Anda di halaman 1dari 3

Isekai part timer

“ibu aku pergi dulu”

“iya hati hati-hati ya nak”

Hari ini adalah hari pertama aku menjalani hidup yang berbeda, hidup yang tanpa ada tulang
pungugng di keluarga ku. aku seccre umur ku 18 tahun baru lulus sma dan niat ku melanjutkan
Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, ya itu lah yang ku inginkan tapi sangat di sayangkan takdir
berkata berbeda. Tidak lama setelah aku lulus SMA aku mendapat kabar yang kurang baik, saat itu
aku dirumah melakukan hal yang biasa di lakukan anak sma setelah lulusan mencoba mendaftar ke
universitas tapi saat mencari informasi suara telepon ku berdering.

“hallo ayah kenapa menelepon”

Tapi yang kudengar bukanlah suara yang familiar

“hallo apakah benar ini dengan anak dari pemilik nomer ini”

“iya aku anaknya apa ada yang bisa saya bantu?”

“maaf sebelumnya saya informasikan bahwa ayah anda sedang berada di rumah sakit dan sedang
dalam keadaan keritis”

Tanpa banyak berpikir aku pun lansung meminta alamat rumah sakit yang harus aku tuju dan
menginfokan ke keluarga tentang keadaan yang sedang terjadi.

Sesampainya aku dirumah sakit aku lansung pergi ke tempat ayah ku ditangani dan tidak lama
setelah aku datang ibu dan adikku pun datang kerumah sakit. Waktu pun berlalu aku sudah tidak
tahu berapa lama oprasi ayah ku telah berjalan dan bukan itu saja pikiran ku sudah penunh dengan
pikiran yang tidak baik tapi beberapa saat kemudian suara pintu yang terbuka dari ruangan itu
membuat semua hal yang kupikirkan hilang dan saat ada orang yang keluar dari pintu itu ibu ku
lansung menghampirinya aku tidak bisa berdiri tapi aku masih mau melihat muka orang itu tapi saat
aku melihat mata dan raut muka orang itu aku sudah tahu apa yang akan ia katakan dan saat orang
itu membuka mulutnya ibu ku jatuh ke lututnya dan manangis. Dan yang bisa ku lakukan adalah
hanya berada di sampingnya dan tidak mengatakan apa-apa Bersama dengan adik ku yang
menangis.

Setelah semua kejadian itu hidup masaih harus tetap berlanjut dengan hilangnya ayahku dari dunia
ini aku pun harus bisa menjadi tulang punggung keluargu, karna kami bukanlah keluarga yang mapan
sebelumnya ayah ku bekerja sebagai penulis tapi bukunya tidak mendapatkan penjualan yang baik
tapi ia masih memiliki pekerjaan sampingan dan ibu ku juga bekerja di kami semua masih bisa hidup
bahagia, Aku menghormati ayaku karna dia masih berusaha menggapai mimpinya sampai detik detik
terakhirnya. Tapi dengan perubahan ini aku harus bisa beradaptasi dan melakukan hal yang terbaik
dari sekrang aku yakin semuanya akan baik-baik saja setidaknya itulah yang aku pikirkan.

Mencari pekerjaan tidak lah mudah dengan hanya modal ijazah SMA, aku sudah melamar
kebeberapa perusahaan yang sesuai dengan hal apa yang aku punya dan tidak hanya itu tempat aku
memiliki wawancara lumayan jauh sekitar 16-20km kalau aku menggunakan motor online pasti akan
mahal dan kalua menggunakan bus tempat bus menurunkan penumpangnya masih sangat jauh ke
tempat yang aku ingin tuju dan aku juga tidak ada motor jadi ya akhirnya aku menggunakan sepeda,
dengan jarak sejauh itu aku harus siapkan baju ganti, parfum dan juga haduk dan berharap
semuanya berjalan dengan lancer. Akan tetapi, entah kenapa semua perusahaan besar mereka
selalu meminta uang sebelom aku menjalankan tes dan jumlah uangnya juga lumayan unutk orang
seperti ku. Dan aku mencoba ke supermarket atau yang lainnya yang penting aku mendapatkan
pekerjaan tapi juga sama saja tidak ada keberuntungan saat aku melamar pekerjaan. Dan saat aku
pegal kerna terlalu sering mengayuh dan hal sial pun terjadi lagi ban sepedaku kempes aku pun
membawa ke tempat benkel sepeda tapi ternyata ban sepeda ku robek dan dengan itu tanpa banyak
uang di dompetku aku pun memutuskan mendorong sepeda ku sampai ke rumah. Dan di saat
perjalanan tetesan air jatuh dari langit dan membasah diriku dan jalanan di sekitar ku dan untuk
pertama kalinya aku mersa kesal sedih akan kelemahan ku, kebodohan ku dan tidak kompetenya aku
aku pun terus berjalan tanpa berteduh menikmati hujan ini sampai akhirnya aku melihat seorang
yang masuk ke Lorong kecil dan melihat gerakan jarinya dia seperti memanggil ku untuk masuk ke
Lorong itu tapi ya karana aku tidak tahu siapa dia aku lewati saja dan pura-pura tidak lihat, ya itulah
yang ingin aku lakukan tapi sayangnya

“auuu apaan-apaan itu” ada yang manarikku sampai aku masuk ke Lorong itu

“hallo kiddo”

“apa maksudmu anak kecil, aku ini sudah berumur 18 tahun mungkin”

“hmm kenapa kamu sangat tidak yakin dengan kalimat yang baru saja kamu katakan ?”

