Anda di halaman 1dari 22

Modul 4

4-Bab5. Peng
gambilan Ke
eputusan Ber
rbasis Indek
ks Kinerja

ANALISA
A SISTEM
M DAN PEN
NGAMBILA
AN KEPUT
TUSAN

MODUL IV: PENG


GAMBILANN KEPUTUUSAN BER
RBASIS
INDEKS
I K
KINERJA

OLEH
H:

Proff. Dr. Ir. Ma


arimin, M.S
Sc

DEPART
TEMEN TE
EKNOLOG GI INDUST
TRI PERTA
ANIAN
F
FAKULTAS TEKNOL LOGI PER
RTANIAN
INSTIT
TUT PERTAANIAN BO
OGOR
20112

63
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

MODUL 4-BAB-5. PENGAMBILAN KEPUTUSAN


BERBASIS INDEKS KINERJA

Bab ini mendeskripsikan berbagai teknik pengambilan keputusan


berbasis Indeks Kinerja dan penerapannya pada berbagai kasus
pengembangan rantai pasok agroindustri. Teknik pengambilan keputusan
berbasis Indeks Kinerja yang akan dijelaskan dalam bab ini adalah CPI
(Comparative Performance Index), Bayes dan MPE. Pemilihan penggunaan dari
ketiga teknik tersebut dalam pengambilan keputusan adalah berdasarkan
karakterisitik setiap kasus yang dihubungkan dengan teknik yang memiliki
ketepatan karakteristik dengan kasus tersebut. Jadi setiap teknik spesifik
untuk kasus tertentu saja. Cara memilih dari setiap teknik disajikan dalam
tabel 5.1

Tabel 5.1. Pemilihan Teknik pengambilan keputusan berbasis Indeks Kinerja


Satuan Penilaian Skala Penilaian
Teknik Alternatif tehadap Alternatif Skala Penilaian Bobot
kriteria tehadap kriteria
CPI Tidak Seragam Campuran Campuran skala penilaian
Rasio (terukur
Nyata) dan
ordinal
Bayes Seragam Rasio (terukur Desimal (0,0 s/d 1,0) atau
nyata) nilai mutlaknya
MPE Seragam Ordinal Ordinal (1 s/d 3 sampai 1 s/d
9)

A. METODE BAYES

Metode Bayes merupakan salah satu teknik yang dapat dipergunakan


untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari
sejumlah alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal.
Untuk menghasilkan keputusan yang optimal perlu dipertimbangkan berbagai
kriteria.
Pembuatan keputusan dengan metode Bayes dilakukan melalui upaya
pengkuantifikasian kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan dinyatakan
dengan suatu bilangan antara 0 dan 1 atau skala konversinya. Namun sering
kali hal ini dianggap sebagai probabilitas pribadi atau subyektif dimana bobot

64
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

Bayes didasarkan pada tingkat kepercayaan, keyakinan, pengalaman serta


latar belakang pengambil keputusan.
Persamaan Bayes yang digunakan untuk menghitung nilai setiap
alternatif sering disederhanakan menjadi:

m
Total Nilai i = Nilai ij (Kritj)
j=1

dimana:
Total Nilai i = total nilai akhir dari alternatif ke-i
Nilai ij = nilai dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j
Krit j = tingkat kepentingan (bobot) kriteria ke-j
i = 1,2,3,n; n = jumlah alternatif
j = 1,2,3,m; m = jumlah kriteria
Nilai peluang didapatkan dari suatu informasi awal yang dapat bersifat
subyektif maupun obyektif. Nilai peluang ini dapat diperbaiki dengan adanya
informasi tambahan yang didapat dari sejumlah percobaan. Informasi awal
tentang nilai peluang ini disebut distribusi prior, sedangkan nilai peluang yang
sedang diperbaiki dengan informasi tambahan disebut peluang posterior.

A.1. KRITERIA BAYES

Pengambilan keputusan merupakan suatu pemilihan aksi a dari


sekelompok aksi yang mungkin (A). Pemilihan aksi harus dengan mengetahui
akibat dari aksi terpilih, yang biasanya merupakan fungsi dari status situasi
(state of nature). Suatu status situasi menggambarkan situasi atau keadaan
nyata yang sebenarnya dimana aksi akan diaplikasikan.
Nilai kinerja dari setiap aksi a dan status situasi digambarkan dengan
menggunakan pay off matrix, yang berbentuk seperti Tabel 5.2.

