Anda di halaman 1dari 8

DAMPAK BELAJAR MENGGUNAKAN METODE SISTEM

KEBUT SEMALAM (SKS)

Oleh : Nama Anda dan Nim Anda

Metode Sistem Kebut Semalam Memang sudah menjadi hal yang biasa bagi

Pelajar dan mahasiswa, hal ini sudah menjadi bagian dan peserta didik di indonesia,

entah dari mana muasalnya, namun budaya satu ini memberikan efek yang cukup

beragam bagi peserta didik di indonesia, sebelum masuk lebih dalam alangkah

baiknya kita terlebih dahulu mengetahui definisi belajar itu sendiri, dilansir dari

laman wikipedia mengenai belajar secara definisi, belajar merupakan “Perubahan

yang relatif permanen dalam potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau

latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus

dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan

perubahan perilakunya”

Belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan oleh setiap individu

untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan,

keterampilan, sikap, dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi

yang telah dipelajari. Definisi belajar ini dapat diartikan sebagai aktivitas psikis yang

dilakukan oleh individu sehingga tingkah lakunya berubah setelah belajar. Perubahan

tingkah laku ini dapat meliputi peningkatan pengetahuan, keterampilan, pemahaman,

sikap, dan berbagai kemampuan lainnya. Belajar merupakan proses berkelanjutan

yang fundamental dalam pendidikan.


Beberapa ahli telah memberikan pengertian belajar yang berbeda. M. Sobry

Sutikno menggambarkan belajar sebagai suatu usaha untuk mendapatkan perubahan

yang baru melalui interaksi dengan lingkungan. Thursan Hakim mengartikan belajar

sebagai perubahan dalam kepribadian manusia yang mencakup peningkatan kualitas

dan kuantitas tingkah laku. Skinner menyatakan bahwa belajar adalah proses adaptasi

atau penyesuaian tingkah laku secara progresif. C. T. Morgan menganggap belajar

sebagai perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman yang telah lalu. Hilgard &

Bower menjelaskan belajar sebagai perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh

pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi tertentu. W.S. Winkel

menggambarkan belajar sebagai aktivitas mental dalam interaksi aktif dengan

lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, dan nilai-nilai sikap.

Menurut Sadirman, ada tiga tujuan utama belajar. Pertama, untuk

memperoleh pengetahuan yang meningkatkan kemampuan berpikir. Kedua, untuk

menanamkan konsep dan keterampilan, baik jasmani maupun rohani. Ketiga, untuk

membentuk sikap positif melalui penanaman nilai-nilai. Belajar juga dapat dikenali

melalui karakteristiknya, seperti perubahan tingkah laku yang bersifat sadar,

permanen, positif, aktif, dan terarah. Selain itu, terdapat berbagai jenis belajar yang

dilakukan oleh manusia, seperti belajar rasional, abstrak, keterampilan, sosial,

kebiasaan, pemecahan masalah, apresiasi, dan pengetahuan. Setiap jenis belajar

memiliki tujuan dan metode yang berbeda dalam mencapai perubahan tingkah laku

yang diinginkan. Dengan pemahaman yang mendalam tentang pengertian dan jenis-
jenis belajar ini, individu dapat mengembangkan kompetensi pedagogis yang lebih

baik dalam proses pendidikan.

Selain itu, Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari University of

California, Los Angeles, yang telah dipublikasikan dalam jurnal Child Development,

mengungkapkan bahwa metode belajar dengan sistem SKS (Sistem Kebut Semalam)

memiliki dampak yang sangat merugikan. Hasil penelitian ini menyoroti bahwa hasil

belajar yang diperoleh melalui metode ini tidak sebanding dengan usaha yang

dikeluarkan, karena cenderung menghasilkan prestasi akademik yang buruk.

Salah satu aspek yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah hubungan

antara jumlah jam tidur yang dikurangi oleh mahasiswa untuk belajar dengan kinerja

mereka saat mengerjakan ujian. Hasilnya sangat jelas, semakin banyak jam tidur

yang dikorbankan untuk belajar, semakin buruk kinerja akademik yang dapat

diharapkan. Dengan kata lain, mahasiswa yang sering menjalani sistem belajar kebut

semalam cenderung mengalami gangguan dalam pencapaian hasil belajar yang

optimal.

