Anda di halaman 1dari 22

Materi PKN Kelas X Semester 2

Bab 5:
Integrasi Nasional dalam Bingkai Bhineka
Tunggal Ika

des
ign vector of national emblem of country

A. Kebhinnekaan Bangsa Indonesia


Kebhinnekaan merupakan realitas bangsa yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya untuk mendorong
terciptanya perdamaian dalam kehidupan bangsa dan negara. Kebhinnekaan selain semboyan tersebut, negara
kita juga memiliki alat-alat pemersatu bangsa sebagai berikut.
1. Dasar Negara Pancasila
2. Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan
3. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan
4. Lambang Negara Burung Garuda
5. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
6. Lagu-lagu perjuangan

B. Pentingnya Konsep Integrasi Nasional


1. Pengertian Integrasi Nasional
Integrasi nasional berasal dari dua kata, yaitu “integrasi” dan “nasional”. Integrasi berasal dari bahasa
Inggris, integrate, artinya menyatupadukan, menggabungkan, mempersatukan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi artinya pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang bulat
dan utuh. Kata nasional berasal dari bahasa Inggris, nation yang artinya bangsa. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti politis dan antropologis.
a. Secara Politis
Integrasi nasional secara politis berarti penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam kesatuan wilayah
nasional yang membentuk suatu identitas nasional.

b. Secara Antropologis
Integrasi nasional secara antropologis berarti proses penyesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang
berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat.

2. Syarat Integrasi
Syarat keberhasilan suatu integrasi di suatu negara adalah sebagai berikut.

1. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan


antara satu dan lainnya.
2. Terciptanya kesepakatan (konsensus) bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang
dilestarikan dan dijadikan pedoman.
3. Norma-norma dan nilai-nilai social dijadikan aturan baku dalam melangsungkan proses integrasi sosial.

C. Faktor-Faktor Pembentuk Integrasi Nasional


Manusia hidup dalam reliatas yang plural, hal yang sama juga pada masyarakat Indonesia yang majemuk (plural
society).
a. Faktor pembentuk integrasi nasional
1. Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah.
2. Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara yaitu Garuda Pancasila dan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.
3. Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa indonesia seperti yang dinyatakan
dalam Sumpah Pemuda.
4. Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan munculnya semangat nasionalisme di kalangan bangsa
Indonesia.
5. Penggunaan bahasa Indonesia.
6. Adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam bangsa, bahasa, dan tanah air Indonesia.
7. Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama, yaitu Pancasila.
8. Adanya jiwa dan semangat gotong royong, solidaritas, dan toleransi keagamaan yang kuat.
9. Adanya rasa senasib sepenanggungan akibat penderitaan penjajahan.
10. Adanya rasa cinta tanah air dan mencintai produk dalam negeri.

b. Faktor penghambat integrasi nasional


1. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen.
2. Kurangnya toleransi antargolongan.
3. Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan gangguan dari luar.
4. Adanya ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan hasil-hasil pembangunan.

D. Tantangan dalam Menjaga Keutuhan NKRI


Fenomena global masih mengetengahkan penguatan nilai-nilai universal yakni demokrasi dan hak asasi
manusia. Tantangan di lingkungan internal Indonesia adalah mengawal NKRI agar tetap utuh dan bersatu.
Di sisi lain, ancaman terhadap kedaulatan masih berpotensi terutama yang berbentuk konflik perbatasan,
pelanggaran wilayah, gangguan keamanan maritim dan dirgantara, gangguan keamanan di wilayah perbatasan
berupa pelintas batas secara illegal, kegiatan penyelundupan senjata dan bahan peledak, separatisme,
pengawasan pulau-pulau kecil terluar, ancaman terorisme dalam negeri, dan sebagainya.

E. Peran Serta Warga Negara dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa
1. Kesadaran Warga Negara
Peran serta warga negara akan muncul jika mempunyai kesadaran dalam menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa. Kesadaran warga negara Indonesia saat ini masih perlu pembenahan. Salah satunya kesadaran dalam
bela negara.
Memang Negara Indonesia tidak sedang dalam kondisi perang, tetapi kesadaran untuk bela negara harus tetap
ada dalam bentuk lain demi kemajuan bangsa.

2. Pengertian Bela Negara


UUD NRI Tahun 1945 Pasal 27 Ayat 3 mengamanatkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan Negara”.
Upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.

3. Dasar Hukum Bela Negara


Ada beberapa dasar hukum dan peraturan tentang wajib bela negara.
1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara
RI, diubah oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1988.

4. Kesediaan Warga Negara untuk Melakukan Bela Negara


Segala usaha yang dilakukan untuk membela negara, mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan bangsa merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara.
Semua usaha tersebut dapat dilakukan di segala bidang, seperti dilakukan oleh para pemain atlet nasional yang
melaksanakan kewajiban membela negara dalam bidang olahraga.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat 2,
ditegaskan berbagai bentuk usaha pembelaan negara.
1. Pendidikan Kewarganegaraan
2. Pelatihan dasar kemiliteran
3. Pengabdian sebagai Tentara Nasional Indonesia
4. Pengabdian sesuai dengan keahlian atau profesi
Bab 6:
Ancaman Terhadap Negara dalam Bingkai
Bhineka Tunggal Ika

Indonesia flag under blue sky. independence day concept.