65
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

Tabel 5.2. Pay off matrix



1 2 . . . n
A
A1 x x . . .
A2 x x . . .
. . . . . .
. . . . . .
. . . . . .
am . . . . .
adalah status situasi yang dapat berupa kondisi, kriteria seleksi atau
persyaratan pemilihan, a dapat berupa aksi, strategi atau pilihan, sedangkan x
adalah nilai penampakan dari setiap aksi dan status situasi. Apabila satuan
(unit) dari setiap x sama, maka dengan matriks ini dapat langsung dilakukan
perhitungan untuk pemilihan aksi. Tetapi apabila satuan dari x tidak sama,
matriks ini harus diubah dulu ke dalam bentuk CPI (Comparative
Performance Index), caranya adalah dengan menentukan nilai minimum pada
setiap lajur (setiap status situasi), dan menetapkan nilai minimum tersebut
sama dengan seratus. Kemudian nilai lain dalam lajur yang sama
dibandingkan dengan nilai minimum tersebut. Akibat dari aksi yang dipilih
dapat diukur dengan mengasumsikan adanya suatu fungsi kerugian (loss
function) dengan simbol l(a,) yang merefleksikan kerugian yang diderita
apabila memilih aksi a pada status situasi , serta didefinisikan untuk setiap
kombinasi a dan .
Pengambilan keputusan yang dilakukan tanpa adanya percobaan
dibantu dengan penggunaan nilai peluang prior dengan suatu prosedur yang
disebut kriteria Bayes. Pada prosedur ini si pembuat keputusan akan memilih
aksi yang meminimumkan dugaan kerugian (expected loss) yang dievaluasi
menurut nilai peluang prior. Perhitungan dugaan kerugian l(a) untuk diskrit
adalah:

l (a) = E [l,(a, )] = l (a,k)P (k)


semua k

Perhitungan dengan kerugian untuk yang kontinyu adalah:


l (a) = E [l,(a,(a )] = l (a,y) P (y)dy

66
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

A.2. PROSEDUR BAYES

Data yang didapatkan dari hasil percobaan dapat digunakan dalam


proses pengambilan keputusan. Distribusi peluang posterior dari adalah
suatu distribusi peluang bersyarat dari dengan diberikan X = x. Keputusan
dicari dengan menghitung terlebih dahulu distribusi peluang posterior dari
untuk setiap X = x, setelah itu dipilih aksi yang meminimumkan dugaan
kerugian ln(a) yang serupa dengan pernyataan resiko, termasuk biaya
percobaan. Untuk yang diskrit perhitungan dugaan kerugian adalah:

ln(a) = E [(l (a,0)] = l (a,k) hX=x (k)


k

hX=x (k) adalah distribusi peluang posterior diskrit.

Untuk yang kontinyu, distribusi peluang posterior dinyatakan dalam


hX=x (y) , dengan perhitungan dugaan kerugian adalah:

ln(a) = E [(l (a,0)] = l (a,y) hX=x (y)dy

A.3. Contoh Aplikasi Bayes

Contoh aplikasi penggunaan prosedur Bayes adalah dalam pemilihan


pemasok suatu bahan utama untuk membuat produk baru suatu industri
dalam suatu system rantai pasok. Prosedur Bayes digunakan untuk
menentukan rekapitulasi hasil penilaian kinerja pemasok. Tingkat
kepentingan indikator ini merupakan informasi awal yang bersifat subyektif.
Informasi awal ini akan diubah harga harapan (HH) menjadi informasi yang
dapat dipercaya. Rumus harga harapan untuk merekapitulasi nilai hasil
perhitungan dan/atau pengukuran langsung adalah sebagai berikut:

HH (ai) = Pij.P(j); dengan i = 1,2,3,n


j=1

67
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

dimana ai menyatakan alternatif jawaban, j sebagai indikator, Pij berupa


perolehan dari jawaban ai pada indikator j.
Tabel 5.3. menunjukkan penilaian alternatif keputusan pemilihan
pemasok yang sesuai dengan Teknik Bayes. Terdapat 3 alternatif yang
dipertimbangkan dalam pemilihan pemasok yaitu: pemasok A, B, dan C
dengan tiga kriteria yaitu: Ketepatan waktu, kontinyuitas dan ketepatan
kuantitas. Ketepatan ini diukur berdasarkan rasio antara capaian dengan
target. Kuisioner/borang indeks kinerja yang diaplikasikan dalam pemilihan
pemasok ini disajikan pada Lampiran 1.

Tabel 5.3. Matrik keputusan penilaian pemasok yang sesuai dengan Teknik
Bayes
Kriteria
Nilai
Alternatif Tepat Tepat Peringkat
Kontinyuitas Alternatif
Waktu Jumlah
1. Pemasok A 0,8 0,6 0,6 3,7 2
2. Pemasok B 0,8 0,9 0,7 3,8 1
3. Pemasok C 0,8 0,7 0,8 3,6 3
Bobot
0,3 0,4 0,3
Kriteria

Penilaian alternatif pada masing-masing kriteria menggunakan skala


rasio capaian dengan target mingguan dari 0.0 (tidak ada capaian sama sekali)
- 1.0 (tercapai sepenuhnya) untuk kriteria tepat waktu, kontinyuitas dan tepat
jumlah. Dengan menggunakan perumusan Bayes, diperoleh nilai alternatif 1,2,
dan 3 masing-masing 0,66; 0,81; dan 0,76. Nilai-nilai tersebut diperoleh dari
hasil perhitungan sebagai berikut :
Alternatif 1 : Pemasok A
0,3(0,8) + 0,4(0,6) + 0,3(0,6) = 0,66
Alternatif 2 : Pemasok B
0,3(0,8) + 0,4(0,9) + 0,3(0,7) = 0,81
Alternatif 3 : Pemasok C
0,3(0,8) + 0,4(0,7) + 0,3(0,8) = 0,76

68
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

sehingga didapat alternatif yang terurut dari yang terbaik adalah alternatif 2,
1, dan 3.

