat. Batasan napas cepat
adalah: 10
a) Anak usia 2 bulan - 5 tahun apabila frekuensi napas 40x/ menit
atau lebih.
3) Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda pneumonia atau
penyakit sangat berat.
b. Umur < 2 bulan
1) Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat, apabila gejala :
a) Tidak mau minum atau memuntahkan semua
b) Riwayat kejang
c) Bergerak jika hanya dirangsang
d) Napas cepat ( ≥ 60 kali / menit )
e) Napas lambat ( < 30 kali / menit )
f) Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
g) Merintih
h) Demam ≥
i) Hipotermia berat <
j) Nanah yang banyak di mata
k) Pusar kemerahan maluas ke dinding perut
2) Infeksi bakteri lokal, apabila gejala :
a) Pustul kulit
b) Mata bernanah
c) Pusar kemerahan atau bernanah
3) Mungkin bukan infeksi, apabila tidak terdapat salah satu tanda di atas.
5. Gejala Klinis
Menurut Ringel, 2012 tanda-gejala dari Bronkopneumonia yaitu :
a. Gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh
infeksi saluran pernapasan atas.
b. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak cepat
dan dangkal sampai terdapat pernapasan cuping hidung.
c. Adanya bunyi napas tambahan pernafasan seperti ronchi dan wheezing.
d. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-kadang
terjadi kejang.
e. Anak merasa nyeri atau sakit di daerah dada sewaktu batuk dan bernapas.
f. Batuk disertai sputum yang kental.
g. Nafsu makan menurun.
6. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik Menurut Manurung dkk (2013), yaitu :
a. Pemeriksaan Radiologi
1) Biasanya pada rontgen thoraks ditemukan beberapa lobus berbercak-
bercak infiltrasi
2) Bronkoskopi digunakan untuk melihat dan memanipulasi
cabangcabang utama dari arbor trakeobronkial. Jaringan yang diambil
untuk pemeriksaan diagnostik , secara terapeutik digunakan untuk
mengidentifiksi dan mengangkat benda asing
b. Hematologi
1) Darah lengkap
a) Hemoglobin pada pasien bronchopneumonia biasanya tidak
mengalami gangguan. Pada bayi baru lahir normalnya 17-12
gram/dl, Umur 1 minggu normalnya 15-20 gram/dl, Umur 1 bulan
normalnya11-15 gram/dl, dan pada Anak-anak normalnya 11-13
gram/dl
b) Hematokrit pada pasien bronchopneumonia biasanya tidak
mengalami gangguan. Pada Laki-laki normalnya 40,7% - 50,3%,
dan pada Perempuan normalnya 36,1% - 44,3%
c) Leukosit pada pasien bronchopneumoia biasanya mengalami
peningkatan, kecuali apabila pasien mengalami imunodefisiensi
Nilai normlanya 5 .– 10 rb / (4) Trombosit biasanya ditemukan
dalam keadaan normal yaitu 150 – 400 rb (5) Eritrosit biasanya
tidak mengalami gangguan dengan nilai normal Laki – laki 4,7-
6,7 juta dan pada Perempuan 4,2– 5,4 juta
d) Laju endap darah ( LED ) biasanya mengalami peningkatan
normal nya pada laki-laki 0 – 10 mm perempuan 0 -15 mm
e) Analisa Gas Darah (AGD) Biasanya pada pemeriksaan AGD
pada pasien bronchopneumonia ditemukan adanya kelainan. Pada
nilai pH rendah normalnya7,38- 7,42, Bikarbonat (HCO3) akan
mengalami peningkatan kecuali ada kelainan metabolik
normalnya 22-28 m/l, Tekanan parsial oksigen akan mengalami
penurunan nilai normalnya 75-100 mm Hg, Tekanan (pCO2)
akan mengalami peningkatan nilai normalnya 38-42 mmHg, dan
pada saturasi oksigen akan mengalami penurunan nilai normalnya
94-100 %.
f) Kultur darah Biasanya ditemukan bakteri yang menginfeksi
dalam darah, yang mengakibatkan sistem imun menjadi rendah.
g) Kultur sputum Pemeriksaan sputum biasanya di temukan adanya
bakteri pneumonia dan juga bisa bakteri lain yang dapat merusak
paru.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologi
Penatalaksanaan menurut MTBS (2011) yaitu :
1) Pemberian antibiotic
2) Terapi O2
Pemberian O2 2 - 3 liter / menit dengan nasal kanul
3) Terapi cairan
4) Pemberian cairan IVFD dekstore 5 % ½ NaCL 0,225% 350cc / 24
jam
b. Non Farmakologi
Pasien Istirahat total 2) Posisi pasien semifowler / ekstensikan kepala 3) Bila
terdapat obstruksi jalan nafas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator 4) Terapi modalitas pernafasan (vibrasi, claping, nafas dalam
dan batuk efektif ). 5) Banyak minum air putih hangat 6) Suction bila ada
sumbatan jalan nafas 7) Kompres hangat jika demam 8) Diit pasien jenis
ML ( makan lunak )
8. Komplikasi
Menurut Sowden & Betz (2013), Bronchopneumonia dapat mengakibatkan
penyakit lain, yaitu :
a. Atelaktasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurang mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
d. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada pasien dengan kasus Bronchopneumonia :
a. Identitas, seperti: nama, tempat tanggal lahir/umur, Bronchopneumonia
sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak berusia
di bawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi yang berusia
kurang dari 2 bulan.
b. Keluhan Utama
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Bronchopneumonia Virus Biasanya didahului oleh gejala-gejala