A. Ancaman terhadap Integrasi Nasional


1. Ancaman di Bidang Militer
Perkembangan persenjataan militer di setiap negara terus ditingkatkan. Bahkan ada negara yang memiliki
senjata pemusnah massal yang berbahan kimia dan nuklir.
Suatu negara yang melakukan agresi dikategorikan sebagai ancaman kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan suatu bangsa. Agresi ini mempunyai bentuk- bentuk mulai dari yang berskala paling besar sampai
dengan yang terkecil.
Bentuk ancaman militer yang sering terjadinya cukup tinggi adalah tindakan pelanggaran wilayah (wilayah laut,
ruang udara dan daratan). Buktinya wilayah negara kita pernah ada yang dicaplok dan diakui oleh negara lain.
Pemberontakan bersenjata juga menjadi ancaman militer yang harus serius ditangani oleh bangsa Indonesia.
Negara Indonesia mempunyai fungsi pertahanan negara yang ditujukan untuk memberikan perlindungan
terhadap warga negara, objek-objek vital nasional, dan instalasi strategis dari kemungkinan aksi sabotase.

2. Ancaman Non-Militer
Ancaman non-militer pada hakikatnya ancaman yang menggunakan faktor-faktor non-militer dinilai mempunyai
kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, kepribadian bangsa, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa. Ancaman ini salah satunya disebabkan oleh pengaruh negatif dari globalisasi.
Ancaman non-militer memiliki karakteristik yang berbeda dengan ancaman militer, yaitu tidak bersifat fisik serta
bentuknya tidak terlihat seperti ancaman militer. Ancaman non-militer ini berdimensi ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, teknologi, informasi, serta keselamatan umum.

B. Ancaman di Bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM


Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, yang dinilai
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

1. Ancaman di Bidang Ideologi


Secara umum Indonesia menolak dengan tegas paham komunis dan zionis. Akibat dari penolakan tersebut,
tentu saja pengaruh dari negaranegara komunis dapat dikatakan tidak dirasakan oleh bangsa Indonesia,
kalaupun ada pengaruh tersebut sangat kecil ukurannya.
Akan tetapi, bukan berarti bangsa Indonesia terbebas dari pengaruh paham lainnya, misalnya pengaruh
liberalisme. Saat ini kehidupan masyarakat Indonesia cenderung mengarah pada kehidupan liberal yang
menekankan pada aspek kebebasan individual.

2. Ancaman di Bidang Politik


Ancaman di bidang politik dapat bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari luar negeri, ancaman di
bidang politik dilakukan oleh suatu negara dengan melakukan tekanan politik terhadap Indonesia.

Intimidasi, provokasi, atau blokade politik merupakan bentuk ancaman non-militer berdimensi politik yang
seringkali digunakan oleh pihak-pihak lain untuk menekan negara lain.

Ancaman yang berdimensi politik yang bersumber dari dalam negeri dapat berupa penggunaan kekuatan berupa
pengerahan massa untuk menumbangkan suatu pemerintahan yang berkuasa, atau menggalang kekuatan
politik untuk melemahkan kekuasaan pemerintah.

3. Ancaman di Bidang Ekonomi


Pada saat ini ekonomi suatu negara tidak bisa berdiri sendiri. Hal tersebut merupakan bukti nyata dari pengaruh
globalisasi.

Pengaruh globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan di mana
negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi tanpa rintangan batas
teritorial negara.

Ancaman kedaulatan Indonesia dalam bidang ekonomi, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Indonesia akan kedatangan oleh barang-barang dari luar dengan adanya perdagangan bebas yang
tidak mengenal adanya batas-batas negara.
2. Perekonomian negara kita akan dikuasai oleh pihak asing, seiring dengan semakin mudahnya orang
asing menanamkan modalnya di Indonesia.
3. Persaingan bebas akan menimbulkan adanya pelaku ekonomi yang kalah dan menang.
4. Sektor-sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi semakin berkurang, koperasi semakin sulit
berkembang.
5. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

4. Ancaman di Bidang Sosial Budaya


Ancaman di bidang sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman dari dalam dan dari luar. Adapun ancaman
dari luar timbul sebagai akibat dari pengaruh negative globalisasi, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Munculnya gaya hidup konsumtif dan selalu mengkonsumsi barangbarang dari luar negeri.
2. Munculnya sifat hedonism.
3. Adanya sikap individualisme.
4. Munculnya gejala westernisasi.
5. Semakin memudarnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian dan kesetiakawanan sosial.
6. Semakin lunturnya nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat.

5. Ancaman di Bidang Pertahanan dan Keamanan


Seiring dengan berjalannya waktu, proses penegakan pertahanan dan keamanan dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia tidak semudah yang dibayangkan atau semudah dalam pembicaraan yang bersifat teoritis
semata.
Masih adanya masalah teror dan konflik SARA yang terjadi pada suatu wilayah memiliki tujuan yang sama yaitu
tidak ingin bangsa Indonesia hidup damai dan tentram.

C. Peran Serta Masyarakat untuk Mengatasi Berbagai Ancaman dalam Membangun Integrasi Nasional
1. Tidak membeda-bedakan keberagaman misalnya pada suku, budaya, daerah dan sebagainya
2. Menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan dan agama yang dianutnya
3. Membangun kesadaran akan pentingnya integrasi nasional
4. Melakukan gotong royong dalam rangka peningkatan kesadaran bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara
5. Menggunakan segala fasilitas umum dengan baik
6. Mau dan bersedia untuk berkerja sama dengan segenap lapisan atau golongan masyarakat
7. Merawat dan memelihara lingkungan bersama-sama dengan baik
8. Bersedia memperoleh berbagai macam pelayanan umum secara tertib.
9. Menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
10. Mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.
11. Menjaga keamanan wilayah negara dari ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam negeri.
12. Memberi kesempatan yang sama untuk merayakan hari besar keagamaan dengan aman dan nyaman
13. Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan dalam masyarakat dan pemerintah
14. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
15. Bersedia untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bab 7:
Wawasan Nusantara dalam Konteks Negara
Kesatuan Republik Indonesia

Indonesia political map with capital Jakarta, national borders and important cities. English labeling and scaling.
Illustration.

