FUNGSI INFORMASI
Disusun Oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
S2 PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA
2023
A. Pendahuluan
Pada teori tes klasik, kehandalan tes ditunjukkan dengan koefisien reliabilitas, nilai
koefisien reliabilitas melibatkan total skor tes. Berbeda dengan teori tes klasik, teori respon butir
menggunakan istilah informasi untuk menyatakan kekuatan atau sumbangan butir soal.
Penggunaan dari pengukuran fungsi informasi tes lebih akurat bila dibandingkan dengan
penggunaan reliabilitas karena: (1) bentuknya tergantung hanya pada butir-butir dalam tes, (2)
mempunyai estimasi kesalahan pengukuran pada setiap level abilitas (Hambleton &
Swaminathan, 1985: 236).
Untuk menggantikan konsep reliabilitas dalam tes klasik, maka IRT mengajukan konsep
informasi item (item information) dan informasi test (test information) yang menunjukkan
tingkat kecermatan pengukuran pada berbagai nilai abilitas θ . Fungsi informasi butir atau Item
Information Function merupakan suatu metode untuk menjelaskan kekuatan suatu butir pada
perangkat tes, pemilihan butir tes, dan perbandingan beberapa perangkat tes (Retnawati, 2014).
Sedangkan, fungsi informasi tes merupakan penjumlahan fungsi informasi semua butir tes
(Mardapi, 2012). Berdasarkan pendapat ahli terkait pengertian fungsi informasi tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa ada dua macam fungsi informasi, yaitu fungsi informasi butir dan
fungsi informasi tes. Fungsi informasi butir berkaitan dengan butir tes, sedangkan fungsi
informasi tes berkaitan dengan seluruh butir tes tersebut (Istiyono, 2020).
B. Fungsi Informasi
Fungsi informasi digunakan untuk mengetahui reliabilitas dari instrumen tes yang
dikonstruksi, semakin banyak informasi yang diperoleh maka semakin kecil SEM-nya.
Perpotongan antara kurva fungsi informasi dengan SEM menunjukkan batas-batas estimasi
reliabilitas dari tes tersebut. Dalam IRT, kesalahan pengukuran atau biasa disebut standard error
measurement (SEM) memiliki hubungan yang berbanding secara terbalik kuadratik dengan
fungsi informasi, semakin tinggi nilai fungsi informasi maka SEM akan semakin kecil begitu
pula sebaliknya (Retnawati, 2014). Dengan demikian, dalam analisis IRT, fungsi informasi layak
dipertimbangkan dalam menentukan model yang dipilih (Ridho, 2007). Fungsi informasi
menunjukkan sejauh mana masing-masing model mampu memberikan informasi (Veerkamp &
Berger, 1999). Semakin tinggi puncak dari fungsi informasi maka semakin tinggi pula informasi
yang bisa diberikan oleh suatu model.
1. Fungsi Informasi Item
Dalam prosedur konstruksi tes dengan pendekatan IRT, salah satu karakteristik yang
sangat penting dan harus menjadi pertimbangan utama dalam memilih item-item untuk dijadikan
bagian dari tes adalah informasi butir (item information). Konsep mengenai informasi item
merupakan salah satu kontribusi utama IRT dalam bidang pengukuran yang berkaitan dengan
reliabilitas (Azwar, 2021). Fungsi informasi butir atau item information function merupakan
suatu metode untuk menjelaskan kekuatan suatu butir pada perangkat tes, pemilihan butir tes dan
pembandingan beberapa perangkat tes. Dengan fungsi informasi butir diketahui butir mana yang
cocok dengan model sehingga membantu dalam seleksi butir tes (Retnawati, 2014).
Fungsi Informasi juga merupakan fungsi dari parameter model. Sebagai contoh,
informasi item yang diberikan oleh model logistik satu parameter (1PL) untuk data yang diskor
dikotomi adalah hasil perkalian antara peluang respon benar dan keluar respon salah, yaitu:
I i ( θ ) =p i ( θ ) q i ( θ )
sedangkan besarnya eror standar dalam estimasi (standard error of estimation, se) adalah
kebalikan dari besarnya informasi pada level kemampuan tertentu, yaitu:
1
sem ( θ )=
√Ii(θ )
Sehingga semakin besar informasi item, maka semakin kecil error pengukuran. Karena
setiap se (θ ) dinyatakan dalam metrik yang sama atribut latennya, maka se (θ ) dapat
dipergunakan untuk membuat interval kepercayaan.
sebagaimana halnya pada IIF, error standar estimasi juga adalah kebalikan dari fungsi informasi
tes, yaitu:
1
sem ( θ )=
√I (θ )
Fakta ini sangat bermanfaat untuk mengendalikan error pengukuran dengan akurat ketika
melakukan kompilasi item dari suatu bank soal yang besar, yaitu dengan memilih item-item yang
memiliki se (θ) sekecil mungkin sehingga untuk keseluruhan tes besaran se θ menjadi minimal.
