Anda di halaman 1dari 3

R enjana, itu namaku.

Tidak memiliki kepanjangan cukup tujuh huruf, seperti tanggal lahir dan

bulan kelahiranku. Entah ada apa dengan angka tujuh dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menegah
Kejuruan, temanku selalu tujuh. Kata mama, arti namaku “ rasa hati yang kuat “. Entah lah aku kurang
percaya dengan hal semacam itu. Di keluarga mama, aku selalu pertama, cucu dari anak pertama dan
cicit pertama, di paksa mandiri karena itu. Tapi lain halnya di keluarga bapak, bapak anak ke empat dari
tujuh bersaudara dan aku cucu ke tujuh dari banyaknya cucu nenek, lagi-lagi tujuh.

Tapi sekarang, sepertinya aku keluar dari angka tujuh. Ketika aku bertemu seseorag dan kita menjalin
komitmen pada tanggal delapan, aku sebenarnya juga tidak terlalu percaya pada angka,tapi ini seperti
teka-teki yang harus aku pecahkan meskipun aku tau, nggak ada jawabannya. Aku bertemu dengan
pacarku hari ini seperti biasa, kita hanya berkeliling tempat yang sama. Sebenarnya aku kurang suka,
karena aku mudah sekali mengantuk, angin malam selalu membuatku nyaman. Berhenti sebentar
membeli rokok, aku tidak suka melarang. Sampai pada suatu hari kamu bertanya.

“ Kenapa kamu nggak pernah ngelarang aku merokok? “

“ Karena, larangan hanya akan menimbulkan kebohongan “

“ Aku nggak bohong, kalo kamu nyuruh aku berhenti. Aku berhenti. “

“ Aku nggak mau kamu nggak jadi diri kamu sendiri, kalaupun kamu berubah, kamu harus berubah untuk
dirimu sendiri. “

“ Itulah mengapa, aku menyayangimu. “

“ Haha “ ( aku tertawa )

Lalu kita ke suatu tempat, untuk mengambil makanan. Cukup jauh, kita nyasar.

“ Ini bener? “

“ Bener kayaknya “

“ Kok kayaknya? Coba liat mapsnya sini “

Aku memang penerjemah Googel maps yang buruk, lalu kita puter balik. Cukup jauh, sebetulnya aku
suka, ini tidak membuatku mengantuk. Karena perjalananya cukup jauh dan tidak berputar-putar di
tempat yang sama. Lampu merah cukup lama, panggilan telfon dari mama. Mamamu perhatian sekali,
padahal kamu lelaki.

“ Aku lupa “

“ Apa? “

“ Kamu lagi sakit, ya ? “

“ Kok tau? “

“ Telfon dari mamamu, dan tangan kamu dingin “

“ Iya, aku emang lagi sakit “

“ Kenapa, kamu ngajak aku main? “

“ Kangen, kalo ketemu kamu sembuh kok, hehe “

“ Sembuh dari mana? Ini tangan kamu dingin. Eh, cepat jalan. Lampu hijau. “

Sesampainya disana, kita mengunggu cukup lama. Semakin malam, mamamu telefon lagi, kamu
membeli roko lagi karena kita berhenti di samping warung.

“ Ini sudah yang keberapa? “

“ Tergantung “

“ Kok tergantung? “

“ Iya, kalau merasa banyak pikiran bisa agak banyak “.

“ Oh jadi begitu ya? “

Temanku datang dan memberikan makanan yang aku pesan, setelah itu kita pulang. Seperti biasa
kenapa pulang selalu lebih cepat dari pada berangkat? Dingin sekali angin malam, kita bercanda. Kamu
mengenakan kaos hitam, aku menyukai punggungmu yang lebih tinggi dariku. Aku menarik kaosmu,
membuatmu seperti kelalawar, hahaha. Kamu kesal.
“ Jangan gitu Renjana… “

“ Aku tertawa, kenapaaa.. “

“ Ish jangan gitu, malu. “

“ Lucuu “ ( aku terus tertawa )

Aku senang pada malam itu, tidak lama kita sampai, satu untukku dan satu untukmu, indimie goreng
yang sudah melar, pada malam itu.

***

Katanya angka delapan tidak pernah putus, angka bagus. Tapi ini bukan judi, bukan untuk memasang
togel. Ini hubungan, hubungan antara manusia, jadi mau sebagus apapun angka dimana mereka resmi
berpacaran atau menjalin hubungan, bukan berarti mereka tidak bisa putus. Tidak bisa tidak selesai
hanya karena tanggal jadian mereka berada di angka 8, angka yang tidak pernah putus itu.

Ya, kita selesai.

Jadi begitu juga dengan angka 7, tidak ada apa-apa. Hanya kebetulan, kebetulan sama.

Anda mungkin juga menyukai