Contoh lain penerapan metode bayes dalam pengembangan agroindustri


adalah pada kasus pemilihan bahan baku untuk produksi bioetanol. Tiga
bahan baku yang menjadi alternative dalam produksi bioetanol adalah ubi
kayu, ubi jalar dan tebu. Sedangkan kriteria yang dipertimbangkan dalam
memilih bahan baku tersebut adalah indeks capaian bahan baku, capaian
rendemen, capaian waktu panen dan indeks target biaya budidaya. Matriks
keputusan pemilihan bahan baku bio-etanol disajikan dalam table 5.4.

Tabel 5.4. Matriks keputusan pemilihan bahan baku bio-etanol


Alternatif Kriteria Nilai Peringkat
Alternatif
Capaian Capaian Capaian Capaian
Bahan Baku Rendemen Waktu Biaya
Panen Budidaya
Ubi Kayu 0,8 0,7 0,6 0,6 0,72 1
Ubi Jalar 0,7 0,6 0,7 0,6 0,65 2
Tebu 0,6 0,5 0,6 0,7 0,57 3
Bobot 0,4 0,4 0,1 0,1

Penilaian alternatif pada masing-masing kriteria menggunakan skala


rasio capaian dengan target dari 0 (tidak tercapai sama sekali) sampai 1.0
(tercapai sepenuhnya). Dengan menggunakan perumusan Bayes, diperoleh
nilai alternatif 1,2, dan 3 masing-masing 0,72; 0,65; dan 0,57. Terkadang di
dapatkan nilai akhir antar alternatif bedanya kecil sehingga meragukan bagi
pengambil keputusan untuk memilih.

B. METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL

Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) merupakan salah satu metode


untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak.
Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambilan
keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi
dengan baik pada tahapan proses. Berbeda dengan Teknik Bayes, MPE akan
menghasilkan nilai alternatif yang perbedaannya lebih kontras.

69
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

B.1. PROSEDUR MPE

Dalam menggunakan metode perbandingan eksponensial ada beberapa


tahapan yang harus dilakukan yaitu: menyusun alternatif-altenatif keputusan
yang akan dipilih, menentukan kriteria atau perbandingan kriteria keputusan
yang penting untuk dievaluasi, menentukan tingkat kepentingan dari setiap
kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria, melakukan penilaian terhadap
semua alternatif pada setiap kriteria, menghitung skor atau nilai total setiap
alternatif, dan menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor
atau nilai total masing-masing alternatif.
Formulasi perhitungan skor untuk setiap alternatif dalam metoda
perbandingan eksponensial adalah sebagai berikut:
m
Total nilai (TNi) = (RK ij)TKK j
j=1

dengan :
TNi = Total nilai alternatif ke -i
RK ij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan
keputusan i
TKK j = derajat kepentingan kritera keputusan ke-j; TKKj > 0; bulat
n = jumlah pilihan keputusan
m = jumlah kriteria keputusan

Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan dengan cara


wawancara dengan pakar atau melalui kesepakatan curah pendapat.
Sedangkan penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan
memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya. Semakin besar
nilai alternatif, semakin besar pula skor alternatif tersebut. Total skor masing-
masing alternatif keputusan akan relatif berbeda secara nyata karena adanya
fungsi eksponensial.

B.2. KEUNTUNGAN METODE MPE

Metode perbandingan eksponensial mempunyai keuntungan dalam


mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisa. Nilai skor yang
menggambarkan urutan prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial) ini
mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata.

70
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

B.3. CONTOH APLIKASI METODE MPE

Penilaian terhadap tiga alternatif produk agroindustri berbasis ubi kayu


(Tepung tapioka, Keripik singkong, dan Pakan ternak) yang akan
diprogramkan pada percontohan manajemen rantai pasok didapatkan dari
hasil wawancara dengan pakar dan pengorganisasian pengetahuan dari
berbagai buku tentang ubi kayu. Kriteria yang dipertimbangkan ada tujuh,
yaitu potensi pasar, kondisi bahan baku, nilai tambah produk, daya serap
tenaga kerja, teknologi yang sudah dipakai, kondisi sosial budaya, dan
dampak terhadap lingkungan. Produk yang potensial untuk diinvestasikan
tentunya produk yang mempunyai nilai tinggi untuk setiap kriteria. Penilaian
alternatif pada setiap kriteria menggunakan skala penilaian 1-9, seperti terlihat
pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Penilaian alternatif produk agroindustri potensial
Nilai Alternatif Produk
No Kriteria Bobot Tepung Keripik Pakan
tapioka singkong ternak
1 Potensi pasar 9 8 6 6
2 Kondisi bahan baku 8 8 6 8
3 Nilai tambah produk 6 6 4 5
4 Daya Serap tenaga
7 8 6 6
kerja
5 Teknologi yang sudah
5 8 6 6
dipakai
6 Kondisi sosial budaya 7 8 8 8
7 Dampak terhadap
5 6 8 6
lingkungan