Upaya Belajar dengan sistem kebut semalam tentunya membawa efek negatif

dan positif, mari kita bahan yang negatif terlebih dahulu, beberapa pertanyaan seperti

apakah anda, saya, dan kita sadar saat kita memasukan sendok ke mulut kita saat

makan meski mata kita sebenarnya tidak melihat gerakan itu sendiri, bahkan di

situasi mata tertutup kita masih mampu memasukan makanan dengan sendok ke

mulut kita tanpa masalah yang berarti. Jika dibandingkan dengan bagaimana respon

kita saat berjalan di gelap gulita, barangkali tentu kita akan menabrak sesuatu yang
ada di depan kita pun bisa jadi kita jatuh tersungkur. Jawabannya sederhana,

mengapa kedua hal tersebut berbeda, jawabannya adalah Kebiasaan, merujuk

kejadian yang penulis sampai tadi, makan adalah sesuatu yang sudah biasa kita

lakukan, sementara berjalan tanpa cahaya saat gelap gulita adalah sesuatu yang tidak

biasa kita lakukan sebab dari kecil kita terbiasa di malam hari menggunakan lampu,

bahkan di situasi tertentu di zaman dulu kita menggunakan lentera, lilin dan macam

penerangan konvensional lainnya.

Jika kita tarik ke dalam kebiasaan Metode SKS, hal ini berakibat pada

kurangnya pemahaman yang mendalam akan materi yang diserap, sesimple jika kita

tanyakan kembali apa yang dipelajari selama 2 jam dengan materi yang menumpuk,

memang peserta didik akan mengingat hal tersebut setelah belajar beberapa jam,

namun jika kita pertanyakan kembali di selang beberapa hari selepas belajar dengan

metode SKS, penulis bisa menjamin, bahwa banyak materi yang terlupa bahkan tidak

ingat sama sekali. Hal ini bisa kita katakan adalah Metode SKS hanya akan terekam

dalam memori jangka pendek saja (Short Term Memory), secara neurologis

kemampuan manusia dalam menyimpan memori jangka panjang memerlukan

repetisi dan penghayatan yang mendalam, sama seperti kasus yang sebelum nya di

bahas mengenai bagaimana kita secara tidak sadar bahkan menutup mata saat makan

tanpa kesalahan yang berarti ketika sendok masuk ke mulut kita.

Dalam konteks pendidikan, pemahaman yang mendalam dan penyerapan

materi ke dalam memori jangka panjang sangat penting. Ini karena materi yang

dipelajari di sekolah dan universitas tidak hanya berfungsi untuk sementara waktu,

tetapi juga untuk membangun dasar pengetahuan yang akan digunakan dalam karier
dan kehidupan sehari-hari di masa depan. Ketika kita hanya menggunakan Metode

SKS, kita mengorbankan pemahaman yang mendalam untuk tujuan jangka pendek.

Selain itu, Metode SKS juga dapat menciptakan stres dan tekanan tambahan pada

peserta didik. Kebutuhan untuk menyerap sejumlah besar informasi dalam waktu

yang sangat singkat dapat mengakibatkan kelelahan mental dan fisik. Ini juga dapat

menyebabkan kurangnya motivasi untuk belajar, karena prosesnya menjadi tidak

menyenangkan dan melelahkan.

Lebih lanjut, Metode SKS juga dapat menghambat pengembangan

keterampilan kritis, analitis, dan pemecahan masalah. Belajar dengan cepat dan

sekilas sering kali tidak memberikan waktu untuk merenungkan konsep, menjelajahi

ide-ide alternatif, atau mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang subjek

tertentu. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam beberapa situasi tertentu,

Metode SKS dapat berguna. Misalnya, dalam menghadapi ujian mendadak atau

tenggat waktu yang ketat, metode ini mungkin menjadi satu-satunya opsi yang

tersedia. Namun, harus diingat bahwa penggunaan Metode SKS sebaiknya dihindari

sebagai pendekatan belajar yang umum.

Sebagai Solusi, Penulis Lebih menyarankan Budaya Belajar Efektif, dimana

Belajar efektif dan efisien sering kali dianggap sebagai tantangan besar, seperti

mencari harta karun yang hilang. Namun, sebenarnya, setiap orang memiliki potensi

untuk meraihnya. Sebelum kita melangkah lebih jauh, mari kita pahami arti dari

belajar efektif dan efisien.


Belajar efektif adalah tentang menemukan metode belajar yang sesuai dengan

keunikan pribadi kita, mulai dari pilihan metode, lingkungan belajar, hingga

pengaturan waktu. Di sisi lain, belajar efisien adalah tentang mencapai hasil

maksimal dengan usaha minimal. Ini melibatkan penghematan waktu, tempat, serta

sumber daya lainnya. Penting untuk diingat bahwa tidak ada orang yang bodoh

dalam belajar, tetapi yang ada hanyalah orang yang mungkin belum menemukan cara

belajar yang tepat. Berikut adalah beberapa tips baru untuk belajar efektif dan

efisien:

1. Ciptakan Lingkungan Belajar Nyaman Belajar dalam suasana yang tenang

dan nyaman sangat penting. Jika rumah tidak memungkinkan, carilah tempat

lain yang sejuk dan hening, jauh dari kebisingan.