infeksi saluran napas, termasuk rinitis dan batuk, serta suhu badan
lebih rendah dari pada pneumonia bakteri. Bronchopneumonia virus
tidak dapat dibedakan dengan Bronchopneumonia bakteri dan
mukuplasma.
b) Bronchopneumonia Stafilokokus (bakteri) Biasanya didahului oleh
infeksi saluran pernapasan bagian atas atau bawah dalam beberapa
hari hingga 1 minggu, kondisi suhu tinggi, batuk dan mengalami
kesulitan pernapasan.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu:
Biasanya anak sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas.
Riwayat penyakit campak / fertusis (pada Bronchopneumonia).
3) Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
keletihan selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat
dari kondisi penyakit.
4) Riwayat psikososial dan perkembangan
Kelainan Bronchopneumonia juga dapat membuat anak mengalami
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan, hal ini disebabkan
oleh adanya ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada tingkat 19
jaringan, sehingga anak perlu mendapatkan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan yang cukup.
5) Riwayat Imunisasi
Biasanya pasien belum mendapatkan imunisasi yang lengkap seperti
DPT-HB-Hib 2.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala-leher Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang
ditemukan pembesaran Kelenjer getah bening.
2) Mata Biasanya pada pasien dengan Bronchopneumonia mengalami
anemis konjungtiva.
3) Hidung Pada pemeriksaan hidung secara umum ada tampak mengalami
nafas pendek, dalam, dan terjadi cupping hidung.
4) Mulut Biasanya pada wajah klien Brochopneumonia terlihat sianosis
terutama pada bibir.
5) Thorax Biasanya pada anak dengan diagnosa medis
Bronchopneumonia, hasil inspeksi tampak retraksi dinding dada dan
pernafasan yang pendek dan dalam, palpasi terdapatnya nyeri tekan,
perkusi terdengar sonor, auskultasi akan terdengar suara tambahan pada
paru yaitu ronchi,weezing dan stridor. Pada neonatus, bayi akan
terdengar suara nafas grunting (mendesah) yang lemah, bahkan
takipneu.
6) Abdomen Biasanya ditemukan adanya peningkatan peristaltik usus.
7) Kulit Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan tampak pucat
atau sianosis, kulit teraba panas dan tampak memerah. 20
8) Ekstremitas Biasanya pada ekstremitas akral teraba dingin bahkan
bahkan crt > 2 detik karena kurangnya suplai oksigen ke Perifer, ujung-
ujung kuku sianosis.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons individu, keluarga atau komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosis keperawatan memiliki dua
komponen utama yaitu masalah (problem) yang merupakan label diagnosis
keperawatan yang menggambarkan inti dari respons klien terhadap kondisi
kesehatan, dan indikator diagnostik yang terdiri atas penyebab, tanda/gejala dan
faktor risiko. Pada diagnosa aktual, indikator diagnostik hanya terdiri atas
penyebab dan tanda/gejala. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien anak dengan
bronkopneumonia yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
sekresi yang tertahan dibuktikan dengan batuk tidak efektif, tidak mampu batuk,
sputum berlebihan, mengi, wheezing, ronkhi kering dan meconium di jalan
napas (pada neonatus)
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosis Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
Keperawatan
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Intervensi Utama
napas tidak asuhan keperawatan Latihan Batuk Efektif:
efektif selama 3 x 24 jam Observasi:
berhubungan diharapkan Bersihan 1. Identifikasi
dengan sekresi Jalan Nafas Meningkat, kemampuan batuk
yang tertahan dengan kriteria hasil: 2. Monitor adanya
dibuktikan 1. Batuk efektif retensi sputum
dengan batuk meningkat. 3. Monitor tanda dan
tidak efektif, 2. Produksi sputum gejala infeksi
tidak mampu menurun. saluran napas
batuk, sputum 3. Mengi menurun. 4. Monitor input dan
berlebihan, output cairan
mengi, 4. Wheezing Terapeutik:
wheezing, ronkhi menurun. 5. Atur posisi semi –
kering dan 5. Mekonium (pada fowler atau fowler
meconium di neonatus) 6. Pasang perlak dan
jalan napas (pada menurun. bengkok di
neonatus) 6. Dispnea menurun. pangkuan pasien
7. Ortopnea 7. Buang sekret pada
menurun. tempat sputum
8. Sulit bicara Edukasi:
menurun. 8. Jelaskan tujuan dan
9. Sianosis menurun. prosedur batuk
10. Gelisah menurun efektif
11. Frekuensi napas 9. Anjurkan Tarik
membaik napas dalam melalui
12. Pola napas hidung selama 4
membaik detik, ditahan
selama 2 detik,
kemudian keluarkan
dari mulut dengan
bibir mencucu
selama 8 detik
10. Anjurkan
mengulangi Tarik
napas dalam hingga
3 kali
11. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
Tarik napas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
12. Kolaborasi
pemberian mukolitik
atau ekspektoran,
jika perlu.