Setelah dihitung menggunakan teknik MPE maka akan terlihat urutan


atau prioritas produk agroindustri yang potensial untuk diinvestasikan,
seperti pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Hasil pehitungan dengan MPE
Prioritas Alternatif terpilih Nilai MPE
Produk Tepung tapioka 155.267.448
potensial 1
Produk Pakan ternak 29.263.177
potensial 2
Produk Keripik singkong 14.179.040
potensial 3

71
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

Nilai MPE tersebut didapat dari hasil perhitungan sebagai berikut :


Alternatif 1 (Tepung Tapioka) :
= (8)9 + (8)8 + (6)6 + (8)7 + (8)5 + (8)7 + (6)5 = 155.267.448
Alternatif 2 (Keripik Singkong) :
= (6)9 + (6)8 + (4)6 + (6)7 + (6)5 + (8)7 + (8)5 = 14.179.040
Alternatif 3 (Pakan Ternak)
= (6)9 + (8)8 + (5)6 + (6)7 + (6)5 + (8)7 + (6)5 = 29.263.177
Dari Tabel 5.6 dapat disimpulkan bahwa produk agroindustri yang
paling potensial untuk diinvestasikan adalah tepung tapioka, dengan nilai
155.276.448. Pakan ternak menempati urutan kedua sebagai produk
agroindustri yang juga potensial untuk diinvestasikan, diikuti dengan keripik
singkong yang menempati uturan ke tiga.

C. TEKNIK PERBANDINGAN INDEKS KINERJA

Teknik Perbandingan Indeks Kinerja (Comparative Performaance Index,


CPI) merupakan indeks gabungan (Composite Index) yang dapat digunakan
untuk menentukan penilaiaan atau peringkat dari berbagai alternatif (i)
berdasarkan beberapa kriteria (j). Formula yang digunakan dalam teknik CPI
adalah sebagai berikut:

Aij = Xij (min) x 100 / Xij (min)


A(i + 1.j) = (X(I + 1.j) )/ Xij (min) x 100
Iij = Aij x Pj
n
Ii = (Iij)
j =1

Keterangan:
Aij = nilai alternatif ke-i pada kriteria ke j
Xij (min) = nilai alternatif ke-i pada kriteria awal minimum ke-j
A(i + 1.j) = nilai alternatif ke-i + 1 pada kriteria ke j
X(I + 1.j) = nilai alternatif ke-i + 1 pada kriteria awal ke j
Pj = bobot kepentingan kriteria ke j

72
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

Iij = indeks alternatif ke- I


Ii = indeks gabungan kriteria pada alternatif ke I
i = 1, 2, 3,, n
j = 1, 2, 3,, m

Tabel 5.7 memperlihatkan matrik awal penilaian alternatif yang di


transformasi menjadi Tabel 5.8. dengan menggunakan Teknik Perbandingan
Indeks Kinerja. Sebagai ilustrasi, terdapat 3 alternatif yang dinilai yaitu
Industri Minyak Sawit, Industri Pengolahan Teh dan Industri Coklat Bubuk
dengan kriteria kelayakan IRR (Internal Rate of Return), B/C (Benefit/Cost
Ratio) dan Pay Back Period (waktu pengembalian modal).
Tabel 5.7. Matrik awal penilaian alternatif pemilihan industri yang paling
layak
Kriteria
Alternatif IRR B/C PBP
(%) (Thn)
1. Industri Minyak Sawit (CPO) 30 1,1 5
2. Industri Pengolahan Teh 20 1,15 6
3. Industri Coklat Bubuk 25 1,2 4
Bobot Kriteria 0,3 0,4 0,3

Nilai IRR, B/C dan PBP arah, rentang dan satuannya tidak sama,
sehingga tidak dapat langsung diagregasi (digabungkan). Matrik ini harus
diubah dulu ke dalam bentuk yang seragam, caranya adalah dengan
menentukan nilai minimum pada setiap lajur (setiap status situasi), dan
menetapkan nilai minimum tersebut sama dengan seratus. Kemudian nilai lain
dalam lajur yang sama dibandingkan dengan nilai minimum tersebut, sebagai
berikut:
Identifikasi kriteria tren positif (semakin tinggi nilaianya semakin baik)
dan tren negatif (semakin rendah nilainya semakin baik)
Untuk kriteria tren positif, nilai minimum pada setiap kriteria
ditranspormasi ke seratus, sedangkan nilai lainnya ditranspormasi
secara proporsional lebih tinggi.
Untuk kriteria tren negatif, nilai minimum pada setiap kriteria
ditranspormasi ke seratus, sedangkan nilai lainnya ditranspormasi
secara proporsional lebih rendah.