A. Wawasan Nusantara
1. Pengertian Wawasan Nusantara
Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata “wawasan”dan “Nusantara”. Wawasan berasal dari
kata “wawas” (bahasa jawa) yang berarti pandangan, tinjauan dan penglihatan indrawi. Jadi, wawasan adalah
pandangan, tinjauan, penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang dan cara melihat.

Sedangkan, Nusantara berasal dari kata “nusa” dan“antara”. “Nusa” artinya pulau atau kesatuan kepulauan.
“Antara” artinya menunjukkan letak antara dua unsur. Jadi, Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang terletak
antara dua benua, yaitu benua Asia dan Australia, dan dua samudra, yaitu samudra Hindia dan Pasifik.
Berdasarkan pengertian modern, kata “Nusantara” digunakan sebagai pengganti nama Indonesia.

2. Hakikat Wawasan Nusantara


Hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan nusantara dalam pengertian cara pandang yang selalu utuh
menyeluruh dalam lingkup nusantara demi kepentingan nasional. Jadi, hakikat Wawasan Nusantara adalah
keutuhan dan kesatuan wilayah nasional.

Dengan kata lain, hakikat Wawasan Nusantara adalah persatuan bangsa dan kesatuan wilayah.
Dalam GBHN disebutkan bahwa hakikat Wawasan Nusantara diwujudkan dengan menyatakan kepulauan
nusantara sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

3. Asas Wawasan Nusantara


1. Kepentingan yang sama
2. Keadilan
3. Kejujuran
4. Solidaritas
5. Kerja sama
6. Kesetiaan terhadap kesepakatan bersama untuk menjadi bangsa dan mendirikan negara Indonesia
yang dimulai, dicetuskan, dan dirintis oleh Boedi Oetomo Tahun 1908, Sumpah Pemuda Tahun 1928,
dan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

B. Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Wawasan Nusantara


1) Kedudukan
Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang diyakini
kebenarannya oleh seluruh rakyat Indonesia agar tidak terjadi penyesatan atau penyimpangan dalam upaya
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.

2) Fungsi
Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-rambu dalam menentukan
segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi penyelenggaraan negara di tingkat pusat dan
daerah.

3) Tujuan
Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat
Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan individu, kelompok golongan,
suku bangsa atau daerah.

C. Aspek Trigatra dan Pancagatra dalam Wawasan Nusantara


Konsepsi wawasan nusantara merupakan suatu konsep di dalam cara pandang dan pengaturan yang mencakup
segenap kehidupan bangsa yang dinamakan astagatra, yang meliputi aspek alamiah (trigatra) dan aspek social
(pancagatra). Trigatra meliputi posisi dan lokasi geografis negara, keadaan dan kekayaan alam, dan keadaan
dan kemampuan penduduk.
1. Aspek – Aspek Trigatra
a. Letak dan Bentuk Geografis
Indonesia terletak pada 6O LU–11O LS, 95O BT–141O BT, yang di tengahtengahnya terbentang garis equator
sehingga Indonesia mempunyai 2 musim, yaitu musim hujan dan kemarau.

b. Keadaan dan Kemampuan Penduduk


1. Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk berubah karena kematian, kelahiran, pendatang baru, dan orang yang meninggalkan
wilayahnya. Segi positif dari pertambahan penduduk ialah pertambahan angkatan kerja (man power) dan
pertambahan tenaga kerja (labour force).
Segi negatifnya, apabila pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tidak diikuti dengan usaha peningkatan kualitas penduduk.

2. Faktor yang Mempengaruhi Komposisi Penduduk


Komposisi adalah susunan penduduk menurut umur, kelamin, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, dan
sebagainya. Susunan penduduk itu dipengaruhi oleh mortalitas, fertilitas, dan migrasi.
3. Faktor yang Mempengaruhi Distribusi Penduduk

Distribusi penduduk yang ideal adalah distribusi yang dapat memenuhi persyaratan kesejahteraan dan
keamanan yaitu penyebaran merata.
c. Keadaan dan kekayaan alam atau asas maksimal, lestari, dan berdaya saing.
1) Asas maksimal
Artinya sumber daya alam yang dikelola atau dimanfaatkan harus benar-benar menciptakan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat.

2) Asas lestari
Artinya pengolahan sumber daya alam tidak boleh menimbulkan kerusakan lingkungan, menjaga keseimbangan
alam.

3) Asas berdaya saing


Artinya bahwa hasil-hasil sumber daya alam harus bisa bersaing dengan sumber daya alam negara lain.