“itu dikarnakan menurutku umur bukanlah hal yang membuat orang bisa di sebut sebagai orang
dewasa tapi melainkan pengalaman, wawasan, dan juga pilihan yang mereka ambil”

“hmm dari perkataan yang barusan kamu katakan sepertinya otak dan mulutmu itu sedang bekerja
dengan baik karna meraka tidak mengelurkan isi pikiran mu melainkan isi hatimu”

“apa maksudmu ?”

“jika aku jadi kamu mingkin aku tidak akan mencoba berbincang dengan orang yang baru saja
menarikku denag keras, aku akan memarahinya dan meninggilkannya”

“ya mungkin kamu benar pkiran ku sedang sangat kacau sampai-sampai akum mau berbicara seperti
ini dengan orang yang baru pertama kali aku temui”

“oh, kalua begitu sampai hujan berhenti kenapa kita tidak berbicara satu sama lain”

“baik lah “

Aku bun berbicara dengan orang itu untuk waktu yang cukup lama di karnakan hujan tidak kunjung
berhenti kami membicarakan masalah yang sedang kami hadapi dan mentertawakan nasib sial kami
tanpa ada rasa takut di hakimi tapa ada rasa menyakiti satu sama lain tanpa ada rasa bahwa aku
harus menahan diri saat berbicara denganya karna mungkin aku tidak akan pernah bertemu
dengannya lagi.

“hahahah kamu setiap hari harus menaki sepeda mu bolak balik yang bisa lebih dari 70 km untuk
mencari pekerjaan dan masih belom mendapat pekerjaan sampai sekarang dan terlebih lagi ban mu
robek di tengah jalan haha”

“kamu benar betapa beruntungnya aku kan, dari pada kamu menjadi buronan pasti setiap harinya
kamu sangat ketakutan kalua melihat polisi lewat hahaha”

Ya kami pun terus bicara sampai akhirnya.

“hey kiddo diam dulu sebentar”


“heh kenapa emang? Aku belom puas ngomongnya emang ada apaan disana”

Aku tidak bisa meliat mukanya karana selama ini dia selalu menggunakan kupluk dan juga masker
tapi dari suaranya dia perempuan lebih tua dari ku.

“bukan disana tapi disana”

Dia mengarahkan tanganya ke atas

“heh apaa itu”

Aku melihat sekumpulan orang terbang tanpa menggunakan apa apa mereka seperti mengeinjak
kaca di atas langit sebagai pijakan mereka atau mungkin tingkat setres ku sudah terlalu tinggi
jadinya aku berhalusinasi, aku mencoba menutup mataku dan membukanya lagi tapi ya seperti yang
ku bayangkan aku tidak berhalusinasi.

“hmm itu kita harus bagaimana, apakah mereka di sini untuk menangkap mu? Hehe hanya
bercanda”

“iya kemungkinan besar” nada suarnya berubah menjadi lebih serius

Dan tidak lama kemudian orang yang berada di atas kita turun dan menghampiri kami berdua yang
hanya aku pikirkan adalah pura pura engga kenal dan bilang kalua saya cuman numpang lewat.

“maaf semuanya di sini saya cuman numpang meneduh saja saya tidak punya hubungan dengan
orang yang ada di samping saya salam kenal dan sampai jumpa”

Orang-orang itu pun mulai berbicara dengan suara yang menurutku lumayan aneh kalua niat mereka
mencari buronan.

“tuan putri maaf kan atas kelancangan kami tapi ini perintah dari raja bahwa ini sudah waktunya
anda pulang ke rumah anda”

“ahh memang sudah waktunya ya, tapi maaf tolong sampaikan pesan ke ayah ku aku hanya butuh
beberapa hari lagi untuk membawakan apa yang iya inginkan”

“tapi tuan putri sudah membuat keluarga anda khawatir dan mereka ingin secepatnya tuan putri
pulang ke istana”

“baiklah kalua begitu tapi kalua kalian ingin pulang kalian harus membawa ku bertemu dengan orang
yang ada di samping ku beberapa menit yang lalu”

“baiklah jika kalua itu keinginan anda”

Hahh barusan aku mimpi apa coba ketemu orang orang aneh itu hidup ku sudah susah harusnya aku
jangan melakukan hal yang aneh aneh lagi. Sesudah aku mengatakan bahwa aku hanya numpang
lewat saja aku langsung mengambil sepeda ku dan lari sambal mendorong sepeda ku secepat yang
aku bisa

Anda mungkin juga menyukai