73
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

Tabel 5.8. Matrik hasil transformasi melalui teknik perbandingan indeks


kinerja
Kriteria Nilai
Alternatif IRR B/C PBP Alternatif Peringkat
(Thn)
1. Industri
Minyak Sawit 150 100 80 109 2
(CPO)
2. Industri
Pengolahan 100 104,5 66,7 91,8 3
The
3. Industri Coklat
125 109,1 100 111,1 1
Bubuk
Bobot Kriteria 0,3 0,4 0,3
Sebagai misal, Kriteria IRR adalah kriteria tren positif, karena semakin
besar nilai IRR maka industri semakin layak. IRR yang paling kecil adalah IRR
pada industri pengolahan Teh maka IRR tersebut dikonversi menjadi 100 dan
dijadikan basis perhitungan transformasi nilai IRR yang lain.
Transformasi Nilai IRR :
Alternatif 1 = Industri Minyak Sawit
30
x 100 = 150
20
Alternatif 2 = Industri Pengolahan Teh
20
x 100 = 100
20
Alternatif 3 = Industri Coklat Bubuk
25
x 100 = 125
20
Kriteria B/C juga mempunyai tren positif, semakin besar nilai B?C
semakin baik. Transformasi nilai B/C mirip dengan transformasi nilai IRR.
B/C yang paling kecil adalah B/C pada industri Minyak Sawit maka B/C
tersebut konversi menjadi 100 dan dijadikan basis perhitungan transformasi
nilai B/C yang lain
Transformasi Nilai B/C :
Alternatif 1 = Industri Minyak Sawit

74
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

1. 1
x 100 = 100
1. 1
Alternatif 2 = Industri Pengolahan Teh
1.15
x 100 = 104.5
1 .1
Alternatif 3 = Industri Coklat Bubuk
1 .2
x 100 = 109.1
1 .1
Kriteria PBP adalah kriteria yang mempunyai trend negatif, semakin kecil
nilainya semakin baik. Nilai PBP yang paling kecil di setiap alternatif
dijadikan nilai maksimum (100) sehingga digunakan perbandingan terbalik.
PBP yang paling kecil adalah PBP pada industri coklat bubuk maka PBP
tersebut dijadikan basis perhitungan transformasi nilai PBP yang lain :
Transformasi Nilai PBP :
Alternatif 1 = Industri Minyak Sawit
4
x 100 = 80
5
Alternatif 2 = Industri Pengolahan Teh
4
x 100 = 66.7
6
Alternatif 3 = Industri Coklat Bubuk
4
x 100 = 100
4
Perhitungan nilai alternatif berdasarkan nilai setiap kriteria
menggunakan cara seperti perhitungan pada metode Bayes. Tabel 5.8
menunjukkan bahwa nilai alternatif 1, 2, dan 3 masing-masing adalah 109; 91,8;
dan 111,1. Dengan demikian alternatif 3 yaitu Industri Coklat Bubuk sebagai
peringkat 1 disusul oleh industri minyak sawit dan kemudian industri
pengolahan teh.
D. PEMILIHAN METODE BAYES/MPE/CPI

Metode Bayes/MPE/CPI yang telah diuraikan di atas kelihatannya


sederhana, namun dalam aplikasinya dapat menimbulkan keraguan metode

75
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

yang terbaik untuk diimplementasikan. Sebagai arahan umum dalam pemilihan


metode yang tepat adalah sebagai berikut:
1. Perhatikan nilai pada setiap kriteria penilaian, apabila nilainya
adalah seragam baik rentang penilaian dan arah penilaian maka
metode yang tepat adalah Bayes atau MPE.
2. Apabila penilaian pada setiap kriteria adalah seragam sesuai pada
poin (1) tersebut menggunakan nilai ordinal maka metode penilaian
yang paling tepat adalah MPE. Apabila penilaian menggunakan
nilai hasil pengukuran nyata maka metode penilaian yang paling
sesuai adalah metode Bayes.
3. Apabila penilaian pada setiap kriteria tidak seragam baik dalam hal
rentang penilaian, atau arah penilaian atau kedua-duanya maka
metode yang paling tepat adalam metode CPI.

E. METODE DELPHI

Metode Delphi adalah modifikasi dari teknik brainwriting dan survei.


Dalam metode ini, panel digunakan dalam pergerakkan komunikasi melalui
beberapa kuisioner yang tertuang dalam tulisan. Teknik Delphi
dikembangkan pada awal 1950 untuk memperoleh opini ahli. Obyek dari
metode ini adalah untuk memperoleh konsensus yang paling reliabel dari
sebuah grup ahli. Teknik ini diterapkan diberbagai bidang, misalnya untuk
teknologi peramalan, analisa kebijakan publik, inovasi pendidikan, program
perencanaan dan lain-lain.
Metode Delphi dikembangkan oleh Derlkey dan asosiasinya di Rand
Corporation, California pada tahun 1960-an. Metode Delphi merupakan
metode yang menyelaraskan proses komunikasi suatu grup sehingga dicapai
proses yang efektif dalam mendapatkan solusi masalah yang kompleks.
Pendekatan Delphi memiliki tiga grup yang berbeda yaitu: pembuat
keputusan, staff dan responden. Pembuat keputusan akan bertanggungjawab
terhadap keluaran dari kajian Delphi. Sebuah grup kerja yang terdiri dari lima
sampai sembilan anggota yang tersusun atas staff dan pembuat keputusan,
bertugas mengembangkan dan menganalisa semua kuisioner, evaluasi
pengumpulan data dan merevisi kuisioner yang diperlukan. Grup staff
dipimpin oleh koordinator yang harus memiliki pengalaman dalam desain
dan mengerti metode Delphi serta mengenal problem area. Tugas staff
koordinator adalah mengontrol staff dalam pengetikan, mailing kuisioner,
membagi dan proses hasil serta penjadwalan pertemuan. Responden adalah

76
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

orang yang ahli dalam masalah dan siapa saja yang setuju untuk menjawab
kuisioner.