Manajemen Jalan
Napas
Observasi
1. Monitor pola napas
(frekuensi,
kedalama, usaha
napas)
2. Monitor bunyi napas
tambahan (mis.
Mengi, wheezing,
ronkhi kering)
Terapeutik
3. Pertahankan
kepatenan jalan
napas dengan head-
tilt dan chin-lift
(jaw-thrust jika
curiga trauma
servikal)
4. Berikan minum
hangat Lakukan
fisioterapi dada, jika
perlu
5. Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
6. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
7. Berikan oksigen,
jika perlu.
Edukasi
8. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/ hari,
jika tidak
kontraindikasi
9. Ajarkan teknik
batuk efektif

Pemantauan respirasi
Observasi
1. Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
2. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
3. Auskultasi bunyi
napas
4. Monitor saturasi
oksigen
5. Monitor nilai AGD
6. Monitor hasil x-ray
toraks
Terapeutik
7. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
8. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
9. Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
10. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu

13. Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi
keperawatan yang telah ditetapkan. Menurut effendy, implementasi adalah
pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan
mandiri, saling ketergantungan atau kolaborasi, dan rujukan atau
ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata sering implementasi juh
berbeda dengan rencana. Hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang
biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang
dilaksanakan.

Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal, dan
juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
tindakan masih sesuai dan dibutuhkan kliensesuai dengan kondisi saat ini.
Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal,
intelektual, teknik sesuai dengn tindakan yang akan dilaksanakan. Kutipan dari
taqiyyah bararah dan muhammad jauhar (2013:13-14).

14. Evaluasi Keperawatan


Menurut Alfaro-LeFevre, evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan
perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses
keperawatan dapat berhasil atau gagal. Evaluasi dibagi menjadi dua jenis yaitu:

a. Evaluasi Formatif : Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon


segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b. Evaluasi Sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa
status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan
perkembangan
DAFTAR PUSTAKA

Potter, Perry.2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC


Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2016. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
Wilkonson, Judith M. Nanci R Ahern. 2009.Diagnosa Keperawatan Edisi 9.
Jakarta:EGC
LEMBAR PENGESAHAN

Pembimbing/CI Klungkung, 14 Agustus 2023


Mahasiswa

(Ns. Ni Nengah Rusmini, S.Kep)


NIP.1977092400512015 Kadek Ena Ardiyanti

Pembimbing/CT

(NLP Yunianti Suntari Cakera, S.Kep.,Ns.,M.Pd.)


NIP.196906211994032002

Anda mungkin juga menyukai