2. Aspek–Aspek Pancagatra
Pancagatra adalah aspek-aspek kehidupan nasional yang menyangkut kehidupan dan pergaulan hidup manusia
dalam bermasyarakat dan bernegara dengan ikatan-ikatan, aturan-aturan dan norma-norma tertentu. Hal-hal
yang termasuk aspek pancagatra adalah sebagai berikut.

a. Ideologi
1) Ideologi harus diaktualisasikan dalam bidang kenegaraan oleh WNI.
2) Ideologi sebagai perekat pemersatu harus ditanamkan pada seluruh WNI.
3) Ideologi harus dijadikan panglima, bukan sebaliknya.
4) Aktualisasi ideologi dikembangkan kearah keterbukaan dan kedinamisan.
5) Ideologi Pancasila
6) Kalangan elit eksekutif, legislatif, dan yudikatif
7) Menyosialisasikan Pancasila sebagai ideologi humanis, relijius, demokratis, nasionalis, dan berkeadilan

b. Politik
Politik diartikan sebagai asas, haluan, atau kebijaksanaan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan
kekuasaan. Kehidupan politik dapat dibagi kedalam dua sektor yaitu sektor masyarakat yang
memberikan input (masukan) dan sektor pemerintah yang berfungsi sebagai output (keluaran).

c. Ekonomi
Kegiatan ekonomi adalah seluruh kegiatan pemerintah dan masyarakat dalam mengelola faktor produksi dan
distribusi barang dan jasa untuk kesejahteraan rakyat.

d. Sosial Budaya
Sosial budaya dapat diartikan sebagai kondisi dinamika budaya bangsa yang berisi keuletan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi ancaman, tantangan, halangan, dan
gangguan (ATHG).

e. Pertahanan dan Keamanan


1. Bangsa Indonesia cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan.
2. Pertahanan keamanan berlandasan pada landasan ideal Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945,
dan landasan visional wawasan nusantara.
3. Pertahanan keamanan negara merupakan upaya terpadu yang melibatkan segenap potensi dan
kekuatan nasional.
4. Pertahanan dan keamanan diselenggarakan dengan sistem pertahanan dan keamanan nasional
(Sishankamnas) dan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata).

3. Hubungan Antargatra
1. Gatra geografi
2. Antara gatra geografi dan gatra kependudukan
3. Antara gatra kependudukan dan gatra kekayaan alam
4. Hubungan antargatra dalam pancagatra

D. Peran Serta Warga Negara Mendukung Implementasi Wawasan Kebangsaan


1. Mendukung persatuan bangsa.
2. Berkemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan individu atau
golongan.
4. Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan sosial dalam masyarakat.
5. Mempunyai kemampuan berfikir, bersikap rasional, dan dinamis, berpandangan luas sebagai
intelektual.
Materi PKN Kelas XI Semester 2
Bab 4
Dinamika Peran Indonesia dalam Perdamaian Dunia
A. Peran Indonesia dalam Menciptakan Perdamaian Dunia melalui Hubungan Internasional
1. Makna Hubungan Internasional
Hubungan internasional adalah hubungan yang bersifat global yang meliputi semua hubungan yang terjadi
dengan melampaui batas-batas ketatanegaraan. Konsepsi hubungan internasional oleh para ahli sering
dianggap sama atau dipersamakan dengan konsepsi politik luar negeri, hubungan luar negeri, dan politik
internasional.

2. Pentingnya Hubungan Internasional bagi Indonesia


Hubungan internasional sangat penting bagi kelangsungan sebuah Negara, tak terkecuali bagi Indonesia.
Perlunya kerja sama dalam bentuk hubungan internasional antara lain karena faktor-faktor berikut

a. Faktor Internal
Yaitu adanya kekhawatiran terancamnya kelangsungan hidup negara, baik melalui kudeta maupun intervensi
dari negara lain.
b. Faktor Eksternal
Yaitu ketentuan hukum alam yang tidak dapat dipungkiri bahwa suatu negara tidak dapat berdiri sendiri tanpa
bantuan dan kerja sama dengan negara lain.
3. Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menjalin Hubungan Internasional
Politik luar negeri Indonesia berprinsip politik bebas aktif. Politik bebas aktif artinya adalah politik luar negeri
yang bebas menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap setiap permasalahan internasional.

B. Peran Indonesia dalam Menciptakan Perdamaian Dunia melalui Organisasi Internasional


Secara umum, organisasi internasional dapat diartikan sebagai organisasi bukan Negara yang berkedudukan
sebagai subjek hukum internasional dan mempunyai kapasitas untuk membuat perjanjian internasional.
Indonesia terlibat dalam berbagai organisasi internasional. Hal tersebut sebagai perwujudan dari komitmen
bangsa Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia. Berikut peran Indonesia di organisasi politik
internasional

1. Peran Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)


 Terlibat langsung dalam pasukan perdamaian PBB.
 Merupakan anggota dewan HAM PBB
 Pernah menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamana PBB
2. Peran Indonesia dalam ASEAN (Association of South East Asian Nation)
 Menjadi tuan rumah KTT ASEAN pertama
 Merupakan salah satu Negara pendiri ASEAN
 Membantu pemulihan demokrasi negara Kamboja
3. Peran Serta Indonesia dalam Gerakan Non-Blok
 Salah satu Negara pendiri Gerakan Non-Blok
 Pernah Menjadi pimpinan GNB
 Menyelesaikan berbagai macam konflik regional Negara anggota GNB

Bab 5
Mewaspadai Ancaman Terhadap Kedudukan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
A. Menelaah Ancaman terhadap Integrasi Nasional

Indonesia merupakan wilayah yang sangat strategis dari sisi wilayah. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia
berada pada posisi silang sangat strategis. Posisi silang disini adalah bahwasanya Indonesia terleatak di antara
dua benua dan dua samudra.