E.1. PROSEDUR DELPHI

Prosedur Delphi mempunyai ciri-ciri yaitu (1) mengabaikan nama, (2)


Iterasi dan Feedback yang terkontrol, (3) respons kelompok secara statistik
(Chang et al, 1993). Jumlah dari iterasi kuisioner Delphi bisa tiga sampai lima
tergantung pada derajat kesesuaian dan jumlah penambahan informasi selama
berlaku. Umumnya kuisioner pertama menanyakan pada individu untuk
merespon pertanyaan dalam garis besar. Setiap subsequen kuisioner dibangun
berdasarkan respon kuisioner pendahuluan. Proses akan berhenti ketika
konsensus mendekati partisipan, atau ketika penggantian informasi cukup
berlaku.
Prosedur metode Delphi adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan pertanyaan Delphi
Ini merupakan kunci proses Delphi. Langkah ini dimulai dengan
memformulasikan garis besar pertanyaan oleh pembuat keputusan. Jika
responden tidak mengerti garis besar pertanyaan maka masukan proses
adalah sia-sia. Elemen kunci dari langkah ini adalah mengembangkan
pertanyaan yang dapat dimengerti oleh responden. Anggota staff harus
menginterview pembuat keputusan benar-benar jelas mengenai
pertanyaan yang dimaksud dan bagaimana informasi tersebut akan
digunakan.
b. Memilih dan kontak dengan responden
Partisipan sebaiknya diseleksi dengan dasar: secara personel responden
mengetahui permasalahan, memiliki informasi yang tepat untuk dibagi,
transformasi untuk melengkapi Delphi dan responden merasa bahwa
agregasi pendapat panel responden akan termasuk informasi yang mereka
nilai dan mereka tidak mengakses dengan cara lain. Seleksi aktual dari
responden umumnya menyelesaikan melalui penggunaan proses nominasi.
c. Memilih ukuran contoh
Ukuran panel responden bervariasi dengan kelompok yang homogen
dengan 10-15 partisipan mungkin cukup. Akan tetapi dalam sebuah kasus
dimana reference yang bervariasi diperlukan maka dibutuhkan partisipan
yang lebih besar.
d. Mengembangkan kuisioner dan test (1)
Kuisioner pertama dalam Delphi mengikuti partisipan untuk menulis
respon pada garis besar masalah. Sampul surat termasuk tujuan, guna dari
hasil, perintah dan batas akhir respon.

77
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

e. Analisa kuisioner (1)


Analisa kuisioner harus dihasilkan dalam ringkasan yang bersisi bagian-
bagian yang diidentifikasi dan komentar dibuat dengan jelas dan dapat
dimengerti responden terhadap kuisioner (2). Anggota grup kerja
mendokumentasikan masing-masing respon pada kartu indeks, memilih
kartu kedalam kategori umum, mengembangkan sebuah konsensus pada
label untuk masing-masing kategori dan menyiapkan ringkasan bayangan
yang berisi kategori-kategori.
f. Pengembangan kuisioner dan test (2)
Kuisioner kedua dikembangkan menggunakan ringkasan responden dari
kuisioner (1). Fokus dari kuisioner ini adalah untuk mengidentifikasikan
area yang disetujui dan yang tidak, mendiskusikan dan mengidentifikasi
bagian yang diinginkan serta membantu partisipan mengetahui masing-
masing posisi dan bergerak menuju pendapat yang akurat, responden
diminta untuk memilih pada ringkasan bagian kuisioner (1).
g. Analisa kusioner (2)
Tugas dari kelompok kerja adalah menghitung jumlah suara masing-
masing bagian yang meringkas komentar yang dibuat tentang masing-
masing bagian. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menentukan jika
informasi lengkap akan membantu untuk penyelesaian masalah atau
paling tidak membuktikan untuk digunakan di berbagai cara.
h. Mengembangkan kuisioner dan test (3)
Kuisioner (3) didesain untuk mendorong masukkan proses Delphi.
i. Analisa kuisioner 3
Analisa tahap ini mengikuti prosedur yang sama pada analisa kuisioner (2)
j. Menyiapkan laporan akhir
Laporan akhir harus meringkas tujuan dan proses hasil yang baik.