2. Pilih Waktu Belajar yang Tepat Islam mengajarkan bahwa waktu efektif

untuk belajar adalah pagi dan sore hari setelah tidur siang. Ini adalah saat

ketika pikiran kita cenderung tenang dan mampu menyerap informasi dengan

baik.

3. Temukan Metode Belajar yang Cocok Setiap individu memiliki metode

belajar yang berbeda. Temukan metode yang sesuai denganmu dan variasikan

agar tidak bosan.

4. Terapkan Disiplin dalam Belajar Atur jadwal belajarmu dengan baik dan

patuhi. Disiplin adalah kunci keberhasilan dalam mengejar ilmu.

5. Buat Catatan Selama Pembelajaran Selalu sediakan buku catatan untuk

mencatat materi yang diajarkan. Ini akan memudahkanmu saat mengulang

pelajaran di rumah.
6. Jaga Kesehatan dengan Minum Air Putih Belajar membutuhkan energi, jadi

pastikan untuk minum cukup air. Ini membantu menjaga konsentrasi dan

mencegah kelelahan.

7. Hindari Belajar Terlalu Lama Sebelum Ujian Hindari sistem belajar semalam

yang tidak efektif. Rencanakan waktu belajar dengan bijak untuk

menghindari tekanan dan kelelahan.

8. Diskusi untuk Pembelajaran Belajar sambil berdiskusi dengan teman-teman

sangat efektif. Diskusi membantu menguatkan pemahaman dan ide-ide.

9. Fokus pada Pemahaman daripada Hafalan Hafalan bisa berguna dalam

beberapa kasus, tetapi pemahaman yang mendalam lebih penting. Pahami

konsep-konsep pelajaran dengan baik.

10. Cintai Pelajaran yang Kamu Suka Fokus pada pelajaran yang kamu cintai

tanpa mengesampingkan yang lain. Kecintaanmu akan memotivasi untuk

belajar lebih baik.

11. Membaca Sebagai Kunci Pengetahuan Buku adalah jendela dunia. Membaca

adalah kunci untuk memperluas pengetahuanmu.

12. Gunakan Kata Kunci dalam Belajar Gunakan kata kunci untuk memudahkan

pengingatan. Ini membantu dalam belajar yang sistematis dan efisien.

13. Buat Flashcard untuk Memori Lebih Baik Buat flashcard dengan pertanyaan

dan jawaban untuk membantu memori. Tempel flashcard ini di tempat-tempat

yang sering kamu kunjungi.

Belajar efektif dan efisien bukanlah sesuatu yang sulit. Dengan disiplin,

adaptasi, dan niat yang kuat, siapa pun bisa mencapainya. Akhir Kata, Sebagai
Kesimpulan, Metode Sistem Kebut Semalam (SKS) dalam pembelajaran

memberikan dampak negatif berupa kurangnya pemahaman mendalam, peningkatan

stres, dan penghambatan pengembangan keterampilan kritis. Metode ini cenderung

menyimpan informasi dalam memori jangka pendek, mengorbankan pemahaman

jangka panjang, dan melelahkan peserta didik. Meskipun dapat berguna dalam

situasi-situasi tertentu, penggunaan Metode SKS sebaiknya dihindari sebagai

pendekatan belajar yang umum, karena pemahaman yang mendalam dan pemrosesan

informasi jangka panjang sangat penting untuk membangun pengetahuan yang

berkelanjutan dalam pendidikan.

REFERENSI

Winarni, S. C., & Suwisi, S. (2014). PENGARUH MOTIVASI INTRINSIK,


MOTIVASI EKSTRINSIK DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP
HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER I AKADEMI KEBIDANAN
WIRA HUSADA NUSANTARA MALANG. Biomed Science, 2(1), 15-21.
Octavia, V., & Amalia, N. (2023). Eksplorasi Fenomena Belajar Sistem Kebut
Semalam: Kajian Kualitatif Terhadap Kebiasaan Belajar Siswa Kelas VI.
Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar (JP2SD), 11(1), 73-83.
Firmansyah, D., Umar, W. R., & Rahayu, A. S. (2018). DAMPAK SISTEM KEBUT
SEMALAM TERHADAP TINGKAT PLAGIARISME TUGAS
MAHASISWA IKIP SILIWANGI. Parole: Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, 1(4), 497-502.
Septiyaningsih, S. (2017). Pengaruh aktivitas belajar dan kemandirian belajar
terhadap prestasi belajar mahasiswa. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, 6(3),
267-275.
Indrayani, N. (2019). Sistem Among Ki Hajar Dewantara Dalam Era Revolusi
Industri 4.0. In Seminar Nasional Sejarah Ke (Vol. 4, pp. 384-400).

Anda mungkin juga menyukai