Posisi silang negara Indonesia tidak hanya meliputi aspek kewilayahan saja, melainkan meliputi pula aspek-apek
kehidupan sosial.

Posisi silang Indonesia merupakan sebuah potensi sekaligus ancaman bagi integrasi nasional bangsa Indonesia.
Dikatakan sebuah potensi karena akan memberikan dampak positif bagi kemajuan bangsa Indonesia serta akan
memperkukuh keberadaan Indonesia sebagai negara yang tidak dapat disepelekan perannya dalam menunjang
kemajuan serta terciptanya perdamaian dunia. Akan tetapi, posisi silang ini juga mejadikan Indonesia sebagai
negara yang tidak terbebas dari ancaman yang dapat memecah belah bangsa

1. Ancaman di Bidang Ideologi

 Adanya paham komunisme

 Pengaruh liberalisme yang diakibatkan globalisasi

 Masuknya kapitalisme ke sendi pemerintahan


2. Ancaman di Bidang Politik

 Separatisme dari dalam dengan dengan atau tanpa senjata seperti OPM

 Adanya intervensi asing dalam dinamika percaturan politik Indonesia.


3. Ancaman di Bidang Ekonomi

 Adanya globalisasi perekonomian

 Masuknya investor-investor asing ke dalam SDA vital Negara

 Privatisasi sumber daya alam oleh swasta


4. Ancaman di Bidang Sosial Budaya

 Isu-isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan.

 Masuknya paham hedonisme.

 Adanya pengaruh negatif gobalisasi


5. Ancaman di Bidang Pertahanan dan Keamanan

 Pemberontakan bersenjata seperti yang dilakukan PKI

 Agresi militer oleh asing seperti yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia
B. Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap Ipoleksosbudhankam dalam Membangun Integrasi Nasional
1. Strategi Mengatasi Ancaman di Bidang Ideologi dan Politik

 Mengembangkan demokrasi politik.

 Mengaktifkan masyarakat sipil dalam arena politik.

 Mengadakan reformasi lembaga-lembaga politik agar menjalankan fungsi dan peranannya secara
baik dan benar.
2. Strategi Mengatasi Ancaman di Bidang Ekonomi

 Sistem ekonomi dikembangkan untuk memperkuat produksi domestik bagi pasar dalam negeri
sehingga dapat memperkuat perekonomian rakyat.

 Perekonomian berorientasi pada kesejahteraan rakyat.

 Tidak bergantung pada badan-badan multilateral seperti IMF, Bank Dunia, dan WTO.
3. Strategi Mengatasi Ancaman di Bidang Sosial Budaya

 Selektif dalam memilih setiap budaya yang datang dari luar negeri

 Menciptakan kebhinekaan di antara sesama rakyat

 Negara mencegah masuknya setiap budaya yang bertentangan dengan budaya Indonesia.
4. Strategi Mengatasi Ancaman di Bidang Pertahanan dan Keamanan

 Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

 Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung

 Menggunakan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata).


Bab 6
Memperkukuh Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI)
A. Makna Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Persatuan secara sederhana berarti gabungan (ikatan, kumpulan, dan sebagainya) dari beberapa bagian
menjadi sesuatu yang utuh. Dengan kata lain, persatuan itu berkonotasi disatukannya bermacam macam corak
yang beragam ke dalam suatu kebulatan yang utuh. Sementara pengertian kesatuan berarti perihal satu,
keesaan, dan sifat tunggal.

Dalam substansi persatuan dan kesatuan bangsa terkandung makna bahwa kita senantiasa harus bersatu.
Sejarah mengajarkan betapa pentingnya persatuan dan kesatuan itu. Penjajah berhasil mencengkeramkan kuku
penjajahannya di bumi Nusantara hingga beratus-ratus tahun lamanya karena kita melupakan senjata kita yang
ampuh yaitu persatuan dan kesatuan bangsa.

Konsep kesatuan yang dianut bangsa Indonesia meliputi aspek alamiah (konsep kewilayahan) dan aspek sosial
(politik, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan, dan keamanan). Kesatuan wilayah meliputi darat, laut, dan udara.
Kebulatan ini sesuai dengan politik kewilayahan yang kita anut yakni Wawasan Nusantara.

Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hakikat dari Wawasan Nusantara adalah kesatuan bangsa dan
keutuhan wilayah Indonesia.

B. Kehidupan Bernegara dalam Konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)


1. Konsep NKRI menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 1 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan naskah asli mengandung prinsip
bahwa ”Negara Indonesia ialah negara kesatuan, yang berbentuk Republik.”

Adapun dalam Pasal 25A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa “Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas
dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa negara Indonesia adalah Negara kesatuan berbentuk republik yang
wilayahnya merupakan kesatuan dari ribuan pulau yang terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera
Hindia serta di antara Benua Asia dan Australia.

2. Keunggulan Negara Kesatuan Republik Indonesia

 Jumlah dan potensi penduduknya yang cukup besar yaitu menempati urutan keempat di dunia.

 Memiliki keanekaragaman dalam berbagai aspek kehidupan sosial budaya seperti adat istiadat,
bahasa, agama, kesenian, dan sebagainya.

 Memiliki tata krama atau keramahtamahan.

 Letak wilayahnya yang amat strategis yaitu di posisi silang dunia.

 Wilayahnya sangat luas yaitu 5.193.250 Km2 yang meliputi daratan seluas 2.027.087 Km2 dan
lautan seluas 3.166.163 Km2.