Dengan menggunakan lembar evaluasi seperti terlihat pada Tabel 3.6.


proses atau prosedur metode Delphi adalah sebagai berikut:
a. Setiap pengambil keputusan (PK) mengisi lembar evaluasi yang telah
disediakan.
b. Preferensi semua PK diagregasi untuk mendapatkan pendapat kelompok.
c. Lembar evaluasi dikembalikan kepada PK dengan menyertakan nilai yang
telah diberikan dan rata-rata nilai pendapat kelompok.
d. PK mengisi kembali lembar evaluasi, nilai pendapat kelompok dihitung
dan lembar evaluasi dikembalikan kepada PK dengan menyertakan
preferensi PK, preferensi sebelumnya dan nilai pendapat kelompok.
e. Langkah (d) diulang sampai didapatkan hasil yang konvergen.

78
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

Tabel 5.9. Lembar evaluasi dalam metode Delphi


Pengambil Keputusan : ke- i
Ronde evaluasi :
Skor
Alternatif Pengambil keputusan
Rataan
ke-i
Kelompok
No. Diskripsi Lama Baru
1 Alternatif 1 - -
2 Alternatif 2 - -
3 Alternatif 3 - -

Setelah konvergen didapatkan alternatif dan kriteria yang nyata untuk


ditindaklanjuti.

E.2. KEUNGGULAN METODE DELPHI

1. Delphi mengabaikan nama dan mencegah pengaruh yang besar satu


anggota terhadap anggota lainnya.
2. Kemungkinan untuk menutupi sebuah area geografi yang lebih sempit dan
grup besar yang heterogen sehingga dapat berpartisipasi pada basis yang
sama.
3. Adanya langkah diskrit.
4. Masing-masing responden memiliki waktu yang cukup untuk
mempertimbangkan masing-masing bagian dan jika perlu melihat
informasi yang diperlukan untuk mengisi kuisioner.
5. Menghindari tekanan sosial psikologi.
6. Perhatian langsung pada masalah.
7. Memenuhi kerangka kerja.
8. Menghasilkan catatan dokumen yang tepat.

E.3. KELEMAHAN METODE DELPHI

1. Lambat dan menghabiskan waktu.


2. Tidak mengizinkan untuk kemungkinan komunikasi verbal melalui
pertemuan langsung perorangan.
3. Responden dapat salah mengerti terhadap kuisioner atau tidak memenuhi
ketrampilan komunikasi dalam bentuk tulisan.
4. Konsep Delphi adalah Ahli. Para ahli akan mempresentasikan opini yang
tidak dapat dipertahankan secara ilmiah dan melebih-lebihkan.

79
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

5. Sistematika Delphi menghalang-halangi proses lawan dan mendiami


eksplorasi pemikiran.
6. Tidak mengizinkan untuk kontribusi prospektif yang berhubungan dengan
masalah.
7. Mengasumsikan bahwa Delphi dapat menjadi pengganti untuk semua
komunikasi manusia di berbagai situasi.

E.4. CONTOH APLIKASI METODE DELPHI

Pemilihan tipe agroindustri yang memiliki prospek cerah jika


dikembangkan. Dalam kasus ini, terdapat empat pengambil keputusan yang
terdiri dari manajer pengembang bisnis, manajer marketing, pakar
agroindustri dan pakar dalam business development. Dari proses brainstorming
diperoleh 16 alternatif dan tiga kriteria. Keenam belas alternatif hasil proses
brainstorming, yaitu:
1. Industri produk susu
2. Industri gula tebu
3. Industri pengolahan ikan
4. Industri pemrosesan buah
5. Industri kelapa sawit
6. Industri ternak hewan
7. Industri perkebunan karet
8. Industri biji mete
9. Perkebunan teh
10. Industri ikan tuna
11. Industri minyak sayur
12. Industri udang
13. Industri tembakau
14. Industri kopi
15. Industri coklat
16. Industri kayu

Kemudian masing-masing pengambil keputusan menilai secara


komprehensif keenem belas alternatif tersebut dengan metode penilaian
dengan skala 1 sampai dengan 6. Nilai preferensi yang diberikan masing-
masing pengambil keputusan terhadap alternatif dapat dilihat pada Tabel 5.10
Setelah dilakukan penilaian, sistem akan memberikan hasil akhir seperti
disajikan pada Tabel 5.11.

Tabel 5.10. Nilai preferensi masing-masing pengambil keputusan

80
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

Ronde Evaluasi =1
Alternatif PK 1 PK 2 PK 3 PK 4 Rata
1 6 5 4 6
2 3 4 5 2
3 6 5 3 6
4 4 4 4 3
5 6 5 5 5
6 3 2 3 4
7 1 3 2 3
8 3 3 2 3
9 3 4 2 4
10 5 4 2 4
11 1 3 3 2
12 2 4 5 3
13 4 5 3 2
14 2 2 3 4
15 5 2 1 3
16 6 5 6 4

Tabel 5.11. Hasil akhir metode Delphi


Alternatif Rataan
1 5
2 3
3 6
4 2
5 5
6 4
7 1
8 3
9 3
10 3
11 3
12 3
13 3
14 2
15 1
16 5

81
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

Dari hasil akhir tersebut, alternatif yang akan ditindaklanjuti adalah


alternatif yang memiliki nilai rataan minimal yang tinggi (5), yaitu alternatif 1,
3, 5 dan 16 yang maing-masing berturut-turut adalah:
- industri produk susu
- industri pengolahan ikan
- industri kelapa sawit
- industri kayu