I i(θ)=
[ p'i ( θ ) ]
pi ( θ ) qi ( θ )
i = butir 1, 2, 3,….., n
pi’ = Turunan dari pi (θ )
pi ( θ ) = Peluang peserta dengan kemampuan θ untuk menjawab benar butir ke-i
qi ( θ ) = Peluang peserta dengan kemampuan θ untuk menjawab salah butir ke-i
= 1− pi ( θ )
Secara spesifik, fungsi informasi butir dapat dirumuskan sesuai dengan parameter yang
ditetapkan. fungsi informasi dapat ditentukan melalui model Logistik, terdapat tiga model
logistik yang dapat digunakan, yaitu model logistik satu parameter (1-PL), dua parameter (2-PL),
dan tiga parameter (3-PL). Ketiga parameter tersebut adalah tingkat kesukaran butir, daya beda,
dan terkaan jawaban butir.
a. Fungsi informasi butir pada model 1-PL adalah sebagai berikut.
c. Untuk fungsi informasi butir pada model 3-PL adalah sebagai berikut.
Dimana,
Selanjutnya, pada setiap fungsi informasi butir tersebut, masukkan nilai θ dari -4,0 dalam
interval 0,5.
Tabel 2. Fungsi informasi untuk θ dari -4,0 dalam interval 0,5.
Sesuai dengan sifat fungsi informasi butir, karena nilai parameter c pada butir 1, 2 dan 4
adalah nol maka nilai maksimum fungsi informasi butir terletak pada θ = b. Adapun untuk butir
ke 3, 5, dan 6 karena parameter c tidak bernilai nol, maka nilai maksimum fungsi informasi butir
tidak terletak tepat pada θ = b, melainkan pada nilai yang sesuai dengan persamaan unuk θ maks
Adapun nilai maksimum fungsi informasi 3, 5 dan 6 secara berturut-turut adalah 1,1; -0,4; dan
0,8. Fungsi informasi pada contoh soal 5.7 dapat dibuat grafik sebagaimana Gambar 2. yang
merupakan grafik fungsi informasi butir.
Berdasarkan Gambar di atas dapat kita lihat bahwa untuk butir ke-1, ke-2 dan ke-3
terletak pada θ yang sama. Tetapi nilai maksimum pada fungsi informasi butirnya tidak terletak
pada ketinggian yang sama. Nilai maksimum pada butir ke-1 sangat tinggi, butir ke-3 sedang dan
butir ke-2 tidak tinggi. Perbedaan ketinggian ini disebabkan oleh sifat kedua dan ketiga pada
fungsi informasi butir yakni pada nilai a dan c. Ini berarti semakin tinggi nilai a, semakin tinggi
grafik. Hal ini terjadi pada butir ke-1 dengan a₁ = 1,75 dan c₁ = 0,00. Tetapi hal ini tidak terjadi
pada butir ke-3 yang memiliki nilai a yang sama, yaitu a 3= 1,75 tetapi memiliki nilai c1 = 0,15
tidak setinggi grafik pada butir a1.
Butir ke-4 mirip dengan butir ke-1 yaitu memiliki nilai a yang tinggi a4 = 1,75. Butir ini
memiliki ketinggian yang sama pada nilai maksimum fungsi informasi. Perbedaannya ada pada
letak wilayah dimana butir ke-1 memiliki fungsi informasi maksimum pada θ = 1,0 sedangkan
butir ke-4 pada θ = -1,5. Selain nilai yang rendah sehingga memperoleh a ketinggian yang kecil
pada nilai maksimum fungsi informasi butir, butir ke-5 dan ke-6 juga memiliki nilai c yang agak
tinggi sehingga membuat grafiknya menjadi lebih rendah. Artinya, agar informasinya tinggi,
perlu memiliki butir yang memiliki nilai a yang tinggi, nilai c yang rendah dan nilai b yang
cocok dengan kemampuan peserta θ . Ketiga hal ini perlu terjadi secara bersamaan karena nilai a
yang tinggi dan nilai c yang rendah tetapi tidak disertai kecocokan diantara nilai b dengan θ ,
akan menghasilkan nilai fungsi informasi butir yang rendah.
Jika tabel 3 disajikan dalam bentuk grafik sebagaimana Gambar 2, terlihat bahwa fungsi
informasi tes mencapai maksimum pada saat θ =1. Dengan demikian, tes ini cocok untuk para
peserta yang memiliki kemampuan θ disekitar 1.
Fungsi informasi dapat direpresentasikan melalui sebuah kurva fungsi informasi yang
menunjukkan hubungan antara variabel informasi pada sumbu y dan variabel kemampuan
responden pada sumbu x. Perpotongan antara kurva fungsi informasi dengan SEM menunjukkan
batas-batas estimasi reliabilitas dari tes tersebut.
Berdasarkan Gambar dapat dilihat bahwa titik potong grafik terletak antara -2 dan 3.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik instrumen penilaian cocok digunakan untuk peserta didik
dengan kemampuan dalam rentang -2 hingga 3. Sehingga, dapat dikatakan bahwa intrumen tes
yang dikembangkan pada penelitian ini sesuai untuk digunakan pada peserta didik dengan
kemampuan yang rendah, sedang, dan tinggi.
1.