 Tanahnya amat subur dan kaya akan sumber alam.


C. Faktor Pendorong dan Penghambat Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia
1. Faktor Pendorong Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia

 Sumpah Pemuda

 Pancasila

 Semboyan Bhinneka Tunggal Ika


2. Faktor Penghambat Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia

 Munculnya gejala etnosentrisme

 Melemahnya nilai budaya bangsa

 Pembangunan yang tidak merata


D. Perilaku yang Menunjukkan Sikap Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

 Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu kewajiban dari
setiap warga negara Indonesia. Adapun perilaku yang bisa dilakukan untuk menjaga keutuhan
NKRI antara lain:

 Bergotong royong

 Mengamalkan seluruh nilai pancasila

 Menghargai perbedaan pendapat

 Saling menghorma
Materi PKN Kelas XII Semester 2
Bab 3:
Pengaruh Kemajuan IPTEK terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia

Creative digital blue business interface on blurry background. Innovation and science concept. 3D Rendering

A. Mengidentifikasi Pengaruh Kemajuan IPTEK terhadap NKRI


1. Pengaruh Positif Kemajuan Iptek bagi Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara
a. Aspek Politik
Tidak dapat pungkiri bahwa kemajuan iptek telah berhasil menanamkan nilai-nilai dalam kehidupan politik
bangsa Indonesia yang selama ini dianggap tabu. Kemajuan IPTEK, menjadikan nilai-nilai seperti keterbukaan,
kebebasan dan demokrasi berpengaruh kuat terhadap pikiran maupun kemauan bangsa Indonesia.

b. Aspek Ekonomi
1. Makin meningkatnya investasi asing atau penanaman modal asing di negara kita.
2. Makin terbukanya pasar internasional bagi hasil produksi dalam negeri.
3. Mendorong para pengusaha untuk meningkatkan efisiensi dan menghilangkan biaya tinggi.
4. Meningkatkan kesempatan kerja dan devisa negara.
5. Meningkatkan kemakmuran masyarakat.
6. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi.
c. Aspek Sosial Budaya
Kemajuan teknologi dan informasi yang ditandai dengan munculnya internet dan makin canggihnya alat-alat
komunikasi secara langsung telah mempermudah kita untuk memperoleh informasi dari belahan bumi lainnya,
sehingga kita secara tidak langsung telah melakukan proses tranformasi ilmu yang sangat bermanfaat bagi kita.

d. Aspek Hukum, Pertahanan, dan Keamanan


1. Makin menguatnya supremasi hukum, demokratisasi dan tuntutan terhadap dilaksanakannya hak asasi
manusia.
2. Menguatnya regulasi hukum dan pembuatan peraturan perundangundangan yang memihak dan
bermanfaat untuk kepentingan rakyat banyak.
3. Makin menguatnya tuntutan terhadap tugas-tugas penegak hukum (polisi, jaksa dan hakim) yang lebih
profesional, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
4. Menguatnya supremasi sipil dengan mendudukan tentara dan polisi sebatas penjaga keamanan,
kedaulatan, dan ketertiban negara.
2. Pengaruh Negatif Iptek bagi Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara
a. Aspek Politik
Nilai-nilai yang dibawa IPTEK seperti keterbukaan, kebebasan dan demokratisasi tidak menutup kemungkinan
akan disalahartikan oleh masyarakat Indonesia.

Akibatnya, hal tersebut terjadi, akan menimbulkan terganggunya stabilitas politik nasional seiring dengan
terjadinya tindakan-tindakan anarki sebagai reaksi terhadap sikap pemerintah yang menurut mereka tidak
terbuka, tidak memberikan kebebasan dan tidak demokratis kepada rakyatnya.

b. Aspek Ekonomi
1. Indonesia akan dibanjiri oleh barang-barang dari luar seiring dengan adanya perdagangan bebas yang
tidak mengenal adanya batas-batas negara. Hal ini mengakibatkan makin terdesaknya barang-barang
local terutama yang tradisional karena kalah bersaing dengan barang-barang dari luar negeri.
2. Cepat atau lambat, perekonomian negara kita akan dikuasai oleh pihak asing, seiring dengan makin
mudahnya orang asing menanamkan modalnya di Indonesia, yang pada akhirnya mereka dapat
mendikte atau menekan pemerintah atau bangsa kita. Dengan demikian, bangsa kita akan dijajah
secara ekonomi oleh negara investor.
3. Akan timbulnya kesenjangan sosial yang tajam sebagai akibat dari adanya persaingan bebas.
d. Aspek Hukum, Pertahanan, dan Keamanan
Dampak negatif yang timbul dari kemajuan IPTEK dalam aspek ini antara lain akan menimbulkan tindakan
anarkis dari masyarakat yang dapat mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan
kesatuan bangsa.

B. Membangun Sikap Selektif dalam Menghadapi Berbagai Pengaruh Kemajuan IPTEK


1. Sikap Tanggung Jawab dalam Pengembangan IPTEK
a. Sikap Selektif terhadap Pengaruh Kemajuan IPTEK di Bidang Politik
Ada empat hal yang selalu dikedepankan pada saat ini dalam bidang politik, yaitu demokratisasi, kebebasan,
keterbukaan dan hak asasi manusia.

Keempat hal tersebut oleh negara-negara adidaya (Amerika Serikat dan sekutunya) dijadikan standar atau
acuan bagi negara-negara lainnya yang tergolong sebagai negara berkembang. Untuk mencapai hal tersebut,
bangsa Indonesia harus segera mewujudkan hal-hal sebagai berikut.