F. SOAL LATIHAN

F.1 Pilihan Ganda


1. Kriteria dan alernatif merupakan komponen penting dalam pengambilan
keputusan. Yang membedakan kriteria dan alternatif utamanya adalah:
a. Kriteria merupakan komponen yang akan dipilih dengan
mempertimbangkan alternatif yang tersedia.
b. Alternatif merupakan komponen yang akan dipilih dengan
mempertimbangkan kriteria yang tersedia.
c. Kriteria dan alternatif merupakan komponen yang akan dipilih dengan
posisi yang sejajar dan tergantung kondisi lapang yang dihadapi.
2. Penilaian alternatif pada setiap kriteria dapat dilakukan dengan cara:
a. Menilai langsung setiap alternatif pada setiap kriteria dengan sekala
ordinal
b. Menilai langsung setiap alternatif pada setiap kriteria dengan nilai
mutlaknya
c. Keduanya benar
d. Keduanya salah.
3. Terdapat tiga teknik utama dalam pengambilan keputusan berbasis indeks
kinerja, yaitu:
a. Bayes, metode Perbandingan Eksponensial dan Composit performance
indeks.
b. Bayes, Maximin dan Metode Perbandingan Eksponensial
c. Composit performance indeks, hurwich dan fungsi utilitas.
4. Apabila persoalan keputusan yang dihadapi dapat dirumuskan pada
penilaian matrik keputusan yang bersifat seragam dan penilaiannya dalam
skala ordinal maka teknik yang tepat untuk menyelesaiakannya adalah:
a. Bayes
b. Metode Perbandingan Eksponensial
c. Composit performance indeks.

82
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

5. Apabila persoalan keputusan yang dihadapi dapat dirumuskan pada


penilaian matrik keputusan yang bersifat seragam dan penilaiannya dalam
skala tereukur nyata maka teknik yang tepat untuk menyelesaiakannya
adalah:
a. Bayes
b. Metode Perbandingan Eksponensial
c. Composit performance indeks.

F.2. Jawablah dengan singkat dan jelas

1. Pemilihan lokasi industri merupakan pilihan yang strategis. Untuk itu


perlu dilakukan dengan metode pengambilan keputusan yang benar.
Perhatikan kasus pemilihan lokasi industri berikut. Terdapat 3 alternatif
lokasi industri yang dapat dipilih untuk mendirikan pabrik pengolahan
kelapa sawit, yaitu Medan, Pekanbaru dan Palembang. Untuk menentuan
prioritas pilihan alternatif tersebut dipertimbangkan empat kriteria yaitu
pasar, bahan baku, infrastruktur dan ketersediaan SDM dengan tingkat
kepentingan (bobot) masing-masing kriteria berturut-turut adalah 2; 3; 3; 2.
Medan, kalau dievaluasi berdasarkan kriteria pasar, bahan baku,
infrastruktur dan SDM berturut turut adalah 4; 3; 4; 3. Pekanbaru, kalau
dievaluasi berdasarkan kriteria pasar, bahan baku, infrastruktur dan SDM
berturut turut adalah 4; 5; 3; 3, Dan Palembang kalau dievaluasi
berdasarkan kriteria pasar, bahan baku, infrastruktur dan SDM berturut
turut adalah 4; 4; 3; 3.
1.1. Apakah alternatif metode yang tepat untuk pemilihan lokasi
industri pada persolan keputusan tersebut?
1.2. Apabila teknik yang dipakai adalah metode perbandingan
eksponensial berapakah nilai alternatif untuk lokasi medan?
1.3. Apabila teknik yang dipakai adalah metode perbandingan
eksponensial apakah alternatif yang terbaik (menduduki rangking
pertama)?

2. Sebuah perusahaan ingin mengembangkan produk baru berbasis kelapa


sawit. Terdapat tiga alternative produk yaitu CPO, minyak goring dan bio-
diesel. Empat criteria yang dipertimbangkan untuk memilih produk terbaik
adalah IRR, pasar, prospek bisnis dan resiko. IRR dihitung dari analisis
financial dalam satuan persen, sedangkan pasar, prospek bisnis dan resiko
dievaluasi menggunakan skala ordinal (1=sangat rendah; 5=sangat tinggi).
Bobot criteria pasar, IRR, prospek bisnis dan resiko berturut-turut adalah
0,4; 0,3; 0,1; dan 0,2. Penilaian CPO pada criteria pasar, IRR, prospek

83
Modul 4-Bab5. Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja

bisnis dan resiko berturut-turut adalah 5; 20; 4 dan 3. Penilaian minyak


goreng pada criteria pasar, IRR, prospek bisnis dan resiko berturut-turut
adalah 4; 25; 3 and 4. Penilaian bio-diesel pada criteria pasar, IRR, prospek
bisnis dan resiko berturut-turut adalah 4; 20; 5 and 4.
2.1 Apa metode yang paling tepat untuk pengambilan keputusan dari
masalah di atas?
2.2 Selesaikan persoalan tersebut dengan metode yang paling tepat!

84

Anda mungkin juga menyukai