1. Mengembangkan demokratisasi dalam segala bidang.


2. Mengaktifkan masyarakat sipil dalam arena politik.
3. Mengadakan reformasi lembaga-lembaga politik agar menjalankan fungsi dan peranannya secara baik
dan benar.
4. Memperkuat kepercayaan rakyat dengan cara menegakkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
5. Menegakkan supremasi hukum.
6. Memperkuat posisi Indonesia dalam kancah politik internasional.

b. Sikap Selektif terhadap Pengaruh Kemajuan Iptek di Bidang Ekonomi


1. Sistem ekonomi dikembangkan untuk memperkuat produksi domestik untuk pasar dalam negeri
sehingga memperkuat perekonomian rakyat.
2. Pertanian dijadikan prioritas utama karena mayoritas penduduk Indonesia bermatapencaharian sebagai
petani.
3. Industri-industri haruslah menggunakan bahan baku dari dalam negeri, sehingga tidak bergantung
impor dari luar negeri.
4. Diadakan perekonomian yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Artinya, segala sesuatu yang
menguasai hajat hidup orang banyak, haruslah bersifat murah dan terjangkau.
5. Tidak bergantung pada badanbadan multilateral seperti pada IMF, Bank Dunia, dan WTO.
6. Mempererat kerja sama dengan sesama negara berkembang untuk bersama-sama mengahadapi
kepentingan negara-negara maju.
c. Sikap Selektif terhadap Pengaruh Kemajuan Iptek di Bidang Sosial Budaya
1. Terbuka terhadap inovasi dan perubahan
2. Berorientasi pada masa depan daripada masa lampau.
3. Dapat memanfaatkan kegunaan IPTEK.
4. Menghargai pekerjaan sesuai dengan prestasi.
5. Menggunakan potensi lingkungan secara tepat untuk pembangunan berkelanjutan.
6. Menghargai dan menghormati hak-hak asasi manusia.
Bab 4:
Dinamika Persatuan dan Kesatuan
dalam Konteks Negara Republik Indonesia

Unity and diversity partnership as heart hands in a group of diverse people connected together shaped as a
support symbol expressing the feeling of teamwork and togetherness.

A. Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia


1. Konsep Negara Kesatuan (Unitarisme)
Istilah negara kesatuan sudah sangat sering Anda dengar sebab nama negara kita adalah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Negara kesatuan mempunyai dua sistem, yaitu sentralisasi dan desentralisasi.

Dalam negara kesatuan dengan sistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh pemerintah pusat,
sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturan-peraturan dari pemerintah pusat.

2. Karakteristik Negara Kesatuan Republik Indonesia


Karakteristik Negara Kesatuan Indonesia juga dapat dipandang dari segi kewilayahan. Pasal 25A UUD NRI
Tahun 1945 menentukan bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang
berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan oleh undang-undang”.
Kesatuan wilayah tersebut juga mencakup 1) kesatuan politik; 2) kesatuan hukum; 3) kesatuan sosialbudaya; 4)
kesatuan ekonomi serta 5) kesatuan pertahanan dan keamanan.

B. Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia dari Masa Ke Masa


1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Revolusi Kemerdekaan (18 Agustus 1945 sampai dengan 27
Desember 1949)
Pada periode ini, bentuk NRI adalah kesatuan, dengan bentuk pemerintahan adalah republik yang mana
presiden berkedudukan sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara. Sistem pemerintahan
yang dipakai adalah sistem pemerintahan presidensial.

Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 dijadikan dalih oleh Belanda untuk menuduh Indonesia sebagai negara
diktator karena kekuasaan Negara terpusat kepada presiden. Untuk melawan propaganda Belanda pada dunia
internasional, maka pemerintah RI mengeluarkan tiga buah maklumat.

1. Maklumat Wakil Presiden Nomor X (baca eks) tanggal 16 Oktober 1945 yang menghentikan kekuasaan luar
bisa dari Presiden sebelum masa waktunya berakhir (seharusnya berlaku selam enam bulan). Kemudian,
maklumat tersebut memberikan kekuasaan MPR dan DPR yang semula dipegang oleh Presiden kepada Komite
Nasional Indonesia Pusat. Pada dasarnya, maklumat ini adalah penyimpangan terhadap ketentuan UUD 1945.

2. Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945, tentang pembentukan partai politik yang sebanyak-
banyaknya oleh rakyat. Hal ini sebagai akibat dari anggapan pada saat itu bahwa salah satu ciri demokrasi
adalah multipartai. Maklumat tersebut juga sebagai upaya agar Dunia Barat menilai bahwa Indonesia adalah
negara yang menganut asas demokrasi.
3. Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945, yang intinya mengubah sistem pemerintahan presidensial
menjadi sistem pemerintahan parlementer. Maklumat tersebut kembali menyalahi ketentuan UUD RI 1945 yang
menetapkan sistem pemerintahan presidensial sebagai sistem pemerintah Indonesia.
Periode ini juga ditandai dengan munculnya gerakan-gerakan separatis dengan tujuan mendirikan negara baru
yang memisahkan diri dari NKRI. Adapun gerakan-gerakan tersebut di antaranya sebagai berikut.

a. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun 1948


Pemberontakan ini terjadi pada tanggal 18 September 1948 yang dipimpin oleh Muso. Tujuan dari
pemberontakan PKI Madiun adalah ingin mengganti dasar negara Pancasila dengan komunis serta ingin
mendirikan Soviet Republik Indonesia.

Pemberontakan PKI Madiun melakukan aksinya dengan menguasai seluruh karesidenan Pati. PKI juga
melakukan pembunuhan dan penculikan ini secara besar-besaran.

Pada tanggal 30 September 1948, pemberontakan PKI Madiun berhasil ditumpas oleh TNI yang dibantu oleh
rakyat. Di bawah pimpinan Kolonel Gatot Subroto (Panglima Divisi H Jawa Tengah bagian timur) dan Kolonel
Sungkono (Panglima Divisi Jawa Timur) mengerahkan kekuatan TNI dan polisiuntuk melakukan pengejaran dan
pembersihan di daerah-daerah sehingga Muso dan Amir Syarifuddin berhasil ditembak mati.

b. Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Daerah Jawa Barat


Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan (SM) Kartosuwiryo yang memiliki cita-
cita untuk mendirikan Negara Islam Indonesia. Cita-citanya membentuk Negara Islam Indonesia (NII) diwujudkan
melalui Proklamasi yang dikumAndangkan pada tanggal 7 Agustus 1949 di Desa Cisayong, Jawa Barat.
Untuk mengatasi pemberontakan yang dilakukan oleh Kartosuwiryo, Pasukan TNI dan rakyat menggunakan
Operasi Pagar Betis di Gunung Geber. Akhirnya, pada tanggal 4 Juni 1962 Kantosuwiryo berhasil ditangkap dan
dijatuhi hukuman mati.

2. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949 sampai dengan
17 Agustus 1950)
Federalisme pernah diterapkan di Indonesia pada rentang 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950.
Pada masa ini, yang dijadikan sebagai pegangan adalah Konstitusi Republik Indonesia Serikat tahun 1949.
Berdasarkan konstitusi tersebut, bentuk negara kita adalah serikat atau federasi dengan 15 negara bagian.

Pada masa Republik Indonesia Serikat juga terdapat gerakan-gerakan separatis yang terjadi beberapa wilayah
Indonesia, di antaranya:

1. Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)


2. Pemberontakan Andi Azis di Makassar
3. Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS)
3. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Demokrasi Liberal (17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959)
Praktik sistem pemerintahan parlementer yang diterapkan pada masa berlakunya UUDS 1950 ini ternyata tidak
membawa bangsa Indonesia ke arah kemakmuran, keteraturan dan kestabilan politik. Hal ini tercermin dari jatuh
bangunnya kabinet dalam kurun waktu antara 1950-1959 telah terjadi 7 kali pergantian kabinet.

1. Kabinet Natsir: 6 September 1950–27 April 1951


2. Kabinet Sukirman: 27 April 1951–3 April 1952
3. Kabinet Wilopo: 3 April 1952–30 Juli 1953
4. Kabinet Ali Sastroamidjojo I: 30 Juli 1953–12 Agustus 1955
5. Kabinet Burhanudin Harahap: 12 Agustus 1955–24 Maret 1956. Pada masa kabinet ini, Indonesia untuk
pertama kalinya menyelenggarakan pemilihan umum yang diikuti oleh 28 partai. Pemilu dilaksanakan
atas dasar Undang-undang Pemilu Nomor 7 tahun 1953. Pemilu 1955 dilaksanakan selama dua tahap,
yaitu pada tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota parlemen dan tanggal 15 Desember
untuk memilih anggota konstituante.
6. Kabinet Ali Sastroamidjojo II: 24 Maret 1956–9 April
Pada periode ini juga terjadi beberapa gerakan separatis di daerah di antaranya:

1. Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)


2. Pemberontakan PRRI/Permesta (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia/Perjuangan Rakyat
Semesta)

4. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Orde Lama (5 Juli 1959 sampai dengan 11 Maret 1966 )
Presiden berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Kabinet yang dibentuk pada tanggal 9
Juli 1959 dinamakan Kabinet Kerja yang terdiri atas:

1. Kabinet Inti, yang terdiri atas seorang perdana menteri yang dijabat oleh Presiden dan 10 orang
menteri.
2. Menteri-menteri ex officio, yaitu pejabat-pejabat negara yang karena jabatannya diangkat menjadi
menteri. Pejabat tersebut adalah Kepala Staf Angkatan Darat, Laut, Udara, Kepolisian Negara, Jaksa
Agung, Ketua Dewan Perancang Nasional dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung
3. Menteri-menteri muda sebanyak 60 orang.
5. Persatuan dan Kesatuan pada Masa Orde Baru (11 Maret 1966 sampai dengan 21 Mei 1998)
Selama memegang kekuasaan negara, pemerintahan Orde Baru tetap menerapkan sistem pemerintahan
presidensial. Adapun kelebihan dari sistem pemerintahan Orde Baru:
1. Perkembangan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia yang pada tahun 1968 hanya 70 dolar
Amerika Serikat dan pada 1996 telah mencapai lebih dari 1.000 dolar Amerika Serikat.
2. Suksesnya program transmigrasi.
3. Suksesnya program Keluarga Berencana.
4. Sukses memerangi buta huruf.
6. Persatuan dan Kesatuan pada Masa Reformasi (Periode 21 Mei 1998-sekarang)
Periode ini disebut juga era reformasi. Gejolak politik di era reformasi semakin mendorong usaha penegakan
kedaulatan rakyat dan bertekad untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme yang menghancurkan kehidupan bangsa dan negara.

Anda mungkin juga menyukai